Anda di halaman 1dari 18

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

Peningkatan Jaringan Reklamasi Rawa D.I.R. Unit Belanti I (Pangkoh VII)


Kabupaten Pulang Pisau Tahun Anggaran 2020

1. PEKERJAAN PENDAHULUAN

 Sosialisasi Pekerjaan Kepada Masyarakat.


Setelah penanda tanganan kontrak selesai dilakukan, maka akan dilaksanakan
sosialisasi pekerjaan kepada masyarakat. Sosialisasi minimal melibatkan pihak
Pemberi Kerja, Kontraktor Pelaksana, Konsultan Pengawas, dan Aparatur pemerintah
terdiri dari Camat, Kepala Desa, Kepala Dusun, serta masyarakat setempat.

Sosialisasi dimaksudkan untuk menyampaikan informasi pekerjaan kepada


masyarakat, menampung aspirasi dan menjalin hubungan yang baik sehingga
pekerjaan bisa dilaksanakan dengan baik dengan dampak sosial seminimal mungkin.

 Pembuatan Kantor Sementara (Direksi Kitt)


Kantor dan kelengkapannya harus disiapkan dalam waktu paling lama 14 (empat
belas) hari dari tanggal Surat Perintah Mulai Kerja( SPMK ) diterbitkan. Yang harus
disiapkan minimal antara lain :
- Buku Tamu
- Buku Direksi
- Ballpoint Kalkulator
- Spidol 12 Warna
- Gambar Rencana Kerja ( ditempel di dinding )
- Time Schedulle ( ditempel di dinding )
- Gambar kondisi cuaca tiap hari ( diploting setiap hari )
- Rencana Mutu Kontrak.
- Perlengkapan K3

 Penyampaian Rencana Mutu Kontrak


Rencana Mutu Kontrak diserahkan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari
kalender setelah diterbitkan SPMK.

 Penyiapan RKK
Sebelum dimulai pelaksanaan pekerjaan, maka dilakukan penyiapan RKK secara
menyeluruh, meliputi pembuatan penyusunan program RKK, manual, prosedur,
instruksi, ijin kerja, kartu identitas pekerja, pelaksanaan sosialisasi dan promosi K3,
safety breefing, penyiapan spanduk, banner, poster, papan informasi K3, penyiapan
APD, pendaftaran BPJS ketenaga kerjaan dan kesehatan pekerja, penyiapan rambu-
rambu, peralatan P3K, APAR, Bendera K3, lampu darurat, dengan jumlah sesuai yang
ditetapkan dalam kontrak dan atas petunjuk Direksi / Pengawas Utama.
 Pembuatan Papan Nama Proyek
Papan nama proyek dibuat dari kain reklame dengan tinta anti air. Papan reklame
tersebut ditempelkan pada triplek yang dibingkai dengan kayu berkualitas baik.
Papan nama proyek memuat informasi Nama Instansi / Pengguna Jasa, Nama dan
lokasi pekerjaan, Nomor dan tanggal kontrak, Nilai dan sumber dana, Jangka waktu
pelaksanaan, mama dan alamat penyedia jasa. Papan nama pekerjaan dipasang
setelah mendapat persetujuan Direksi/Pengawas Utama.

 Pengukuran Uitzet
Sebelum dilaksanakan seluruh pekerjaan galian maka perlu dilakukan persiapan-
persiapan untuk memberikan kemudahan dalam pelaksanaan yaitu melakukan
pengukuran uitzet. Pengukuran uitzet akan dilakukan setelah mendapat ijin dari PPK.

Pengukuran dilakukan oleh team pengukuran yang beranggotakan 4 orang personil


per tim. Jumlah tim makan disesuaikan dengan panjang penampang yang akan
diukur seuai petunjuk Direksi. Setiap tim terdiri dari :
- 1 orang juru ukur (team leader)
- 1 orang drafter (pencatat/gambar)
- 1 orang pembantu surveyor
- 1 orang pekerja / tukang tebas

Peralatan minimal yang digunakan seseuai spesifikasi teknis PPK :


- Theodolite
- Waterpass
- Meteran 50 m
- Statip
- Rambu

Sebelum melakukan pengukuran, semua personil pengukuran dipastikan


mengenakan APD menyesuaikan dengan kondisi lapangan.

- Pematokan, jarak setiap patok kearah memanjang dibuat setiap 50 m dari kayu,
ditanam kuat sehingga tidak mudah dicabut, bagian atas patok diwarnai dengan
cat merah dan diberi nomor patok.
- Pengukuran situasi, untuk menggambarkan dengan jelas trace dan situasi daerah
yang akan dikerjakan dimulai dan diakhiri pada patok poligon.
- Pengukuran penampang memanjang dengan waterpass, untuk menentukan
elevasi patok-patok tetap dan patok-patok kayu yang telah terpasang.
- Pengukuran penampang melintang, diambil sesuai jarak patok memanjang,
sesuai petunjuk Direksi Lapangan.
- Semua hasil pengukuran digambar untuk disetujui Direksi Lapangan sebagai
acuan pelaksanaan pekerjaan galian.

Hasil pengukuran dituangkan dalam bentuk volume dan gambar yang disajikan sesuai
dengan spesifikasi teknis untuk mendapatkan persetujuan Direksi dan PPK.
 Mobilisasi
Setelah Surat Perintah Mulai Kerja diterbitkan maka segera dipersiapkan material,
peralatan, dan tenaga yang diperlukan untuk melaksanaan pekerjaan. Penyiapan
material, peralatan dan tenaga harus disetujui oleh Direksi/Pengawas Utama.
Selanjutnya dilakukan mobilisasi material, peralatan dan tenaga kerja. Mobilisasi
peralatan berat dan material pendukung dilakukan melalui jalur yang paling aman
dan efisien. Direncanakan melalui jalur laut dan sungai. Menggunakan LCT dan
ponton. Untuk mobilisasi alat berat di darat menggunakan tronton.

