A. Kompetensi Dasar
3.16 Membandingkan isi resensi untuk menemukan sistematika sebuah resensi.
B. Indikator
3.16.1 Menemukenali isi dan sistematika teks resensi.
3.16.2 Membandingkan isi dari dua teks resensi berdasarkan sistematika.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik mampu menemukenali isi dan sistematika teks resensi .
2. Peserta didik mampun membandingkan isi dari dua teks resensi berdasarkan sistematika.
D. Materi Pembelajaran
1. Pengertian teks resensi
2. Sistematika teks resensi
Pengertian Resensi
Adapun penjelasannya
1. Judul resensi: judul resensi harus selaran dengan keseluruhan isi resensi.
2. Identitas buku: judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, tebal buku.
3. Pendahuluan: bisa dituliskan hal-hal berikut.
a. memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja
yang diperoleh;
b. membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun
oleh pengarang lain;
c. memaparkan kekhasan atau sosok pengarang;
d. memaparkan keunikan buku;
e. merumuskan tema buku;
f. mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku;
g. mengungkapkan kesan terhadap buku;
h. memperkenalkan penerbit;
i. mengajukan pertanyaan;
j. membuka dialog.
4. Isi/inti: berisi sinopsis, ulasan singkat buku, keunggulan buka, kelemahan buku, rumusan
kerangka buku, dan tinjauan bahasa.
5. Penutup: berisi saran atau pernyataan buku itu penting untuk siapa dan mengapa.
Pemodelan
Judul Buku : Cewek Smart
Pengarang Buku : Ria Fariana
Penerbit Buku : Gema Insani
Kota Terbit : Jakarta, Indonesia
Tahun Terbit : Tahun 2008
Tebal Buku : 200 Halaman
Buku “Cewek Smart” ditulis untuk membantu para remaja perempuan supaya mampu
menyikapi problematika sekitar. Buku ini juga mengupas bagaimana menjadi wanita yang cerdas serta
mempunyai inner beauty (kepribadian) yang baik dimana sesuai dengan syariat.
Wanita yang cerdas tidak dapat diukur dari nilai raportnya maupun yang lain, namun wanita
yang cerdas yaitu wanita yang mampu memanfaatkan kecerdasaannya untuk menambah
keyakinannya, yang mampu mendekatkan dirinya kepada Tuhannya. Ia juga mampu menyelesaikan
semua permasalahan hidupnya dengan tolak ukur tertentu serta penuh dengan tanggung jawab. Secara
keseluruhan, buku ini membahas mengenai dasar-dasar bagaimana menjadi seorang wanita yang
soliha dan wanita yang cerdas.
Buku ini mampu membantu kita menyadarkan sebagai remaja perempuan untuk melakukan
sesuatu dan besukap sesuai dengan syariat islam dengan begitu kita dapat meilih mana yang harus
dilakukan dan mana yang harus kita tinggalkan. Dengan kata-kata yang bijaksana buku ini lebih
menarik seperti kata-kata “Islam mendorong perempuan untuk cerdas agar tiak mudah dibodohi oleh
siapapun.”
Buku ini menawarkan banyak kelebihan, diantaranya buku smart women dapat menjadi
tuntunan bagi remaja perempuan pada zaman sekarang, terutama bagi yang sedang ingin berhijrah dan
memperbaiki diri. Selain itu bahasa yang digunakan sangat simple, sehingga mudah sekali untuk
dipahami . Sampul pada buku ini juga menambah kelebihan dari buku ini, dengan kartun yang lucu
dan penuh warna.
Tidak ada karya yang sempurna, seperti buku ini masih mempunyai kekurangan. Dalam
penjualan buku ini masih sangat terbatas dan ilustrasi pada buku ini masih berwarna hitam putih.
Tabel
Sistematika/Unsur Isi
Judul Resensi Wanita Cerdas
Idententitas 1. Judul Buku : Cewek Smart
2. Pengarang Buku : Ria Fariana
3. Penerbit Buku : Gema Insani
4. Kota Terbit : Jakarta, Indonesia
5. Tahun Terbit : Tahun 2008
6. Tebal Buku : 200 Halaman
Laskar Pelangi merupakan judul novel yang pertama kali dirilis oleh penulis fenomenal
Andrea Hirata. Novel ini diterbitkan oleh penerbit bentang pustaka pada tahun 2005. Dalam
perkembangannya, Andrea Hirata selanjutnya merilis tiga novel sekuel Laskar Pelangi berikutnya
yakni Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Laskar Pelangi sendiri mengisahkan tentang
kehidupan 10 anak miskin yang berjuang keras demi meneruskan pendidikan mereka di kampung
Gantong, Pulau Belitung. Kesepuluh anak yang bersekolah di SD Muhammadiyah Gantong tersebut
hampir sebagian besar dari mereka adalah anak dari para penambang timah di pulau dengan hasil
kekayaan alam timah terbesar di dunia. Akan tetapi kekayaan alam tak selalu berbanding lurus dengan
tingkat kesejahteraan penduduk asli pada suatu wilayah. Kenyataan itulah yang harus diterima oleh
para orang tua, anak-anak, dan seluruh warga miskin di daerah tersebut.
