Anda di halaman 1dari 9

1.

Aditya menyimpan uang di Bank ABC dalam bentuk deposito


sebesar Rp100.000.000 dengan tingkat bunga 12% per tahun.
Atas deposito tersebut, Aditya menerima bunga setiap bulan
sebesar Rp1.000.000. Berapa besaran pajak yang harus
dibayarkan atas bunga deposito Aditya?

Jawab:

PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong Bank ABC adalah 20% x


Rp1.000.000 = Rp200.000

Pajak deposito per tahun = Rp200.000 x 12 bulan = Rp2.400.000

Baca Juga: Biaya Bunga Pinjaman yang Boleh Dibebankan Secara Fiskal

2. Andhika menyimpan uang di Bank AAA dalam bentuk


deposito sebesar Rp7.000.000 dengan tingkat bunga 12% per
tahun. Atas deposito tersebut, Andhika merima bunga setiap
bulan sebesar Rp70.000. Berapa besaran pajak yang harus
dibayarkan atas bunga deposito Aditya?

Jawab:

Atas bunga Rp70.000 tidak dipotong PPh Pasal 4 (2) karena nilai
deposito kurang dari Rp7.500.000.

Tabungan:

Baca Juga: Aspek Pajak atas Revaluasi Aktiva Tetap Perusahaan


Alice Key memiliki tabungan di Bank Moneytalk Indonesia dengan
saldo rata-rata bulan Juni 2017 adalah Rp450.000.000. Bunga yang
diberikan oleh Bank Moneytalk Indonesia adalah 9% per tahun.
Bunga yang diterima Alice Key pada bulan Juni 2017 adalah
Rp3.375.000. Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan
PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh Bank Moneytalk Indonesia


pada Juni 2017 adalah 20% x Rp3.375.000 = Rp675.000. Pajak
tabungan per tahun = Rp675.000 x 12 bulan = Rp8.100.000.

Baca Juga: Layer PPh Orang Pribadi Bakal Diubah, Ini Rencananya


Diskonto SBI:
Dana Pensiun Solusi Abadi yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari
Bank Indonesia dengan nominal Rp1.000.000.000 dengan
memperoleh diskonto sebesar Rp20.000.000. Pada tanggal 1 April
2017, Dana Pensiun Solusi Abadi menjual SBI tersebut kepada PT
Rosa Sentosa dengan harga Rp980.000.000 dan dibayarkan pada
saat yang sama. Bagaimana kewajiban pemotongan atau
pemungutan PPh atas transaksi tersebut?

Jawab:

Baca Juga: Biaya Promosi dan Entertainment yang Boleh Dibebankan


Besarnya diskonto SBI yang diperoleh PT Rosa Sentosa adalah
Rp1.000.000.000 – Rp980.000.000 = Rp20.000.000.

PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh Dana Pensiun Solusi Abadi
adalah 20% x Rp20.000.000 = Rp4.000.000.

 Perhitungan PPh atas Bunga Obligasi dan Bunga Simpanan


Koperasi

Bunga Obligasi:

Baca Juga: Pemerintah Tepis Isu Pemangkasan Tarif Pajak Penghasilan Karyawan


Pada tanggal 1 Juli 2011, PT ABC (emiten) menerbitkan obligasi
dengan kupon (interest bearing bond) dengan nilai nominal
Rp10.000.000 per lembar. Jangka waktu Obligasi 5 tahun (jatuh
tempo tanggal 1 Juli 2016). Bunga tetap sebesar 16% per tahun,
jatuh tempo bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember.
Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

PT MNO (investor) pada saat penerbitan perdana membeli 10 lembar


Obligasi dengan harga di bawah nilai nominal (at discount) dengan
harga Rp9.000.000 per lembar. Berapa besaran pajak yang harus
dibayarkan atas bunga obligasi tersebut?

