Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN LEUKEMIA

Dosen pengampu :

Disusun oleh kelompok 13

1. Ranti Ayuningtyas (010117A)


2. Sismianita (010117A)
3. Whynera Hendra Resta (010117A115)

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah, karena berkat rahmat serta hidayah-
Nya akhirnya kami dan menyelesaikan makalah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK DENGAN LEUKEMIA” dalam rangka untuk memenuhi tugas masa kuliah keperawatan
anak. Makalah ini di buat dalam rangka memper dalam pemahaman tentang asuhan keperawatan
anak dengan penyakit leukimia yang di perlukan dalam proses pembelajaran dan memenuhi
tugas mata kuliah keperawatan anak bagi mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo
Ungaran. Dalam menyelesaikan penyusunan karya makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak. Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan masalah ini.

Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan mengingat
keterbatasan kemampuan kami.Oleh sesab itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sebagai masukan dari kami. Akhir kata kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi pebaca pada umumnya dan kami sebagai penulis pada
khusnya. Atas segala pengertiannya kami mengucapkan banyak terimakasih

Ungaran, 18 September 2019

Kelompok 13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam
sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di
hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges,
traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
Insidensi Leukemia di Amerika adalah 13 per 100.000 penduduk /tahun ( Wilson, 1991 ).
Leukemia pada anak berkisar pada 3 – 4 kasus per 100.000 anak / tahun . Untuk insidensi
ANLL di Amerika Serikat sekitar 3 per 200.000 penduduk pertahun. Sedang di Inggris,
Jerman, dan Jepang berkisar 2 – 3 per 100.000 penduduk pertahun. ( Rahayu, 1993, cit
Nugroho, 1998 ) .
Pada sebuah penelitian tentang leukemia di RSUD Dr. Soetomo/FK Unair selama bulan
Agustus-Desember 1996 tercatat adalah 25 kasus leukemia akut dari 33 penderita leukemia.
Dengan 10 orang menderita ALL ( 40% ) dan 15 orang menderita AML (60 %)
( Boediwarsono, 1998 ). Berdasarkan dari beberapa pengertian mengenai Leukemia maka
penulis berpendapat bahwa leukemia merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat
pembentuk darah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari leukemia pada anak?
2. Bagaimana saja karakteristik dari leukemia yang biasa teradi pada anak-anak?
3. Apa penyebab leukemia bisa terjadi pada anak-anak?
4. Bagaimana patofisologi atau perjalan dari penyakit leukemia pada anak-anak ?
5. Bagaimana manifestasi dari leukemia ?
6. Bagaimana bentuk pemeriksaan penunjang dan pentalaksanan yang bisa diberikan pada
anak dengan leukemia ?
7. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada anak-anak ?
8. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan yang diterapkan pada anak dengan leukemia ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui bagaimana definisi dari leukimia?
2. Mengetahui karakteristik dari leukemia yang biasa teradi pada anak-anak?
3. Mengetahui penyebab dari leukimia pada anak?
4. Mengetahui patofisologi atau perjalan dari penyakit leukemia pada anak-anak ?
5. Mengetahui bagaimana manisfestasi dari penyakit leukimia?
6. Mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang dan pentalaksanan yang bisa diberikan
pada anak dengan leukemia ?
7. Mengetahui komplikasi leukimia yang dapat terjadi pada anak-anak?
8. Mengetahui konsep Asuhan Keperawatan yang diterapkan pada anak dengan leukemia ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI LEUKEMIA

Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum tulang belakang,
yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan menyingkirkan jenis sel
lain (Corwin, 2008).

Leukemia tampak merupakan penyakit klonal, yang berarti satu sel kanker abnormal
berproliferasi tanpa terkendali, menghasilkan sekelompok sel anak yang abnormal. Sel-sel ini
menghambat sel darah lain di sum-sum tulang untuk berkembang secara normal, sehingga
mereka tertimbun di sum-sum tulang. Karena faktor-faktor ini, leukemia disebut gangguan
akumulasi sekaligus gangguan klonal. Pada akhirnya, sel-sel leukemia mengambil alih sum-sum
tulang, sehingga menurunkan kadar sel-sel non leukemik di dalam darah yang merupakan
penyebab berbagai gejala umum leukemia (Corwin, 2008).