Untuk menjamin keselamatan kerja, maka diterapkan prosedur keselamatan kerja


berdasarkan identifikasi bahaya dan pengendalian resiko yang telah diuraikan dalam
dokumen RKK.

Setelah peralatan sampai dilapangan, maka bersama-sama Direksi / Pengawas utama


melakukan pengecekan jumlah peralatan dan spesifikasi peralatan serta kondisi
peralatan untuk dibuatkan berita acara serah terima peralatan.

2. PEKERJAAN TANAH
Untuk menjamin keselamatan kerja dalam melaksanakan pekerjaan galian tanah
dengan excavator maka diterapkan pengendalian resiko kecelakaan kerja sebagai
berikut :
- Menggunakan excavator yang laik
- Menggunakan operator yang bepengalaman
- Menyiapkan APAR di dalam unit
- Menggunakan metting/landasan
- Pekerja menggunakan APD yang sesuai
- Menggunakan metode penggalian
- Memasang rambu peringatan

Metode umum penggalian tanah dengan excavator :


- Posisi excavator diatas tanggul/rencana badan jalan dialas dengan
metting/landasan
- Posisi track excavator sejajar dengan rencana badan lajan/saluran
- Excavator menggali tanah rencana badan jalan/saluran sesuai dengan
penampang rencana uitzet
- Excavator berputar dan membuang hasil galian ke belakang excavator sehingga
melakukan perputaran 90o s.d 180o.
- Excavator berputar kembali untuk menggali dan seterusnya,
- Perataan dan perapihan tanggul tidak dilakukan setiap satu kali siklus tetapi
dilakukan setelah beberapa kali siklus melihat kondisi tumpukan hasil galian.
- Excavator bergerak menjauhi hasil galian
A. GALIAN SALURAN SEKUNDER

Berdasarkan analisa teknis pekerjaan, galian saluran SEKUNDER akan dilaksanakan


sebagai berikut :

Alat yang digunakan : 4 unit Excavator Standard


Operator : 4 Orang
Pembantu Operator : 4 Orang
Oli man/pekerja : 8 Orang
Volume galian tersedia : 115.500 M3
Jam kerja : 7 jam/ hari

Pekerjaan direncanakan akan diselesaikan dalam waktu 12 minggu sebagai berikut:

 Dalam pelaksanaan pekerjaan ini diterapkan prosedur keselamatan kerja, seluruh


pihak yang terilbat dapam pekerjaan ini menggunakan APD yang sesuai.
 Pekerjaan dimulai dengan membersihan material yang menggangu.
 Dalam melakukan penggalian, excavator dilengkapi meeting / landasan agar
excavator tidak terbenam atau terguling hingga merusak tanggul dan
mengakibatkan resiko kecelakaan kerja.
 Excavator menggali saluran dengan kedalaman dan bentuk galian mengikuti
typikal saluran dalam gambar kerja.
 Penggalian dilakukan dengan berhati-hati agar tidak terjadi keruntuhan tebing
saluran. Jika terjadi keruntuhan maka akan dilakukan perbaikan.
 Jika jalur yang dilalui pekerjaan galian terdapat kabel-kabel listrik yang melintang
diatas tanggul maka harus dipastikan pergerakan exavator tidak mengenai kabel-
kabel tersebut.
 Dalam melaksanakan penggalian harus memperhatikan bila pada jalur galian
tersebut terdapat bangunan seperti jembatan atau bangunan lainnya maka
penggalian dengan excavator harus berhenti pada jarak tertentu yang aman
sesuai petunjuk Direksi Lapangan.
 Tempat tertentu yang tidak bisa digali dengan alat maka akan digali secara
manual menggunakan tenaga manusia.
 Seluruh hasil galian ditumpuk dan dirapikan menjadi tanggul yang seragam dan
rapi dengan ukuran sesuai gambar kerja dan petunjuk Direksi Lapangan.
 Setiap saluran yang sudah selesai digali segera dilaporkan kepada
Direksi/Pengawas Utama untuk dilakukan pengukuran ABD.
B. PEMBUATAN BADAN JALAN

Berdasarkan analisa teknis pekerjaan, pembuatan badan jalan akan dilaksanakan


sebagai berikut :

Alat yang digunakan : 1 unit Excavator Standard


Operator : 1 Orang
Pembantu Operator : 1 Orang
Oli man/pekerja : 2 Orang
Volume galian tersedia : 18.957,19 M3
Jam kerja : 7 jam/ hari

Pekerjaan direncanakan akan diselesaikan dalam waktu 8 minggu sebagai berikut:

 Dalam pelaksanaan pekerjaan ini diterapkan prosedur keselamatan kerja, seluruh


pihak yang terilbat dapam pekerjaan ini menggunakan APD yang sesuai.
 Pekerjaan dimulai dengan membersihan material yang menggangu.
 Memasang patok dan tali pada penampang rencana badan jalan sebagai
pedoman penggalian dan pembetukan badan jalan.
 Dalam melakukan penggalian, excavator dilengkapi meeting / landasan agar
excavator tidak terbenam atau terguling dan mengakibatkan resiko kecelakaan
kerja.
 Excavator menggali tanah dengan kedalaman dan bentuk galian sesuai gambar
kerja.
 Penggalian dilakukan dengan berhati-hati agar tidak terjadi keruntuhan tebing.
Jika terjadi keruntuhan maka akan dilakukan perbaikan.
 Jika jalur yang dilalui pekerjaan galian terdapat kabel-kabel listrik yang melintang
diatas jalur galian maka harus dipastikan pergerakan exavator tidak mengenai
kabel-kabel tersebut.
 Dalam melaksanakan penggalian harus memperhatikan bila pada jalur galian
tersebut terdapat bangunan seperti jembatan atau bangunan lainnya maka
penggalian dengan excavator harus berhenti pada jarak tertentu yang aman
sesuai petunjuk Direksi Lapangan.
 Tempat tertentu yang tidak bisa digali dengan alat maka akan digali secara
manual menggunakan tenaga manusia.
 Seluruh hasil galian ditumpuk dan dirapikan menjadi badan jalan yang seragam
dan rapi dengan ukuran sesuai gambar kerja dan petunjuk Direksi Lapangan.
 Setiap badan jalan yang sudah selesai dibentuk segera dilaporkan kepada
Direksi/Pengawas Utama untuk dilakukan pengukuran ABD.
3. PEKERJAAN KONSTRUSI

3.1. PEMBUATAN BOX CULVERT FUNGSI GANDA

Box Culvert fungsi ganda yang akan dibangun sebanyak 5 unit.


