Anda di halaman 1dari 18

Tinjauan Singkat

Interdependensi perekonomian dunia membuat setiap perubahan kurs riil suatu negara mempengaruhi
perubahan yang sebaliknya pada kurs nil negara lain. Hal ini menyulitkan pembuat. kebijakan untuk
mencapai stabilitas harga dan tingkat kesempatan kerja penuh (Full employment). Interdependensi itu
sendiri ternyata ditentukan oleh pengaturan moneter dan kurs yang dipakai oleh banyak negara, yang
sering disebut Sistem Moneter Internasional.

Sistem moneter intemas1onal dapat didefmisikan sebagai struktur, instrumen, institusi, dan perjanjian
yang menentukan kurs atau nilai berbagai mata uang di dunia. Termasuk juga penyesuaian aliran modal
dan perdagangan internasional, dan neraca pembayaran (Eiteman et. al., 1995, hal. 26).

Dalam bab ini akan dibahas tentang pengertian kurs valuta asing, macammacam alternatif sistem kurs
mata uang, sejarah perkembangan sistem moneter internasional, sistem moneter Eropa, dan sekilas
tentang Eurocurrencies.

Pengertian Kurs Valuta Asing

Kurs valuta asing adalah harga mata uang suatu negara dalam unit komoditas (seperti emas dan perak)
atau mata uang negara lain. Apabila pemerintah suatu negara mengatur nilai tukar mata uangnya, maka
diklasifikasikan sebagai sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Sedangkan jika besarnya nilai tukar
diserahkan kepada mekanisme pasar tanpa campur tangan pemerintah, diklasiflkasikan sebagai sistein
kurs mengambang (floating exchange rate). Penjelasan tentang berbagai klasifikasi sistem kurs yang
dianut akan dibahas pada bagian selanjutnya dalam bab ini.

Suatu mata uang dikatakan konvertebel ( convertable currency) apabila mata uang tersebut bisa
dipertukarkan secara bebas dengan mata uang negara Iain (Krugman dan Obstfeld, 1994, hal 537) Tidak
adanya mata uang yang konvertlbel akan menyulitkan perdagangan antar negara, karena
masinghmasing tidak akan mau menerima mata uang mitra dagangnya. Dalam keadaan sepert ini yang
terjadi adalah perdagangan barter, yaitu menukar barang secara langsung. Tetapi jika mata uang semua
negara konvertibel maka perdagangan multinasional yang tejadi akan lebih efektif. Karena itu, Dana
Moneter Intenasional (IMF) meminta negara anggotanya untuk mengusahakan mata uangnya
konvernbel selekas mungkin
Mata uang negara-negara maju seperti Amenka Serikat, Jerman, Inggris, dan Jepang sudah merupakan
mata uang yang konvertibel, terlebih lagi dolar Amerika Serikat sehmgga setiap negara mau menerima
US$ dalam perdagangan internasional yang mereka lakukan. Salah satu faktor penyebabnya adalah
karena Amerika Serikat merupakan negara maju yang perekonomiannya sangat mantap sejak pasca
Perang Dunia II. Selain itu, dolar sangat atraktif bagi para eksportir dan Importir karena dapat
dipergunakan untuk membeli produk-produk yang dihasilkan Amerika Serikat yang pada saat itu sangat
diperlukan oleh negara negara yang mengalami kerusakan akibat perang.

Dalam mempelajari sistem moneter internasional, khususnya tentang perubahan kurs mata uang, ada
beberapa istilah yang perlu diketahui, seperti devaluasi, depresiasi, soft dan hard currency. Devaluasi
secara semantik dan sempit dapat diarti kan sebagai turunnya nilai mata uang suatu negara yang
menggunakan Sistem kurs tertambat pegged atau sistem kurs tetap terhadap nilai mata uang negara
lam. Kebalikan dari devaluasi adalah revaluasi.

Depresiasi mengacu pada turunnya nilai mata uang negara yang menggunakan sistem kurs
mengambang terhadap mata uang negara lama. Kebalikan depresiasi adalah apresiasi. Suatu mata uang
dapat disebut soft currency apabila mata uang tersebut diharapkan mengalami devaluasi atau depresiasi
terhadap sebagian mata uang di dunia sehingga tidak secara luas diterima negara-negara yang
melakukan perdagangan internasional. Hard currency adalah mata uang yang diharapkan mengalami
revaluasi atau apresiasi relatif terhadap sebagian besar mata uang dunia. Mata uang jenis ini diterima
secara luas sebagai bukti pembayaran internasional.

Macam-macam Alternatif Sistem Kurs Mata Uang

Sistem kurs mata uang secara ekstrem dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sistem kurs mengambang
bebas (freely floating rate) dan sistem kurs tetap (fixed rate). Di antara kedua sistem ekstrem ini
terdapat beberapa sistem kurs lain yang merupakan pengembangan dari kedua sistem tersebut, yaitu
sistem kurs mengambang terkendali (managed float), sistem kurs dengan pengaturan zona target
(target-zone arragement), sistem kurs tertambat (pegged), sistem kurs tertambat merangkak (crawling
pegged), dan sistem kurs tertambat pada sekeranjang mata uang (pegged to & basket of currencies).
Tabel 2.1 menyajikan sistem kurs yang digunakan oleh negara-negara di dunia.