Buku ini mengisahkan tentang kehidupan 10 anak yang berasal dari keluarga miskin di
sebuah sekolah SD Muhammadiyah di pulau Belitong provinsi Bangka Belitung. Kebanyakan dari
anak-anak itu berasal dari keluarga yang berprofesi sebagai penambang timah. Dengan segala
keterbatasan yang mereka miliki, mereka menjalani aktivitas pendidikan mereka di sekolah tua yang
hampir rubuh dan serba minim fasilitas. Meskipun begitu, mereka tetap bersemangat dalam menjalani
kewajiban mereka sebagai seorang pelajar.
Kesepuluh anak itu diantaranya ialah Ikal (Andrea Hirata), Lintang Samudera Basara bin
syahbani, Sahara Aulia Fadillah binyi K.A. Muslim Ramdani Fadillah, Mahar Ahlan bin Jumadi ahlan
bin Zubair bin Awam, A kiong (Muhammad Jundullah Gufron Nur Zaman), Syahdan Noor Aziz bin
Syahari Noor Aziz, Mukharam Kucai Khairani, Borek alias Samson, Trapani Ihsan Jamari bin
Zainuddin Ilham Jamari, dan Harun Ardhli Ramadhan bin Syamsul Hazana Ramadhan. Dalam
perjalanannya, anak-anak ini akan mendapatkan teman baru yang juga bersekolah di SD
Muhammadiyah. Anak tersebut ialah seorang gadis cantik anak seorang pegawai PN timah yang
bernama Flo.
Keadaan sekolah Muhammadiyah tempat 10 anak itu bersekolah begitu memperihatinkan.
Dari segi bangunan sekolah ini hampir roboh sehingga perlu disangga dengan sebuah batang pohon
besar. Pemerintah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan provinsi sumatera Selatan telah
memberikan sebuah peringatan kepada SD Muhammadiyah, peringatan tersebut berisikan apabila
sekolah itu tidak bisa menampung minimal 10 siswa, maka dengan sangat terpaksa sekolah tersebut
harus ditutup. Dihari penerimaan siswa telah terkumpul 9 siswa, namun persyaratan agar sekolah tetap
berdiri dan ditutup ialah sekolah harus bisa menerima minimal 10 murid. Disaat-saat yang genting,
ketika Pak Harvan dengan berat hati hendak berpidato dan memberitahu kepada wali murid yang telah
datang untuk berlapang dada karena sekolah muhammadiyah tua ini harus ditutup karena tidak
memenuhi kuota siswa yakni minimal sepuluh orang, Tiba-tiba datanglah Harun, seorang anak yang
memiliki keterbelakangan mental yang berkeinginan kuat untuk bersekolah. Akhirnya siswa pun
berjumlah menjadi 10 anak, dan sekolah pun tak jadi ditutup. Peristiwa tersebut berlangsung sangat
dramatis.
Dalam aktivitas belajarnya mereka didampingi oleh seorang guru yang begitu sabar dalam
mendidik mereka, guru tersebut ialah ibu guru Muslimah. Ibu Muslimah hanyalah seorang wanita
lulusan Sekolah Kepandaian Putri (SKP), sekolah yang sederajat dengan SMP. Namun dengan
tekadnya yang luar biasa serta ketulusannya mengajar, lambat laum membuatnya menjadi wanita yang
tegar dan berdedikasi dalam profesinya sebagai pengajar. Dalam novel ini, Bu Muslimah lah yang
memberi julukan 10 anak itu sebagai laskar pelangi.
Dalam aktivitas pembelajaran, anak-anak juga dididik oleh bapak Harvan Efendi Noor atau
yang akrab di sapa pak Harvan. Selain mengajar, beliau juga sebagai kepala sekolah di SD
Muhammadiyah tersebut. Pak Harvan seringkali bercerita tentang kisah-kisah para nabi dan rasul
sebagai contoh pelajaran dari umat-umat terdahulu kepada anak-anak laskar pelangi. Suatu ketika pak
Harvan bercerita tentang kisah nabi Nuh yang membuat perahu besar dan terjadinya musibah banjir
bandang yang melanda kaumnya yang kufur. Akan tetapi nabi Nuh beserta kaumnya selamat berkat
pertolongan dari Allah SWT yang telah memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat perahu besar yang
nantinya akan digunakan pada saat banjir bandang.