Berdasarkan perhitungan analisa teknis, pekerjaan pembuatan Box Culvert akan
dilaksanakan menggunakan 3 (tiga) tim kerja. Tim akan bekerja secara simultan
(bersamaan).
Setiap tim ditargetkan dapat menyelesaikan 2 unit Box Culvert dalam 14 minggu,
sehingga dengan 3 tim yang ada akan dapat menyelesaikan 5 unit Box Culvert dalam
waktu 14 minggu.

Penggunaan jumlah pekerja pada tiap tahapan pekerjaan sesuai dengan analisa
teknis pembangunan Box Culvert yang merupakan bagian dari metode pelaksanaan
ini.

Pembuatan Box Culvert dengan tahapan sebagai berikut :

Persiapan Konstruksi :
 Melaporkan kepada Direksi/Pengawas Utama mengenai sumber alam (quary)
dan membawa sampel material untuk mendapat persetujuan Direksi/Pengawas
Utama.
 Membuat JMF di Unit Pengujian Mutu dan Pembinaan Jasa Kostruksi atau
instansi yang ditunjuk oleh Satker/PPK.
 Menentukan titik lokasi yang akan dibangun Box Culvert sesuai dengan peta
rencana dan harus disetujui Direksi/Pengawas Utama.
 Membuat bedeng sebagai tempat istirahat pekerja dan penyimpanan material
selama berlangsungya pekerjaan.
 Malakukan drop material yang diperlukan. Dan selanjutnya drop material akan
dilakukan dengan menyesuaikan per tahapan pekerjaan untuk menghindari
kerusakan ataupun kehilangan material di lapangan.

A. Pengukuran dan Pemsangan Bowplank :


 Melakukan pembersihan lokasi dari material yang dapat mengganggu
pelaksanaan pekerjaan.
 Melakukan pengukuran, pematokan dan pemasangan bowplank sebagai acuan
awal pelaksanaan pekerjaan.
 Pengukuran dilakukan dengan alat ukur teodolit dan waterpass, dilakukan oleh
juru ukur untuk menentukan titik as dari bangunan, penentuan ketinggian
bangunan rencana dari bangunan lainnya, dan menentukan sudut-sudut as
bangunan dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.
 Setelah ketinggian diketahui maka dibuat papan duga/bowplank yang digunakan
sebagai pedoman pekerjaan galian pondasi.
 Hasil pengukuran digambarkan sebagai gambar kerja (shop drawing) yang
dijadikan sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan.
B. Pembuatan Kisdam Saluran Pengelak (sudetan)

Kisdam
Pembuatan kistdam depan dan belakang sebagai berikut :
 Pekerja menggunakan APD yang sesuai.
 Memasang rambu peringatan
 Membuat tabat sementara/kisdam, dan dinding penahan rembesan untuk
mengalihkan arah aliran dalam saluran supaya tidak terjadi banjir maupun
kekeringan di lahan pertanian.
 Kisdam dibuat dari karung berisi pasir yang ditumpuk sedemikian rupa disedan dan di
belakang lokasi yang akan dibuat box culvert.
 Jika diperlukan maka dapat diperkuat dengan pemancangan cerucuk penahan
dinding kisdam sesuai petunjuk Direksi Teknis.

Saluran Pengelak
Apabila debit saluran tinggi dan arus air dalam saluran sangat deras sehingga
berpotensi mengganggu kelancaran pekerjaan maka akan dibuat saluran pengelak
(diversion channel). Saluran pengelak dibuat dengan menggali dan membelokkan
saluran dibagian hulu rencana Box Culvert dan ditembuskan di bagian hilir rencana
Box Culvert, sehingga debit air saluran akan mengalir melalui saluran pengelak
tersebut, dan mempermudah proses dewatering dan pelaksanaan konstruksi.

C. Pekerjaan Konstruksi Bagian Bawah

Galian Tanah
 Pekerja menggunakan APD yang sesuai.
 Sebelum dilakukan penggalian, terlebih dahulu dilakukan pengeringan air dengan
penyedotan dan dibuang keluar kisdam.
 Galian dilakukan pada penampang bangunan box culvert yang telah diukur dan
dilakukan pematokan sebelumnya.
 Galian dilakukan sampai mendapat peil latai dan sayap bangunan yang rata dan rapi
dengan kedalaman dan dimensi galian menyesuaikan dengan gambar kerja
sedemikian rupa sehingga memudahkan pelaksanaan bagian pekerjaan selanjutnya.
 Hasil galian ditumpuk disekitar lokasi Box Culvert sesuai petunjuk Direksi/Pengawas
Utama.
 Jika tanah sangat mudah longsor, maka akan dibuat barau penahan tanah sesuai
petunjuk Direksi/Pengawas Utama.

Pemancangan Cerucuk
 Pekerja menggunakan APD yang sesuai.
 Meruncingkan cerucuk dia 10 cm panjang 4 m
 Pemancangan cerucuk dilakukan pada daerah yang sudah digali dan dalam keadaan
kering tanpa genangan air. Jika ada genangan maka harus dilakukan dewatering
telebih dahulu.
 Pemancangan cerucuk dengan jarak atar cerucuk sesuai gambar kerja.
 Pemancangan dilakukan menggunakan peralatan sesuai spektek hingga kedalaman
maksimal sesuai petunjuk Direksi.
 Cerucuk yang sudah terpancang maksimal harus dipotong rata.

