Anda di halaman 1dari 8

1.

Siklus atkinson

Mesin Atkinson adalah mesin yang prinsip kerjanya hampir sama dengan siklus Otto, hanya yang
membedakan adalah penghubung piston dengan crankshaft

Proses yang berlaku pada siklus Atkinson sama dengan yang terjadi pada siklus otto, yaitu:

1. Intake Strokes : Piston turun sambil menyedot udara dan bahan bakar ke dalam
silinder.
2. Compression stroke : piston naik ke atas sambil menekan campuran udara bahan
bakar tersebut. Hasilnya tekanan makin tinggi, campuran makin padat dan siap
dibakar oleh percikan api busi.
3. Power or expansion stroke : Busi memercikkan apinya, sehingga terjadi ledakan keras
yang mendorong piston ke bawah. Inilah yang dirasakan sebagai tenaga mesin.
4. Exhaust stroke : Setelah itu piston kembali bergerak ke atas. Kali ini untuk
mendorong sisa pembakaran keluar ke knalpot.

Siklus Atkinson ideal terdiri dari beberapa langkah:

 1-2 Isentropic atau tekanan adiabatik yang dapat dibalik


 2-3 pemanasan secara isokhorik (Qp)
 3-4 pemanasan secara isobarik (Qp’)
 4-5 penambahan isentropic
 5-6 pendinginan isokhorik (Qo)
 6-1 pendinginan isobarik (Qo’)

 Keunggulan siklus Atkinson

Mesin dengan siklus Otto memiliki efisiensi thermal sekitar 20% tapi dengan siklus Atkinson


meningkat menjadi lebih dari 30% mendekati efisiensi termal mesin Diesel yang lebih
dari 40%. Perubahan siklus Otto ke Atkinson bisa dirasakan contohnya pada mobil LCGC
Daihatsu Ayla. Perubahan berupa durasi bukaan katup masuk, katup masuk terbuka lebih
lama, malahan katup masih terbuka saat langkah kompresi berjalan. Akibat katup masuk

i
terbuka saat langkah kompresi mengakibatkan gas yang sudah masuk ke silinder akan tertiup
kembali ke saluran masuk. Ini menjadikan tekanan di saluran intake, sangat menguntungkan
bagi silinder berikutnya yang akan melakukan langkah hisap (sudah tersedia udara
bertekanan mirip turbo). Di sisi lain udara terkompresi menjadi lebih sedikit (karena sebagian
bocor pada katup intake yang masih terbuka) menyebabkan terjadinya penurunan torsi yang
dihasilkan.

Torsi mesin kecil yang dihasilkan dapat dengan mudah diakali oleh para insinyur pabrikan
mobil melalui penyesuaian rasio gigi pada sistem transmisinya. konon penurunan torsi yang
dihasilkan bisa mencapai 10-20%.

Dengan Siklus Hisap yang lebih pendek maka langkah tenaga akan terjadi secara penuh
sepanjang langkah pistonnya. Ini menghasilkan tenaga lebih besar karena energi yang
terbuang menjadi jauh lebih kecil. Itu yang menyebabkan mobil dengan siklus ini lebih
efisien yang tentunya akan menjadi irit bahan bakar.

 Kekurangan Siklus Atkinson

Pada mesin Atkinson diperlukan banyak komponen tambahan sehingga mesin lebih sulit
dirakit dan harga mesin cenderung lebih mahal dibanding dengan mesin lainnya.

ii
2. Siklus Leonir

Siklus Lenoir adalah siklus termodinamika ideal yang sering digunakan untuk

memodelkan mesin jet pulsa .Ini didasarkan pada pengoperasian mesin yang dipatenkan

oleh Jean Joseph Etienne Lenoir. pada tahun 1860. Mesin ini sering dianggap sebagai mesin

pembakaran internal pertama yang diproduksi secara komersial.

Dalam siklusnya, gas ideal mengalami

1-2: Penambahan panas volume konstan ( isokorik );


2-3: Ekspansi isentropik ;
3-1: Penolakan panas tekanan konstan ( isobarik ).

Proses ekspansi isentropik dan karenanya tidak melibatkan interaksi panas. Energi diserap
sebagai panas selama pemanasan isokorik dan ditolak sebagai kerja selama ekspansi
isentropik. Limah panas ditolak selama pendinginan isobarik yang menghabiskan beberapa
pekerjaan.

iii
3. Siklus Stirling
Motor bakar stirling atau biasa juga disebut Mesin stirling adalah salah
satu mesin kalor dan didefinisikan sebagai mesin regenerasiudara panas
siklus tertutup. Dalam konteks ini, siklus tertutup berarti bahwa fluida
kerjanya secara permanen terkurung di dalam sistem, di mana mesin siklus
terbuka seperti mesin pembakaran internal dan beberapa mesin uap,
menukarkan fluida kerjanya dengan lingkungan sekitar sebagai bagiaan
dari siklus kerja. Regenerasi berarti bahwa adanya penggunaan alat penukar
panas internal, yang dapat meningkatkan efisiensi mesin. Banyak sekali
kemungkinan dari penggunaan mesin stirling ini, dengan mayoritas masuk ke
kategori mesin dengan piston tolak balik. Mesin stirling secara tradisional
diklasifikasikan ke dalam mesin pembakaran eksternal, meskipun panas bisa
didapatkan dari sumber selain pembakaran seperti tenaga
matahari maupun nuklir. Mesin stirling beroperasi melalui penggunaan
sumber panas eksternal dan heat sink eksternal, masing-masing dijaga agar
memiliki perbedaan temperatur yang cukup besar.

