“Ketersedian Uranium”
Disusun oleh:
Harno H0418313
Hildawati H0418321
Irda Mayung H0418318
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi nikmat dan
karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami bisa menyelesaikan Research Based Learning
“Pendahuluan Fisika Inti” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita menuju
alam yang terang-benderang, seperti yang kita rasakan sampai saat ini.
Research Based Learning ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Komputerisasi Pembelajaran Fisika, sebagai pengampunya yaitu Ibu Nurlina S.Pd,. M.Si.
Materi dalam Research Based Learning ini bersumber dari jurnal nasional, prosiding, buku
dan artikel yang bisa dipercaya kebenarannya.
Sebagai pemula Research Based Learning ini masih mempunyai banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan agar kesalahan-kesalahan dalam
makalah ini dapat diperbaiki pada pembuatan Research Based Learning selanjutnya.
Selanjutnya, penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah terlibat dalam
pembuatan Research Based Learning ini. Dan semoga Research Based Learning ini dapat
bermanfaat bagi kita semua terkhusus bagi penulis sendiri. Aamiin…
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
RINGKASAN
Uranium adalah unsur terpenting dalam bahan bakar nuklir untuk PLTN dalam
menghasilkan panas. Banyaknya bahan bakar nuklir yang dibutuhkan PLTN akan
mempengaruhi jumlah penyediaan bijih uranium.
Indonesia memiliki cadangan uranium sekitar 70.000 ton U3O8 (yellow cake). Dari
70.000 ton uranium tersebut, 1.608 ton kategori terukur, 6.456 ton kategori terindikasi, 2.648
ton tereka dan sisanya masuk dalam kategori hipotetik. Sebagian besar cadangan uranium
kebanyakan berada di Kalimantan Barat, sebagian lagi ada di Papua, Bangka Belitung dan
Sulawesi Barat.
Beberapa daerah di Kabupaten Mamuju merupakan daerah yang memiliki nilai laju
dosis radiasi (radioaktivitas) tinggi, yaitu antara 100-2.800 nSv/jam. Daerah-daerah tersebut
adalah Tapalang, Ampalas, Adang, Malunda, Karampuang, Sumare, dan Labuan Rano.
3
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki angka populasi yang tinggi mencapai
261.891 ribu jiwa di tahun 2017 dengan laju pertumbuhan 1,34%. Laju pertumbuhan
penduduk yang tergolong cepat ini membuat kebutuhan akan energi meningkat di
Indonesia. Kebutuhan energi Indonesia sendiri mencapai 128,8 million ton oil equivalent
(MTOE) pada tahun 2018 dan diproyeksikan meningkat hingga 682,3 MTOE pada tahun
2050. Kebutuhan energi dari energi baru dan terbarukan (EBT) mencapi 8 juta TOE dan
diproyeksikan meningkat hingga 85 juta TOE pada tahun 2050. Dengan meningkatnya
kebutuhan energi, dan potensi minyak dan gas yang berkurang, EBT menjadi solusi untuk
memenuhi kebutuhan energi. Salah satu EBT yang perlu dikembangkan di Indonesia
adalah Tenaga Nuklir. Energi ini membutuhkan bahan bakar berupa uranium. Uranium
biasanya ditemukan pada batuan granitik atau batuan felsic. Beberapa cadangan uranium
di Indonesia terletak di Kalimantan Barat, Papua, Bangka, dan Sulawesi Barat [4].
Peningkatan kebutuhan energy yang sangat pesat, yang posisinya sangat pital adalah
energy listrik. Listrik bisa dihasilkan dengan mendirikan Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN). PLTN adalah pembangkit listrik yang menggunakan proses pembelahan
inti atom uranium yang akan menghasiljan energy nuklir yang sangat besar.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Uranium
2. Untuk mengetahui Ketersedian Uranium di Indonesia
3. Untuk mengetahui Ketersedian Uranium di Sulawesi Barat
4
BAB II. BAHAN KAJIAN
A. Definisi Uranium
Uranium adalah unsur utama di antara bahan radioaktif alami yang ada di bebatuan
terutama batuan beku dan metamorfosa dari batuan sedimen yang bersifat asam, seperti
granit, fosfat, dan black shales kaya organik, yang terdapat di kerak bumi dan air laut. Ada
tiga isotop uranium di alam, yaitu U-234, U-235, U-238, yang mana sekitar 99,3% dari
total uranium alami adalah uranium-238. U3O8 dan UO2 adalah senyawa oksida uranium
yang paling umum, dan banyak dihasilkan dari bijih untuk menghasilkan yellow cake
(U3O8) [1].