Urugan Pasir dan lantai kerja


 Pekerja menggunakan APD yang sesuai.
 Urugan pasir dilakukan sesuai dengan kuantitas yang ditetapkan dalam spektek.
 Timbunan pasir dipadatkan dengan penyiraman air secukupnya sesuai petunjuk
Direksi/Pengawas Utama.
 Setelah urugan pasir selesai dilaksanakan maka dilakukan pemasangan bekesting
sederhana untuk menahan dinding bagian bawah galian agar tidak runtuh ketika
dilakukan pengecoran lantai kerja.
 Pembuatan campuran beton untuk lantai kerja, komposisi campuran dan cara
pembuatan sesuai dengan spektek dan petunjuk Direksi/Pengawas.
 Pengecoran lantai kerja dengan menuangkan adukan diatas urugan pasir yang sudah
dipadatkan dan disetujui oleh Direksi/Pengawas.
 Adukan lantai kerja harus diratakan menggunakan penggosok plasteran untuk
mempermudah pekerjaan selanjutnya.

Pembuatan dan Pemasangan Bekesting


 Pekerja menggunakan APD yang sesuai.
 Bekisting kayu untuk pondasi koker dan lantai arus dan bagian balok pondasi /
bekisting dibuat untuk tetap kaku selama pengecoran dan pengerasan beton, dan
untuk memperoleh bentuk permukaan yang diperlukan. Acuan akan dipasang dengan
sempurna, sesuai dengan bentuk dan ukuran yang benar dari pekerjaan beton.
 Bekisting dibuat dari multiplex diperkuat dengan rusuk-rusuk dari kasau dengan
ukuran sesuai spektek dan sepersetujuan Direksi/Pengawas.
 Pembuatan bekisting dilakukan di daratan dengan bentuk dan ukuran mengikuti
bentuk struktur beton yang akan dicetak sesuai gambar kerja.
 Setelah bekesting selesai dibuat, dilanjutkan dengan pemasangan bekesting yang
disingkronkan dengan pemasangan tulangan.

Penulangan Pondasi
 Pekerja menggunakan APD yang sesuai.
 Memotong dan membentuk tulangan pondasi koker, lantai arus dan balok pondasi.
(dilakukan di daratan)
 Membuat beugel pondasi dari besi yang dibentuk dengan metode pembengkokan
sesuai gambar kerja.
 Ujung bengkokan beugel dibuat dengan model kait miring, panjang minimal kaitan 5
cm atau sesuai petunjuk Direksi/Pengawas Utama
 Merakit tulangan pondasi dan lantai arus dilakukan diatas lantai kerja.
 Tulangan utama balok pondasi berada di posisi bagian dalam lingkar beugel.
 Jumlah tulangan utama dan jarak beugle sesuai dengan gambar kerja.
 Setiap persilangan tulangan utama dan beugle diikat kuat dengan kawat bendrat
sehingga posisi dan jarak beugle tidak bisa berubah.
 Memasang tulangan stek vertikal dinding koker dengan cara merakit dan
menyatukannya pada tulangan lantai arus.
 Ujung tulangan vertikal dinding pilar dibuat kaitan miring.
 Memastikan tulangan pada posisi yang tepat dan tidak menempel pada bekisting.
Bisa dibantu dengan pemasangan alas beton pada bagian samping dan bawah
tulangan.

Pengecoran pondasi dan lantai arus


 Pekerja menggunakan APD yang sesuai.
 Menyiapkan campuran beton K-225 sebagaimana disyaratkan dalam spektek.
 Beton dicampur dalam concrete mixer yang dijalankan secara mekanis dengan jenis
dan ukuran yang distujui oleh Direksi.
 Pencampur dilengkapi dengan tangki air yang mencukupi dan alat ukur yang akurat
untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap
penakaran.
 Bahan-bahan beton yang telah disetujui Direksi/Pengawas Utama dicampur
menggunakan mesin pengaduk beton (concrete mixer). Lama pengadukan antara 1,5
– 3 menit atau sesuai petunjuk Direksi/Pengawas Utama setelah bahan-bahan beton
dimasukan kedalam molen pengaduk.

Untuk menjaga konsistensi dalam komposisi adukan akan digunakan dolak dari kayu
yang ukurannya telah ditentukan bersama dan disetujui Direksi Lapangan kecuali
apabila diminta perubahan komposisi dan konsistensi adukan oleh pengguna jasa.

Pertama-tama concrete mixer diisi dengan agregat (batu, pasir) dan semen yang
telah ditakar, dan selanjutnya pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan. Alat
dijalankan hingga agregat dan semen tercampur rata. Waktu pencampuran akan
diukur pada saat air dimasukkan ke dalam campuran bahan kering. Lama
pencampuran setelah air dimasukan adalah hingga campuran terlihat benar-benar
merata.

Adukan beton yang sudah matang segera dikeluarkan dari mesin pengaduk kedalam
gerobak dorong, dari gerobak dorong adukan beton dituangkan ke dalam cetakan.

Pada saat pengecoran beton ditusuk-tusuk dengan kayu atau menggunakan vibrator
supaya tidak terdapat rongga pada sheetpile beton.

Hasil pengecoran harus selalu dijaga dari kerusakan dan pengeringan yang ekstrim.
Dilakukan dengan menutupkan karung goni yang dijaga agar tetap basah dengan
penyiraman secara rutin selama 3 hari.

 Pengecoran pondasi dan lantai arus dilakukan dengan bantuan talang yang dibuat
dari papan mal untuk mempermudah menyaluran beton cair ke dalam bekesting.
 Pengecoran pondasi dan lantai arus dilakukan sekaligus sehingga konstruksi menjadi
satu kesatuan yang monolite.
 Setelah pondasi mengering dan keras maka bekesting harus dibuka sesuai petunjuk
Direksi/Pengawas Utama.
Konstruksi dinding dan sayap samping

 Pekerja menggunakan APD yang sesuai.