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI LEUKEMIA


1. Anatomi
Sistem sirkulasi adalah warna sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dan
traktus digestivus dan dari paru-paru ke sel-sel tubuh. Selain itu system sirkulasi
merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-sel ke ginjal, paru-
paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme.
Organ-organ system sirkulasi mencakup jantung, pembuluh darah dan darah :
a. Jantung
Adalah organ yang berrongga, terletak dimediastinum diantara kedua paru-paru
didalam rongga dada diatas diafragma. Fungsinya adalah memompa darah kaya
oksigen kedalam system arteri (yang membawanya kesel-sel) dan menompang darah
dari system vena dan meneruskannya keparu untuk reoksigensi. Fungsi arteri, kapiler
vena, dan pembuluh limfe adalah membawa darah kedalam sel diseluruh tubuh.
b. Pmebuluh darah
1) Arteri (pembuluh nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventrikel kiri dan kanan
2) Kapiler (pembuluh rambut)
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang berasal dari cabang
terhalus dari arteri sehingga tidak Nampak, kecuali dibawah mrikrosop. Kapiler
membentuk anyaman diseluruh jaringan tubuh. Kapiler selanjutnya bertemu satu
dengan yang lain menjadi pembuluh darah yang lebih besaar yang disebut vena.
3) Vena (pembuluh darah balak)
Vena membawa darah kotor kembali kejantung
4) Darah
Darah merupakan bentuk jaringan ikat khusus, terdiri atas elemen berbentuk
yaitu sel-sel darah dan trombosit dan suatu substansi interselular cair yaitu
plasma darah. Ada dua jenis utama sel-sel darah yang digambarkan menurut
penampilannya dalam keadaan segar tanpa pulasan yaitu sdarah merah (eritrosit)
dan sel darah putih (leukosit). (Leeson. 1997.hal : 134 ).
Fungsi darah secara umum terdiri atas :
1. Sebagai alat pengangkut
Yaitu mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan
keseluruh jaringan tubuh, mengangkut CO2 dari jarinagan untuk
dikeluarkan melalui paru-paru, mengambil zat- zat makanan dari usus halus
untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh jaringan tubuh atau alat tubuh,
mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang
akan membinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit, anti bodi, atau zat-
zat anti racun
3. Menyebarkan panas keseluruh tubuh
Darah terdiri dari dua bagian yaitu :
a. Eritrosit
Eritrosit atau sel darah merah merupakan sel yang telah
berdiferensiasi jauh dan mempunyai fungsi khusus untuk transpor
oksigen. Eritrosit berbentuk seperti cakram-bikonkaf dan bila dilihat pada
bidang datar bentuknya bundar. Sel-sel darah merah bersifat elastis dan
mempunyai kemampuan berubah bentuk. Sel darah merah berdiameter
7,6 mikrometer dan tebalnya 1,9 mikro meter. Jumlah eritrosit pada laki-
laki terdapat 5-5,5 juta per milimeterkubik, pada wanita 4,5-5 juta per
millimeter kubik. Eritrosit berwarna kuning kemerah- merahan karena
didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin. Warna ini
akan bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung O2. fungsi
dari eritrosit adalah mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan
keseluruh tubuh dan mengkat CO2 dsri jsringsn tubuh untuk dikeluarkan
melalui paru-paru.
b. Trombosit (sel pembeku)
Merupakan benda-benda kecil yang bentuk dan ukurannya
bermacam-macam, ada yang bulat dan ada yang lonjong.warnanya putih
dengan jumlah normal 150.000 – 450.000/ mm3. trombosit memegang
peranan penting dalam pembekuan darah jika kurang dari normal.
Apabila timbul luka darah tidak lekas membeku sehingga timbul
perdarahan terus menerus. Proses pembekuan darah dibantu oleh suatu
zat yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh
mendapat luka. Jika tubuh terluka darah akan keluar, trombosit pecah dan
akan mengeluarkan zat yang disebut trombokinase.
Trombokinase akan bertemu dengan protombin dengan bantuan
Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin akan bertemu dengan fibrin yang
merupakan beneng-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur
letaknya yang akan menahan sel darah, dengan demikian akan terjadi
pembekuan.
c. Leukosit (sel darah putih)
Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak
dengan perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai macam-macam
inti sel sehingga dapat dibedakan berdasarkan inti sel. Leukosit berwarna
bening (tidak berwarna). Banyaknya kira-kira 4000- 11000/mm3.
Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan
memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk kedalam jaringan tubuh
yaitu jaringan Retikulo Endotel System, fungsi yang yang lain yaitu
sebagai pengangkut, dimana leukosit mengangkut dan membawa zat
lemak dari dinding usus melalui limpa dan pembuluh darah.
Ada golongan utama leukosit yaitu agranular dan granular :
1. Leukosit agranular mempunyai sitoplasma yang tampak homogen dan
intinya berbentuk bulat. Ada dua jenis leukosit agranular :
a. Limfosit
Adalah leukosit mononuclear lain dalam darah yang memiliki inti
bulat dan oval yang dikelilingi oleh pinggiran sitoplasma sempit
berwarna biru yang mengandung sedikit granula. Bentuk kromatin
inti saraf dengan jala-jala yang berhubungan didalam. Limfosit
bervariasi dalam ukuran dari kecil (7-10 mikrometer) sampai besar
seukuran granulosit dan tampaknya berasal dari sel induk
pluripotensial didalam sumsum tulang dan bermigrasi ke jaringan
limfoid lain termasuk kelenjar getah bening, lien, timus dan
permukaan mukosa traktus gastrointestinal dan traktus respiratorius.
Terdapat 2 jenis limfosit yaitu limfosit T bergantung pada
timus,berumur panjang, dibentuk dalam timus, limfosit T bermigrasi
dari kelenjar timus ke jaringan limfoid lain. Sel ini secara khas
ditemukan pada pada parakorteks kelenjar getah bening dan
lembaran limfoid periarteriola dari pulpa putih lien. Limfosit T
bertanggung jawab atas respon kekebalan selular melalui
pembentukan sel yang reaktif antigen. Sedangkan limfosit B tidak
bergantung pada timus, limfosit B tersebar dengan folikel-folikel
kelenjar getah bening, lien, dan pita-pita medulla kelenjar getah
bening. Limfosit B jika dirangsang dengan semestinya akan
berdiferensiasa menjadi sel-sel plasma yang menghasilkan
immunoglobulin, sel ini bertanggung jawab atas respons kekebalan
humoral.
b. Monosit
Monosit lebih besar dari pada neutrofil dan memiliki inti
monomorfik yang relative sederhana. Intinya terlipat atau berlekuk
dan kelihatan berlobus dengan lipatan seperti otak. Sitoplasma
kelihatan lebih banyak di bandingkan dengan intinya dan menyerap
warna biru keauan yang tidak terlalu nyata, granulanya tersebar
merata. Diferensiasi pematangan dan pelepasan monosid terjadi lebih
dari 24 hari, suatu periode yang lebih lama dari granulosid.
Monosit meninggalkan sirkulasi dan menjadi makrofag jaringan
serta merupakan bagian dari system monosid-makrofag. Monosid
mempunyai fungsi fagosit, membuang sel-sel cedera dan mati,
fragmen- fragmen sel dan mikroorganisme.
2. Leukosit granular : leukosit ini mengandug granula spesifik (dalam
keadaan hidup berupa tetesan setengah cair) dalam sitoplasmanya
dan mempunyai inti yang memperlihatkan banyak variasi dalam
bentuknya. Ada 3 jenis leukosit granular :
1) Neutrofil
Neutrofil merupakan system pertahanan tubuh primer melawan
infeksi bakteri, metode pertahanannya adalah proses fagositosis.
2) Eosinofil
Eosinofil mempunyai fungsi fagosit lemah yang tidak dipahami
secara jelas. Eosinofil kelihatannya berfungsi pada reaksi
antigen, antibody dan meningkat pada serangan asma, reaksi
obat-obatan, dan infestasi parasit tertentu.
3) Basofil
Basofil membawa heparin, faktor-faktor pengaktifan histamine
dan trombosit dalam granula-granulanya untuk menimbulkan
peradangan pada jaringan. Fungsi yang sebenarnya tidak
diketahui dengan pasti. Kadar basofil yang meningkat (basofilia)
ditemukan pada gangguan proliferasi dari sel-sel pembentuk
darah.