Uranium adalah unsur terpenting dalam bahan bakar nuklir untuk PLTN dalam
menghasilkan panas. Banyaknya bahan bakar nuklir yang dibutuhkan PLTN akan
mempengaruhi jumlah penyediaan bijih uranium [1]. Peran utama PLTN adalah
menstabilkan pasokan energy listrik, menjaga keberlanjutan sumber daya alam gas dan
minyak bumi, dan melindungi lingkungan hidup dari polutan berbahaya akibat
pembakaran bahan bakar fosil (minyak dan batu bara) [5]. Namun, persepsi sebagian
masyarakat menganggap bahwa nuklir dan radiasi sangat menakutkan, justru berdampak
positif. Teknologi pengelolaan limbah radioaktif jauh lebih siap dan lebih baik disbanding
dengan pengelolaan limbah B3, limbah industry dan limbah rumah tangga [10].
Uranium ditemukan di air laut dalam konsentrasi yang sangat kecil (3,3 g/l), yang
mewakili hamper 4,5 miliar ton uranium mengingat volume samudara dan lautan.
Konsentrasi uranium yang sangat rendah di air laut membutuhkan pemrosesan volume air
yang sangat besar untuk dipulihkan dalam jumlah yang signifikan [2].
Semakin banyak bahan bakar nuklir yang digunakan PLTN, maka semakin besar pula
bijih uranium yang dibutuhkan. Untuk itu dalam upaya menjaga keberlangsungan operasi
PLTN, sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan pasokan
uranium, karena ketersediaan Uranium di indonesia sangat terbatas.
5
Tabel 1. Cadangan Uranium di Indonesia (Bastori, Imam. 2017)
Hasil pemetaan cadangan uranium yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Geologi
Nuklir (PPGN)–BATAN pada tahun 2017 ditunjukkan pada Tabel 1, Indonesia memiliki
cadangan uranium sekitar 70.000 ton U3O8 (yellow cake). Dari 70.000 ton uranium
tersebut, 1.608 ton kategori terukur, 6.456 ton kategori terindikasi, 2.648 ton tereka dan
sisanya masuk dalam kategori hipotetik. [1]
6
6. Rantau Pandan, Muara Bungo – Jambi
7. Way Pubaln, Central Lampung – Lampung
8. Kembayang, Sanggau – West Kalimantan
9. Kalan, Melawi – West Kalimantan
10. Mentawa dan Darab, Seruyan – Central Kalimantan
11. Nanga Bult, Kapuas Hulu – West Kalimantan
12. Kawat, Mahatam Hulu, - East Kalimantan
13. Bangkir, Donggala – Central Sulawesi
14. Pasangkayu, North Maluku – West Sulawes
15. Kulawi, Sigi – Central Sulawesi
16. Masamba, North Luwu – South Sulawesi
17. Mamuju, West Sulawesi
18. Barru, Bantimala, Maros Gowa – South Sulawesi
19. Pulau Talabu, Sula Islands – North Maluku
20. Manokwari, West Papua
21. Biak, Papua
22. Bangka Belitung Islands
23. Ketapang, West Kalimantan
24. Katingan, Central Kalimantan
25. Singkep, Riau Islands
7
Dari keadaan ini dapat di menjadi edukasi kepada masyarakat untuk lebih bijak dalam
menggunakan energy listrik. Ketika penggunaan energy listrik semakin besar maka
berkemungkinan besar Indonesia mengolah Uranium menjadi pembangkit listrik.
8
Gambar 2. Peta Sebaran Uranium di Desa Takandeang Hasil Interpolasi Kriging
Menggunakan Tipe Semivariogram Exponential.
Peta sebaran unsur uranium memiliki nilai kisaran 0-426 ppm eU dengan nilai ambang
31,7 ppm eU, oleh karena itu pada gambar 2 menunjukan warna biru dan hijau sebagai
latar belakang (background) serta warna kuning hingga merah sebagai anomali. Nilai
kisaran 32-40 ppm eU merupakan anomali rendah berwarna kuning, nilai kisaran 40-54
ppm eU merupakan anomali sedang berwarna orange dan 54-426 eU ppm merupakan
anomali tinggi berwarna merah. Batuan sumber uranium diduga berasal dari satuan lava
takandeang dimana pada area tersebut terdapat kadar tertinggi uranium selain itu juga
terdapat pada batuan breksi dan batugamping [7].