 Merakit tulangan dinding dan sayap. Dari overstake pembesian dilakukan
penyambungan ke pembesian dinding dan juga sayap samping.
 Tulangan dibuat dengan bentuk, dimensi dan jarak penulangan sesuai gambar kerja.
 Setiap persilangan tulangan diikat kuat dengan kawat bendrat.
 Dalam waktu yang sama tim pekerja yang lain membuat bekesting dinding dan koker
dan dinding sayap.
 Bekesting dibuat dari multiplex diperkuat dengan rusuk-rusuk kayu dengan ukuran
sesuai gambar kerja dan sepersetujuan Direksi.
 Bentuk jadi lempengan bekisting menyesuaikan dengan bentuk beton yang akan
dicetak.
 Setelah perakitan tulangan, pembuatan bekisting, dengan memasang bekisting.
 Bekisting dinding koker dan dinding sayap dipasang tegak lurus, diperkuat dengan
perancah dan sekur.
 Tulangan harus dipastikan tidak menempel pada bekisting, dilakukan dengan
pemasangan tahu beton pada tulangan.
 Setelah bekisting terpasang rapi dan kuat, maka dilaporkan kepada Direksi/Pengawas
Utama untuk mendapat ijin melanjutkan pada tahap pengecoran beton.
 Setelah diijinkan oleh Direksi/Pengawas Utama maka pengecoran dinding dapat
dilakukan.
 Diawali dengan membuat campuran beton K-225 sesuai dengan JMF.
 Jika terdapat genangan air pada area yang akan dicor maka dilakukan dewatering
dengan menggunakan mesin sedot.
 Selama pelaksanaan pengecoran berjalan maka harus dijamin tidak ada genangan air
pada lokasi pengecoran.
 Selanjutnya pengecoran dilakukan oleh pekerja alat pengangkut (gerobak dorong
roda satu/ember), yang mengangkut beton dari molen dan menuangkan kedalam
cetakan.
 Agar hasil pengecoran padat tidak berongga maka dibantu dengan vibrator.
 Setelah pengecoran selesai, beton harus dijaga agar tetap lembab dan basah,
dilakukan dengan menutupkan karung goni dan dibasahi dengan air.

Pekerjaan Konstruksi Atas


 Membuat dan memasang perancah, bekisting lantai atas.
 Merakit dan memasang tulangan lantai atas sesuai gambar kerja.
 Memasang tahu beton antara tulangan dan bekisting secukupnya.
 Membuat campuran beton K-225 sesuai JMF dan melakukan pengecoran lantai atas
seijin Direksi.
 Setelah pengecoran selesai, beton harus dijaga agar tetap lembab dan basah,
dilakukan dengan menutupkan karung goni dan dibasahi dengan air.
 Setelah beton mengeras dan seijin Direksi/Pengawas Utama dilakukan
pembongkaran bekesting.
 Bila dianggap kurang rapi maka dilakukan perapihan dengan plasteran sesuai
petunjuk Direksi.
Sand Cement Bag dan Geotextile

 Peasangan lapisan geotextile dan sand cement dilakukan setelah pengecoran dinding
sayap agar tidak terjadi kerusakan akibat pelaksanaan pekerjaan diatasnya, atau
sesuai petunjuk Direksi.
 Pemasangan geotextile pada tempat yang ditunjukan pada gambar kerja sesuai
petunjuk Direksi.
 Geotextile harus dipasanga dengan baik dan dijamin tidak rusak / bocor.
 Dilanjutkan dengan pemasangan sand cement bag diatas lapisan geotextile yang
ditunjukan dalam gambar kerja dan sesuai petunjuk Direksi Teknis.
 Sand cement bag di buat dengan jumlah sesuai spektek.

Pasangan Besi UNP dan Scote Balok


 Pemasangan besi UNP dengan ukuran sesuai gambar kerja.
 Ukuran besi UNP harus sesuai dengan ukuran scote balok, sehingga scote balok
10/10 dapat dipasang dengan presisi.
 Besi UNP harus dipasang ketika pengecoran konstrusi dinding box culvert.
 Besi UNP harus diberi stik besi/angker agar lebih kuat menyatu dengan dinding.
 Pemasangan besi UNP harus tegak lurus menyatu dengan dinding box culvert.
 Jika besi UNP telah terpasang dan beton sudah mengeras empurna dapat dilanjutkan
dengan pemasangan scoot balok kayu 10/10 cm sesuai gambar kerja.
 Panjang scote balok harus sesuai dengan jarak antar besi UNP sehingga dapat
berfungsi dengan baik dan presisi.

Penimbunan Tanah Oprit


 Dilakukan penimbunan oprit, dan perataan timbunan kanan-kiri sambil dipadatkan
mengikuti petunjuk Direksi.
 Timbunan dengan material tanah pilihan sesuai petunjuk Direksi.
 Pemadatan dapat dibantu dengan stamper seijin Direksi Teknis.

Pekerjaan lain-lain
 Dilakukan pengecatan pada bangunan utama dengan menggunakan cat yang tahan
terhadap air.
 Pembuatan dan pemasangan nomenklatur setelah mendapat persetujuan Direksi
Teknis.
 Pembongkaran kistdam
Konstruksi kisdam dibongkar dengan sempurna.
 Menutup saluran pengelak
Jika sebelumnya dibuat saluran pengelak, maka setelah konstruksi Box Culvert
selesai, harus dilakukan penutupan saluran pengelak.
Penutupan dilakukan dengan menimbun saluran pengelak dengan material tanah
hingga padat.
Jika diperlukan harus dibuat barau pada timbunan bagian tepi saluran agar tidak
tergerus arus air.
 Perapihan tanggul depan dan belakang Box Culvert jika ada bagian yang rusak akibat
pekerjaan pembangunan Box Culvert.
3.1 PEMBUATAN BOX CULVERT TYPE 1,5 M

Box Culvert yang akan dibangun sebanyak 31 unit.


