Anda di halaman 1dari 20

MENGHITUNG BESAR SAMPEL (SAMPEL SIZE)

1.1.1. Defenisi Sampel


Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan. Penelitian dengan
menggunakan sampel lebih menguntungkan dibandingkan dengan penelitian
menggunakan populasi karena penelitian dengan menggunakan sampel lebih
menghemat biaya, waktu, dan tenaga. Dalam menentukan sampel, langkah awal
yang harus ditempuh adalah membatasi jenis populasi atau menentukan populasi
target.
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Atau sampel juga bisa disebut sebagai bagian kecil dari anggota
populasi yang diambil menurut prosedur tertentu yang dapat mewakili
populasinya. Sampel digunakan jika populasi yang di teliti besar, dan peneliti
tidak mungkin mempelajari seluruh populasi. Kendala tersebut dapat terjadi
karena adanya keterbatasan biaya, tenaga dan waktu yang di miliki peneliti.
Sampel yang akan digunakan dari populasi haruslah benar-benar dapat mewakili
populasi yang diteliti.

1.1.2. Ada beberapa kekeliruan yang mengkibatkan bias dalam penarikan


sampel, antara lain:

1. Penentuan populasi target.


2. Karakteristik sampel yang diambil tidak mewakili karakteristik populasi
target.
3. Kesalahan menentukan wilayah
4. Jumlah sampel yang terlalu kecil, tidak proporsional dengan jumlah
populasinya
5. Kombinasi dari beberapa kekeliruan diatas.
1.1.3. Kegunaan pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
a) Menghemat biaya.
b) Mempercepat pelaksanaan penelitian
c) Menghemat tenaga.
d) Memperkecil ruang lingkup penelitian.
e) Memperoleh hasil yang lebih akurat.

1.1.4. Pada dasarnya ada dua syarat yang harus dipenuhi dalam
menetapkan sampel yaitu:
a) Representatif. Representatif adalah sampel yang dapat mewakili
populasi yang ada.
b) Jumlah sampel cukup banyak.

1.1.5. Sampel
a. Pertimbangan

Untuk penelitian korelasional jumlah sampel minimal untuk memperoleh


hasil yang baik adalah 30, sedangkan dalam penelitian eksperimen jumlah sampel
minimum 15 dari tiap kelompok dan untuk penelitian survei jumlah sampel
minimum adalah 100. Besaran atau ukuran sampel sangat tergantung dari besaran
tingkat ketelitian atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Untuk risiko perbedaan
hasil antara populasi dengan sampel, dipergunakan kemungkinan tingkat
kesalahan (sampling error atau dapat ditulis dalam simbol “e”, tingkat
kelonggaran, “α”) misalnya 1%=0,01; 5%=0,05; 10%=0,1. Namun yang perlu
diperhatikan adalah semakin besar jumlah sampel (semakin mendekati populasi)
maka semakin kecil peluang kesalahan generalisasi. Sebaliknya, semakin kecil
jumlah sampel (menjauhi jumlah populasi) maka semakin besar peluang
kesalahan generalisasi.

b. Ukuran sampel
Penelitian di bidang kesehatan kebanyakan menggunakan desain atau
pendekatan cross sectional, meskipun ada beberapa yang menggunakan case
control atau pun kohort. Berikut ini adalah beberapa metode yang digunakan
dalam menentukan ukuran sampel.
1) Rumus Slovin

N
n=
1+ Ne ²

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Tingkat kesalahan dalam penelitian

Rumus Taro Yamane juga menyerupai Rumus Slovin dimana


istilah kesalahan atau e pada Slovin, diganti menggunakan istilah presisi
atau d pada Taro Yamane. Rumus Taro Yamane adalah sebagai berikut:

N
n= 1+ Nd ²

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

E = Presisi

2) Penelitian Cross Sectional


Untuk penelitian survei, rumus yang dapat digunakan adalah dengan
rumus estimasi proporsi. Jika besar populasi (N) diketahui, maka dapat
menggunakan rumus berikut:
Z 2 p ( 1− p ) N
n=
d 2 ( N −1 )+ Z ² p (1− p)
Namun apabila besar populasi (N) tidak diketahui, maka besar sampel
dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
Z 2 p ( 1− p )
n=
d2
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
Z = Derajat kepercayaan (biasanya pada tingkat 95%= 1,96)
P = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila
tidak diketahui proporsinya, ditetapkan 50% (0,50)
d = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang
diinginkan: 10% (0,10), 5% (0,05).