Sistem Kurs Mengambang Bebas


Dalam sistem kurs mengambang bebas, tingkat kurs sepenuhnya ditentukan oleh interaksi permintaan
dan penawaran mata uang, tanpa adanya campur tangan pemerintah. Fluktuasi volume permintaan dan
penawaran mata uang dipengaruhi oleh perubahan pada sejumlah parameter ekonomi, misalnya:
perubahan tingkat harga, perbedaan suku bunga, tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat pendapatan,
dan lain lain. Adanya perubahan pada salah satu parameter ekonomi akan menyebabkan perubahan
kurs melalui penyesuaian pasar. Sistem ini sering pula disebut sistem kurs mengambang bersih/murni
(clear/pure floating rates).

Kelebihan dari sistem kurs mengambang bebas adalah mampu menyesuaikan nilai tukar mata uang
terhadap perubahan kondisi perekonomian dengan cepat sehingga nilai tukar mencerminkan nilai yang
wajar atau sesungguhnya. Misalkam laju inflasi di negara asing tiba-tiba melonjak naik secara drastis
sementara laju inflasi di dalam negeri relatif stabil. Akbatnya harga barang dan negara asing akan naik.
Kondisi ini akan menurunkan permintaan terhadap barang asing dan sebaliknya akan menaikkan
permintaan terhadap barang domestik. Akibatnya, nilai mata uang domestik akan naik terhadap mata
uang negara asing yang menyebabkan daya saing barang domestik di pasar ekspor akan menurun
karena di luar negeri harganya menjadi lebih mahal. Keadaan ini akan mengurangi tekanan terhadap
tingkat kesempatan kerja dan laju inflasi di negara asing, karena konsumen di negara asing akan tetap
bersedia membeli barang lokal karena harga barang impor mengalami kenaikan. Sebaliknya, konsumen
dalam negeri tetap bersedia membeli barang dari negara asing karena harga barang dari negara asing
menjadi lebih murah. Mekanisme pasar ini akan bekerja secara otomatis sampai terciptanya kondisi
keseimbangan yang baru.

Kelemahan utama dari sistem ini justru terletak pada aspek yang membuat mekanisme pasar dapat
bekerja secara optimal. Karena kurs dapat berubah secara bebas tanpa ada intervensi dari otoritas
moneter, maka hal ini sering kali menyulitkan pemerintah maupun pengusaha dalam membuat
perencanaan atau perhitungan bisnis. Sebagai contoh, seorang eksportir yang menunggu pencairan
letter of credit 90 hari yang akan datang tidak akan dapat menentukan secara tepat berapa uang yang
akan diperoleh, jika valuta asing yang diterima diubah menjadi mata uang domestik. Penerapan sistem
kurs mengambang bebas jelas akan meningkatkan ketidakpastian. Dalam kondisi ini, instrumen-
instrumen keuangan untuk melakukan upaya-upaya pemagaran risiko mutlak perlu dikembangkan.

Sistem Kurs Tetap

Dalam sistem kurs tetap, seperti Bretton Wood, pemerintah menjaga nilai mata uang pada tingkat yang
telah ditetapkan dengan membeli atau menjual valuta asing dalam jumlah yang tidak terbatas. Apabila
nilai mata uang resmi yang telah ditetapkan tidak dapat dipertahankan lagi, maka pemerintah akan
menetapkan nilai mata uang baru dan mengumumkannya. Devaluasi dan revaluasi mata uang
merupakan alternatif terakhir yang akan diambil, yaitu saat transaksi berjalan mengalami defisit atau
surplus terus menerus.

(tah MWV-qlx

Secara umum, ada empat alernatif kebijakan yang akan diambil pemerintah sebelum melakukan
devaluasi atau revaluasi, yakni membiayai defisit transaksi berjalan melalui pinjaman luar negeri.
pengetatan anggaran belanja negara, pengendalian harga dan upah, dan pengendalian kurs.

Pembiayaan dengan pinjaman luar negeri merupakan solusi yang sementara bagi defisit transaksi
berjalan yang berkepanjangan. Dana asing, apalagi yang berjangka pendek, sangat mudah masuk dan
keluar dari suatu negara. Jadi, apabila suatu negara dianggap tidak menarik lagi karena return yang
diterima dari investasi di negara tersebut kecil atau karena negara tersebut dianggap tidak akan mampu
membayar angsuran pinjaman beserta bunganya, pemilik modal akan menarik modalnya ke negara lain
yang lebih menarik. Sebagai contoh. Meksiko membiayai defisit besar

pada transaksi berjalan dengan pinjaman luar negeri selama akhir 1970-an. Namun, tahun 1982,
investor mulai menarik dananya dari Meksiko karena menganggap negara ini tidak mampu membayar
kembali utang-utangnya. Akibatnya peso mengalami penurunan yang tajam karena devaluasi yang
besar.

Pengetatan anggaran belanja negara dilakukan dengan kombinasi antara pengurangan pengeluaran
pemerintah dan peningkatan pajak. Jika pengetatan berjalan sesuai dengan yang diharapkan,
pendapatan nasional akan turun, dan bisa menurunkan impor. Apabila ekspor diasumsikan tetap, maka
defisit neraca perdagangan dapat dikurangi.