Berdasarkan perhitungan analisa teknis, pekerjaan pembuatan Box Culvert akan
dilaksanakan menggunakan 11 (sebelas) tim kerja. Tim akan bekerja secara simultan
(bersamaan).
Setiap tim ditargetkan dapat menyelesaikan 3 unit Box Culvert dalam 21 minggu,
sehingga dengan 11 tim yang ada akan dapat menyelesaikan 31 unit Box Culvert
fungsi ganda dalam waktu 21 minggu.

Penggunaan jumlah pekerja pada tiap tahapan pekerjaan sesuai dengan analisa
teknis pembangunan Box Culvert yang merupakan bagian dari metode pelaksanaan
ini.

Pembuatan Box Culvert dengan tahapan sebagai berikut :

Persiapan Konstruksi :
 Melaporkan kepada Direksi/Pengawas Utama mengenai sumber alam (quary)
dan membawa sampel material untuk mendapat persetujuan Direksi/Pengawas
Utama.
 Membuat JMF di Unit Pengujian Mutu dan Pembinaan Jasa Kostruksi atau
instansi yang ditunjuk oleh Satker/PPK.
 Menentukan titik lokasi yang akan dibangun Box Culvert sesuai dengan peta
rencana dan harus disetujui Direksi/Pengawas Utama.
 Membuat bedeng sebagai tempat istirahat pekerja dan penyimpanan material
selama berlangsungya pekerjaan.
 Malakukan drop material yang diperlukan. Dan selanjutnya drop material akan
dilakukan dengan menyesuaikan per tahapan pekerjaan untuk menghindari
kerusakan ataupun kehilangan material di lapangan.

D. Pengukuran dan Pemsangan Bowplank :


 Melakukan pembersihan lokasi dari material yang dapat mengganggu
pelaksanaan pekerjaan.
 Melakukan pengukuran, pematokan dan pemasangan bowplank sebagai acuan
awal pelaksanaan pekerjaan.
 Pengukuran dilakukan dengan alat ukur teodolit dan waterpass, dilakukan oleh
juru ukur untuk menentukan titik as dari bangunan, penentuan ketinggian
bangunan rencana dari bangunan lainnya, dan menentukan sudut-sudut as
bangunan dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.
 Setelah ketinggian diketahui maka dibuat papan duga/bowplank yang digunakan
sebagai pedoman pekerjaan galian pondasi.
 Hasil pengukuran digambarkan sebagai gambar kerja (shop drawing) yang
dijadikan sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan.
E. Pembuatan Kisdam Saluran Pengelak (sudetan)

Kisdam
Pembuatan kistdam depan dan belakang sebagai berikut :
 Pekerja menggunakan APD yang sesuai.
 Memasang rambu peringatan
 Membuat tabat sementara/kisdam, dan dinding penahan rembesan untuk
mengalihkan arah aliran dalam saluran supaya tidak terjadi banjir maupun
kekeringan di lahan pertanian.
 Kisdam dibuat dari karung berisi pasir yang ditumpuk sedemikian rupa disedan dan di
belakang lokasi yang akan dibuat box culvert.
 Jika diperlukan maka dapat diperkuat dengan pemancangan cerucuk penahan
dinding kisdam sesuai petunjuk Direksi Teknis.

Saluran Pengelak
Apabila debit saluran tinggi dan arus air dalam saluran sangat deras sehingga
berpotensi mengganggu kelancaran pekerjaan maka akan dibuat saluran pengelak
(diversion channel). Saluran pengelak dibuat dengan menggali dan membelokkan
saluran dibagian hulu rencana Box Culvert dan ditembuskan di bagian hilir rencana
Box Culvert, sehingga debit air saluran akan mengalir melalui saluran pengelak
tersebut, dan mempermudah proses dewatering dan pelaksanaan konstruksi.

F. Pekerjaan Konstruksi Bagian Bawah


Galian Tanah
 Pekerja menggunakan APD yang sesuai.
 Sebelum dilakukan penggalian, terlebih dahulu dilakukan pengeringan air dengan
penyedotan dan dibuang keluar kisdam.
 Galian dilakukan pada penampang bangunan box culvert yang telah diukur dan
dilakukan pematokan sebelumnya.
 Galian dilakukan sampai mendapat peil latai dan sayap bangunan yang rata dan rapi
dengan kedalaman dan dimensi galian menyesuaikan dengan gambar kerja
sedemikian rupa sehingga memudahkan pelaksanaan bagian pekerjaan selanjutnya.
 Hasil galian ditumpuk disekitar lokasi Box Culvert sesuai petunjuk Direksi/Pengawas
Utama.
 Jika tanah sangat mudah longsor, maka akan dibuat barau penahan tanah sesuai
petunjuk Direksi/Pengawas Utama.

Pemancangan Cerucuk
 Pekerja menggunakan APD yang sesuai.
 Meruncingkan cerucuk dia 10 cm panjang 4 m
 Pemancangan cerucuk dilakukan pada daerah yang sudah digali dan dalam keadaan
kering tanpa genangan air. Jika ada genangan maka harus dilakukan dewatering
telebih dahulu.
 Pemancangan cerucuk dengan jarak atar cerucuk sesuai gambar kerja.
 Pemancangan dilakukan menggunakan peralatan sesuai spektek hingga kedalaman
maksimal sesuai petunjuk Direksi.
 Cerucuk yang sudah terpancang maksimal harus dipotong rata.
Urugan Pasir dan lantai kerja
 Pekerja menggunakan APD yang sesuai.
 Urugan pasir dilakukan sesuai dengan kuantitas yang ditetapkan dalam spektek.
 Timbunan pasir dipadatkan dengan penyiraman air secukupnya sesuai petunjuk
Direksi/Pengawas Utama.
 Setelah urugan pasir selesai dilaksanakan maka dilakukan pemasangan bekesting
sederhana untuk menahan dinding bagian bawah galian agar tidak runtuh ketika
dilakukan pengecoran lantai kerja.
 Pembuatan campuran beton untuk lantai kerja, komposisi campuran dan cara
pembuatan sesuai dengan spektek dan petunjuk Direksi/Pengawas.
 Pengecoran lantai kerja dengan menuangkan adukan diatas urugan pasir yang sudah
dipadatkan dan disetujui oleh Direksi/Pengawas.
 Adukan lantai kerja harus diratakan menggunakan penggosok plasteran untuk
mempermudah pekerjaan selanjutnya.