            Mesin stirling didefinisikan sebagai mesin regenerasi udara panas


siklus tertutup.  Dalam konteks ini, siklus tertutup berarti bahwa fluida
kerjanya secara permanen terkurung di dalam sistem.  Mesin stirling adalah
mesin kalor yang unik karena efisiensi teoritisnya mendekati efisiensi teoritis
maksimum yang lebih dikenal dengan efisiensi mesin carnot.
Mesin stirling bekerja karena adanya ekspansi gas ketika dipanaskan dan
diikuti kompresi gas ketika didinginkan. Mesin itu berisi sejumlah gas yang
dipindahkan antara sisi dingin dan panas terus-menerus. Perpindahan gas ini
dimungkinkan karena adanya piston displacer yang memindahkan gas antara
dua sisi dan piston power mengubah volume internal karena ekspansi dan
kontraksi gas. Piston yang berpindah disebut sebagai regenerator yang dapat
membangkitkan kembali udara.
             Siklus ini ditemukan oleh Stirling, dimana terdiri dari dua proses
isotermal dan dua proses volume konstan. Dua proses terakhir terjadi dengan
bantuan sebuah regenerator untuk membuat siklus ini reversibel.

Tipe-tipe mesin stirling

Stirling engine sendiri memiliki beberapa tipe,diantaranya:

a. Alpha-type

Mesin stirling tipe alpha ini merupakan mesin stirling dengan 2 piston,
dimana 2 piston ini sebagai hot-piston dan cold-piston. Dua piston ini
dipisahkan oleh heater, regenerator, serta cooler. Dibandingkan
dengan mesin stirling yang lain, tipe ini memiliki kelebihan pada
desainnya yang lebih simpel, lebih mudah dalam perawatan serta
perbaikannya. Namun justru membutuhkan material lebih banyak, dan
efisiensinya yang lebih rendah bila dibandingkan dengan jenis mesin

iv
stirling lainnya. Sehingga sangat berguna untuk mesin yang besar dan
tak bergerak (stationary).

b. Beta-type

Mesin stirling tipe beta ini merupakan bentuk mesin  stirling yang


paling popular. Mesin stirling ini hanya memiliki satu buah piston power
yang berada pada sebuah silinder sebagai displacer-piston. Dimana
displacer piston ini tidak menghasilkan power dari proses expanding
gad didalamnya, hanya menjalankan pergantian fluida kerja dari hot-
heat exchanger ke cold-heat exchanger. Desain dari mesin stirling ini
lebih kompleks dibanding mesin stirling lainnya. Perawatan serta
perbaikannya juga lebih susah, namun tidak memerlukan komponen
yang banyak dalam pembuatannya serta efisiensi yang paling tinggi.
Sehingga mesin ini cocok untuk aplikasi kecil skala laboratorium.

Gamma-type

Sejatinya mesin stirling tipe Gamma ini hampir sama dengan mesin
stirling tipe beta, namun piston powernya terpasang secara terpisah
dari piston displacer. Desain yang seperti akan membuat rasio
kompresinya lebih rendah, sehingga seringkali digunakan dalam mesin
stirling dengan multi-cylinder

v
Prinsip Kerja Mesin Stirling

Prinsip kerja stirling engine berdasarkan hokum termodinamika seperti


pada gambar di atas, dimana terdapat 4

tahapan didalamnya. Sehingga untuk menghitung energi pada siklus


stirling yaitu:

Dimana :

E = Energy (J)

P = Pressure (pa)

V = Volume (m-3)

n = molar quantity of gas (mol) 

R = universal gas constant (JK-1mol-1)

T = temperature (K)

vi
 

sehingga besarnya daya bisa dihitung dengan persamaan berikut:

Dengan :

p = power/daya (W)

W(E)cyc = energy of cycle

Sementara telah disebutkan besarnya pressure pada persamaan


sebelumnya, sehingga :

Keterangan: Rpm = rotation speed round/second 

Besarnya efisiensi dari sebuah mesin dapat dinyatakan sebagai


berikut:

Dimana persamaan di atas mengabaikan besarnya energi yang hilang


selama proses. Sedangkan pada kenyataannya, hilangnya energi
selama proses berlangsung tidak dapat dipungkiri. Sehingga besarnya
efisiensi dari mesin stirling bisa

dihitung menggunakan rumus Carnot di bawah ini

dimana pout = phot dan pin = pcool.

vii
viii

Anda mungkin juga menyukai