Siklus atkinson
Mesin Atkinson adalah mesin yang prinsip kerjanya hampir sama dengan siklus Otto, hanya yang
membedakan adalah penghubung piston dengan crankshaft
Proses yang berlaku pada siklus Atkinson sama dengan yang terjadi pada siklus otto, yaitu:
1. Intake Strokes : Piston turun sambil menyedot udara dan bahan bakar ke dalam
silinder.
2. Compression stroke : piston naik ke atas sambil menekan campuran udara bahan
bakar tersebut. Hasilnya tekanan makin tinggi, campuran makin padat dan siap
dibakar oleh percikan api busi.
3. Power or expansion stroke : Busi memercikkan apinya, sehingga terjadi ledakan keras
yang mendorong piston ke bawah. Inilah yang dirasakan sebagai tenaga mesin.
4. Exhaust stroke : Setelah itu piston kembali bergerak ke atas. Kali ini untuk
mendorong sisa pembakaran keluar ke knalpot.
i
terbuka saat langkah kompresi mengakibatkan gas yang sudah masuk ke silinder akan tertiup
kembali ke saluran masuk. Ini menjadikan tekanan di saluran intake, sangat menguntungkan
bagi silinder berikutnya yang akan melakukan langkah hisap (sudah tersedia udara
bertekanan mirip turbo). Di sisi lain udara terkompresi menjadi lebih sedikit (karena sebagian
bocor pada katup intake yang masih terbuka) menyebabkan terjadinya penurunan torsi yang
dihasilkan.
Torsi mesin kecil yang dihasilkan dapat dengan mudah diakali oleh para insinyur pabrikan
mobil melalui penyesuaian rasio gigi pada sistem transmisinya. konon penurunan torsi yang
dihasilkan bisa mencapai 10-20%.
Dengan Siklus Hisap yang lebih pendek maka langkah tenaga akan terjadi secara penuh
sepanjang langkah pistonnya. Ini menghasilkan tenaga lebih besar karena energi yang
terbuang menjadi jauh lebih kecil. Itu yang menyebabkan mobil dengan siklus ini lebih
efisien yang tentunya akan menjadi irit bahan bakar.
Pada mesin Atkinson diperlukan banyak komponen tambahan sehingga mesin lebih sulit
dirakit dan harga mesin cenderung lebih mahal dibanding dengan mesin lainnya.
ii
2. Siklus Leonir
Siklus Lenoir adalah siklus termodinamika ideal yang sering digunakan untuk
memodelkan mesin jet pulsa .Ini didasarkan pada pengoperasian mesin yang dipatenkan
oleh Jean Joseph Etienne Lenoir. pada tahun 1860. Mesin ini sering dianggap sebagai mesin
Proses ekspansi isentropik dan karenanya tidak melibatkan interaksi panas. Energi diserap
sebagai panas selama pemanasan isokorik dan ditolak sebagai kerja selama ekspansi
isentropik. Limah panas ditolak selama pendinginan isobarik yang menghabiskan beberapa
pekerjaan.
iii
3. Siklus Stirling
Motor bakar stirling atau biasa juga disebut Mesin stirling adalah salah
satu mesin kalor dan didefinisikan sebagai mesin regenerasiudara panas
siklus tertutup. Dalam konteks ini, siklus tertutup berarti bahwa fluida
kerjanya secara permanen terkurung di dalam sistem, di mana mesin siklus
terbuka seperti mesin pembakaran internal dan beberapa mesin uap,
menukarkan fluida kerjanya dengan lingkungan sekitar sebagai bagiaan
dari siklus kerja. Regenerasi berarti bahwa adanya penggunaan alat penukar
panas internal, yang dapat meningkatkan efisiensi mesin. Banyak sekali
kemungkinan dari penggunaan mesin stirling ini, dengan mayoritas masuk ke
kategori mesin dengan piston tolak balik. Mesin stirling secara tradisional
diklasifikasikan ke dalam mesin pembakaran eksternal, meskipun panas bisa
didapatkan dari sumber selain pembakaran seperti tenaga
matahari maupun nuklir. Mesin stirling beroperasi melalui penggunaan
sumber panas eksternal dan heat sink eksternal, masing-masing dijaga agar
memiliki perbedaan temperatur yang cukup besar.
a. Alpha-type
Mesin stirling tipe alpha ini merupakan mesin stirling dengan 2 piston,
dimana 2 piston ini sebagai hot-piston dan cold-piston. Dua piston ini
dipisahkan oleh heater, regenerator, serta cooler. Dibandingkan
dengan mesin stirling yang lain, tipe ini memiliki kelebihan pada
desainnya yang lebih simpel, lebih mudah dalam perawatan serta
perbaikannya. Namun justru membutuhkan material lebih banyak, dan
efisiensinya yang lebih rendah bila dibandingkan dengan jenis mesin
iv
stirling lainnya. Sehingga sangat berguna untuk mesin yang besar dan
tak bergerak (stationary).
b. Beta-type
Gamma-type
Sejatinya mesin stirling tipe Gamma ini hampir sama dengan mesin
stirling tipe beta, namun piston powernya terpasang secara terpisah
dari piston displacer. Desain yang seperti akan membuat rasio
kompresinya lebih rendah, sehingga seringkali digunakan dalam mesin
stirling dengan multi-cylinder
v
Prinsip Kerja Mesin Stirling
Dimana :
E = Energy (J)
P = Pressure (pa)
V = Volume (m-3)
T = temperature (K)
vi
Dengan :
p = power/daya (W)
vii
viii