Kelebihan dari buku ini adalah terletak dari cara penyampaian bahasa tulis dari Andrea Hirata
yang begitu khas dan menarik. Dengan aksen-aksen Melayunya yang kental serta menggambarkan
latar belakang sosial budaya etnis melayu yang unik serta menarik untuk diceritakan. Buku ini juga
memuat tentang kisah persahabatan serta ketabahan dalam menghadapi segala tantangan hidup. Selain
itu kritik sosial terhadap pemerintah juga sangat jelas digambarkan oleh penulis dengan adanya
ketidakmerataan pembangunan di daerah serta absennya pemerintah dalam perkembangan dunia
pendidikan khususnya di daerah terpencil.
Kekurangan dari novel ini yakni terletak pada pengaburan waktu, tempat, dan nama tokoh
dalam novel tersebut. Novel ini diadaptasi dari pengalaman masa kecil penulis yang berarti kisah di
dalamnya merupakan sebuah fakta, mengingat banyak kritik sosial yang terdapat dalam novel lskar
pelangi. Waktu dalam novel tersebut sengaja dibuat kabur dan terkesan abu-abu sehingga masalah-
masalah sosial pada saat itu terasa sangat kabur dan tidak jelas.
Dari resensi singkat mengenai novel Laskar pelangi ini tentunya dapat diambil banyak
kesimpulan yakni tentang ketabahan dalam menjalani hidup, pentingnya pendidikan, serta bersyukur
kepada Allah SWT.
Tabel
Sistematika/Unsur Isi
Judul Resensi Semangat Meraih Cita-Cita
Idententitas 1. Judul buku : Laskar Pelangi
2. Pengarang : Andrea Hirata
3. Penerbit : Bentang Pustaka
4. Kota Terbit : Yogyakarta
5. Tahun Terbit: 2005
6. Halaman : XXXIV, 529 halaman
7. ISBN : ISBN 979-3062-79-7
Pendahuluan Laskar Pelangi merupakan judul novel yang
pertama kali dirilis oleh penulis fenomenal
Andrea Hirata. Novel ini diterbitkan oleh
penerbit bentang pustaka pada tahun 2005.
Dalam perkembangannya, Andrea Hirata
selanjutnya merilis tiga novel sekuel Laskar
Pelangi berikutnya yakni Sang Pemimpi,
Edensor, dan Maryamah Karpov. Laskar
Pelangi sendiri mengisahkan tentang kehidupan
10 anak miskin yang berjuang keras demi
meneruskan pendidikan mereka di kampung
Gantong, Pulau Belitung. Kesepuluh anak yang
bersekolah di SD Muhammadiyah Gantong
tersebut hampir sebagian besar dari mereka
adalah anak dari para penambang timah di pulau
dengan hasil kekayaan alam timah terbesar di
dunia. Akan tetapi kekayaan alam tak selalu
berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan
penduduk asli pada suatu wilayah. Kenyataan
itulah yang harus diterima oleh para orang tua,
anak-anak, dan seluruh warga miskin di daerah
tersebut.
Inti/Isi Resensi Buku ini mengisahkan tentang
kehidupan 10 anak yang berasal dari keluarga
miskin di sebuah sekolah SD Muhammadiyah di
pulau Belitong provinsi Bangka Belitung.
Kebanyakan dari anak-anak itu berasal dari
keluarga yang berprofesi sebagai penambang
timah. Dengan segala keterbatasan yang mereka
miliki, mereka menjalani aktivitas pendidikan
mereka di sekolah tua yang hampir rubuh dan
serba minim fasilitas. Meskipun begitu, mereka
tetap bersemangat dalam menjalani kewajiban
mereka sebagai seorang pelajar.
Kesepuluh anak itu diantaranya ialah
Ikal (Andrea Hirata), Lintang Samudera Basara
bin syahbani, Sahara Aulia Fadillah binyi K.A.
Muslim Ramdani Fadillah, Mahar Ahlan bin
Jumadi ahlan bin Zubair bin Awam, A kiong
(Muhammad Jundullah Gufron Nur Zaman),
Syahdan Noor Aziz bin Syahari Noor Aziz,
Mukharam Kucai Khairani, Borek alias Samson,
Trapani Ihsan Jamari bin Zainuddin Ilham
Jamari, dan Harun Ardhli Ramadhan bin
Syamsul Hazana Ramadhan. Dalam
perjalanannya, anak-anak ini akan mendapatkan
teman baru yang juga bersekolah di SD
Muhammadiyah. Anak tersebut ialah seorang
gadis cantik anak seorang pegawai PN timah
yang bernama Flo.
