Anda di halaman 1dari 2

JEJAK LANGKAH DUA ULAMA

Film ini mengangkat kisah perjalanan dua orang tokoh pendiri ormas keagamaan
terbesar di Indonesia (NU dan Muhammaddiyah) . Muhammaddiyah dan NU memiliki
banyak persamaan ,yaitu pendiri Muhammaddiyah KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim
Asy’ari sama-sama merupakan santri dari Kyai Shaleh Darat yang merupakan ulama besar
dari Semarang mereka juga mengaji dengan KH Cholil Bangkalan dan sejumlah ulama di
Makkah, seperti, Syeh Ahmad Khatib Al Minagkabauwy, Syeh Al Bantany, Kyai Dimyati
asal Tremas, dan sebagainya.Selain itu kedua ormas ini memiliki andil yang sangat besar
dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari pengaruh penjajah dan penjajahan ,serta secara
konsisten terus memberikan pengabdianya kepada umat, bangsa hingga saat ini. KH. Ahmad
Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari merupakan sosok yang sangat cinta terhadap ilmu.

Pada 1903, Ahmad Dahlan diberi tugas untuk berkonsultasi dengan ulama di
Makkah. Ia berupaya mencari cara melindungi kaum pribumi dari pengaruh penjajah dengan
cara damai tanpa kekerasan. Syeh Rasyid Ridha memberi masukan kepada Ahmad Dahlan
untuk berdakwah dengan damai, sejuk, toleran, dan menggembirakan. Kegiatan dakwah itu
pun diimplementasikan lewat pendidikan, kesejahteraan sosial, dan kesehatan masyarakat.
Perjalanan Hasyim Asy’ari juga tidak jauh berbeda. Ia banyak mendapat masukan untuk
menyebarkan agama lewat pendidikan pesantren yang damai, sejuk, toleran, dan semangat
persatuan. Namun dalam perjalanannya terdapat lika-liku yang dihadapi oleh dua ulama
tersebut salah satunya terdapat perdebatan tentang arah kiblat di Kauman yakni di rumah
Kyai Ahmad Dahlan ,segelintir orang yan membenci Ahmad Dahlan memprovokasi warga
lainnya dengan memfitnah Ahmad Dahlan telah mengubah arah kiblat yang berujung pada
perusakan musollah. Begitu pula dengan KH. Hayim Asy’ari, pada saat pembuatan pondok
pesantren Tebuireng beliau dibantu oleh beberapa santri namun sempat terjadi penyerangan
terhadap pesantren Tebuireng pada malam hari yang dilakukan oleh salah satu pesuruh
Belanda sehingga KH. Hasyim Asy’ari meminta bantuan kepada pendekar untuk membekali
para santri ilmu beladiri . KH Hasyim Asy’ari mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng pada
1899. Kiai Ahmad Dahlan kemudian mendirikan Muhammadiyah pada 18 November 1912.
Sementara Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari mendirikan NU pada 31 Januari 1926. Pada film
tersebut dapat ditarik kesimpulan yakni mengajarkan kepada kita untuk berdakwa dengan
cara yang menyejukkan ,menyegarkan , damai , penuh toleransi dan memahami perbedaan
bukan untuk dibeda-bedakan ,mencari persamaan diantara yang berbeda merupakan
keutamaan.

Anda mungkin juga menyukai