Anda di halaman 1dari 11

║Journal Caninus Denstistry Volume 2, Nomor 1 (Februari 2017): 20 - 30

Pengaruh Ekstrak Daun Tapak Dara (Catharanthus Roseus) Terhadap Jumlah Fibroblas
Pada Proses Penyembuhan Luka Di Mukosa Oral

Risa Rahma Putri, Rachmi Fanani Hakim, Sri Rezeki


Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK
Luka merupakan diskontinuitas dari suatu jaringan. Setiap luka yang terjadi selalu diikuti dengan
proses penyembuhan luka yang terdiri atas fase-fase yang saling berhubungan satu dan lainnya yaitu
hemostasis, inflamasi, proliferasi dan remodeling. Daun tanaman tapak dara (Catharanthus roseus)
memiliki aktivitas penyembuhan luka karena memiliki kandungan zat kimia seperti alkaloid,
flavonoid, tanin, polifenol dan steroid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak
daun tapak dara (Catharanthus roseus) terhadap jumlah fibroblas pada proses penyembuhan luka di
mukosa oral. Luka dibuat dengan cara menginsisi mukosa labial Tikus Wistar (Rattus
norvegicus). Pada kelompok kontrol, luka diaplikasikan akuades sedangkan pada kelompok
perlakuan, luka diaplikasikan ekstrak daun tapak dara (Catharanthus roseus) dengan variasi
konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25%, 50%, dan 100%. Hari ke-7 tikus dieutanasia dan dilakukan
pengambilan jaringan mukosa labial tikus untuk selanjutnya dilakukan proses pengamatan jaringan
histologi. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji
Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan jumlah fibroblas pada kelompok kontrol lebih sedikit
dibandingkan dengan kelompok perlakuan dengan nilai rata-rata sebanyak 20,0±1,4. Kelompok
perlakuan dengan aplikasi ekstrak daun tapak dara dengan konsentrasi 6,25% mempunyai rata-rata
jumlah fibroblas sebanyak 27,7±0,5, konsentrasi 12,5% sebanyak 28,1±0,4, konsentrasi 25%
sebanyak 30,1±0,5, konsentrasi 50% sebanyak 35,0±1,0 dan konsentrasi 100% sebanyak 33,0±1,1.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun tapak dara (Catharanthus roseus)
berpengaruh terhadap jumlah fibroblas pada proses penyembuhan luka di mukosa oral dengan
konsentrasi terbaik adalah 50%.

Kata kunci: Catharanthus roseus, Rattus norvegicus, aktivitas penyembuhan luka, penyembuhan
luka, fibroblas

ABSTRACT
Wound is a discontinuity of a tissue. Every wound that occurs is always followed by the wound
healing process consists of phases that are related to one another, namely hemostasis, inflammation,
proliferation, and remodelling. Tapak dara (Catharanthus roseus) leaf has wound healing
activity because containing chemical compounds such as alkaloids, flavonoids, tannins, polyphenols
and steroids. This study aimed to know the effects of tapak dara leaf extracts to the number of
fibroblasts in the wound healing process in the oral mucous. Wound was made by incised the labial
mucous of rats (Rattus norvegicus). In the control group, aquades was applied to the wound, while in
the treatment group, the tapak dara leaf extracts was applied with variations concentration 6.25%,
12.5%, 25%, 50% and 100%. On the day 7th, rats was euthanatized and the labial mucous tissue was
used to the next process of histological tissue observation. Results of the study were analyzed using
Kruskal-Wallis test and Mann-Whitney test. The results showed the number of fibroblasts in the
control group is less than the value of the treatment group with an average of 20.0 ± 1.4. The
treatment group with tapak dara leaf extract application at concentration of 6.25% has an average
number of fibroblasts as much as 27.7 ± 0.5, concentration of 12.5% as much as 28.1 ± 0.4,
concentration of 25% as much as 30.1 ± 0.5, concentration of 50% as much as 35.0 ± 1.0 and
concentration of 100% as much as 33.0 ± 1.1. It conclude that tapak dara (Catharanthus roseus) leaf
extracts has an effect to the number of fibroblasts in the wound healing process in the oral mucous
with 50% as the best concentration.

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 2 0 - 3 0 | 20
Key words : Catharanthus roseus, Rattus norvegicus, wound healing activity, wound healing,
fibroblas