Keadaan sekolah Muhammadiyah
tempat 10 anak itu bersekolah begitu
memperihatinkan. Dari segi bangunan sekolah
ini hampir roboh sehingga perlu disangga
dengan sebuah batang pohon besar. Pemerintah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
provinsi sumatera Selatan telah memberikan
sebuah peringatan kepada SD Muhammadiyah,
peringatan tersebut berisikan apabila sekolah itu
tidak bisa menampung minimal 10 siswa, maka
dengan sangat terpaksa sekolah tersebut harus
ditutup. Dihari penerimaan siswa telah
terkumpul 9 siswa, namun persyaratan agar
sekolah tetap berdiri dan ditutup ialah sekolah
harus bisa menerima minimal 10 murid. Disaat-
saat yang genting, ketika Pak Harvan dengan
berat hati hendak berpidato dan memberitahu
kepada wali murid yang telah datang untuk
berlapang dada karena sekolah muhammadiyah
tua ini harus ditutup karena tidak memenuhi
kuota siswa yakni minimal sepuluh orang, Tiba-
tiba datanglah Harun, seorang anak yang
memiliki keterbelakangan mental yang
berkeinginan kuat untuk bersekolah. Akhirnya
siswa pun berjumlah menjadi 10 anak, dan
sekolah pun tak jadi ditutup. Peristiwa tersebut
berlangsung sangat dramatis.
Dalam aktivitas belajarnya mereka
didampingi oleh seorang guru yang begitu sabar
dalam mendidik mereka, guru tersebut ialah ibu
guru Muslimah. Ibu Muslimah hanyalah seorang
wanita lulusan Sekolah Kepandaian Putri (SKP),
sekolah yang sederajat dengan SMP. Namun
dengan tekadnya yang luar biasa serta
ketulusannya mengajar, lambat laum
membuatnya menjadi wanita yang tegar dan
berdedikasi dalam profesinya sebagai pengajar.
Dalam novel ini, Bu Muslimah lah yang
memberi julukan 10 anak itu sebagai laskar
pelangi.
Dalam aktivitas pembelajaran, anak-
anak juga dididik oleh bapak Harvan Efendi
Noor atau yang akrab di sapa pak Harvan.
Selain mengajar, beliau juga sebagai kepala
sekolah di SD Muhammadiyah tersebut. Pak
Harvan seringkali bercerita tentang kisah-kisah
para nabi dan rasul sebagai contoh pelajaran
dari umat-umat terdahulu kepada anak-anak
laskar pelangi. Suatu ketika pak Harvan
bercerita tentang kisah nabi Nuh yang membuat
perahu besar dan terjadinya musibah banjir
bandang yang melanda kaumnya yang kufur.
Akan tetapi nabi Nuh beserta kaumnya selamat
berkat pertolongan dari Allah SWT yang telah
memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat
perahu besar yang nantinya akan digunakan
pada saat banjir bandang.
Keunggulan Buku Kelebihan dari buku ini adalah terletak dari cara
penyampaian bahasa tulis dari Andrea Hirata
yang begitu khas dan menarik. Dengan aksen-
aksen Melayunya yang kental serta
menggambarkan latar belakang sosial budaya
etnis melayu yang unik serta menarik untuk
diceritakan. Buku ini juga memuat tentang kisah
persahabatan serta ketabahan dalam menghadapi
segala tantangan hidup. Selain itu kritik sosial
terhadap pemerintah juga sangat jelas
digambarkan oleh penulis dengan adanya
ketidakmerataan pembangunan di daerah serta
absennya pemerintah dalam perkembangan
dunia pendidikan khususnya di daerah terpencil.
Kekurangan Buku Kekurangan dari novel ini yakni terletak pada
pengaburan waktu, tempat, dan nama tokoh
dalam novel tersebut. Novel ini diadaptasi dari
pengalaman masa kecil penulis yang berarti
kisah di dalamnya merupakan sebuah fakta,
mengingat banyak kritik sosial yang terdapat
dalam novel lskar pelangi. Waktu dalam novel
tersebut sengaja dibuat kabur dan terkesan abu-
abu sehingga masalah-masalah sosial pada saat
itu terasa sangat kabur dan tidak jelas.
Penutup Dari resensi singkat mengenai novel Laskar
pelangi ini tentunya dapat diambil banyak
kesimpulan yakni tentang ketabahan dalam
menjalani hidup, pentingnya pendidikan, serta
bersyukur kepada Allah SWT.