Sistem kurs tetap jika dapat dipertahankan akan sangat menarik, khususnya bagi perusahaan yang
melakukan bisnis internasional karena dapat mengurangi risiko nilai tukar. Sebagai contoh, eksportir
yang menerima usance letter of credit 90 hari akan dapat.  menentukan dengan pasti berapa uang yang
akan diterima jika valuta asing ditukarkan dengan mata uang domestik.
Sistem kurs tetap mempunyai dua kelemahan utama. Pertama nilai tukar sering kali tidak mencerminkan
nilai yang sesungguhnya dan suatu mata uang karena otoritas moneter selain menjaga stabilitas kurs
pada tingkat yang diinginkan. Kondisi ini akan menciptakan hubungan langsung antara laju inilasi dan
kesempatan kerja di antara negara yang melakukan perdagangan internasional. Seperti contoh di atas,
harga barang asing di luar negeri akan menjadi terlalu mahal, sementara harga barang dalam negeri di
luar negeri tidak mengalami perubahan. Akibatnya, konsumen dalam negeri akan lebih suka membeli
produk lokal dan konsumen luar negeri akan lebih suka membeli barang impor. Akibatnya, tingkat
pengangguran di negara asing akan meningkat karena banyak perusahaan yang mengurangi volume
usaha. Sebaliknya, di dalam negeri akan terjadi penciptaan lapangan kerja baru karena volume produksi
perusahaan mengalami peningkatan.

Kedua, jika pelaku pasar (khususnya spekulan valuta asing) menilai nilai tukar suatu mata uang terlalu
tinggi atau terlalu rendah, maka mata uang tersebut akan mendapat tekanan jual atau beli yang sangat
besar. Apabila tekanan itu sangat besar, pemerintah akan menemui kesulitan dalam mempertahankan
nilai tukar mata uang. Jika pemerintah tetap bersikeras hendak mempertahankan kurs mata uangnya,
maka upaya ini akan dapat menguras cadangan devisa.

Sistem Kurs Mengambang Terkendali

Sistem kurs mengambang bebas menyebabkan ketidakpastian dan fluktuasi kurs yang tinggi. Karena itu
banyak negara khawatir sistem mengambang bebas akan  menyebabkan ketidakstabilan perekonomian
dalam negeri. Mereka takut ekspor akan menurun drastis jika mata uang mengalami apresiasi dan akan
terjadi depresiasi.

Untuk mengurangi fluktuasi kurs dan tidak stabilnya perekonomian. banyak negara yang menganut
sistem mengambang melakukan intervensi via bank sentral untuk mengurangi fluktuasi kurs. Intervensi
bank sentral dapat berupa mengurangi fluktuasi harian (smoothig out daily fluctuations), “cenderung
melawan angin ” (“leaning againts the wind”), dan terlambat tak resmi (unofficial pegging). Sistem
mengambang terkendali ini sering pula disebut dirty float.

Dalam kebljakan pengu rangan fluktuasi harian, pemermtah mencoba mempersempit fluktuasi kurs
melalui pasar dengan menjual atau membeli mata uang domestik. Apabila diperkirakan akan tejadi
apresiasi, pemerimah akan menjual mata uang domestik di pasar uang. Demikian pula jika diperkirakan
akan terjadi depresiasi, pemerintah akan membeli mata uang domestik.
"Leaning againts the wind" digunakan pemerintah untuk mencegah fluktuasi besar dalam Jangka pendek
dan jangka menengah agar termpta kestabilan ekonomi bagi para eksportir dan importir. Sedangkan
unofficial peggig digunakan untuk mengubah kurs tanpa melalui mekanisme pasar. Sebagai contoh,
Jepang pernah menghambat revaluasI yen karena takut akan menurunkan ekspor. Kebijakan ini tidak
cocok untuk negara yang menganut sistem kurs tetap.

Pengaturan Zona Target

Banyak ahli ekonomi dan pembuat kebijakan berpendapat bahwa negara-negara industri dapat
meminimalkan perubahan kurs dan meningkatkan stabilitas ekonomi Jika Amerika Serikat, Jerman, dan
Jepang menggabungkan mata uang mereka ke dalam sistem zona target. Negara-negara industri
menyesuaikan kebijakan ekonomi mereka untuk menentukan tingkat kurs dengan margin tertentu di
atas atau di bawah nilai mata uang ganungan. Sistem seperti ini telah digunaknn oleh negara-negara
Eropa dalam sebuah wadah yang dinamakan Sistem Moneter Eropa (EMS). Pengaturan zona target juga
sering disebut joint float.

Sistem Kurs Tertambat

Apabila suatu negara menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan nilai mata uang satu atau
sekelompok negara, maka negara tersebut menganut sistem kurs tertambat. Besarnya nilai mata uang
bergerak mengikuti perubahan nilai mata uang negara yang ditambatnya.

Kurang lebih 50 negara yang menganut sistem kurs ini, sebagai contoh, menjadikan US$ sebagai dasar
bagi penentuan mata uang 24 negara, dari Chintzy Angola

sampai real yang digunakan oleh Republik Yaman Franc Perancis dijadikan dasar penentuan nilal mata
uang oleh 14 negara Afrika bekas jajahan Perancis. Enam negara baru yang memisahkan diri dari Uni
Soviet menambatkan mata uang mereka pada ruble Rusia. Dan enam negara lainnya menambatkan
mata uang mereka pada mitra dagang utama.

Sistem Kurs Tertambat Merangkak


Dalam sistem ini, suatu negara menetapkan nilai mata uang dikaitkan dengan nilai mata uang negara
lain. Tetapi dalam Jangka waktu tertentu, nilai mata uang negara tersebut berubah Sedikit demi sedikit
mencapai tingkat tertentu.

Sistem Kurs Tertambat pada Sekeranjang Mata Uang

Sekitar 34 negara menambatkan mata uang mereka pada sekeranjang mata uang yang berisi kumpulan
mata uang negara mitra dagang utama. Nilai sekeranjang mata uang lebih stabil dibandingkan nilai mata
uang satu negara. Besarnya persentase nilai mata uang yang dimasukkan dalam keranjang dihitung dan
bobot relatif peran masing-masing negara terhadap negara bersangkutan. 29 negara dari 34 negara yang
menganut sistem ini menambatkan mata uang mereka pada sekeranjang mata uang mitra dagang
utama. Lima negara lainnya menambatkan pada Speciqqal Drawing Rights (SDR).