PENDAHULUAN ditemukan pada obat sintetis.9,10,11 Data WHO


Luka merupakan keadaan hilang atau menunjukkan 70-80% populasi dunia
terputusnya kontinuitas dari suatu jaringan.1 menggunakan obat herbal sebagai
Ketika pembuluh darah terputus, beberapa pengobatan alternatif. 10
Tanaman herbal
komponen seperti histamin, bradikinin, serotonin diminati di negara maju serta negara- negara
dan prostaglandin akan dilepaskan oleh
berkembang karena aktivitas obat, tingkat
trombosit yang rusak.2,3 Selanjutnya tubuh
keamanan yang lebih tinggi dan biayanya
akan memberikan reaksi atas terjadinya luka yaitu
yang terjangkau, salah satunya adalah
proses penyembuhan yang merupakan proses
kompleks dan dinamis dan melibatkan interaksi Catharantus roseus (C.roseus).12 Di Indonesia
berbagai jenis sel dan molekul.1,4,5 Luka yang tanaman ini dikenal dengan nama tapak dara.13
umumnya terjadi pada rongga mulut disebabkan Catharanthus roseus telah digunakan untuk
oleh pembedahan atau trauma dan mengobati berbagai macam penyakit, seperti sakit
penyembuhan luka dapat terjadi lebih cepat kepala, luka bakar, hingga obat tradisional untuk
dibandingkan luka pada kulit dengan penderita diabetes.14,15 Tanaman ini kaya akan
pembentukan luka parut minimal.5,6 Luka pada kandungan alkaloid, polifenol dan turunannya,
mukosa oral mengandung lebih sedikit mediator flavonoid, tanin dan juga steroid.13,16
imun, pembuluh darah, dan mediator Penelitian yang dilakukan Nayak,
profibrotik tetapi memiliki lebih banyak sel-sel ekstrak etanol bunga tapak dara yang
sumsum tulang, tingkat re-epitelisasi yang lebih diaplikasikan sebanyak 100 mg per kg berat
tinggi dan proliferasi fibroblas yang lebih cepat badan pada luka di kulit tikus Sprague dawley
dibandingkan dengan luka pada kulit.5 menunjukkan percepatan aktivitas
14,17-20
Proses penyembuhan luka terdiri atas penyembuhan luka.
fase- fase yang saling berhubungan satu dan Penelitian lainnya yang dilakukan Ida
lainnya yaitu hemostasis, inflamasi, proliferasi Ayu menunjukkan aplikasi ekstrak daun tapak
dan remodeling jaringan.4,5,7 Tahap hemostasis dara dengan konsentrasi 15% secara topikal
dimulai segera setelah terjadinya luka sebagai dapat mempercepat proses penyembuhan luka
upaya untuk mencegah pendarahan lebih dibandingkan dengan tikus kontrol atau yang
lanjut.2,4,7 Pada hari ke-1 sampai hari ke-4 tidak diobati (dilihat dari perubahan luas luka
setelah terjadi luka, proses penyembuhan dan periode epitelisasi). Hasil penelitian di
memasuki fase inflamasi yang ditandai dengan atas memperlihatkan bahwa kandungan tanin,
adanya leukosit PMN terutama neutrofil dan alkaloid, polifenol dan steroid yang dimiliki oleh
makrofag.4,7,8 Fase proliferasi umumnya dimulai ekstrak dari tumbuhan tapak dara baik daun
4 hari hingga 21 hari setelah terjadi luka.4 Secara maupun bunga mempunyai khasiat dalam
klinis, proliferasi ditandai dengan angiogenesis, mempercepat proses penyembuhan luka di
pembentukan jaringan granulasi, deposisi kolagen kulit.13
dan epitelisasi. Kemudian setelah melalui fase Berdasarkan hal tersebut maka peneliti
proliferasi, penyembuhan luka memasuki fase tertarik untuk melakukan penelitian guna
remodeling yang dapat menghabiskan waktu mengetahui pengaruh ekstrak daun tapak dara
hingga 2 tahun setelah terjadi luka.4,7,8 (Catharanthus roseus) dengan konsentrasi
Tujuan utama pengobatan luka adalah 6,25%, 12,5%, 25%, 50% dan 100% terhadap
mengembalikan fungsi dan bentuk jaringan jumlah fibroblas pada proses penyembuhan
luka di mukosa oral.
kulit kembali normal dengan komplikasi lokal
seminimal mungkin.1 Penggunaan obat- BAHAN DAN METODE
obatan alami atau herbal telah banyak Jenis penelitian ini berupa penelitian
digunakan di seluruh dunia, seiring dengan eksperimen laboratoris dengan desain
meningkatnya pemenuhan permintaan akan penelitian post-test only controlled group
obat-obatan, harga obat herbal yang design untuk menentukan pengaruh ekstrak daun
terjangkau dan efek samping yang minimal tapak dara (Catharanthus roseus) dengan
bersamaan dengan resistensi obat yang konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25%, 50% dan

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 2 0 - 3 0 | 21
100% terhadap jumlah fibroblas pada proses kertas saring hingga bebas dari partikel
penyembuhan luka di mukosa oral. kasar.13,14Hasil larutan ekstrak daun tapak dara
Sampel penelitian ini adalah daun tapak dengan konsentrasi 100% selanjutnya
dara (Catharanthus roseus) yang diperoleh dievaporasi untuk memisahkan pelarut etanol
dari Desa Alue Naga, Banda Aceh dan tikus dengan ekstrak tapak dara menggunakan alat
putih Rattus norvegicus diperoleh dari penguap (rotary evaporator) pada temperature
kandang hewan Fakultas Kedokteran Hewan 37oC selama kurang lebih 6 jam untuk
Universitas Syiah Kuala. Jumlah sampel dari mendapatkan ekstrak kental dari daun tapak dara.
13
tiap kelompok perlakuan akan dihitung
Setelah didapat ekstrak kental, dilakukan
menggunakan rumus Federer dengan
pengenceran dengan menambah akuades hingga
memasukkan nilai koreksi 1/(1-f) untuk
mendapat konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25%, 50%
mengantisipasi hilangnya sampel eksperimen dan
dan 100%. Pengenceran dilakukan dengan rumus:
berdasarkan rumus tersebut, jumlah sampel
yang diperlukan per kelompoknya adalah lima
ekor tikus putih. Total sampel yang digunakan C1 . V1 = C2 . V2
adalah 30 ekor tikus putih. Adapun kriteria
inklusi subjek penelitian yaitu tikus putih Rattus Keterangan:
norvegicus dengan jenis kelamin jantan, umur 2-3 C1 = Konsentrasi awal
bulan dan memiliki berat badan 200-250 gram. C2 = Kosentrasi akhir
V1 = Volume zat terlarut
Alat dan bahan penelitian V2 = Volume total
Pada penelitian ini alat dan bahan yang
digunakan adalah sebagai berikut: masker, Pembuatan luka insisi pada tikus putih
handscoon, timbangan analitik, blender, kertas Tikus putih dengan usia 8-12 minggu
saring, erlenmeyer, mesin maserator, vacum dan berat 200-250 gram diperoleh dari
rotary evaporator, gelas ukur, oven, stirer, daun Kandang Hewan Fakultas Kedokteran
tapak dara (Catharanthus roseus) 1 kg, etanol Hewan Universitas Syiah Kuala. Tikus-tikus ini
96%, 30 ekor tikus putih Rattus norvegicus disimpan pada ruangan dengan kondisi
(jantan), Xylazine hydrochloride (2 mg/kg), laboratorium standar (dengan suhu ruangan
Ketamin hydrochloride (20 mg/kg), Syringe sekitar 250C) serta diberi minum dan makanan
disposible, Scalpel dan blade No. 11, arteri klem, secara ad libitum.13 Sebelum dilakukan
cotton buds, gunting bedah, inkubator, pinset, perlukaan, semua tikus dianestesi secara
lampu spiritus, mikrotom, waterbath, object injeksi intramuscular menggunakan 2 mg/kg
glass, mikroskop elektrik (Olympus), cover xylazine hydrochloride dan 20 mg/kg ketamine
glass, hot plate, buffer neutral formaldehide hydrochloride. Perlukaan dibuat pada mukosa
10%, hematoksilin- eosin, ether, alkohol labial bawah dengan menggunakan blade dan
bertingkat 70%, 80%, scalpel sepanjang ± 10 mm dengan kedalaman
90%, 100%, parafin, xylol, larutan luka ± 1 mm.21
albumin, gliserin, balsem kanada dan acid
alcohol. Pengaplikasian ekstrak daun tapak dara
Pada kelompok perlakuan diaplikasikan
CARA PENELITIAN ekstrak daun tapak dara dengan konsentrasi
Pembuatan Ekstrak Daun Tapak Dara 6,25%, 12,5%, 25%, 50% dan 100% secara
Daun tapak dara (Catharanthus topikal sebanyak 100µL dengan menggunakan
roseus) diperoleh dari Desa Alue Naga. Sebanyak bantuan cotton buds selama 1 menit setiap
1 kg daun tapak dara dipetik dan dicuci bersih harinya sampai hari ke tujuh. Aplikasi dilakukan
kemudian dikeringkan dengan cara diangin- 2 kali sehari, yaitu pada pagi hari pukul
anginkan dan tidak terkena sinar 08.00 dan sore hari pukul 16.00 selama 7 hari.
13 22,23
matahari. Setelah itu, daun tersebut dihaluskan Pada kelompok kontrol, luka diberikan
dengan menggunakan blender. Setelah menjadi akuades.22,23,24
bubuk, daun tersebut direndam dengan
menggunakan etanol 96% sebanyak 2 Liter.14 Pembuatan dan pengamatan preparat
Kemudian, hasil rendaman daun disaring dengan histologi

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 2 0 - 3 0 | 22
Tikus di euthanasia di hari ketujuh Penelitian ini menggunakan tikur
setelah pembuatan luka dan pengaplikasian putih galur wistar sebanyak 24 ekor yang dibagi
ekstrak daun tapak dara dengan konsentrasi menjadi 5 kelompok perlakuan dan 1
6,25%, 12,5%, 25%, 50% dan 100%, kelompok kontrol. Perlukaan dilakukan pada
menggunakan ether, yaitu dengan kapas yang mukosa labial tikus dengan menggunakan scalpel
dibasahi ether diletakkan dalam satu wadah yang dan blade no.11 sepanjang 10 mm dengan
sesuai dengan besar hewan cobanya.23,24,25 kedalaman 1-2 mm. Setelah dilakukan perlukaan,
Kemudian dilakukan pemotongan jaringan dan pada 5 kelompok perlakuan diaplikasikan ekstrak
setelah pemotongan jaringan tikus daun tapak dara (Catharanthus roseus) dengan
dikuburkan.26,27 Pembuatan spesimen dari hasil konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25%, 50% dan
pemotongan jaringan mukosa labial bawah tikus 100% secara topikal sebanyak 100 µl
dilakukan dengan ukuran 5x5 mm dan ketebalan menggunakan cotton buds (Gambar 2). Aplikasi
2-3 mm menggunakan scalpel dan gunting dilakukan 2 kali sehari selama 1 menit pada
bedah.22,28,29,30 Setelah pembuaan spesimen pagi hari pukul 08.00 dan sore hari pukul
selesai, jaringan tersebut akan difiksasi terlebih 16.00. Kelompok kontrol diaplikasikan akuades.
dahulu dengan Buffered Netral Formaldehide
(BNF) 10 % selama 24 jam dan diikuti dengan
proses histoteknik selanjutnya.22,25,31
Preparat histopatologi diperiksa di bawah
mikroskop masing-masing pada 5 lapang pandang
mikroskopik. Pemeriksaan dengan mikroskop
dilakukan dengan pembesaran 100 kali kemudian
dilanjutkan dengan pembesaran
400 kali.28,30

HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan daun tapak Gambar 2. Aplikasi ekstrak pada luka
dara (Catharanthus roseus) yang diambil di
Pantai Alue Naga, Banda Aceh. Daun tapak dara
Setelah perlakuan berakhir pada hari ke-
segar berwarna hijau tua dipetik sebanyak 1 kg.
7, tikus-tikus di euthanasia dengan
Daun kemudian dicuci bersih dan
menggunakan inhalasi eter 5%, dengan cara
dikeringkan di dalam ruangan selama 10 hari.
tikus dimasukkan kedalam wadah berisi kapas
Daun yang telah mengering kemudian dihaluskan
yang telah dibasahi eter. Selanjutnya dilakukan
menggunakan blender sehingga didapatkan bubuk
pemotongan labial mandibula tikus
halus sebanyak 300 gram. Ekstraksi dilakukan
menggunakan gunting jaringan dan kemudian
dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol
hasil pemotongan direndam ke dalam larutan
96% sebanyak 2 liter selama 6 jam dan
buffer neutral formaldehide (fiksasi) 10%
didapatkan ekstrak daun sebanyak 42 ml. Proses
selama 1x24 jam. Setelah fiksasi selesai,
selanjutnya yaitu dilakukan pengenceran
kemudian jaringan dipotong dengan ketebalan
dengan konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25%, 50%
2-3 mm (trimming). Selanjutnya dilakukan
dan 100%. (Gambar1)
proses dehidrasi yaitu dengan cara potongan
jaringan tersebut diletakkan dalam wadah
tertutup dan kemudian dimasukkan ke dalam
alkohol bertingkat (70%, 80%, 90%, 95%,
absolut I dan absolut II) secara berurutan
masing-masing selama 2 jam. Setelah itu
dilakukan proses clearing menggunakan xylol
I, II dan III masing-masing selama 30 menit
dan kemudian dilanjutkan dengan proses
infiltrasi jaringan menggunakan paraffin
(paraffin I,II dan III) masing-masing selama
Gambar 1. Hasil ekstrak daun tapak dara 30 menit. Selanjutnya dilakukan proses
embedding dan pemotongan jaringan

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 2 0 - 3 0 | 23
menggunakan mikrotom dengan ketebalan 5 kelompok kontrol (Gambar 3).
mikron. Hasil potongan jaringan yang
berbentuk pita (ribbon) diletakkan pada water
bath dengan suhu 400-500C sampai jaringan
merentang dan kemudian jaringan diangkat
menggunakan object glass dan dikeringkan
dengan glass warmer. Proses deparafinisasi
menggunakan tiga tabung xylol, alkohol
absolut I, alkohol absolut II, alkohol 96%,
alkohol 90% dan alkohol 80% dan waktu yang
dibutuhkan masing-masing selama 2 menit.
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan dengan A
hematoxylin – eosin melalui 3 tahap, yaitu
pewarnaan, dehidrasi dan penjernihan. Pewarnaan
dilakukan menggunakan hematoxylin selama 5
menit, setelah itu dicuci dengan air mengalir
sampai bersih dan dilanjutkan dengan
mencelupkan preparat ke dalam acid alcohol,
kemudian dicelupkan ke dalam air sebanyak satu
kali celup dan dilakukan pewarnaan
pembanding dengan eosin selama 3 menit.
Dehidrasi dilakukan dengan menggunakan
alkohol 96% I, alcohol 96% II, alkohol absolut
I dan alkohol absolut II masing-masing selama 1 B
menit. Penjernihan dilakukan dalam 2 tabung Gambar 3. Gambaran fibroblas pada kelompok
xylol selama 2 menit. Sediaan preparat kontrol (A) dan salah satu kelompok perlakuan (50%)
dikeringkan dan ditetesi dengan perekat entelan, dilihat secara makroskopis (B)
kemudian ditutup dengan cover glass dan
ditunggu hingga perekatnya mengering. Data hasil penelitian terlebih dahulu
Proses pengamatan dan perhitungan dianalisis melalui uji normalitas data
jumlah fibroblas dilakukan dengan menggunakan uji one way ANOVA dikarenakan
menggunakan mikroskop Olympus BX 41 kelompok pada penelitian ini berjumlah lebih
dengan 400x pembesaran dan dengan 5 lapang dari dua kelompok. Berdasarkan uji normalitas
pandang setiap preparat. Pengamatan ini juga data diketahui data yang diperoleh dalam
dilengkapi dengan kamera digital DP-12. Data penelitian terdistribusi dengan normal, yakni
hasil perhitungan jumlah fibroblas tersaji 0,689 untuk kelompok perlakuan dengan
dalam tabel dibawah ini (Tabel 1). aplikasi ekstrak daun tapak dara 6,25%, 0,086
untuk kelompok perlakuan
12,5%, 0,220 untuk kelompok perlakuan 25%,
0,677 untuk kelompok perlakuan 50%, 0,951
untuk kelompok perlakuan 100% dan 0,405
untuk kelompok kontrol (p>0,05). Hasil uji
varian menunjukkan bahwa varian data
penelitian tidak sama, yakni 0,325 (p<0,05).
Hasil dari uji varian data diketahui tidak
memenuhi syarat ANOVA, maka alternatif
selanjutnya adalah melakukan uji Kruskal-
Wallis. Hasil yang didapatkan yakni terdapat
pengaruh yang signifikan dengan nilai 0,001
Berdasarkan pengamatan histologi yang (p<0,005). Setelah itu, untuk melihat pengaruh
telah dilakukan, terlihat bahwa jumlah signifikan antar kelompok maka dilakukan uji
fibroblas pada kelompok perlakuan lebih banyak Mann-Whitney. (Tabel 2)
dibandingkan dengan jumlah fibroblas pada

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 2 0 - 3 0 | 24
║Journal Caninus Denstistry Volume 2, Nomor 1 (Februari 2017): 20 - 30

Tabel 2. Pengaruh antar kelompok dengan uji Mann-Whitney.

Kelompok Uji 6,25% 12,5% 25% 50% 100% Akuades


6,25% - 0,200 0,029* 0,029* 0,029* 0,029*
12,5% 0,200 - 0,029* 0,029* 0,029* 0,029*
25% 0,029* 0,029* - 0,029* 0,029* 0,029*
50% 0,029* 0,029* 0,029* - 0,057 0,029*
100% 0,029* 0,029* 0,029* 0,057 - 0,029*
Akuades 0,029* 0,029* 0,029* 0,029* 0,029* -
Keterangan: *= p<0,005, terdapat perbedaan yang bermakna

PEMBAHASAN jumlahnya dalam ekstrak.36 Setelah didapat


Penelitian ini dirancang untuk ekstrak kental, dilakukan pengenceran dengan
mengetahui pengaruh ekstrak daun tapak dara menambah akuades hingga didapatkan
terhadap jumlah fibroblas pada proses konsentrasi ekstrak daun tapak dara 6,25%,
penyembuhan luka di mukosa oral. Bagian 12,5%, 25%, 50% dan 100%. Hasil dari proses
daun yang digunakan dari tanaman tapak dara ekstraksi dengan menggunakan metode
(Catharanthus roseus) adalah yang berwarna maserasi ini diperoleh ekstrak daun tapak dara
hijau tua dan segar. Daun yang berwarna hijau sebanyak 42 ml.
tua ini dipilih karena kandungan senyawa aktif Sampel penelitian ini menggunakan
lebih banyak dibandingkan dengan daun muda.20 tikus wistar (Rattus norvegicus) jantan sebanyak
Daun tapak dara diperoleh dari Desa 24 ekor. Penentuan besar sampel berdasarkan
Alue Naga. Desa Alue Naga dipilih karena rumus federer. Penggunaan tikus wistar
berdasarkan hasil penelitian Watiniasih tentang dikarenakan lebih mudah didapatkan dalam
pengaruh air dan nutrisi tanah, dijelaskan bahwa jumlah banyak, mudah ditangani, mudah
pertumbuhan tanaman tapak dara lebih baik pada perawatannya dan lebih cepat berkembang
lahan yang tidak terlalu basah. Kemudian biak. Selain itu, tikus jantan memiliki kondisi
habitus tanaman yang tumbuh di dataran biologis tubuh yang lebih stabil dibandingkan
rendah lebih besar dan lebih tinggi dibandingkan tikus betina.37,38
dengan tanaman yang tumbuh di dataran tinggi Pembuatan luka insisi dilakukan pada
dan juga jumlah daun yang dihasilkan oleh labial mandibula tikus wistar sepanjang 10 mm
tanaman tapak dara yang tumbuh di dataran dengan kedalaman 1-2 mm menggunakan
rendah lebih banyak dibandingkan dengan blade No. 11 dan scalpel. Sebelum dilakukan
tanaman yang tumbuh di dataran tinggi.32 perlukaan, tikus terlebih dahulu dianestesi
Bubuk daun tapak dara sebanyak 300 dengan menggunakan kombinasi ketamine dan
gram diekstraksi dengan metode maserasi xylazine. Ketamin merupakan jenis obat anestesi
menggunakan pelarut etanol untuk mendapatkan yang dapat digunakan pada hampir semua jenis
ekstrak kental dari daun tapak dara.14 Ekstraksi hewan. Ketamin dapat menimbulkan efek yang
dilakukan dengan metode maserasi karena membahayakan, yaitu takikardia, hipersalivasi,
proses pengerjaan yang mudah, peralatan yang meningkatkan ketegangan otot, peningkatan
digunakan sederhana dan tidak menggunakan aliran darah ke otak dan peningkatan tekanan
pemanasan yang dapat merusak komponen darah intrakranial. Efek samping ini dapat
aktif daun.33,34,35 diatasi dengan mengkombinasikan obat-obatan.
Pemilihan etanol sebagai pelarut Kombinasi yang paling sering digunakan
dikarenakan etanol memiliki sifat semipolar untuk ketamine adalah xylazine. Ketamine
sehingga komponen aktif dengan kepolaran memberikan efek analgesik sedangkan
yang beragam dapat terekstrasi lebih sempurna. xylazine menyebabkan relaksasi otot yang
Selain itu, etanol memiliki titik didih yang baik.39,40
rendah, sehingga memudahkan pemisahannya Dua puluh empat ekor tikus wistar
dengan komponen aktif daun dan mengurangi jantan dibagi ke dalam 6 kelompok, yaitu
kelompok perlakuan 6,25%, 12,5%, 25%,

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 2 0 - 3 0 | 25
50%, 100% dan kelompok kontrol. Proses penyembuhan luka merupakan
Masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor proses yang kompleks dan dinamis dalam
tikus. Kelompok perlakuan diaplikasikan pemulihan struktur sel dan lapisan jaringan yang
ekstrak daun tapak dara secara topikal rusak untuk kembali normal.13 Setelah
sebanyak 100µL dengan menggunakan bantuan terjadinya luka, proses penyembuhan dan
cotton buds selama 1 menit. Aplikasi dilakukan regenerasi sel terjadi secara otomatis sebagai
2 kali sehari, yaitu pada pagi hari pukul 08.00 respon fisiologis tubuh.41,42
dan sore hari pukul Penyembuhan luka yang berlangsung
16.00.22,23 Pada kelompok kontrol, luka diberikan pada kelompok kontrol merupakan proses
akuades.22,23,24 Pengaplikasian penyembuhan luka normal yang melibatkan
ekstrak daun tapak dara dan akuades dilakukan beberapa proses yang saling berhubungan satu
hingga hari ke-7. dan lainnya yaitu hemostasis, inflamasi,
Pengaplikasian ekstrak daun tapak dara proliferasi, dan remodeling.1,5,7,42 Pada fase
dan akuades dilakukan hingga hari ke-7 hemostasis, platelet sebagai sel akan menutup
terjadinya luka karena pada hari tersebut luka pembuluh darah yang terluka. Pembuluh darah
sudah masuk ke dalam fase proliferasi.4 Fibroblas akan vasokonstriksi, sementara platelet akan
merupakan elemen utama pada fase proliferasi membentuk bekuan darah pada pembuluh
yang muncul pertama kali secara bermakna pada darah yang putus.4,7 Selanjutnya pada fase
hari ke 3 dan mencapai puncak pada hari ke 7.31 inflamasi, neutrofil dan makrofag sebagai sel
Pada penelitian ini, proses pengamatan dan yang dominan pada fase ini akan bermigrasi ke
perhitungan jumlah fibroblas dilakukan dengan area luka dan memfagositosis mikroorganisme
mikroskop, menggunakan perbesaran 400x dan sel-sel mati.43,44 Pada fase proliferasi akan
dengan 5 lapang pandang.23 terlihat peningkatan jumlah sel dan faktor-
Hasil perhitungan jumlah fibroblas faktor penyembuhan luka, salah satunya
didapatkan dengan menghitung nilai rata-rata fibroblas. Jumlah fibroblas dapat dianggap
luka tikus kelompok perlakuan dan nilai rata- rata sebagai parameter penyembuhan luka.45
kelompok kontrol. Berdasarkan tabel 5.1, aplikasi Fibroblas akan menghasilkan kolagen yang akan
ekstrak daun tapak dara 6,25% mempunyai rata- menautkan luka, memengaruhi proses
rata jumlah fibroblas sebanyak 27,7±0,5, reepitelisasi, bermigrasi dan berproliferasi
aplikasi ekstrak daun tapak dara 12,5% untuk membentuk jaringan ikat baru dan
sebanyak 28,1±0,4, aplikasi ekstrak daun mensintesis kolagen yang mempengaruhi
tapak dara 25% sebanyak tensile strength dan kekuatan pada tempat
30,1±0,5, aplikasi ekstrak daun tapak dara penyembuhan luka.1,7,41,23,45 Proliferasi dari
50% sebanyak 35,0±1,0 dan aplikasi ekstrak fibroblas menentukan hasil akhir dari
daun tapak dara 100% sebanyak 33,0±1,1. penyembuhan luka.45
Sementara rata-rata luka tikus kelompok Walaupun proses penyembuhan luka
kontrol sebanyak 20,0±1,4. Antara kelompok merupakan proses yang natural dan secara
perlakuan dan kontrol terdapat pengaruh yang alamiah dimiliki makhluk hidup, namun untuk
signifikan dengan nilai 0,001 (p<0,005) setelah mempercepat proses penyembuhan luka
dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis. Jumlah diperlukan kondisi tertentu yang mendukung
fibroblas pada kelompok perlakuan lebih banyak keberlangsungan proses penyembuhan luka,
dari pada jumlah fibroblas yang terdapat pada salah satunya adalah nutrisi.7,45 Pada kelompok
kelompok kontrol. perlakuan terjadi peningkatan jumlah fibroblas
Hal ini mendukung penelitian dikarenakan zat-zat yang terkandung dalam
sebelumnya yang dilakukan oleh Ida Ayu Laksmi ekstrak daun tapak dara (Catharanthus roseus)
(2013) mengenai bioaktivitas ekstrak daun tapak mempunyai pengaruh dalam proses
13,14,41
dara terhadap proses epitelisasi pada proses penyembuhan luka. Alkaloid diketahui
penyembuhan luka tikus wistar, dimana proses dapat membantu mempercepat proses
epitelisasi kelompok perlakuan terjadi lebih cepat penyembuhan luka karena terdapatnya
dibandingkan pada kelompok kontrol.13 aktivitas antimikroba dan antioksidan.
Proses epitelisasi sendiri merupakan salah satu Mekanisme yang terjadi pada proses
ciri khas dari fase proliferasi, dimana fibroblas penyembuhan luka adalah dengan cara
merupakan elemen dominan pada fase ini.4,7,41 mengganggu komponen penyusun peptidoglikan

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 2 0 - 3 0 | 26
pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding konsentrasi 50% dengan 100% menunjukkan
sel tidak terbentuk secara utuh dan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05).
menyebabkan kematian sel tersebut.46 Nilai p yang terlihat antara kelompok konsentrasi
Adapun senyawa polifenol dan 6,25% dengan konsentrasi 12,5% adalah 0,200,
flavonoid dikenal mempunyai kemampuan sedangkan antara kelompok konsentrasi 50%
sebagai antioksidan dan antiinflamasi.23 dengan konsentrasi 100% adalah 0,057.
Mekanisme flavonoid dalam menghambat Perbedaan tidak bermakna yang dihasilkan antara
proses terjadinya inflamasi melalui dua cara, konsentrasi 6,25% dengan 12,5% mungkin
yaitu dengan menghambat permeabilitas kapiler dikarenakan selisih konsentrasi tersebut tidak
dan menghambat metabolisme asam banyak.50 Jika dilihat dari nilai rata-rata jumlah
arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari sel fibroblas pada kelompok perlakuan menggunakan
neutrofil dan sel endothelial, menghambat ekstrak daun tapak dara antara konsentrasi 6,25%
aktivitas enzim siklooksigenase dan dan konsentrasi 12,5% diketahui bahwa antara
lipooksigenase, menghambat akumulasi
ekstrak daun tapak dara antara kedua konsentrasi
leukosit, menghambat degranulasi neutrofil,
tersebut memiliki daya aktivas penyembuhan luka
menghambat pelepasan histamin dan
menstabilkan Reactive Oxygen Species yang tidak berbeda secara signifikan. Selain itu,
(ROS). 47,48
Flavonoid juga berperan penting hal tersebut juga dapat disebabkan oleh larutan
dalam menjaga permeabilitas serta yang terlalu encer, sehingga molekul senyawa
meningkatkan resistensi pembuluh darah kimianya besar dan penetrasi ekstrak ke dalam
kapiler. Oleh karena itu, flavonoid digunakan jaringan menjadi sukar. Hal ini mempengaruhi
pada keadaan patologis seperti terjadinya proses reepitelisasi dan jumlah fibroblas pada
gangguan permeabilitas dinding pembuluh proses penyembuhan luka.51
darah.47 Tanin berperan dalam peningkatan Perbedaan tidak bermakna yang
daya tarik luka pada proses penyembuhan ditunjukkan antara konsentrasi 50% dengan
luka. Tanin berfungsi sebagai astringen yang 100 bisa saja karena perlakuan menggunakan
dapat menyebabkan penciutan pori-pori kulit, ekstrak daun tapak dara (Catharanthus roseus)
memperkeras kulit, menghentikan eksudat dan dengan konsentrasi yang utuh dan pekat
pendarahan yang ringan, sehingga mampu (100%) menyebabkan sel-sel mengalami
menutupi luka dan mencegah pendarahan yang kejenuhan (saturasi) sehingga proses
biasa timbul pada luka serta mempercepat 42
reepitelisasi hanya sedikit. Ekstrak yang lebih
epitelisasi.13,41 Steroid mempunyai sifat kental akan mempermudah terjadinya oksidasi
astrigen dan antimikroba dan mempunyai yang menghalangi hidroksiprolin dan lisin
aktivitas antiinflamasi, efek analgesik, yang sehingga fibroblas tidak bisa memproduksi
berperan dalam proses penyembuhan luka.35,49 kolagen.52
Aktivitas antiinflamasi dapat mencegah KESIMPULAN
terjadinya inflamasi yang berkepanjangan, Berdasarkan hasil penelitian yang telah
sehingga mempercepat proses penyembuhan dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa
luka.23 ekstrak daun tapak dara (Catharanthus roseus)
Secara statistik, rerata jumlah fibroblas mempunyai pengaruh terhadap jumlah
(Tabel 1) kelompok perlakuan ekstrak daun tapak fibroblas pada luka mukosa oral tikus wistar
dara (Catharanthus roseus) meningkat (Rattus norvegicus) dengan konsentrasi terbaik
bersamaan dengan peningkatan konsentrasi adalah 50% pada hari ke-7.
ekstrak kecuali pada konsentrasi 100% yang
menunjukkan hasil yang berbeda. Rerata SARAN
jumlah fibroblas yang diaplikasikan ekstrak daun 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tapak dara dengan konsentrasi 100% mengenai pengaruh ekstrak daun tapak
menunjukkan jumlah lebih rendah dara terhadap jumlah fibroblas dengan
dibandingkan dengan konsentrasi 50%. Pada persentase diantara 50%-100%.
tabel 5.2, perbedaan jumlah fibroblas yang 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
bermakna antar kelompok perlakuan dan mengenai persentase tiap komponen zat
kelompok kontrol terlihat pada konsentrasi aktif yang terdapat dalam ekstrak daun
6,25% - 100 %, sementara antara konsentrasi tapak dara.
6,25% dengan konsentrasi 12,5% dan antara