Pembuatan dan Pemasangan Bekesting


 Pekerja menggunakan APD yang sesuai.
 Bekisting kayu untuk pondasi koker dan lantai arus dan bagian balok pondasi /
bekisting dibuat untuk tetap kaku selama pengecoran dan pengerasan beton, dan
untuk memperoleh bentuk permukaan yang diperlukan. Acuan akan dipasang dengan
sempurna, sesuai dengan bentuk dan ukuran yang benar dari pekerjaan beton.
 Bekisting dibuat dari multiplex tebal 9 mm diperkuat dengan rusuk-rusuk dari kasau
dengan ukuran sesuai persetujuan Direksi/Pengawas.
 Pembuatan bekisting dilakukan di daratan dengan bentuk dan ukuran mengikuti
bentuk struktur beton yang akan dicetak sesuai gambar kerja.
 Setelah bekesting selesai dibuat, dilanjutkan dengan pemasangan bekesting yang
disingkronkan dengan pemasangan tulangan.

Penulangan Pondasi
 Pekerja menggunakan APD yang sesuai.
 Memotong dan membentuk tulangan pondasi koker, lantai arus dan balok pondasi.
(dilakukan di daratan)
 Membuat beugel pondasi dari besi yang dibentuk dengan metode pembengkokan
sesuai gambar kerja.
 Ujung bengkokan beugel dibuat dengan model kait miring, panjang minimal kaitan 5
cm atau sesuai petunjuk Direksi/Pengawas Utama
 Merakit tulangan pondasi dan lantai arus dilakukan diatas lantai kerja.
 Tulangan utama balok pondasi berada di posisi bagian dalam lingkar beugel.
 Jumlah tulangan utama dan jarak beugle sesuai dengan gambar kerja.
 Setiap persilangan tulangan utama dan beugle diikat kuat dengan kawat bendrat
sehingga posisi dan jarak beugle tidak bisa berubah.
 Memasang tulangan stek vertikal dinding koker dengan cara merakit dan
menyatukannya pada tulangan lantai arus.
 Ujung tulangan vertikal dinding pilar dibuat kaitan miring.
 Memastikan tulangan pada posisi yang tepat dan tidak menempel pada bekisting.
Bisa dibantu dengan pemasangan alas beton pada bagian samping dan bawah
tulangan.
Pengecoran pondasi dan lantai arus
 Pekerja menggunakan APD yang sesuai.
 Menyiapkan campuran beton K-225 sebagaimana disyaratkan dalam spektek.
 Beton dicampur dalam concrete mixer yang dijalankan secara mekanis dengan jenis
dan ukuran yang distujui oleh Direksi.
 Pencampur dilengkapi dengan tangki air yang mencukupi dan alat ukur yang akurat
untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap
penakaran.
 Bahan-bahan beton yang telah disetujui Direksi/Pengawas Utama dicampur
menggunakan mesin pengaduk beton (concrete mixer). Lama pengadukan antara 1,5
– 3 menit atau sesuai petunjuk Direksi/Pengawas Utama setelah bahan-bahan beton
dimasukan kedalam molen pengaduk.

Untuk menjaga konsistensi dalam komposisi adukan akan digunakan dolak dari kayu
yang ukurannya telah ditentukan bersama dan disetujui Direksi Lapangan kecuali
apabila diminta perubahan komposisi dan konsistensi adukan oleh pengguna jasa.

Pertama-tama concrete mixer diisi dengan agregat (batu, pasir) dan semen yang
telah ditakar, dan selanjutnya pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan. Alat
dijalankan hingga agregat dan semen tercampur rata. Waktu pencampuran akan
diukur pada saat air dimasukkan ke dalam campuran bahan kering. Lama
pencampuran setelah air dimasukan adalah hingga campuran terlihat benar-benar
merata.

Adukan beton yang sudah matang segera dikeluarkan dari mesin pengaduk kedalam
gerobak dorong, dari gerobak dorong adukan beton dituangkan ke dalam cetakan.

Pada saat pengecoran beton ditusuk-tusuk dengan kayu atau menggunakan vibrator
supaya tidak terdapat rongga pada sheetpile beton.

Hasil pengecoran harus selalu dijaga dari kerusakan dan pengeringan yang ekstrim.
Dilakukan dengan menutupkan karung goni yang dijaga agar tetap basah dengan
penyiraman secara rutin selama 3 hari.

 Pengecoran pondasi dan lantai arus dilakukan dengan bantuan talang yang dibuat
dari papan mal untuk mempermudah menyaluran beton cair ke dalam bekesting.
 Pengecoran pondasi dan lantai arus dilakukan sekaligus sehingga konstruksi menjadi
satu kesatuan yang monolite.
 Setelah pondasi mengering dan keras maka bekesting harus dibuka sesuai petunjuk
Direksi/Pengawas Utama.
Konstruksi dinding dan sayap samping

 Pekerja menggunakan APD yang sesuai.