Sejarah Perkembangan Sistem Moneter Internasional

Sistem moneter intemasional dimulai dari tahun 1821, saat diberlakukannya standar emas (gold
standard). Namun, ada beberapa ahli ekonomi yang menganggap bahwa sistem moneter infemasional
baru dimai pada tahun 1876 (Eiteman, 1995, hal. 28) atau tahun 1880 (Dunn dan Ingram/1996, hal. 432).

Sebenarnya, ketiga pendapat tersebut semuanya benar. Pada tahun 1821, saat terjadinya perang
Napoleon (Napoleonic war). Inggns menerapkan standar emas. Tahun 1876 standar emas diterima
sebagai sistem moneter di Eropa Barat. Baru kemudian pada tahun 1880 semua negara industri
menerima sistem standar emas. Jadi, kalau dilihat secara historis, sistem moneter internasional dimulai
pada tahun 1821. Secara kronologis, perkembangan sistem moneter internasional dapat dilihat pada
Gambar 2.1.

Standar Emas, 1821-1914

Kira-kira 3000 tahun sebelum masehi emas telah digunakan sebagai alat pertukaran dan penyimpan
nilai. Bangsa Romawi dan Yunani menggunakan koin emas dan meneruskan tradisi tersebut sampai ke
zaman merkantilisme, abad ke-19. Meningkatnya perdagangan antar negara selama periode
perdagangan bebas pada akhir abad ke-19, mendorong timbulnya kebutuhan akan sistem yang lebih
formal untuk menentukan neraca perdagangan internasional.
Perang Perang

Standar Duma i Duma H Bleuon emas Wood ' l 1821 1914 1918 1940 1945 1971 sekarang

Slstc m ku rs men gam ban g

pcnode antar perang duma 19194925 penode kurs Hukmas: 1925-1931 standar kurs emas 1931-1940
nasnonahsme moneter

Gambar 2.1 Sketsa Kronologls: Sistem Moneter Internasional, 1821 sekarang.

Pada tahun 1821, bersamaan dengan perang Napoleon dan inflasi di Eropa Barat, Inggris kembali ke
sistem standar emas. Dari tahun 1821 sampai 1880, banyak negara kemudian menggunakan standar
emas. Dan tahun 1880, sebagian besar negara di dunia telah menggunakan sistem standar emas,
termasuk Amerika Serikat. Periode dari tahun 1880 sampai 1914 tercatat dalam sejarah dunia sebagai
sistem standar emas klasik. Periode ini ditandai oleh meningkatnya perdagangan bebas internasional,
stabilitas kurs dan harga, perpindahan tenaga kerja dan modal yang semakin bebas antar negara,
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan meningkatnya perdamaian dunia.

Cara penentuan nilai suatu mata uang dengan standar emas relatif sederhana dan jelas. Nuai mata uang
suatu negara akan ditentukan oleh berapa nilai uang dari setiap satuan berat emas tertentu. Sebagai
contoh, Amerika Serikat mengumumkan bahwa 1 ons emas dapat dibeli dengan US$ 20.67. Sementara
itu, Inggris mematok pada tingkat £4.2474/cns. Dengan demikian, kurs dolar/ pound adalah:

___-US$20'67/ons = US$4.86656/.£ £4.2474/ons

Perkembangan selanjutnya dari era standar emas adalah disetujuinya nilai paritas antar mata uang, yang
bersifat tetap. Nilai paritas tersebut berlaku untuk pembelian dan penjualan suatu mata uang. Cara ini
ditempuh untuk menciptakan mekanisme yang mampu mempertahankan nilai mata uang dalam satuan
emas, dan karena itu tingkat paritas antar negara dapat dipertahankan. Dalam sistem ini, suatu negara
harus memiliki cadangan emas yang cukup untuk menjamin nilai mata uangnya. Sistem ini secara tidak
langsung telah membatasi penambahan jumlah uang beredar di masing-masing negara karena setiap
penambahan jumlah uang beredar harus disertai dengan penambahan cadangan emas.

Standar emas dapat berfungsi secara efektif sebelum pecahnya perang dunia I. Saat perang dunia I
terjadi, pergerakan emas antar negara dan perdagangan internasional menjadi terhambat. Hal ini
mendorong negara-negara industri utama dunia untuk mulai memikirkan sistem moneter lain di luar
standar emas.

Periode antar Perang Dunia, 1918-1940

Selama perang dunia I dan awal 1920-an, nilai mata uang disepakati dapat berfluktuasi sampai batas
yang wajar. Secara teoritis diharapkan permintaan dan penawaran terhadap ekspor dan Impor suatu
negara akan memberikan perubahan yang moderat terhadap nilai mata uangnya. Dalam kenyataannya,
harapan yang ada di benak pengambil keputusan ternyata tidak terwujud. Adanya ketidakstabilan situasi
polemik dan ekonomi menimbulkan perubahan yang sangat besar pada nilai mata uang suatu negara
yang terkadang tidak sesuai dengan kondisi perekonomian secara riil. Periode ini oleh Dunn dan Ingram
(1996, hal. 446) disebut sebagai episode kurs yang berfluktuasi.