d. Plasma darah

Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah warna bening kekuningan
hampir 90% plasma darah terdiri dari :

a) Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.


b) Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain
yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik).
c) Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas darah
dan juga menimbulkan tekanan osmotick untuk memelihara
keseimbangan cairan dalam tubuh.
d) Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin ).
e) Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
f) Antibody atau anti toksin.
C. KLASIFIKASI LEUKEMIA

Dalam istilah yang paling luas, leukemia pada anak dapat diklasifiaksikan sebagai akut,
kronis, atau kongenital. Akut dan Kronis sebenarnya menunjukkan durasi relatif ketahanan
hidup; tetapi, dengan penemuan kemoterapi yang efektif sekarang leukemia menunjukkan
proliferasi maligna sel immatur (yaitu, blastik). Jika proliferasi itu sebagian besar melibatkan
jenis sel yang lebih matur (yaitu, berdiferensiasi), leukemia di klasifikasikan menajadi
kronis.tidak seperti leukemia pada orang dewasa, pada anak biasanya adalah jenis akut dan
limfoblastik. Leukemia limfositik, atau limfoblastik akut (ALL) meliputi kira-kira 80% leukemia
aku pada anak-anak, dan sisanya sebagian besar adalah leukemia mieloid akut (non-limfoblastik)
(AML). leukemia kongenital atau neonatal adalah leukemia yang terdiagnosa dalam 4 minggu
pertama kehidupan bayi.

Selanjutnya, leukemia akut dapat di klasifikasikan menurut ciri morfologisnya berdasarkan


pulasan sumsum tulang dengan zat warna Romanovsky, sifat pewarnaan sitokimiawi, petnanda
immunologis, atau ciri-ciri sitogenik. Sistem klasifikasi FAB memberikan tiga bagian limfoblas :
a) L1, b) L2, c) L3. Sebagian besar anak-anak di klasifikasikan sebagai L1.

Dengan menggunakan panel komprehensif antibodi monoklonal pada proses imunofenotipe


mengidentifikasi sel blast leukemia yang turut mengekspresikan antigen yang berkaitan dengan
lebih dari satu garis keturunan. Temuan ini dapat mencerminkan ekpresi gen yang menyimpang ,
perubahan keganasan sel progenitor pluripoten, atau imortalisasi gambaran sel progenitor yang
turut berekspresi pada lebih dari satu garis keturunan. ALL dengan antigen terkait mieloid dapat
dibedakan dari AML dengan antigen terkait-limfoid berdasarkan pada karakteristik morfologik
dan sitokimiawi sel blas.

