JAWABAN
1. Beberapa kebijakan kolonial belanda sebagai berikut:
a. Pada tahun 1808 Gubernur Jenderal V Daendels memerintahkan agar para bupati
di pulau jawa memberi peluang pendidikan bagi kalangan rakyat jelata, tapi
kebijakan ini tidak dapat terealisir.
b. Pada tahun 1811- 1816 ketika pemerintahan dipimpin oleh raffles, pendidikan
bagi rakyat jelata juga tidak dapat diselenggarakan.
c. Pada tahun 1816 Komosaris Jenderal C. G. C. Reinderwardt mengeluarkan
undang-undang pengajaran yang dapat menjadi pedoman dasar pendirian sekolah,
tetapi peraturan pemerintahan yang dikeluarkan tahun 1818 sama sekali tidak
menyangkut perluasan pemdidikan bagi seluruh lapisan rakyat indonesia.
d. Pada zaman Gubernur Jenderal Van den Bosch berkuasa, dikeluarkan kebijakan
Culturstelsel ( Tanam Paksa ) bagi seluruh rakyat indonesia, agar belanda
mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya itu.
e. Pada tahun 1863 dan 1864 pemerintah belanda mengeluarkan kebijakan yang
memberi peluang bekerja kepada penduduk pribumi atau rakyat jelata untuk
menjadi pegawai rendahan dan pegawai menengah dikantor-kantor apabila
memenuhi syarat, yakni dapat lulus dari ujian calon pegawai.
f. Pada tahun 1893 keluar kebijakan diferensiasi sekolah untuk kalangan bumi
putera, yaitu Sekolah Kelas 1 untuk golongan orang-orang belanda, priyayi, dan
orang-orang kaya. Adapun Sekolah Kelas 2 diberlakukan untuk golongan rakyat
jelata.
g. Setelah politik Etnis diberlakukan, maka tahun 1907 Gubernur Jenderal Van
Heutz mengeluarkan kebijakan tentang Bumi Putera, yakni sebagai berikut:
pertama, mendirikan Sekolah Desa yang diselenggarkan oleh pemerintah Desa.
Kedua, membangun sifat khas belanda pada sekolah Kelas 1.
h. Berbagai upaya untuk memberi peluang pendidikan bagi kaum bumi putera terus
dilakukan, namun pada tahun 1930-an usaha memperluas pendidikan bagi kaum
Bumi Putera itu mengalami hambatan.
2. Riwayat singkat pendidikan taman siswa :
Pendiri pendidikan Taman Siswa atau lebih dikenal dengan perguruan Taman
Siswa ini adalah seorang bangsawan dari Yogyakarta bernama R.M. Suwardi
Suryaningrat. Dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 2 mei 1889 dari ayah bernama
KPH Suryaningrat. Setelah usia 39 tahun atau 40 tahun ( tahun jawa ), tepatnya pada
tanggal 23 februari 23 februari 1928 bergantu nama menjadi Ki Hajar Dewantara.
Pendidikan yang telah ditempuh dimulai dari Sekolah Dasar Belanda ( Europesche
Lagere School ), kemudian melanjutkan pendidikan ke sekolah dokter di stovia.
Berhubung kekurangan biaya, sekolah ini ditinggalkan, kemudian bekerja dan
memasuki dunia politik bersama-sama lulusan stovia yang lain seperti Dr. Cipto
Mangunkusumo dan Dr. Danudirjo Setyabudi ( Dr. Douwes Dekker).