3) Sampel Berstrata
Rumus yang digunakan dalam sampel berstrata adalah sebagai berikut:
Nᵢ
nᵢ= N ×n

Keterangan:

Ni = Jumlah populasi pada stratum

N = Jumlah populasi seluruhnya

ni = Jumlah sampel pada stratum

n = Jumlah sampel seluruhnya

1.1.6. Jenis Sampel


Jenis sampel sangat diperlukan karena masing-masing jenis sampel
mempunyai prosedur yang beda secara umum sampel dapat digolongkan menjadi
dua jenis yakni sampel probabilitas dan sampel nonprobabilitas.
1. Sampel Probabilitas
Sampel probabilitas adalah himpunan unit atau elemen observasi
yang dipilih sedemikian rupa sehingga unit atau elemen dalam populasi
tersebut mempunyai peluang yang sama yang diketahui untuk terpilih.
Jenis sampel probabilitas adalah:
a) Sampel acak sederhana
Sampel Acak Sederhana adalah sampel yang diambil dari suatu
populasi dengan cara tidak memilih-milih individu yang dijadikan
anggota sampel atas dasar alasan tertentu atau alasan yang bersifat
subjektif seperti suka tidak suka atau mudah sulit dijangkau.

12345

Qazws 6 7 8 9 10

Xedcr 11 12 13 14 15
18
Fvtqb 16 17 18 19 20
12
Yhnmi 21 22 23 24 25
4
Klpo

Penarikan sampel acak sederhana

Prosedur sampel acak sederhana


1) Tentukan populasi yang akan diteliti.
2) Tentukan ukuran sampel yang akan digunakan.
3) Memberikan nomor pada semua anggota populasi,
4) Mengambil nomor tersebut secara acak sebanyak anggota sampel
yang telah ditentukan pada langkah
b) Sampel acak berlapis
Sampel acak berlapis adalah sampel yang elemennya dipilih secara
acak. Namun, sebelum hal ini dilakukan, populasinya "distratifikasi' terlebih
dahulu. Strata berarti lapisan atau subpopulasi sehingga dalam hal ini
populasi dipandang sebagai suatu kesatuan yang berlapis-lapis. Pembagian
populasi atas dasar lapisan subpopulasi atau strata disebut stratifikasi.

Prosedur menarik sampel acak berlapis


1. Tentukan populasi yang akan diteliti.
2. Tentukan ukuran sampelnya.
3. Identifikasi variable yang diteliti
4. Buat strata (lapisan atau subpopulasi yang diperlukan
5. Kelompokkan anggota populasi berdasarkan lapisan
6. Secara acak, pilihlah anggota sampel dari masing-masing lapisan.

c) Sampel acak klaster


Dari Klaster (cluster) berarti kelompok Sampel acak klaster berarti
penarikan populasi yang telah dikelompokkan terlebih dahulu. Berbeda
dengan sampel acak berlapis, dalam sampel acak klaster kita tidak memilih
individu secara langsung tetapi melalui kelompok yang dipilih secara acak.

Prosedur menarik sampel acak klaster

1. Tentukan populasi yang akan diteliti


2. Tentukan ukuran sampelnya.
3. Tentukan klastemya. Di sini yang lebih penting adalah alasan
mengapa kita menganggap objek penelitian tersebut sebagai klaster
4. Buat daftar nama klaster yang merupakan komponen populasi dan
harus jumlah klaster tersebut
5. Perkirakan jumlah rata-rata anggota per klaster 6.
6. Tentukan jumlah klaster yang diperlukan.Caranya, bagilah ukuran
sampel yang ditetapkan (butir 2) dengan angka perkiraan jumlah rata-
rata anggota per klaster (butir 5).
7. Secara acak, pilihlah jumlah klaster yang telah diperoleh (butir 6) Hal
ini dapat dilakukan dengan menggunakan tabel bilangan random.
8. Data yang Anda inginkan dapat diperoleh dari masing-masing anggota
klaster yang sudah terpilih (butir 7)
d) Sampel acak dua tahap
Sampel acak dua tahap merupakan sabungan dari sampel acak
klaster dan sampel acak sederhana. Pada sampel acak dua tahap,
pengambilan secara acak dilakukan dua kali yakni pada tahap kelompok
dan tahap individu dalam kelompok.