Ketersediaan uranium Sulawesi Barat kemudian mengundang perhatian negara-negara
luar seperti China, Amerika Serikat, Rusia yang sewaktu-waktu dapat mengeksploitasi
Sumber Daya alam tersebut. Hal ini tentunya perlu di antisipasi dengan cara masyarakat
Sulawesi Barat perlu melakukan terobosan-terobosan untuk mengolah sendiri uranium
9
tersebut yang nantinya akan memberikan dampak positif pada pembangunan Sulawesi
Barat. Semoga kita segera memiliki teknologi yang memadai untuk dapat memanfaatkan
uranium tersebut.
10
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Uranium adalah unsur terpenting dalam bahan bakar nuklir untuk PLTN dalam
menghasilkan panas. Banyaknya bahan bakar nuklir yang dibutuhkan PLTN akan
mempengaruhi jumlah penyediaan bijih uranium.
Indonesia memiliki cadangan uranium sekitar 70.000 ton U3O8 (yellow cake). Dari
70.000 ton uranium tersebut, 1.608 ton kategori terukur, 6.456 ton kategori terindikasi,
2.648 ton tereka dan sisanya masuk dalam kategori hipotetik. Sebagian besar cadangan
uranium kebanyakan berada di Kalimantan Barat, sebagian lagi ada di Papua, Bangka
Belitung dan Sulawesi Barat.
Beberapa daerah di Kabupaten Mamuju merupakan daerah yang memiliki nilai laju
dosis radiasi (radioaktivitas) tinggi, yaitu antara 100-2.800 nSv/jam. Daerah-daerah
tersebut adalah Tapalang, Ampalas, Adang, Malunda, Karampuang, Sumare, dan Labuan
Rano.
B. Saran
Research Based Learning ini masih mempunyai banyak kekurangan sehingga kritik
dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk kesempurnaan Research Based
Learning ini. Dan semoga Research Based Learning ini bermanfaat khususnya bagi
penulis.
11
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bastori, I., & Moch. Djoko birmano. (2017). Analisis Ketersediaan Uranium Di Indonesia Untuk Kebutuhan
PLTN Tipe PWR 1000 MWe. .Jurnal Pengembangan Energi Nuklir, 19(2), 95-102
https://doi.org/10.17146/jpen.2017.19.2.3999
[2] Gabriel, S., Anne B., Gilles M., Tommy E., dkk. 2013. A Critical Assessment of Global Uranium Resources,
Including Uranium in Phosphate Rocks, and the Possible Impact of Uranium Shortages on Nuclear
Power Fleets. Annals of Nuclear Energy, 58(2013), 213-220.
http://dx.doi.org/10/1016/j.anucene.2013.03.010
[3] Harijoko, Agung. (2015). Petrogenesis Batuan Vulkanik Adang dan Kaitannya Dengan Keterdapatan
Mineral Radioaktif Di Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat. (Tesis, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta). Retrieved from http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php/home/detail_pencarian/87727
[4] Hartono, B. M., & Ahmad Najili. (2019). Magmatisme Granitic Dan Potensi Endapan Uranium Di Pulau
[5] Herutomo, Bambang. (2015). Strategi Daur Bahan Bakar Nuklir untuk Mendukung Pengoperasian PLTN
yang Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Dan Aplikasi Reactor Nuklir PRSG-
BATAN. 94-204 http://repo-nkm.batan.go.id/id/eprint/4089
[6] Hidayat, Ali Akhmad Noor. (2019). Data Batan:Sumber Daya Uranium Indonesia Ratusan Ribu Ton di
https://bisnis.tempo.co/read/1260652/data-batan-sumber-daya-uranium-indonesia-ratusan-ribu-ton
[7] Khairani, M., Sutrisno., & Frederikus Dian Indrastomo. (2018). Identifikasi Uranium Dan Thorium di Desa
Takandeang Mamuju Sulawesi Barat Dengan Menginterprestasikan Data Radiometri Tanah atau
Batuan. (Bachelor’s Thesis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta). Retrieved from
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/52776
[8] Rasito., Zulfakhri., Putu, A.A., dkk. (2007). Konsentrasi Uranium, Thorium dan Kalium Dalam Berbagai
Produk Semen yang Dipasarkan Di Indonesia. Prosiding Seminar Nasioanl Sains dan Teknologi Nuklir
PTNBR – BATAN, http://dx.doi.org/10.17146/jstni.2008.9.2.2174
[9] Suntoko, H., & Bambang Soetopo. (2013). Kajian Aspek Geologi dan Potensi Mineral Uranium di
Kalimantan Barat untuk Persiapan PLTN. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir, 15(2),103-104.
http://dx.doi.org/10.17146/jpen.2013.15.2.1498
[10] Wisnubroto, DS. (2020). Pengelolaan Limbah Radioaktif Menjamin Keselamatan Generasi Saat Ini dan
12