Karena alasan-alasan tersebut, beberapa usaha telah dltempuh untuk kembah ke sistem standar emas.
Amerika Serikat kembali ke standar emas pada 1919. Inggns 1925, dan Perancis 1928. Nllai
poundsterling pada April 1925 kembali menjadi US$ 4.86656/£ (paritas sebelum perang), sehingga
menyebabkan meningkatnya pengangguran dan stagnasi ekonomi dl Inggris.

Masalah yang dihadapn negara-negara yang ingin kembali ke standar emas adalah penentuan nilai
paritas baru yang stabil untuk emas. Masalah ini belum sempat dipecahkan secara tuntas, sampai
bangkrutnya sistem perbankan Austria pada 19.31, yang menyebabkan sebagai besar negara yang
melakukan perdagangan mtemasional membatalkan niat mereka untuk kembali ke sistem standar emas.

Amerika Serikat kembali ke standar emas yang dimodifikasi pada tahun 1934, ketika diumumkan bahwa
US$ didevaluasi menjadi US$ 35/ons emas. yang sebelumnya US$ 20.67/ons emas. Meskipun Amerika
Serikat kembali ke standar emas, emas hanya diperdagangkan dengan bank sentral luar negeri. Dari
1934 sampai akhir perang dunia II, nilai tukar mata uang secara teoretis ditentukan oleh nilai
masingmasing mata uang terhadap emas. Selama perang dunia II dan masa-masa sesudahnya, banyak
mata uang utama dunia yang diperdagangkan kehilangan kemampuannya untuk diubah menjadi mata
uang Iain (less convertibility). US$ merupakan satusatunya mata uang utama yang masih tetap dapat
dikonversikan ke mata uang lain.

Persetujuan Bretton Woods, 1945-1971

Negosiasi Bretton Woods berhasil melahirkan kesepakatan untuk menerapkan standar tukar emas.
Dalam persetujuan tersebut ditetapkan Sistem Moneter Internasional, yang pada intinya merupakan
sistem yang berbasis dolar Amerika Serikat. Selain itu juga disepakati pembentukan institusi untuk
membantu negara-negara dalam hal manajemen neraca pembayaran internasional dan kebijakan
penentuan nilai tukar mata uang. Institusi tersebut dikenal dengan sebutan Dana Moneter Internasional
(International Monetary Fund). Selain IMF juga dibentuk Bank Dunia (World Bank) yang berfungsi
membantu pembangunan dan rekonstruksi perekonomian Secara umum.

Dalam persetujuan Brcuon Woods disepakati bahwa semua negara harus menetapkan nilai mata
uangnya dengan emas, tetapi tidak diwajibkan mempertukarkan mata uangnya dengan emas. Hanya
US$ yang dapat dikonversikan ke emas (US$ 35/ons emas). Oleh karena nu, semua negara akan
menetapkan nilai tukar mata uangnya terhadap US$, kemudian menghitung nilai pari emas mata
uangnya untuk mendapatkan kurs terhadap USS seperti yang dikehendaki. Telah disepakati bahwa
semua negara akan berusaha mempertahankan niai mata uangnya, kura klra 1% dan nilai par nya.
Caranya ialah dengan membeli atau menjual valuta asmg atau emas sebesar yang dlperlukan Devaluasi
tidak boleh dipakai sebagai kebijakan per-dagangan untuk bersaing, tetap: apabila keadaan tidak
memungkinkan, misalnya terjadi defisit transaksi berjalan yang berkelanjutan, devaluasi 10% boleh
dilakukan tanpa per Setujuan formal dan IMF. Semakin besar devaluasi, persetujuan formal dan IMF
semakin diperlukan.

Sistem Kurs Mengambang, 1971-sekarang

Perubahan sistem kurs tetap ke sistem kurs mengambang melalui suatu proses yang panjang dan cukup
rumit, mulai dari krisis Agustus 1971 sampai perundingan di Jamaika. sistem kurs mengambang ini
dipergunakan oleh sebagian  besar negara yang melakukan perdagangan internasional. Berikut ini akan
dijelaskan tentang bagaimana sistem kurs mengambang diterapkan dan digunakan sampai sekarang ini.

- Krisis Agustus 1971


Kurangnya keyakinan terhadap Sistem moneter internasional, khususnya US$, mencapai puncaknya
pada Agustus 1971, dimana defisit neraca pembayaran Amerika Serikat mencapai US$ 29.6 trilyun.
Tanggal 15 Agustus 1971, Presiden Richard leon didesak untuk menghentikan pembelian dan penjualan
emas secara resmi oleh Bank Sentral Amerika Serikat, setelah kira-kira 1/ 3 dari cadangan emas resmi
mengalir ke luar Amerika Senkat hanya dalam tempo tujuh bulan.

Karena harga emas sebesar US$ 35/ons secara teoretis dibiarkan tetap, maka jumlah cadangan moneter
internasional tidak terpengaruh oleh situasi yang terjadi. Namun demikian, Amerika Serikat tetap
mengumumkan bahwa US$ tidak dapat lagi dipakai sebagai basis standar emas. Sejak itu nilai tukar dari
kebanyakan negara dagang terkemuka diperbolehkan berfluktuasi terhadap US$, dan oleh karenanya
secara tidak langsung berfluktuasi terhadap emas.