Penarikan Sampel Acak Dua Tahap klaster

Prosedur penarikan sampel acak dua tahap

1. Langkah l sampai dengan langkah 7 sama dengan langkah pada


sampel acak klaster
2. Langkah 8 adalah memilih secara acak anggota sampel dari masing-
masing klaster yang terpilih secara acak

2. Sampel Non probabilitas

Sampel nonprobabilitas mengandung pengertian bahwa anggota populasi


tidak diberi kesempatan atau peluang yang sama untuk dijadíkan atau dipilih
menjadi anggota sampel. Peneliti memilih sampel hanya dengan menggunakan
pertimbangan tertentu. Berapa sampel yang termasuk kategori sampel
nonprobabilitas adalah (a) sampel sistematis, (b) Sampel purposif, dan (c) Sampel
kuota

1) Sampel sistematis
Dalam sampel sistematis, anggota sampel dipilih berdasarkan nomor
tertentu dari populasi yang telah diberi nomor urut. Nomor tertentu di sini berarti
nomor yang telah didisain atau ditetapkan secara sistematis oleh peneliti sehingga
selisih atau perbedaan nomor antara setiap dua individu yang diambil selalu tetap.
Misalnya, jika peneliti menetapkan bahwa selisih antara dua anggota sampel
adalah 6 maka peneliti akan memilih individu yang bernomor 1,7, 13, 19, dan
seterusnya.

Prosedur sampel sistematis


1. Tentukan populasi yang akan kita teliti 2
2. Tentukan ukuran sampelnya.
3. Buat daftar nama atau nomor anggota populasi
4. Tentukan besarnya interval antara 2 anggota sampel yang berurutan
Interval ini dapat ditentukan dengan cara membagi jumlah anggota
populasi dengan jumlah sampel yang dikehendaki.
5. Tentukan satu anggota sampel yang pertama dari deretan teratas
daftar nama nomor populasi
6. Sampel kedua, ketiga dan seterusnya ditentukan dengan
menambahkan besar angka interval. Misal, jika anggota pertama
sampel bernomor 1 (butir 5) dan besar interval yang kita gunakan
adalah 10 (butir 4), maka anggota sampel kedua, ketiga adalah
individu yang bernomor 11,21, dan seterusnya.

b). Sampel purposif


Penarikan sampel dapat juga dilakukan atas dasar pengetahuan dan
pertimbangan pribadi peneliti. Kata "purposif berasal dari bahasa Inggris
purposive yang berarti sengaja. Sampel dipilih purposif adalah sampel yang
anggota sampelnya dipilih secara sengaja atas dasar pengetahuan dan keyakinan
peneliti. Peneliti percaya bahwa anggota sampel dipilihnya memenuhi kualifikasi
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Peneliti biasanya menggunakan
informasi dari beragam studi terdahulu untuk memperkuat alasan pemilihan
anggota sampelnya

Penarikan sampel p
Prosedur penarikan sampel purposif
1. Tentukan populasi yang akan diteliti.
2. Tentukan ukuran sampelnya

c). Sampel kuota


Pada umumnya langkah awal dalam sampel kuota adalah menentukan
kategori atau sifat yang diinginkan oleh peneliti kemudian peneliti menentukan
Jumlah anggota sampelnya secara proposional.

Status pekerjaan Bekerja Tidak bekerja

Jenis kelamin

Pria Ambil 25% Ambil 30%

wanita Ambil 25% Ambil 20%

Penarikan sampel kuota

Prosedur Penarikan sampel kuota


1. Tentukan populasi yang akan diteliti
2. Tentukan ukuran sampelnya
3. Buatlah matriks yang baik judul kolom maupun judul barisnya berisi
karakteristik populasi yang relevan
4. Tentukan jumlah anggota yang di ambil dari masing-masing sel secara
proporsional sehingga mencapai jumlah sampel yang telah di tentukan
(butir 2).

DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2020. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Masturoh imas and Nauri .(2018) METODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN.
Jakarta : Buku ajar RMIK
Surhanam.dkk.(2016).Metodologi Penelitian.Jakarta: Modul Buku Ajar Cetak
Farmasi Kemenkes RI
Siyoto,S.and Sodik, M.A.,(2015) Dasar metodologi penelitian.Literasi Media
Publishing.
Suryani.(2010).Metodologi Penelitian.Bandung:Buku Ajar perkuliahan

TEKNIK PROBABILITY SAMPLING


1.1.1. Cara Pengambilan Sampel Probability (Probability Sampling)
Rancangan sampel adalah rancangan yang meliputi cara pengambilan
sampel danpenentuan besar sampel. Rancangan sampel akan membantu peneliti
dalam memperoleh sampel yang memiiki sifat representatif terhadap populasinya.
Dalam menentukan teknik pengambilan sampel yang digunakan harus sesuai
dengan tujuan penelitian.
a. Pengambilan Sampel secara Acak
Dalam pengambilan sampel secara acak (probability/random sampling),
semua unsure atau elemen yang ada di populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk terpilih sebagai sampel mewakili populasinya. Agar sampel dapat mewakili
populasi, sampel tersebut harus diambil secara acak (random). Teknik
pengambilan sampel acak terdiri atas: acak sederhana (simple random sampling),
acak sistematis (systematic random sampling), acak strata (stratified random
sampling), sampel kluster (cluster sampling), dan sampel bertingkat atau bertahap
(multistage sampling).

1) Acak Sederhana (Simple Random Sampling, SRS)


Teknik ini dapat digunakan jika populasi tidak terlalu bervariasi
(homogen) dan secara geografis tidak terlalu menyebar, serta syarat
utamanya harus tersedia daftar populasi (sampling frame). Cara
pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
 Dengan diundi atau dilotere
 Menggunakan tabel bilangan random, dan
 Menggunakan perangkat lunak komputer (jika tersedia kerangka
sampel).
2) Acak Sistematik (Systematic Random Sampling)
Pada teknik ini sampel yang diambil secara acak hanya elemen
pertama saja, selanjutnya dipilih secara sistematik sesuai langkah yang
sudah ditetapkan. Syarat pengambilan sampel secara sistematik adalah
tersedianya kerangka sampel, populasi memiliki pola beraturan seperti
blok-blok rumah, nomor urut pasien, dan populasi sedikit homogen.
3) Sampel Strata (Stratified Random Sampling)
Dalam realita sehari-hari pada umumnya populasi bersifat
heterogen. Oleh sebab itu agar seluruh sifat dapat terwakili, terlebih
dahulu populasi dibagi menjadi beberapa strata, sebagai contoh,
Pendidikan : (tinggi-sedang-rendah), Status ekonomi : (kaya-sedang-
miskin). Dalam melakukan stratifikasi dan pengambilan sampel perlu
diperhatikan hal-hal berikut:
 Unsur populasi di dalam strata tersebut diupayakan se-homogen
mungkin
 Antar strata diupayakan se-heterogen mungkin
 Sampel diambil secara proporsional menurut besarnya unit atau
elemen yang ada dalam masing-masing strata dan antar strata, dan
 Di dalam masing-masing strata unit sampel diambil secara acak atau
random.
4) Sampel Klaster (Cluster Sampling)
Di dalam metoda kluster, populasi dibagi ke dalam beberpa
gugus atau kelas dengan asumsi setiap gugus aau kelas sudah terdapat
semua sifat-sifat atau variasi yang hendak diteliti. Selanjutnya kelas-kelas
itulah yang akan diacak atau dirandom dan unit sampel akan diambil dari
kelas yang sudah terpilih. Syarat-syarat pengambilan sampel klaster
adalah:
 Sifat-sifat anggota populasi di dalam kelas se-homogen mungkin, dan
 Antar kelas memiliki sifat yang heterogen, teknik ini sering juga
disebut sebagai “area sampling”.
5) Sampel Bertingkat Atau Bertahap (Multistage Sampling)
Pengambilan sampel bertingkat dilakukan jika secara geografis
populasi sangat menyebar dan meliputi wilayah yang sangat luas. Sebagai
contoh, misalnya kita hendak meneliti puskesmas yang ada di seluruh
Indonesia yang terdiri dari 33 provinsi. Tahap pertama dirandom dulu
sebanyak delapan provinsi (tahap-I) dari 33 provinsi tersebut, selanjutnya
pada tiap-tiap provinsi yang terpilih secara random, dirandom lagi
kabupaten atau kota mana yang akan ditarik sebagai sampel (tahap-II).
Setelah kabupaten atau kota dirandom,tahap-III dirandom lagi puskesmas
mana yang akan menjadi sampel dari penelitian tersebut.
b. Metoda Pengambilan Sampel secara Tidak Acak
Pengambilan sampel secara tidak acak (non-random/probability sampling),
tidaksemua elemen di dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
terpilih sebagaisampel. Termasuk dalam metode pengambilan sampel secara tidak
acak adalah:
1) Purposivesampling,
2) Accidental sampling,
3) Quota sampling.