Jawab:

Baca Juga: Angsuran PPh Pasal 25 untuk Bank & Wajib Pajak Lainnya
PPh Pasal 4 ayat 2 yang harus dipotong oleh PT ABC pada saat jatuh
tempo bunga tanggal 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:

Bunga = (6/12 x 16% x Rp10.000.000) x 10 lembar = Rp8.000.000


PPh Pasal 4 ayat 2 = 15% x Rp8.000.000 = Rp1.200.000
Apabila dalam contoh di atas investor atau pembeli obligasi
adalah wajib pajak reksadana maka penghitungan PPh Pasal 4
ayat 2 atas bunga yang diperoleh pada saat jatuh tempo tanggal 31
Desember 2011 adalah sebagai berikut:

Baca Juga: Perhitungan Angsuran PPh untuk Wajib Pajak Baru


Bunga = (6/12 x 16% x Rp10.000.000) x 10 lembar = Rp8.000.000
PPh Pasal 4 ayat 2 = 5% x Rp8.000.000 = Rp400.000

Simpanan Koperasi:

Koperasi Sumber Rezeki membagikan bunga simpanan koperasi


kepada anggotanya setiap bulan yang dibayarkan setiap tanggal 25,
anggota koperasi yang memperoleh bunga simpanan antara lain
Rahmawati dan Koperasi Kasih Rezeki(bukan merupakan koperasi
simpan pinjam). Berdasarkan data yang ada Rahmawati
mendapatkan bunga simpanan sebagai berikut:

Baca Juga: Ambang Batas Nilai Pengajuan Banding Dinaikkan


Januari 2016 Rp350.000

Februari 2016 Rp200.000

Maret 2016 Rp500.000

Baca Juga: Karena Alasan Pajak, Baca Juga: Pajak Korporasi Naik,


Puluhan Perusahaan Pindah ke Investasi Menyusut
Wilayah Ini Rp240.000
April 2016
Rp250.000
Mei 2016
Rp300.000
Juni 2016
Baca Juga: Selain Unifikasi SPT
Baca Juga: Mekanisme Masa, Ini Strategi DJP Permudah
Pengkreditan PPh Luar Negeri Pelaporan Pajak
Sedangkan Koperasi Kasih Rezeki mendapatkan bunga simpanan
sebagai berikut:

Januari 2016 Rp1.000.000

Februari 2016 Rp600.000

Baca Juga: Beri Kemudahan WP Baca Juga: Pengembang


Badan, DJP Bakal Lakukan Permainan GTA Tak Bayar Pajak
Unifikasi SPT Masa
10 Tahun
Maret 2016
Rp1.300.000
April 2016
Rp650.000
Mei 2016
Rp700.000
Baca Juga: Mantan Gubernur Bank
Baca Juga: Kredit Pajak sebagai
Sentral Peringatkan Risiko
Pengurang PPh Badan Terutang
Kenaikan Tarif Pajak
Rp850.000
Juni 2016
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh Pasal 4
ayat 2 atas bunga simpanan tersebut?

Jawab:

Baca Juga: Cakupan Perusahaan yang Kena Tarif Pajak Rendah Bakal Diperluas
Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 atas bunga simpanan koperasi yang
dibayarkan kepada orang pribadi adalah sebagai berikut:

 0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai


dengan Rp240.000 per bulan; atau
 10% dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa
bunga simpanan lebih dari Rp240.000 per bulan.

Penghitungan PPh Pasal 4 ayat 2 atas bunga simpanan koperasi


yang diperoleh Rahmawati adalah:

Januari 2016 10% x Rp350.000 = Rp35.000

Baca Juga: Wah, Objek Pajak Baca Juga: Wah, Thailand


Penghasilan Bakal Ditambah Berencana Turunkan Tarif Pajak
Februari 2016 Orang Pribadi
0% x Rp200.000 = Rp0
Maret 2016
10% x Rp500.000 = Rp50.000
April 2016
0% x Rp240.000 = Rp0
Baca Juga: Penyusutan dan
Amortisasi Aktiva Tetap Baca Juga: Biaya-biaya Non Fiskal
Mei 2016 10% x Rp250.000 = Rp25.000

Juni 2016 10% x Rp300.000 = Rp30.000


Sedangkan atas penghasilan yang diterima oleh Koperasi Kasih
Rezeki dari pembagian bunga simpanan koperasi tersebut tidak
termasuk yang dikenai PPh yang bersifat final, tetapi termasuk
dalam pengertian bunga yang wajib dipotong PPh Pasal 23.

PT Oke Indonesia menyelenggarakan penarikan hadiah undian atas kupon-kupon yang telah
dikirimkan oleh para pelanggannya, dengan hadiah senilai Rp100.000.000. Dalam penarikan
undian tersebut nama Budiman muncul sebagai pemenang hadiah undian. Bagaimana
penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat 2 atas hadiah undian yang harus dipotong
oleh PT Oke Indonesia?