- Perjanjian Smithsonian

Pertemuan multilateral antara negara-negara dagang utama dunia (disebut kelompok 10) di Washington
DC pada 17-18 Desember 1971, mencapai beberapa kesepakatan. Amerika Serikat setuju untuk
mendevaluasi US$ menjadi US$ 38 /ons (terdepresiasi sekitar 8,57%). Sebagai gantinya, anggota
kelompok 10 yang lain setuju untuk mengapresiasikan mata uangnya terhadap US$. Apresiasi mata uang
berkisar antara 7,4% sampai 16,9%. Lebih jauh lagi, batas fluktuasi nilai mata uang yang diperlebar dari
1% menjadi 2,25%. Kesepakatan ini dikenal dengan Persetujuan Smithsonian.

Memasuki pertengahan kedua tahun 1972, penyesuaian nilai mata uang mulai diberlakukan. US$ tetap
lemah karena defisit neraca pembayarannya terus berlanjut. Selain itu, mata uang US$ masih tidak
konvertibel untuk dikonversikan ke emas, dan kemungkinan untuk dapat dikonversikan kembali di masa
yang akan datang sangat kecil. Sementara itu, harga emas di pasar bebas London pada Agustus 1972
sebesar US$ 70/ons, yang sebelumnya US$ 38/ons.

- Keputusan untuk beralih ke kurs mengambang, Maret 1973

Sebelum Persetujuan Smithsonian genap berumur satu tahun, telah timbul tekanan pasar yang
menyebabkan perubahan nilai mata uang. US$ didevaluasi untuk kedua kalinya, menjadi US$ 42,22/ons
emas, pada 12 Pebruari 1973. Pada akhir bulan Pebruari 1973 terlihat bahwa Sistem kurs tetap tidak
cocok lagi dengan kondisi yang ada. Pasar-pasar valuta asing utama dunia tutup selama beberapa
minggu pada bulan Maret 1973, dan ketika dibuka kembali, kebanyakan nilai mata uang diperbolehkan
mengambang sesuai dengan ketentuan pasar. Nilai pari dibiarkan tetap.
Negara-negara yang menandatangani persetujuan Smithsonian mulai menyadari bahwa diperlukan
terobosan baru pada Sistem moneter internasional dari yang telah ditetapkan di Bretton Woods tahun
1944, tetapi belum terdapat kesepakatan mengenai bentuk perubahan yang diinginkan. Beberapa
negara merasa bahwa sistem kurs tetap masih dlperlukan, tetapi kebanyakan percaya bahwa sistem
kurs mengambang yang terkendali akan lebih efektif dalam mengendalikan perekonomian dunia. Pada
September 1972, IMF mengundang Komite 20, yang merupakan perluasan dani Komite 10, unruk
memberikan saran perubahan sistem moneter internasional. Pertemuan diadakan pada Juli 1975.
Terjadmya krisis minyak dan adanya perbedaan pendapat antar peserta kongres membuat perundingan
gagal mencapai kata sepakat. Meskipun demikian. pertemuan tersebut meletakkan dasar-dasar
pemikiran untuk pertemuan berikutnya di Jamaika pada Januari 1976.

- Perjanjian Jamaika, Januari 1976

Dalam perundingan di Jamaika dicapai beberapa kesepakatan, yaitu:

1. Diterimanya sistem kurs mengambang yang masih memperkenankan campur tangan pemen'ntah.
Dengan demikian, negara tidak terikat untuk membatasi fluktuasi nilai mata uangnya.

2. Emas tidak lagi dianggap sebagai aset cadangan. IMF setuju untuk mengembalikan 25 juta ons emas
kepada anggotanya dan menjual 25 juta ons lainnya pada harga pasar yang berlaku. Hasil penjualan
akan ditempatkan pada trust fund untuk membantu negara-negara miskin. Anggota IMF juga dapat
menjual cadangan emasnya pada harga pasar yang berlaku.

3. Kuota IMF ditingkatkan menjadi US$41 trilyun. selanjutnya kuota akan dinaikkan menjadi US$18O
trilyun. Negara-negara berkembang yang bukan eksportir minyak memperoleh proporsi pinjaman yang
lebih tinggi daripada sebelumnya. Hak voting disesuaikan dengan distribusi perdagangan dan cadangan
emas. Sepuluh persen dari keseluruhan hak voting dimiliki oleh negara-negara yang tergabung dalam
OPEC.

Banyak pengamat merasa bahwa para ekonomi telah berhasil mencapai kata sepakat mengenai
fleksibilitas nilai tukar ketika kurs mengambang diterima oleh banyak negara pada tahun 1973, dan
diperkuat oleh persetujuan Jamaika pada I976. Beberapa argumentasi timbul seiring dengan berlakunya
sistem kurs mengambang, baik yang pro maupun yang kontra. Mereka yang setuju dengan kurs
mengambang menyodorkan argumentasi sebaga; berikut:

1. Kurs yang fleksibel memungkinkan dilakukannya penyesuaian secara lebih halus Jika terjadinya
gejolak eksternal tidak ada kebutuhan untuk “memompa" atau “mengempiskan'” perekonomian secara
keseluruhan, seperti yang akan dilakukan pada era kurs tetap.
2. Bank sentral ndak perlu memelihara cadangan internasnonal dalam jumlah yang besar untuk
mempertahankan kurs

3. Bank sentral tidak perlu kehilangan uang hanya untuk mencoba mempertahankan kurs yang sudah
tidak sesuai lagi.

4. Negara-negara dapat menentukan kebijakan moneter dan fiskal secara independen tanpa harus
memberikan pengaruh yang besar pada nilai mata uang.

5. Pasar forward menyediakan sarana yang efisien dan murah untuk menghilangkan risiko valuta asing.

Sementara itu, mereka yang tidak setuju dengan sistem kurs mengambang memiliki beberapa
argumentasi, yaitu:

1. Meningkatnya volatilitas pada sistem kurs mengambang akan meningkatkan ketidakpastian harga. Hal
ini dapat mengurangi volume perdagangan dunia dan menurunkan standar hidup masyarakat duma.