a. Leukemia Limfoblastik Akut / Acute Limfoblastic Leukemia


Leukemia limfoblastik akut dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi
pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun,
setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam
sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
Ciri-ciri dari leukemia limfobalstik akut ini adalah pada saat dilakukan pemeriksaan fisik
akan di temukan hasil: pucat, petekie dan ekimosis pada kulit atau membran mukosa,
perdarahan retina, pembesaran kelenjar getah bening, hepatosplenomegali, nefromegali, dan
nyeri tekan pada tulang. Beberapa gambaran yang lebih jarang yang menyatakan infiltrasi
leukemik adalah nodul subkutan (yaitu, leukemia kutis), pembesaran kelenjar saliva (yaitu,
sindrom Mikuilicz), pembesaaran testis tidak nyeri, kelumpuhan saraf kranial dengan
papilaledema, dan pebengkakan sendi yang nyeri.
Studi imunologis pada sel blas leukemik dapat berguna dalam menegakkan diagnosis dan
memilih rencana pengobatan yang efektif. Penderita leukemia sel T kebanyakan anak laki-
laki yang lebih tua dengan massa mediastinal, hepatosplenomegali dan limfadenopati yang
jelas, dan seringkali mengenai jaringan estra medula. Anak-anak dengan ALL pra-B
memiliki beban sel leukemik gambaran sitogenik yang tidak menguntungkan daripada anak-
anak dengan ALL pra-B. Kasus-kasus sel pra-B transisional memiliki jumlah leukosit yang
lebih rendah dan memilikifrekuensi gambaran sitogenik.
b. Leukemia Limfoblastik Kronik
Leukemia limfositik kronik merupakan suatu gangguan limproliferatif yang ditemukan
pada kelompok umur (sekitar 60 tahun) dengan perbandingan 2:1 untuk pria. LLK ini
dimanifestasikan oleh proliferasi dan akumulasi limfosit matang kecil dalam sumsum tulang,
daerah perifer dan tempat-tempat ekstramedular. Limfosit abnormal umumnya adalah
limfosit B, yang mengakibatkan insufisiensi sintesis immunoglobulin dan penekanan respon
antibodi. Waktu penyakit berkembang, hati juga membesar. Penderita yang hanya menderita
limfositosis dan limfadenopati dapat bertahan 10 tahun lebih lama.
c. Leukemia Mieloid Akut
Leukemia mieloid akut merupakan suatu kelompok penyakit yang heterogen yang
memberikan prognosis yang buruk. Leukemia mieloid akut ini umunya terjadi pada orang
dewasa dan hanya terjadi sekitar 20% kasus pada anak-anak. Gejala dan tanda Leukemia
Mieloid akut yang biasanya muncul meliputi pucat, demam, nyeri tulang, dan perdarahan
kulit serta mukosa. Penderita yang memiliki gejala singkat biasanya menderita demam,
perdarahan, infeksi atau gejala gastrointestinal, sedangkan pasien dengan gejala prodromal
lebih lama sering kali memperlihatkan kelemahan dan infeksi yang berulang. Jarang sekali,
sarkoma granolositik (kloroma), yang terdiri atas pertumbuhan tumor prekursor granulositik
atau monosit pada kulit, mendahului perkembangan leukemia dalam beberapa minggu atau
bulan.
Leukemia promielositik akut ini sering kali berhubungan dengan koagulasi intravaskular
disemintana (DIC), sedangkan Leukemia monoblastik atau mielomonoblastik akut dapat
memperlihatkan hipertrofi gusi dan nodul kulit. Koagulasi intravaskuler desimenata terjadi
lebih sering dan lebih serius pada AML. Salah satu faktor etiologik terpenting pada
perkembangan AML adalah pada pengobatan sebelumnya untuk keganasan lain dengan
epipodofilotoksin, agen alkilasi, atau terapi radiasi.tidak ada hubungan yang jelas antara
reaktivitas antibodi monoklonal dengan prognosis. Sebanyak 20% anak dengan LMA
memeiliki sel leukemia juga mengekspresikan antigen permukaan yang bereaksi dengan
antibodi monoklonal terkait-limfoid.
d. Leukemia Mielogenosa kronis
Leukemia mielogenosa kronis adalah suatu keganasan yang jarang, di tandai dengan
pertumbuhan sel meieloid yang berlebihan dan progenitornya bertanggung jawab terhadap
kira-kira 1% dari semua anak yang menderita leukemia. Leukemia Mielogenosa ini adalah
neoplasama manusia yang pertama diketahui berhubungan dengan abnormalitas kromosom
yang konsiisten, kromosom Philadelphia, yang ditemukan pada lebih dari 90% pasien
dengan LMK jenis dewasa. Anak yang menderita LMK dengan Ph-positif memperlihatkan
hiperleukositosis yang berat, sehingga memerlukan leukoforesis atau pemberian
hidroksiurea atau busulfan. Biasanya terdapat fase kronis pada LMK Ph-positif selama sel
mieloid tampak mengalami maturasi secara normal.
(Pearce, 1998)

D. ETIOLOGI
Etiologi leukimia anak bersifat multifactorial. Faktor genetik dan lingkungan memegang
peran penting. Terdapat banyak translokasi kromosom non-acak rekuren pada sel leukimia.
Translokasi dapat menyebabkan pembentukan gen baru, yang ekspresinya dapat
menghasilkan protein baru dengan kemampuan bertransformasi. Pada leukimia meloid
kronik, translokasi antara kromosom 9 dan 22 menghasilkan gen gabungan yang
menggambungkan bagian dari 2 gen, BCR dan ABL. Protein yang dibentuk oleh gen baru
ini berperan penting dalam perkembangan leukimia meloid kronik. Sebagai tambahan,
genotip tertentu dapat merupakan predisposisi terjadinya leukimia akut pada seorang anak.
Pasien dengan sindrom Down, anemia Fanconi, syndrome down, ataksia-telangietaksia,
dindrom wiskott-Aldrich, dan neurofibromatosis tipe 1, semua mengalami peningkatan
risiko untuk terjadinya leukimia akut. Saudara kandung dengan anak leukimia juga
mengalami peningkatan risiko untuk terkena leukimia (sekitar 2-4 kali lipat diatas populasi
anak). Risiko ini meningkat bagi saudara kembar (hingga 25% untuk kembar monozigot).
Pada pasien tertentu dengan leukimia, tatanan gen reseptor gen yang unik atau translokasi
kromosom spesifik yang menandakan clone leukemic pasien dapat terlihat pada sel darah
tali pusat dan darah neonates yang dapat digunakan untuk penapisan penyakit metabolic, hal
ini menunjukkan bahwa kemungkinan etiologi in utero. Terdapat laporan tentang leukimia
familial. Faktor lingkungan yang dapat meningkatkan resiko leukimia meliputi radiasi
pengion dan paparan terhadap agen kemoterapi tertentu, khususnya inhibitor topoisomerase
II. Faktor-faktor lingkungan berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai manifestasi
leukemia yang timbul bertahun-tahun kemudia. Zat kimia (misalnya, benzen, arsen,
kloramfenikol, dan agen sntineoplasstik) dikaitkan dengan frekuensi yang meningkat,
khususnya agen-agen alkil. Kemungkinan leukemia meningkat pada penderita yang diobati
dengan kemoterapu. Setiap keadaan sumsum tulang hipopastik merupakan predisposisi
terhadap leukemia. Agen-agen virus sudah lama diidentifikasi sebagai penyebab leukemia
pada hewan.
1. Faktor Eksogen
a) Radiasi, khususnya yang mengenai sumsum tulang, kemungkinan leukemia
meningkat pada penderita yang diobati dengan radiasi atau kemoterapi
b) Zat kima, seperti benzene, orsen, kloramvenikol, venilbutazon dan agen
antineoplastik. Terpapar zat kimi dapat menyebabkan displasia sumsum tulang
belakang, anemia aplastik dan perubahan kromosom yang akhirnya dapat
menyebabkan leukemia.
c) Infeksi virus, pada awal tahun 1980 diisolasi virus HTLV-1 (Human T Leukemia
Virus) dari leukemia sel T manusia pada limfosit seorang penderita limfoma kulit
dan sejak itu diisolasi daari sample serum penderita leukemia sel T.
2. Faktor Endogen
a) Bersifat herediter, insiden meningkat pada beberapa penyakit herediter seperti
sindrom down mempunyai insiden leukemia akut 20x lipat dan riwayat leukemia
dalam keluarga. Insiden leukemia lebih tinggi dari sel darah kandung anak-anak yang
terserang, dengan insiden yang meningkat sampai 20% pada kembar monozigot.
b) Kelainan genetik, mutasi genetik dari gen yang mengatur sel darah yang tidak
diturunkan.
(Price, 2006 : 248)