 Merakit tulangan dinding dan sayap. Dari overstake pembesian dilakukan
penyambungan ke pembesian dinding dan juga sayap samping.
 Tulangan dibuat dengan bentuk, dimensi dan jarak penulangan sesuai gambar kerja.
 Setiap persilangan tulangan diikat kuat dengan kawat bendrat.
 Dalam waktu yang sama tim pekerja yang lain membuat bekesting dinding dan koker
dan dinding sayap.
 Bekesting dibuat dari multiplex tebal 9 mm diperkuat dengan rusuk-rusuk kayu
dengan ukuran sesuai gambar kerja.
 Bentuk jadi lempengan bekisting menyesuaikan dengan bentuk beton yang akan
dicetak.
 Setelah perakitan tulangan, pembuatan bekisting, dengan memasang bekisting.
 Bekisting dinding koker dan dinding sayap dipasang tegak lurus, diperkuat dengan
perancah dan sekur.
 Tulangan harus dipastikan tidak menempel pada bekisting, dilakukan dengan
pemasangan tahu beton pada tulangan.
 Setelah bekisting terpasang rapi dan kuat, maka dilaporkan kepada Direksi/Pengawas
Utama untuk mendapat ijin melanjutkan pada tahap pengecoran beton.
 Setelah diijinkan oleh Direksi/Pengawas Utama maka pengecoran dinding dapat
dilakukan.
 Diawali dengan membuat campuran beton K-225 sesuai dengan JMF.
 Jika terdapat genangan air pada area yang akan dicor maka dilakukan dewatering
dengan menggunakan mesin sedot.
 Selama pelaksanaan pengecoran berjalan maka harus dijamin tidak ada genangan air
pada lokasi pengecoran.
 Selanjutnya pengecoran dilakukan oleh pekerja alat pengangkut (gerobak dorong
roda satu/ember), yang mengangkut beton dari molen dan menuangkan kedalam
cetakan.
 Agar hasil pengecoran padat tidak berongga maka dibantu dengan vibrator.
 Setelah pengecoran selesai, beton harus dijaga agar tetap lembab dan basah,
dilakukan dengan menutupkan karung goni dan dibasahi dengan air.

Pekerjaan Konstruksi Atas


 Membuat dan memasang perancah, bekisting lantai atas.
 Merakit dan memasang tulangan lantai atas sesuai gambar kerja.
 Memasang tahu beton antara tulangan dan bekisting secukupnya.
 Membuat campuran beton K-225 sesuai JMF dan melakukan pengecoran lantai atas
seijin Direksi.
 Setelah pengecoran selesai, beton harus dijaga agar tetap lembab dan basah,
dilakukan dengan menutupkan karung goni dan dibasahi dengan air.
 Setelah beton mengeras dan seijin Direksi/Pengawas Utama dilakukan
pembongkaran bekesting.
 Bila dianggap kurang rapi maka dilakukan perapihan dengan plasteran sesuai
petunjuk Direksi.
Pemasangan Sand Cement Bag
 Pemasangan sand cement bag dilakukan setelah pekerjaan konstruksi selesai agar
sand cement bag tidak rusak/robek akibat pekerjaan konstruksi atau sesuai petinjuk
Direksi Teknis.
 Sand cement bag dipasang ditempat-tempat yang ditunjukan pada gambar kerja.
 Sand cement bag di buat dengan ukuran dan jumlah sesuai spektek.

Penimbunan Oprit
 Dilakukan penimbunan oprit, dan perataan timbunan kanan-kiri sambil dipadatkan
mengikuti petunjuk Direksi.
 Timbunan menggunakan tanah pilihan berkualitas baik.
 Pemadatan dapat dibantu dengan stamper seijin Direksi Teknis.
 Penimbunan harus padat dan hasil permukaan akhir rata dengan permukaan atas box
culvert.

Pekerjaan lain-lain
 Dilakukan pengecatan pada bangunan utama dengna menggunakan cat yang tahan
terhadap air.
 Pembuatan dan pemasangan nomenklatur setelah mendapat persetujuan Direksi
Teknis.
 Pembongkaran kistdam
Konstruksi kisdam dibongkar dengan sempurna.
 Menutup saluran pengelak
Jika sebelumnya dibuat saluran pengelak, maka setelah konstruksi Box Culvert
selesai, harus dilakukan penutupan saluran pengelak.
Penutupan dilakukan dengan menimbun saluran pengelak dengan material tanah
hingga padat.
Jika diperlukan harus dibuat barau pada timbunan bagian tepi saluran agar tidak
tergerus arus air.
 Perapihan tanggul depan dan belakang Box Culvert jika ada bagian yang rusak akibat
pekerjaan pembangunan Box Culvert.

4. PEKERJAAN MONITORING

 Mengadakan pertemuan dengan pihak Direksi pekerjaan.


 Membuat laporan harian.
 Membuat laporan Mingguan.
 Membuat laporan Bulanan.
 Membuat laporan evaluasi kemajuan pelaksanaan pekerjaan dengan rencana
kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang telah disepakati bersama sesuai Dokumen
Perjanjian Kerja.
5. DOKUMENTASI PEKERJAAN

Pengambilan foto dokumen.


- Awal Pekerjaan
- Sedang Pelaksanaan.
- Akhir Pekerjaan.
Pengambilan dokumentasi harus memperhatikan titik ikat pengambilan, sehingga
foto 0% - sedang kerja – 100% adalah foto pada titik yang sama sesuai petunjuk
Direksi/Pengawas Utama.

6. PEKERJAAN AKHIR

a. Pengukuran akhir seluruh hasil pekerjaan As Built Drawing ( A.B.D ) dan membuat
daftar perhitungan volume dan gambar ABD sesuai dengan spesifikasi teknis dan
petunjuk Direksi/Pengawas Utama. Dari hasil akhir pengukuran dan perhitungan
volume ABD maka harus dipastikan volume kontrak telah terpenuhi.
b. Demobilisasi Peralatan dan tenaga.
Setelah semua volume kontrak terpenuhi maka dilakukan demobilisasi atas ijin
Direksi/ Pengawas Utama.
Demobilisasi dilakukan dengan menerapkan prosedur keselamatan kerja
sebagaimana mobilisasi.
c. Melaksanakan pemeliharaan pekerjaan selama masa pemeliharaan.

Anda mungkin juga menyukai