2. Kurs fleksxbel bersifat inflasioner karena mereka meniadakan disiplin eksternal yang dicerminkan
pada kebljakan moneter dan fiskal pemerintah.

3. Kesalahan penentuan kurs yang bersifat temporer dapat menyebabkan kesalahan dalam me-
mutuskan alokasi sumber daya.

- Krisis dolar Amerika Serikat, 1977-1978

Selama 1977-1978, nilai dolar menurun, dan masalah neraca pembayaran Amerika Senkat semakin
memburuk akibat kebljakan ekspansi moneter. Penurunan nilai dolar terus berlangsung sepanjang tahun
1977. Hal ini mendorong Menteri Keuangan Amerika Serikat Michael Blumenthal mengumumkan bahwa
dolar mengalami overvalued.

- Meningkatnya nilai dolar, 1980-1983

Setelah nilai dolar menurun pada tahun 1977 sampai 1978, Amerika Serikat mengubah kebijakan
moneternya, antara lain dengan usaha menstabilkan penawaran uang dan inflasi, yang akhirnya akan
menstabilkan tingkat bunga.

Adanya perubahan ini menyebabkan tingkat inflasi menurun dan nilai dolar melonjak. Lonjakan ini
ditandai dengan ekspansi ekonomi secara besar-besaran di Amerika Serikat dan tingginya tingkat bunga
riil. Akibatnya, menarik banyak modal yang masuk ke Amerika Serikat.

- Menurunnya nilai dolar, 1985-1987

Puncak nilai dolar terjadi pada bulan Maret 1985 yang kemudian mengalami penurunan nilai dalam
jangka waktu ± 2,5 tahun. Penurunan im menyebabkan perubahan kebijakan pemerintah dan
penurunan kinerja ekonomi nasional secara relatif terhadap pertumbuhan negara utama lain.

Pada bulan September 1985, dolar menurun kira-kira 15% dari nilai pada bulan Maret. Tetapi penurunan
ini tidak cukup untuk menghilangkan defisit neraca perdagangan yang dialami Amerika Serikat. Pada
bulan itu Juga, menteri keuangan dan gubernur bank sentral dan 6 negara yang dikenal dengan
kelempok enam negara industri (Amerika Serikat, Perancis, Jerman, lnggris, Jepang, dan Kanada)
mengadakan pertemuan di hotel Plaza di New York, dan menghasilkan kesepakatan yang dlkenal dengan
Persetujuan Plaza (Plaza Agreement). Mereka mengumumkan bahwa semua mata uang utama harus
diapresiasi terhadap dolar Amerika Serikat dan berjanji akan melakukan intervensi di pasar uang agar
persetujuan ini dapat terlaksana.

Dolar kembali mengalami penurunan yang tajam pada akhir tahun 1985 sampai awal tahun 1987.
Karena itu, bulan Pebruari1987 negara negara industri utama kembali mengadakan pertemuan dan
menghasilkan persetujuan baru yang dikenal dengan Louvre Accord. Mereka setuju bahwa tingkat kurs
diatur kembali secukupnya dan berjanji untuk menjaga Stabilitas kurs.
- nilai dolar selama 1988-1993

Pada tahun 1987, nilai dolar masih terus menurun. Baru kemudian pada awal tahun 1988 nilai dolar
kembali menguat. Namun, menurun kembali pada tahun 1990. Tahun 1991 dan 1992 nilai dolar kembali
stabil.

Sistem moneter Eropa

Sistem Moneter Eropa ( EMS)  mulai beroperasi pada bulan Maret 1979, dengan ber anggotakan 12
negara (yang Juga anggota European Union). Tujuannya adalah untuk membantu stabilitas moneter
negara-negara komunitas Eropa (European Community). Dalam sistem mi, para anggota menetapkan
urut mata uang Eropa (ECU) yang me-mainkan peran penting dalam menjalankan EMS. ECU adalah mata
uang komposit yang merupakan penjumlahan dan mata uang 12 negara Eropa. Propori masing-masing
mata uang negara anggota dalam ECU menunjukkan kekuatan ekonomi relatif dalam komunitas Eropa.
ECU berfungsi sebagai satuan unit (unit of account), alat settle-ment, dan aset cadangan bagi anggota
EMS.

Inti dari sistem ini adalah Exchange-rate mechanism (ERM), merupakan indeks komposit penjumlahan
dari mata uang negara Eropa yang membatasi fluktuasi mata uang negara anggota EMS dengan
menentukan batas atas dan batas bawah. Tujuan ditetapkannya ERM adalah untuk menjaga ekuilibrium
kurs di pasar uang internasional. Kurs mata uang negara anggota komunitas Eropa tidak boleh
berfluktuasi melebihi 2,25% di atas atau di bawah nilai pari.

Pada tanggal 12 Januari 1987, ditetapkan kembali kurs ECU terhadap mata uang negara Eropa. Satu ECU
senilai 42.4582 francs Belgia, atau 7.85212 kroner Denmark, atau 2.05853 Deutschemarks, atau 6.90403
francs Perancis, atau 2.31943 gulden Belanda, atau 0.798411 pound Irlandia, atau 1483.58 lira Italia.
Negara lain seperti Norwegia, Swedia dan Firlandia yang menambatkan mata uangnya pada ECU, tidak
menjadi anggota ERM.