E. MANIFISTASI KLINIS
1) Leukemia mieloid akut
(Price, Sylvia A. : 1995) manifestasi klinis berkaitan dengan berkurangnya atau
tidak adanya sel hematopoetik normal. Ada bukti bahwa leukemia akut merupakan
neoplasma uniklonal yang berasal dari transformasi atau beberapa sel hematopetik. Sifat
sebenarnya dari lesi molekular yang bertanggung jawaba atas sifat-sifat neoplastik dari
sel yang berubah bentuknya tidak jelas, tetapi defek kritis adalah intrinsik dan dapat
diturunkan oleh keturunan sel tersebut.
Tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita LMA adalah pucat, demam
nyeri tulang, dan perdarah kulit serta mukosa. Lamanya gejala prodmoral memiliki
kisaran yang panjang, tetapi medianya 6 minggu. Pasien yang biasanya memiliki gejala
yang berlangsung singkat biasanya menderita demam, perdarahan, infeksi, atau gejala
gastrointestinal, sedangkan pasien dengan gejala prodromalyang lebih lama sering kali
memperlihatkan kelemahan dan mengalami infeksi yang berulang. (Maria, Joshep, Jr :
2014)
2) Leukemia mielogenesis kronis
Anak yang menderita LMK dengan Ph-positif memperlihatkan hiperleukositosis
yang berat, sehingga memerlukan leukoforesis atau pemberian hidroksiurea atau
busulfan. Biasanya terdapat fase kronis pada LMK Ph-positif selama sel mieloid tampak
mengalami maturasi secara normal. (Maria Joshep, Jr : 2014)
Tanda dan gejala berkaitan dengan keadaan hipermetabolik-kelelahan, kehilangan
berat badan, diaforesis meningkat, dan tidak tahan pada panas. Limpa membesar pada
90% kasus yang mengakibatkan perasaan penuh pada abdomen dan mudah merasa
kenyang.
3) Leukemia limfoblastik akut
Manifestasi LLA berupa proliferasi limfoblas abnormal dalam sumsum tulang dan
tempat-tempat ekstramedular (luar sumsum tulang). Sedangkan tanda dan gejala yang
sering etrlihat pada penderita LLA adalah berkaitan denga penekanan unsur-unsur
sumsum tulang normal. Karena itu, infeksi perdarahan dan anemia sering menjadi tanda
dan gejala yang utama atau umumnya sering terlihat. Penderita dengan LLA mengalami
pembersaran pada kelenjar limfa (limfadenopati) dan hepatosplenomegali dan juga
seringnya mengalami nyeri tulang. Sistem saraf pusat dengan gejala seringnya
mengalami ssakit kepala, muntah, kejang dan juga kehilangan penglihatan (Price, Sylvia.
M : 1995).
Sedangkan sebagian besar pasien memiliki riwayat penyakit 3 atau 4 minggu
sebelum penyakitnya terdiagnosa, manifestasi atau tanda yang ering muncul adalah pucat,
mudah mengalami memar, letargi, anoreksia, malaise, demam, inetrmiten, nyeri tulang,
atralgia, nyeri perut,dan perdarahan (Pui, Ching-Hon, Crist, William M. (2014:19)
4) Leukemia Limfobalstik kronik
Proliferasi dan gangguan limfoproliferatif menjadi manifestasi pada leukemia
limfoblastik kronik dengan kelompok umur tua (sekitar 60 tahun). Waktu penyakitnya
berkembang, hati juga mengalami pembesaran, mengalami anemia dini dan juga
trombositopenia. Tanda dan gejala yang seeringnya muncul juga menggambarkan tentang
keadaan yang hipermetabolisme. Pembesaran organ secara masif menyebabkan tekanan
mekanik pada lambung sehingga menimbulkan gejala cepat kenyang, dan rasa tidak enak
pada abdomen. Pada LLK juga memungkinkan terjadi infeksi kulit dan pneumonia
keadaan ini terjadi karena perubahan imunologik (Price, Sylvia A. : 1995).

F. PATOFISIOLOGI
Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal dan terkait dengan
sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya proliferasi dari
leukosit. Jumlah besar dari sel pertama-tama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit
dalam sumsum tulang, limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik
dan berlanjut ke organ yang lebih besar sehingga mengakibatkan hematomagali dan
splenomegali.
Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringa perifer serta
mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesis normal terhambat,
mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, eritrosit, dan trobosit. Eritrosit dan trombosit
jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur.
Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel hematopoetik
lainnya dan mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan sitopenia atau penurunan jumlah.
Pembelahan dari sel darah putih meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi karena
penurunan imun.
Trombositopeni mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh ptekie dan ekimosis
atau perdarahan dalam kulit, epistaksis atau perdarahan hidung, hematoma dalam membrane
mukosa, serta perdarahan saluran cerna dan saluran kemih. Tulang mungkin sakit dan lunak
yang disebabkan oleh infark tulang.
(Long, 1996 : 704)
G. PENATALAKSANAAN
1. Kemoterapi
a) Kemoterapi pada penderita Leukemia Limfoblastik Akut
Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap meskipun tidak semua fase yang
digunakan untuk semua orang (penderita).
b) Kemoterapi pada penderita Leukemia Mielogenosis Akut
 Fase induksi, adalah regimen kemoterapi yang intensif bertujuan untuk
mengeradikasikan sel-sel leukemia secara maksimum sehingga tercapai
remisi komplit
 Fase konsolidasi, adalah dilakukan sebagai tindakan lanjut dari fase induksi.
Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan
menggunakan obat-obat dengan jenis dan dosis yang sama ataupun lebih
besar dari dosis yang digunkan pada fase induksi
c) Kemoterapi pada penderita Leukemia Limfoblastik kronis
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan terlebih dahulu karena menentukan stategi
terapi dan prognosis. Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena
tujuan terapi bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala.
Pengobatan tidak diberikan kepada penderita tana gejala karena tidak
memperpanjang hidup.
d) Kemoterapi pada penderita Leukemia Mieloid kronis
Fase kronik, Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yang mampu
menahan pasien leukemia bebas dari gejala untukn jangka waktu lama. Regimen
dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK
tidak diarahkan pada tindakan transplantasi sumsum tulang.
2. Radioterapi
Radioterapi menggunkan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia.
3. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak
karena dosis tinggi kemoterapi ataupun terpai radiasi. Selain itu, transplantasi
sumsum tulang berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker.
4. Terapi supportif
Berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang ditimbulkan penyakit leukemia dan
mengatasi efek samping obat. Misalanya transfusi darah untuk penderita leukemia
dengan keluhan utama anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan
antibiotik untuk mengatasi resiko.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin timbul pada anak dengan Leukemia adalah komplikasi
metabolik biasanya dapat disebabkan oleh lisis sel leukemik akibat kemoterapi atau secara
spontan dan komplikasi ini dapat mengancam jiwa pasien yang memiliki beban sel leukemia
yang berat. Terlepasnya komponen intraselular dapat menyebabkan hiperurusemia,
hiperkalsiemia dan hiperfosfatemia dengan hipokalsemia sekunder. Beberapa pasien dapat
menderita nefropasti asam urat atau nefrokalsinosis. Karena efek mielosupresif dan
imunosupresif penyakit tersebut dan juga efek dari kemoterapi anak dengan leukemia lebih
rentan terhadap infeksi. Sifat infeksi ini bervariasi dengan pengobatan dan fase penyakit.
Dengan penggunaan kemoterapi yang intensif dan pemajanan antibiotika atau hidrokortison
yang lama, infeksi jamur yang diseminata oleh Candida tau Aspergillus lebih sering terjadi
meskipun organisme tersebut sulit dibiakkan didalam darah.
Pneumonia Pneumocystis carinii yang timbul selama fase remisi merupakan komplikasi
yang biasa, tetapi sekarang telah jarang karena adanya komprofilaksis rutin dengan
trimetoprim-sulfametokzasol. Pada kasus AML infeksi merupakan penyebab utama
kematian dalam 10 minggu pertama pada AML. Kerentanan terhadap infeksi bakteri, jamur,
atau virus disebbakan oleh granulositopenia dan imunospresi yang diakibatkan leukemia
atau kemoterapi dan kerusakan pertahanan anatomis akibat mukosistis gastrointestinal dan
jalur vena. Komplikasi perdarahan berat juga terjadi, terutama bila leukemia monoblastik
berhubungan dengan koagulasi intravaskular diseminata.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


LEUKEMIA PADA ANAK
A. Pengkajian

Anak yang menderita leukemia sering mengalami keluhan-keluhan yang tidak spesifik,
akibatnya anak diduga hanya mengalami sakit yang ringan sifatnya, sehingga tidak segera
dibawa ke dokter. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian secara cermat. Data-data yang
sering dikaji adalah data-data yang didapatkan pada anak berkaitan dengan kegagalan sumsum
tulang dan adanya infilarasi ke organ lain, sebagai berikut :

1. Usia
Leukemia merupakankanker yang banyak diderita oleh anak yang berusia 2-5 tahun, dimana
penderita yang laki-laki lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan yang perempuan.
2. Kegagalan sumsum tulang untuk memproduksi sel darah mengakibatkan berbagai keluhan
dan gejala, yaitu:
 Anemia
Gejala pada anemia, anak yang menderita leukemia juga mengalami pucat, mudah lelah,
kadang-kadang sesak napas. Anemia terjadi karena sumsum tulang gagal memproduksi
sel darah merah.
 Suhu tubuh tinggi dan dan mudah infeksi
Adanya penurunan leukosit secara otomatis akan menurunkan daya tahan tubuh, karena
leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja
secara optimal. Konsekuensi dari semuanya itu adalah tubuh akan mudah terkena
infeksi yang bersifat lokal ataupun sistemik, dan kejadian tersebut sering berulang. Suhu
tubuh yang meingkat disebabkan karena adanya infeksi kuman secara sistemik (sepsis).
Tanda-tanda infeksi tersebut hanya diwaspadai karena pada anak yang menderita
leukemia, tidak ditemukan tanda-tanda spesifik pada tahap awalnya.
 Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahn mukosa seperti
gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut dengan
petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma, bergantung
pada kadar trombosit dalam darah. Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan
dapat terjadi secara spontan.
3. Adanya sel sel darah abnormal yang melakukan infiltrasi ke organ tubuh lain dapat
mengakibatkan:
a. Nyeri pada tulang persendian
Adnya infiltrasi sel-sel abnormal ke sistem musculoskeletal membuat anak merasa nyeri
pada persendian terutama apabila digerakkan.
b. Pembesaran kelenjar getah bening
Selain tulang belakang, kelenjar getah bening merupakan salah satu tempat pembentukan
limfosit, yang mempunyai salah satu fungsi sebagai mekanisme pertahanan diri. Limfosit
merupakan salah satu bagian dari leukosit. Adanya pertumbuhan sel-sel darah abnormal
pada sumsum tulang mengakibatkan kelenjar getah bening mengalami pembesaran
karena infiltrasi sel-sel abnormal dari sumsum tulang. Pembesaran kelenjar getah bening
dapat diamati atau palpasi karena yang letaknya superficial.
c. Hepatosplenomegali
Lien atau limpa juga merupakan salah satu organ yang berfungsi untuk membentuk sel
darah merah ketika bayi berada dalam kandungan. Apabila sumsum tulang mengalami
kerusakan, lien dan hepar akan mengambil alih fungsinya sebagai pertahanan diri.
Sebagai kompensasi dari keadaan tersebut, lien dan hepar akan mengalami pembesaran.
d. Penurunan kesadaran
Adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan berbagai gangguan,seperti
kejang sampai koma.
4. Selain data-data tersebut , perlu pula dikaji data-data yang tidak spesifik yang dialami oleh
anak yang sakit, misalnya :
1. Pola makan
Biasanya mengalami penurunan nafsu makan
2. Kelemahan dan kelelahan fisik
3. Pola hidup
Terutama dikaitkan dengan kebiasaan mengkonsumsi bahan makanan yang tergolong
karsinogenik, yaitu makanan yang berisiko mempermudah timbulnya kanker karena
mengandung bahan pengawet/kimia, misalnya, makanan kalengan atau tinggal di
lingkungan yang banyak polutannya.
4. Apabila pasien yang diakji sedang dalam pemberian sitostatika, perlu diperhatikan efek
samping yang kemungkinan timbul, seperti rambut rontok, stamatitis, atau kuku yang
menghitam.
5. Penunjang diagnosis
Pemeriksaan yang sering dilakukan adalah
1). Pemeriksaan darah, umumnya didapatkan hasil:
a. Hb dan eritrosit : menurun
b. Leukosit : normal, menurun atau meningkat
c. Trombosit : menurun (trombositopeni) dan kadang-kadang jumlahnya sangat
sedikit.
2). Pemeriksaan sumsum tulang
Bagi anak yang diduga menderita leukemia, pemeriksaan sumsum tulang mutlak
dilakukan. Hasil pemeriksaan hampir selalu penuh dengan blastosit abnormal dan sistem
hemopoitik normal yang terdesak. (Nursalam, Rekawati Susilaningrum, Sri Utami :
2007)
B. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut yang berhubungan dengan agen cidera fisik
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Asupan
diet yang kurang
c. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh.
d. Intoleransi aktivitas berhubugan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
C. Rencana Keperawatan