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 2 0 - 3 0 | 27
wound in rat. Middle-East Journal of
DAFTAR PUSTAKA Scientific Research 2013; 13(1): 14-19
1. Guy Masir O, Manjas M, Putra AE, Agus 11. Namita P, Mukesh R, Vijay KJ. Camellia
S. Pengaruh cairan cultur filtrate fibroblast sinensis (green tea): a review. Global
(CFF) terhadap penyembuhan luka: journal of pharmacology 2012; 6(2): 52-
penelitian eksperimental pada rattus 59.
novergicus galur wistar. Jurnal Kesehatan 12. Agarwal P, Alok S, Verma A. An update
Andalas. 2012; 1(3): 112-117. on ayurvedic herb henna (Lawsonia
2. Guyton H. Buku Ajar Fisiologi inermis L.): a review. International
Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC, 2006. journal of pharmaceutical science and
p. 434; 457. research 2014; 5(2): 330-339.
3. Sloane E. Anatomi dan Fisologi untuk 13. Dewi IALP, Damriyasa IM, Dada
Pemula. Jakarta: EGC, 2003. p. 224. IKA.Bioaktivitas ekstrak daun tapak
4. Orsted HL, Keast D, Lalande LF, Megie dara(catharanthus roseus) terhadap
MF. Basic Principles of Wound Healing: An periode epitelisasi dalam proses
Understanding of the basic physiology of penyembuhan luka pada tikus wistar.
wound healing provides the clinician with Indonesia Medicus Veterinus 2013; 2(1):
the framework necessary to implement the 58 – 75.
basic principles of chronic wound care. 14. Nayak BS, Pereira LMP. Catharantus
Wound Care Canada 2011, 9(2): 4-12. roseus flower extracthas wound-healing
5. Glim JE, Egmond MV, Niessen FB, Everts activity in Sprague dawley rats. BMC
V, Beelen RH. Detrimental dermal wound Complementary and Alternative Medicine
healing: What can we learn from the oral 2006; 6(41): 1-6.
mucosa. International Journal of tissue 15. Vega-Avila E, Cano-Velasco JL, Alarcon-
repair and regeneration. 2013; 21(5): 648 Aguilar FJ. Hypoglycemic Activity of
660. Aqueous Extracts from Catharanthus
6. Larjava H. Oral wound healing: cell roseus. Evidence-Based Complementary
biology and clinical management. British and Alternative Medicine Research article
UK: John wiley and sons, 2012. p. 1. 2012; 1-7.
7. Guo S. Dipietro LA. Factors Affecting 16. 16. Hassan KA, Brenda AT, Patrick V,
Wound Healing. Journal of Patrick OE. In vivo antidiarrheal activity of
Dental Research. 2010; 89(3): 219-229. the ethanolic leaf extract of Catharanthus
8. Hsu A, Mustoe TA. The principles of roseus linn. (apocyanaceae) in wistar rats.
wound healing. In: Weinzweig J, editor. African Journal of Pharmacy and
Plastic surgery secrets. 2nd ed. Philadelpia: Pharmacology 2011; 5(15): 1797-1800.
Mosby Elsevier, 2010. p.3 17. 17. Alam G, Singh MPA, Singh A.
9. Chattopadhyay C, Chakrabarti N, Wound healing potential of some medicinal
Chatterjee M, Mukherjee S, Sarkar plants. Review article 2011; 9: 1-10.
K, Chaudhuri AR. Black Tea (Camellia 18. 18. Sharma G, Jeyabalan Y, Singh R.
sinensis) decoction shows Potential wound healing agents from
immunomodulatory properties on an medical plants: A review. Pharmacologia
experimental animal model and in human 2013; 4(5): 349-358.
peripheral mononuclear cells. 19. Nagori BP, Solanki R. Role of medical
Pharmacognosy Res. 2012; 4(1): 15-21. plants in wound healing. Research Journal
10. Karimi M, Parsaei P, Asadi SY, Ezzati S, of Medical Plant 2011; 5(4): 392-405
Boroujeni RK, Zamiri A, Kopaei MR. 20. Anonymous. Sediaan obat luka luar.
Effects of Camellia sinensis ethanolic Tersedia pada: http://event
extract on histometric and archives.litbang.depkes.go.id/jspui/bitstrea
histopathological healing process of burn m/123456789/224/1/ASH7_Sediaan%20o

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 2 0 - 3 0 | 28
bat%20luka%20luar.pdf, 11 Februari 30. Amalina HA, Muhartono, Fiana DN.
2014: 144. Pengaruh pemberian ekstrak etanol 40%
21. Amalia P. Efektivitas ekstrak batang kulit manggis (garcina mangostana l.)
pisang mauli 25% pada proses terhadap gambaran histopatologi ginjal tikus
penyembuhan luka mukosa mulut. Skripsi. putih yang diinduksi rifampisin. Jurnal
Banjar Baru: 2014. Hal: 20 kedokteran UNILA 2014; 3(2): 91-99.
22. Indraswary R. Efek konsentrasi ekstrak
31. 31. Triyono B. Program perbedaan
buah adas (Foeniculum vulgare Mill.)
topical pada epitelisasi penyembuhan luka tampilan kolagen di sekitar luka insisi
gingiva labial tikus sprague dawley in pada tikus wistar yang diberi infiltrasi
vivo. Majalah Sultan Agung. Universitas penghilang nyeri levobupivakain dan yang
Islam Sultan Agung. tidak diberi levobupivakain. Tesis 2005. p.
23. Chairunnisa A. Pengaruh aplikasi ekstrak 25
daun ceremai (Phyllanthus acidus (L.)) 32. 32. Watiniasih NL, Sudiarta P, Antara
terhadap jumlah fibroblas pada hari ke-7. NS. 2012. Praktek baik budidaya
Skripsi. Banda aceh: 2015. p. 29. tanaman tapak dara (Catharanthus roseus
24. Sulistiawati IDAN. Pemberian ekstrak (Linn.) Don). Denpasar: Tropical Plant
daun lidah buaya (aloe vera) Curriculum Project Universitas Udayana.
konsentrasi75% lebih menurunkan jumlah p. 13-15.
makrofag daripada konsentrasi 50% dan 33. Lulail J. Kajian hasil riset potensi
antioksidan di pusat informasi teknologi
25% pada radang mukosa mulut tikus putih
pertanian fateta ipb serta aplikasi ekstrak
jantan. Tesis. Denpasar. 2011. p. 66.
bawang putih, lada dan daun sirih pada
25. Prabakti Y. Perbedaan jumlah fibroblas di dendeng sapi. Skripsi. Bogor: 2009. p. 7-9.
sekitar luka insisi pada tikus yang diberi 34. Mawaddah R. Kajian hasil riset potensi
infiltrasi penghilang nyeri levobupivakain antimikroba alami dan aplikasinya dalam
dan yang tidak diberi levobupivakain. bahan pangan di pusat informasi teknologi
Tesis 2005. p. 27. pertanian fateta ipb. Skripsi. Bogor: 2008. p.
26. Noorafiqi MI, Yasmina A, Hendriyono 9-10.
FX. Efek jus buah karamunting 35. Dian NI. Isolasi dan elusidasi struktur
(melastoma malabathricum l.) terhadap senyawa turunan terpenoid dari kulit
kadar trigliserida serum darah tikus putih batang slatri (Calophyllum soulattri Burm
yang diinduksi propiltiourasil. Berkala f.). Skripsi. 2011. p. 13-14.
Kedokteran 2013; 9(2): 219-227. 36. Fitriannur. Aktivitas antibakteri propolis
27. Sura G, Carabelly AN, Apriasari ML. lebah Trigona spp. asal pandeglang terhadap
Aplikasi ekstrak haruan (channa Enterobacter sakazakii. Skripsi. Bogor:
striata)100% pada luka punggung mencit 2009. p. 5.
(mus musculus) terhadap jumlah neutrofil 37. Harjana, Tri. Pemanfaatan daun pepaya
(Carica papaya l) untuk pertumbuhan dan
dan makrofag. Jurnal PDGI 2013; 62(2):
efeknya pada gambaran histologi usus
41-44. halus tikus putih (Rattus norvegicus).
28. Swarayana IMI, Sudira IW, Berata IK. Prosiding Seminar Nasional Penelitian,
Perubahan histopatologi hati mencit (mus Pendidikan dan Penerapan MIPA
musculus) yang diberikan ekstrak daun Yogyakarta: 2009. p. B-239.
ashitaba (angelica keiskei). Buletin veteriner 38. Harjana, Tri. Kajian tentang penggunaan
udayana 2012; 4(2): 119-125 tikus putih (Rattus norvegicus) untuk
29. Kusuma IGE, Arjana AAG, Berata IK. pengujian bahan kontrasepsi tradisional.
Pemberian efective microorganism Prosiding Seminar Nasional Penelitian,
terhadap gambaran histopatologi hati tikus Pendidikan dan Penerapan MIPA
putih (rattus norvegicus) betina. Indonesia Yogyakarta: 2009. p. 1.
medicus veterinus 2012; 1(5): 582-595. 39. Yudaniayanti IS, Maulana E, Ma'ruf A.

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 2 0 - 3 0 | 29
Profil penggunaan kombinasi ketamin- 3(2): 515-519.
xylazine dan ketamin-midazolam sebagai 46. Kurniawan B, Aryana WF. Binahong
anestesi umum terhadap gambaran (Cassia alata L) as inhibitor of
fisiologis tubuh pada kelinci jantan. Escherichia coli growth. J Majority 2015;
Veterinaria Medika 2010; 3(1): 23-30. 4(4): 100-1004.
40. Sayuti A, Maulizar R, Syafruddin, Erwin, 47. Fitriyani A, Winarti L, Muslichah S dan
Frengky, Muttaqien et all. Efek Nuri. Uji antiinflamasi ekstrak metanol
penggunaan ketamin-xilazin dan propofol daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz &
terhadap denyut jantung dan pernafasan Pav ) pada tikus putih. Majalah Obat
pada anjing jantan lokal (Canis familiaris). Tradisional 2011; 16(1): 34-42.
Jurnal Medika Veterinaria 2016; 10(1): 48. Hidayati NA, Listyawati S, Setyawan AD.
34-36. Kandungan kimia dan uji antiinflamasi
41. Ferdinandez MK, Dada IKA, Damriyasa ekstrak etanol Lantara camara L. pada
IM. Bioaktivitas Ekstrak Daun Tapak Dara tikus putih (Rattus Novergicus L.) jantan.
(Catharantus roseus) Terhadap Kecepatan Bioteknologi 2008; 5(1): 10-17.
Angiogenesis dalam Proses Penyembuhan 49. Simanjuntak MR. Ekstraksi dan fraksinasi
Luka pada Tikus Wistar. Indonesia komponen ekstrak daun tumbuhan
Medicus Veterinus 2013; 2(2): 180-190. senduduk (Melastoma malabathricum L.)
42. Nurcahaya MI. Pengaruh ekstrak etanol serta pengujian efek sediaan krim terhadap
lidah buaya (Aloe vera) terhadap penyembuhan luka bakar. Skripsi. Medan:
peningkatan jumlah fibroblas pada proses 2008. p. 6.
penyembuhan luka mukosa rongga mulut 50. Istanti SF, Endah A, Arbiyanti K.
tikus (Rattus norvegicus) strain wistar. Pengaruh konsentrasi madu terhadap
Skripsi. Surakarta: 2015. p. 35. perubahan warna gigi pada proses
43. Velnar T, T Bailey, V Smrkolj. The pemutihan gigi secara in vitro. Odonto
wound healing process: an overview of the Dental Journal 2014; 1(2): 25-28.
cellular and molecular mechanism. The 51. Hafidhah N. Pengaruh ekstrak biji kakao
Jounal of International Medical Research (Theobroma cacao L.) Terhadap
2009; 37 (5): 1528-1542. pertumbuhan Enterococcus faecalis pada
44. Suryadi IA, Asmarajaya AAGN, berbagai konsentrasi. Skripsi. Banda aceh:
Maliawan S. Proses penyembuhan dan 2015. p. 42.
penanganan luka. Denpasar. p. 3-4 52. Amaliya S, Soemantri B, Utami YW. Efek
45. Oroh CG, Pangemanan DHC, ekstrak daun pegagan (Centella asiatica)
Mintjelungan CN. Efektivitas lendir dalam mempercepat penyembuhan luka
bekicot (Achatina fulica) terhadap jumlah terkontaminasi pada tikus putih (rattus
sel fibroblas pada luka pasca pencabutan novergicus) galur wistar. Jurnal Ilmu
gigi tikus wistar. Jurnal e-GiGi (eG) 2015; Keperawatan 2013; 1(1): 19-23.

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 2 0 - 3 0 | 30

Anda mungkin juga menyukai