ECU sebagai nilai sentral EMS dipergunakan untuk menghitung kurs bilateral. Sebagai contoh, nilai satu
ECU adalah 2.05853 Deutschemarks, dan Satu ECU sama dengan 7.85212 kroner Denmark, maka nilai
kurs tertambat antara Jerman dan Denmark adalah:

7.85212 kroner/BCU
= 3. 144 R DM 2.05853 Deutschcmark/ECU 8 "me“

Bertolak dari kurs bilateral, bank sentral masing-masing negara harus melakukan intervensi untuk
menjaga kurs yang berlaku berklsar antara nilai di atas.

Pada tanggal 1 Agustus 1993, fluktuasi kurs mata uang negara negara anggota diijinkan 15% dari nilai
pari, kecuali Jerman dan Belanda masih menggunakan rentang fluktuasi yang lama, yakni 2,25%).

Berdasarkan hasil pertemuan Maastricht pada tahun 1991, terhitung sejak tanggal 1 Januari 1999, Euro
resmi menggantikan ECU dalam mekanisme nilai tukar Eropa. Euro hanya berfungsi sebagai satuan
hitung dan tidak memillki wujud fisik. Baru pada tanggal l Januari 2002, mata uang Euro mulai diedarkan
dan akan diperdagangkan bersama mata uang negaraa anggota Uni Moneter Eropa (European Monetary
Umon atau EMU). Selanjutnya, mulai tanggal 1 Juli 2002, mata uang Euro akan menggantikan mata uang
negara anggota EMS. Negara-negara yang telah menyetujui untuk bergabung dalam EMU adalah
Austria, Belgia, Finlandia, Perancis, Jerman, Irlandia, Italia, Luxemburg, Belanda, Portugal, dan Spanyol.
Sementara Denmark, Swedia, dan Inggris belum bersedia bergabung

Eurocurrencies

Eurocurrencies kadang dipandang sebagai jenis uang, walaupun dalam kenyataannya adalah mata uang
domestik suatu negara yang didepositokan di negara lain. Sebagai contoh, Eurodollar adalah deposito
yang didenominasi dalam mata uang dolar di bank-bank di luar Amerika Serikat. Bank tersebut bisa bank
asing, cabang bank Amerika Serikat di luar negeri, atau lntenasional Banking Facility (IBF).

Karekteristik Eurocurrency

Jangka waktu deposito Eurodollar didasarkan pada sertifikat deposito, biasanya tiga bulan atau lebih,
dan dalam jumlah jutaan dolar. Deposito Eurodollar tidak sama dengan demand deposit karena pemilik
deposito Eurodollar tidak dapat menarik cek atas deposito yang dimilikinya. Dalam lampiran I pada akhir
bab ini akan dijelaskan tentang bagaimana proses penciptaan Eurodollar.
Banyak mata uang yang dapat didepositokan dalam bentuk “Euro", seperti Euromark (deposito
Deutschemark pada bank di luar Jerman), Eurosterling (poundsterling Inggris yang didepositokan pada
bank di luar Inggris). dan Euroyen (yen Jepang yang didepositokan di luar Jepang).

Pasar Eurocurrency memiliki dua tujuan, yaitu:

1. Sebagai pasar uang yang efisien dan tepat untuk menyimpan kelebihan likuiditas perusahaan. '

2. Sebagai sumber utama pinjaman jangka pendek untuk membiayai kebutuhan modal kerja
perusahaan, termasuk pula pembiayaan ekspor dan impor.

Bank di mana Eurocurrencies didepositokan biasanya disebut “Eurobank”. Eurobank diartikan sebagai
perantara keuangan yang mendapatkan deposito dalam mata uang negara tertentu dan kemudian
menyalurkannya ke peminjam dalam mata uang negara tempat dia berlokasi. Dalam prakteknya,
Eurobank biasanya merupakan departemen atau bagian dari bank komersial besar.

Sejarah Pasar Eurodollar

Pasar Eurodollar modern mulai berjalan setelah perang dunia II, ketika Eropa Timur bersedia menerima
deposito dalam dolar, termasuk bank dagang Uni Soviet, karena mereka kemudian dapat meminjamkan
dolar yang mereka kumpulkan ke negara atau lembaga yang membutuhkan. Diakuinya dolar sebagai
mata uang yang paling konvertibel pada masa itu justru semakin mendorong negara-negara Eropa untuk
mengumpulkan dolar dalam jumlah besar. Dolar yang terkumpul disalurkan sebagai pinjaman atau
didepoaitokan kembali di negara lain sebagai contoh. Eropa Timur mendepositokan dolar di Eropa Barat.
Bank Eropa Barat kemudian mendepositokan kembali dolar tersebut ke negara lain.

Pada tahun 1957, keadaan perekonomian Inggris melemah. Untuk merespons hal tersebut, otoritas
moneter Inggris melaksanakan pengendalian ketat terhadap pinjaman bank Inggris kepada nonresident,
dalam mata uang poundsterling. Bank bank Inggris kemudian memberikan pinjaman dalam mata uang
dolar, sebagai satu-satunya alternatif yang diizinkan, untuk memperbaiki posisinya di dunia
intemasional. Perdagangan mata uang dolar internasional berpusat di London karena kota ini ahli dalam
masalah moneter internasional.
Pasar dolar Eropa semakin membesar saat Amerika Serikat mengalami kesulitan neraca pembayaran
pada tahun 1960-an. Dan terus bertumbuh setiap tahun karena pasar Eurocurrency adalah pasar uang
internasional berskala besar yang relatif bebas dari campur tangan dan peraturan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai