Anda di halaman 1dari 2

Nama: Masriani

NIMKO: 18.11.0015
Program/Jurusan: S1/Pendidikan Agama Islam
Mata Kuliah: Tafsir Tarbawi III
STAI DDI Majene
TUGAS MANDIRI

TUGAS I

1. Menulusuri penjelasan para ulama


Pada masa awal perkembangan agama Islam, terjemah Alquran tidak dikenal masyarakat.
Pasalnya, banyak ulama tidak setuju bila Kalam Ilahi diterjemahkan ke berbagai bahasa.
Terlebih, tidak semua ayat dalam Alquran bisa diterjemahkan secara tekstual.
Setelah Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia, para ulama makin menyadari urgensi
terjemahan Alquran. Masyarakat di berbagai negara banyak yang tidak memahami ayat Alquran
dalam bahasa Arab. Mereka ingin menangkap makna dan pesan di dalamnya yang disampaikan
dalam bahasa keseharian mereka.
Terjemahan Alquran diyakini sebagai bagian dakwah Islam agar semakin me nyebar luas
di muka bumi. Dengan mem bacanya, masyarakat akan memahami hakikat Islam dan
mengimaninya. Sejak itu, terjemahan Alquran dinanti banyak pihak. Cendekiawan Alquran
Indonesia, Prof Said Aqil Husein al-Munawwar, mengatakan, tingginya kebutuhan memahami
Alquran mendorong ulama berpikir serius agar terjemahan Alquran sesuai konteks.
Akhirnya, proses penerjamahan Alquran pun dilakukan.Berdasarkan penelusuran sejarah,
penerjemahan Alquran paling awal tercatat di Spanyol pada 1142-1289 M. Ketika itu, Dinasti
Muwahhidun melarang penerjemahan Alquran dan memerintahkan pemusnahan terjemah
Alquran dalam bahasa Barbar.
"Kami di sini berusaha menyampaikan dinamika dari penerjemahan Alquran itu, di mulai
dari paling awal itu dimulai dari Spanyol, ujar Prof Said saat menjadi pembicara dalam acara
Ijtima Ulama Alquran Tingkat Nasional di Bandung, belum lama ini.
Namun, setelah itu, para ulama banyak yang membolehkan penerjemahan Kalam Ilahi.
Untuk pertama kalinya Alquran diterjemahkan ke bahasa Persia oleh Syekh Sa'adi al-Syirazi
pada 1313 M. Kemudian, disusul ke dalam bahasa Turki. Sedangkan, orang kedua yang
menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa India adalah Syekh Waliyullah Dahlawi.

Dalam bahasa Eropa, kegiatan penerjemahan Alquran telah dimulai sejak 1146 M. Dalam sejarah
tercatat nama Robert Rete nensis sebagai orang yang pertama kali menerjemahkannya dalam
bahasa Inggris. Sementara, Hermannus Dalmata dari Jerman menerjemahkannya dalam bahas
Latin, yang selanjutnya dialihkan ke dalam bahasa Jerman dan Italia. Perkembangan selanjut
nya, atas jasa Andre du Ruyer Alquran juga diterjemahkan dalam bahasa Prancis.
Mantan Menteri Agama ini menjelaskan, sejarah awal penerjemahan Alquran di Eropa
bermula dari para orientalis yang berusaha ingin memahami pesan dan isi kandungan Alquran.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa para orientalis pada mulanya menerjemahkannya dalam
bahasa Latin.
Mereka merasa perlu untuk mengetahui makna wahyu Ilahi, sehingga berusaha untuk
menerjemahkan Alquran itu ke dalam bahasa mereka. Maka, tercatat dalam sejarah, kegiatan itu
mulai diprakarsai oleh Robert Retenensis. Dalam perjalanannya, terjemahan me reka tak
selamanya dilakukan secara ob jektif. Ada bias dan prejudice di dalamnya. Yaitu, dengan
maksud menyelewengkan ajaran Islam sehingga banyak masyarakat salah paham terhadap Islam.
Distorsi ini merupakan kejahatan intelektual yang menyebabkan banyak orang salah
memahami Alquran, khususnya, dan Islam pada umumnya. Terjemahan Alquran yang tidak
objektif ini banyak diakui para ulama yang sangan perhatian dalam studi ulumul Quran. Hal
inilah yang kemudian mendorong para ulama akhirnya tergerak untuk juga menerjemahkan
Alquran.
Bahkan, menurut Prof Said, pada 2002 tercatat Mu amma' Malik Fahd di Madinah telah
menerjemahkan Alquran lebih dari 41 terjemahan dari berbagai bahasa di dunia. Para ulama juga
tidak diam meluruskan pendapat-pendapat yang melenceng dari situ. Ini juga merupakan
manifestasi Kalamullah bahwa Allah berkomitmen untuk menjaga auten tisitas Alquran, jelas
Prof Said.

Anda mungkin juga menyukai