DAFTAR PUSTAKA

Nazir, M. (2000). Metode Penelitian. Jakarta: PT Gahlia.


Polgar, S. & Share A. T. (1995). Introduction to Research in The Health Science.
Melbourne: Churchill Livingstone.
Singarimbun, M. & Effendi, S. (1989). Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES
Pratiknya, A.W. (2002). Dasar-dasar Metode Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan. Jakarta: Rajawali Press.
TEKNIK NON PROBABILITY SAMPLING

1.1.1. Nonprobability sampling (Non-random sampling)

Non Probability Sampling adalah metode pemilihan sample dari suatu


populasi tidak menggunakan kaidah-kaidah probabilita. Metode Non Probability
Sampling digunakan apabila metode Probability Sampling tidak dapat digunakan
terutama dalam kaitannya dengan pengurangan biaya, waktu, tenaga dan
permasalahan yang timbul dalam pembuatan kerangka sample[ CITATION Siy162 \l
1057 ]

Non probability sampling adalah teknik yang tidak memberikan


peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Ada pertimbangan-pertimbangan tertentu yang mendasari
pemilihan sampel. Biasanya pertimbangan-pertimbangan tersebut disesuaikan
dengan latar belakang fenomena yang diangkat dan tujuan penelitian. (Nursalam,
2020).
Metode non-random sampling dispesifikasikan menjadi enam, yaitu
sebagai berikut.

a) Purposive sampling (Purposeful Sampling)

Purposive sampling merupakan teknik dalam non probability sampling


berdasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih, karena ciri-ciri
tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Purposibe sampling
disebut juga judgement sampling (Nursalam, 2020).

Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sangat umum digunakan


adalah teknik purposeful sampling. Dalam purposeful sampling, peneliti memilih
subjek penelitian dan lokasi penelitian dengan tujuan untuk mempelajari atau
untuk memahami central phenomenon yang akan diteliti. Subjek penelitian dan
lokasi penelitian yang dipilih dengan teknik ini biasanya disesuaikan dengan
tujuan penelitian.

Judgment sampling ini merupakan pengambilan sampel berdasarkan kriteria


yang telah ditentukan. Kriteria pengambilan sampel ada dua yaitu Expert
sampling Pemilihan sampel yang representatif didasarkan atas pendapat ahli
sehingga siapa dan jumlah sampel yang diambil tergantung pada pendapat ahli
yang bersangkutan. dan Purposive sampling Pemilihan sampel berdasarkan pada
penelitian pribadi peneliti yang menyatakan bahwa sampel yang dipilih benar-
benar representaif. Peneliti harus memiliki pengetahuan yang memadai.

Kelebihan Purposive sampling :


 Bila probability sampling tidak dapat digunakan sama sekali
 Bila sampel sangat kecil (<20)
 Bila pengetahuan peneliti tentang topik yang dihadapi sangat memadai
Kekurangan Purposive sampling :
 Perlu kejelian peneliti dalam mendefinisikan populasi dan membuat
pertimbangannya.
b) Consecutive sampling (sampling sistematis)

Sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan


dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi
yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu
nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan
nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya
kelipatan dari bilangan lima (Mamik, 2015).