Diagnosa Nanda NOC NIC


Nyeri akut b.d agen 1605 Kontrol nyeri 1400 Manajemen Nyeri,
cidera fisik Definisi : tindakan pribadi Dengan aktivitas :
untuk mengontrol nyeri  Monitor kepuasan pasien
Setelah dilakukan tindakkan terhadap manajemen
keperawatan selama 2 x 24 nyeri dalam interval
jam pasien dapat mengontrol yang spesifik
nyeri dengan kriteria hasil :  Observasi adanya
 Mengenali kapan nyeri petunjuk nonverbal
terjadi mengenai ketidak
Dari skala 2 ditingkatkan nyamanan terutama pada
menjadi 4 mereka yang tidak dapat
 Menggambarkan factor berkounikasi
penyebab  Lakukan pengkajian
Dari skala 2 ditingkatkan nyeri komprehensif
menjadi 4  Berikan informasi
 Menggunakan tindakan mengenai nyeri seperti
pencegahan penyebab nyeri, berapa
Dari skala 3 ditingkatkan lama nyeri akan
menjadi 4 dirasakan, dan antisipasi
 Menggunakan analgesic dari ketidaknyamanan
yang direkomendasikan, akibat prosedur
Dari skala 2 ditingkatkan  Berikan informasi yang
menjadi 4 akurat untuk
meningkakan
pengetahuan dan respon
keluarga terhadap
pengalaman nyeri
 Kolaborasi dengan
pasien, orang terdekat
dan tim kesehatan
lainnya
Ketidakseimbangan 1004 Status Nutrisi 1100 Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari Definisi : sejauh mana nutrisi Aktivitas aktivitas :
kebutuhan tubuh dicerna dan diserap untuk  Monitor kalori dan
berhubungan dengan memenuhi kebutuhan asupan makanan
Asupan diet yang kurang metabolic . Setelah dilakukan  Identifikasi adanya alergi
tindakan keperawatan selama atau intoleransi makanan
2x24 jam nutisi pasien dapat uang dimiliki pasien
terpenuhi dengan kriteria  Instruksikan pasien
hasil ; mengenai kebutuhan
 Asupan nutrisi nutrisi ( yaitu bahas
Dari skala 2 pedoman diet dan
ditingkatkan menjadi 4 piramida makanan)
 Asupan makanan  Tentukan status gizi
Dari skala 2 ditingkatkn pasien dan kemampuan
menjadi 4 pasien untuk memenhi
 Asupan cairan kebutuhan gizi
Dari skala 2  Berikan pilihan makanan
ditingkatkan menjadi 4 sambil menawarkan
 Energy bimbingan terhadap
Dari skala 3 pilihan makanan yang
ditingkatkan menjadi 4 sehat
 Anjurkan psien untuk
memenuhi kalori dan
intake makanan
Resiko infeksi b.d 1902 Kontrol Resiko 6540 KOntrol Nyeri
menurunan pertahanan Definisi :tindakkan individu Definisi : meminimlakan
tubuh untuk mengerti, mencegah, penerimaan dan transmisi
mengeliminasi, dan agen infeksi
mengurangi ancaman Aktivitas-aktivitas :
kesehatan yang tidak  Alokasikan kesesuaian
dimodifikasi. Setelah luas ruang perpasien,
dilakukan tindakkan seperti yang diindikasikan
keperawatan selama 2 x 24 oleh pedoman pusat
jam resiko infeksi pasien pengenadalian pencegahan
dapat terkontrol dengan penyakit
kriteria hasil ;  Bersihkan lingkungan
 Mencari informasi dengan baik setelah
tentang resiko kesehatan digunkan untuk setiap
Dari skala 2 ditingkatkan pasien
mnejadi 4  Berikan antibiotic yang
 Mengidentifikasi factor sesuai
resiko  Ajarkan pasien cara cuci
Dari skala 2 ditingkatkan tangan
menjaid 4  Ajarkan pasien dan
 Memonitor factor resiko anggota keluarga
dilingkungan bagaimana cara
Dari skala 2 ditingkatkan menghindari infeksi
menjadi 4
 Mengembangkan strategi
yang efektif dalam
mengontrol resiko
Dari skala 2 ditingkatkan
menjadi 4
Intoleransi aktivitas b.d 0001 Daya Tahan 310 Terapi Aktivitas
ketidak seimbangan Definsi: kemmapuan untuk Aktivitas – aktivitas :
antara suplai dan mempertahankan aktivitas  Monitor respon emosi,
kebutuhan oksigen Setelah dilakukan tindakan fisik, social dan spiritual
keperawatan selama 2 x 24 terhadap aktivitas
jam daya tahan pasien  Identifikasi stratrgi untuk
terkontrol dengan kriteria mningkatkan partisipasi
hasil : terkait dengan aktivitas
 Melakukan aktivitas yang diinginkan
rutin  Bantu pasien untuk
Dari skala 2 ditingkatkan mengidentifikasi aktivitas
menjadi 4 yang diinginkan
 Aktivitas fisik  Bantu pasien dan keluarga
Dari skala 2 ditingkatkan untuk mengidentifikasi
menjadi 4 kelemahan dalam level
 Konsentrasi aktivitas tertentu
Dari skala 2 ditingkatkan  Instruksikan pasien dan
menjadi 4 keluarga untuk
 Daya tahan otot mempertahankan fungsi
Dari skala 2 ditingkatkan dan kesehatan terkait
menjadi 4 peran dalam kativitas
 Pemulihan energy secara fisik
8setelah istirahat  Berkolaborsai dengan ahli
Dari skala 2 ditingkatkan terapis fisik okupasi, dan
menjaid 4 terapis rekresional dalam
perecaaan dan
pemantauan program
aktivitas

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum tulang belakang,
yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan menyingkirkan
jenis sel lain. Ada beberapa klasifikasi dari leukemia diantaranya adalah leukemia
limfoblastik akut, leukemia mieloid akut, leukemia limfoblastik kronik, dan leukemia
mieloid kronik. Pada umumnya leukemia yang baayak terjadi pada anak-anak adalah
leukemia limfoblastik akut. Faktor lingkungan juga ternyata sangat berperan terhadap
terjadinya leukemia ini. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mengobati
leukemia ini diantaranya adalah dengan melakukan kemoterapi, radioterapi, transplantasi
sumsum tulang dan beberapa penatalaksaan lainya. Komplikasi dan relaps dapat terjadi
pada penderita leukemia.

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Buleeheck, Gloria dkk. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC). Six Edition.

Lowa : Mosby Elseiver


Jhonson, Marion dkk. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fifth edition.

Lowa : Mosby Elseiver

NANDA International. 2018. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.

Jakarta : EGC

Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M. 1994. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Buku 1. Edisi 4. diterjemahkan oleh Peter Anugerah. Jakarta : EGC

Rudolph, Abraham, M. dkk. 2014. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Vol 2. Edisi 20.

diterjemahkan oleh dr. Natalia Susi, dkk. Jakarta : EGC

Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Edisi 1. Jakarta : Salemba

Medika

Marilynn E. Doenges, Mary Prances Moorhouse, Alice C. Beissler, 1993, Rencana


Asuhan Keperawatan, EGC.
Usan Martin Tucker, Mary M. Canabbio, Eleanor Yang Paquette, Majorie Fife Wells,1998,
Standar Perawatan Pasien, volume 4, EGC.

Anda mungkin juga menyukai