Pemilihan sampel dengan consecutive (berurutan) adalah pemilihan


sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan
dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang
diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro & Ismail, 1995 : 49). Jenis sampling ini
merupakan jenis non-probability sampling yang terbaik dan cara yang agak
mudah. Untuk dapat menyerupai probability sampling, dapat diupayakan dengan
menambahkan jangka waktu pemilihan klien.

c) Convinience sampling

Pemilihan sampel convinience adalah cara penetapan sampel dengan


mencari subjek atas dasar hal-hal yang menyenangkan atau mengenakkan peneliti.
Sampling ini dipilih apabila kurangnya pendekatan dan tidak memungkinkan
untuk mengontrol bias. Subjek dijadikan sampel karena kebetulan dijumpai
ditempat dan waktu secara bersamaan pada pengumpulan data. (Nursalam 2020).

Convinience sampling merupakan sampel yang diambil berdasarkan pada


ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya. Sampel terpilih
karena berada pada waktu dan tempat yang tepat dan cara ini biasanya dipakai
pada tahap awal penelitian.

Kelebihan Cobvinience sampling :

 Murah dan cepat (hemat biaya dan waktu)


 Cocok untuk pilot study
Kekurangan Cobvinience sampling :
 Hasilnya tidak dapat diandalkan
 Tidak dapat digunakan bila populasi tidak dapat didefinisikan
d) Quota sampling

Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu jumlah (kuota) yang diinginkan. Dalam teknik ini
jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa
kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quorum tertentu
terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit sampling.
Setelah jatah terpenuhi, pengumpulan data dihentikan (Mamik, 2015).

Teknik penentuan sampel dalam kuota menetapkan setiap strata populasi


berdasarkan tandatanda yang mempunyai pengaruh terbesar variabel yang akan
diselidiki. Artinya penetapan subjek berdasarkan kapasitas / daya tampung yang
diperlukan dalam penelitian. Misal, dalam suatu penelitian didapatkan adanya 50
populasi yang tersedia, peneliti menetapkan kuota 40 subjek untuk dijadikan
sampel, maka jumlah tersebut dinamakan kuota. (Nursalam. 2020).

Quota sampling dapat juga disebut sebagai judgment sampling dua tahap
dimana :

 Tahap I, Peneliti merumuskan kategori kontrol atau quota dari populasi


yang akan diteliti.
 Tahap II Penentuan bagaimana sampel akan diambil, dapat secara
convinience atau judgment, tergantung situasi dan kondisi penelitian
serta kemampuan peneliti.
Kelebihan Quota sampling :
 Biaya penelitian rendah
 Keleluasaan peneliti untuk menentukan elemen-elemen untuk setiap
quotanya
Kekurangan Quota sampling :
 Tingginya tingkat kesulitan dalam merumuskan hasil penelitian karena
data yang diperoleh sangat beragam
 Tidak ada prosedur baku bagi pewawancara dan teknik wawancara akan
berpengaruh pada terjadinya bias.
e) Sampling Jenuh

Suatu teknik penentuan sampel jika semua anggota populasi digunakan


sebagai sampel. Hal ini sering sekali dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil
atau sedikit, yaitu kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat
generalisasi dengan kesalahan yang relatif kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah
sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.[ CITATION DrS151 \l 1057
]

f) Sampling Snowball

Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil atau sedikit, lalu
kemudian membesar atau sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk
dijadikan sampel. Atau sampel berdasarkan penelusuran dari sampel yang
sebelumnya. Seperti misalnya, penelitian mengenai kasus korupsi bahwa sumber
informan pertama mengarah kepada informan kedua lalu informan seterusnya.

Snowball sampling tidak digunakan bila populasinya sangat spesifik, dan


antara anggota populasi saling mengenal. Sampel diambil secara berantai, mulai
dari ukuran sampel yang kecil, makin lama semakin menjadi besar.

Kelebihan Sampling Snowball :


 Bias relatif kecil karena populasinya spesifik dan sampelnya terfokus.

Kekurangan Sampling Snowball :

 Biaya dan waktu yang diperlukan untuk memperoleh informasi cukup


besar.

DAFTAR PUSTAKA

Nursallam. 2020. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika
Siyoto, S., & Sari, N. (2016). Aplikasi dan Teknik Survey Bidang Kesehatan. In
Lliterasi media. https://doi.org/10.1145/3132847.3132886

Anda mungkin juga menyukai