Baca Juga: Contoh Penghitungan Kompensasi Kerugian Fiskal


Jawab:

PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh PT Oke Indonesia adalah 25% x Rp100.000.000 =
Rp25.000.000.

 Pajak atas Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

Pada tanggal 12 Agustus 2015, Rahmat membeli 1 unit rumah dari developer PT Griya
Persada seharga Rp800.000.000 secara tunai. Antara PT Griya Persada dengan Rahmat belum
dilakukan penandatanganan Akta Jual Beli (AJB) karena sertifikat rumah tersebut masih
dalam proses pemecahan sehingga dilakukan terlebih dahulu dengan Perjanjian Pengikatan
Jual Beli (PPJB) antara PT Griya Persada sebagai penjual dan Rahmat sebagai pembeli.
Sertifikat rumah tersebut masih atas nama PT Griya Persada. Sebelum dilakukan AJB antara
PT Griya Persada dengan Rahmat, rumah tersebut oleh Rahmat dijual kepada Indra Aji,
sehingga akibat transaksi tersebut nama penjual dan pembeli yang tercantum dalam PPJB
rumah tersebut menjadi PT Griya Persada sebagai penjual dan Indra Aji sebagai pembeli.

Baca Juga: Biaya Bunga Pinjaman yang Boleh Dibebankan Secara Fiskal


Bagaimana penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat 2 atas pengalihan rumah
tersebut?

Jawab:

PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh PT Griya Persada dalam kasus ini yaitu sebesar 2,5%
x Rp800.000.000 =Rp20.000.000.

Baca Juga: Aspek Pajak atas Revaluasi Aktiva Tetap Perusahaan

 Pajak atas Usaha Jasa Konstruksi

PT Jaya Makmur merupakan perusahaan yang mempunyai Sertifikat Badan Usaha Jasa
Pelaksanaan Konstruksi yang diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
(LPJK) sebagai Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi Bidang Sipil Sub Bidang
Bangunan-bangunan non perumahan lainnya dengan kualifikasi besar gred 6.

PT Jaya Makmur pada tahun 2013 ditunjuk oleh CV Lukito selaku pemilik Rumah Sakit
Sentosa untuk membangun gedung baru yang akan digunakan sebagai unit kesehatan ibu dan
anak dengan nilai kontrak sebesar Rp25.000.000.000 tidak termasuk PPN.
PT Jaya Makmur menerima uang muka kontrak pada saat dimulai pembangunan yaitu pada
tanggal 15 Juli 2013 sebesar Rp5.000.000.000. Termin pembayaran akan dilakukan sesuai
dengan tingkat penyelesaian, yaitu:

 Termin pertama sebesar Rp5.000.000.000 setelah pekerjaan


selesai 25%;
 Termin kedua sebesar Rp5.000.000.000 setelah pekerjaan
selesai 50%;
 Termin ketiga sebesar Rp5.000.000.000 setelah pekerjaan
selesai 75%;

Sisa Rp5.000.000.000 akan dibayarkan setelah pekerjaan dan masa pemeliharaan selesai.
Pembangunan Rumah Sakit Sentosa harus diselesaikan oleh PT Jaya Makmur paling lama
tanggal 31 Desember 2015 dengan masa pemeliharaan selama 6 bulan.

Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh yang dilakukan oleh CV Lukito
terkait pembayaran uang muka kontrak dan termin pertama apabila dilakukan pada tanggal 31
Desember 2013?

Jawab:

Baca Juga: Layer PPh Orang Pribadi Bakal Diubah, Ini Rencananya


Pembayaran uang muka kontrak:
Besarnya pemotongan PPh Pasal 4 ayat 2 atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi adalah
3% x Rp5.000.000.000 = Rp150.000.000.

Pembayaran termin pertama:


Besarnya pemotongan PPh Pasal 4 ayat 2 atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi adalah
3% x Rp5.000.000.000 = Rp150.000.000.

 Pajak atas Persewaan Tanah dan/atau Bangunan

Rafi Moreno menyewa rumah milik Damas Wibowo selama 5 tahun dari tahun Desember
2011 sampai dengan Desember 2015 sebesar Rp350.000.000 yang dibayar pada awal sewa.
Atas pembayaran sewa tersebut Damas Wibowo telah membayar Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 4 ayat 2 atas penghasilan berupa sewa tanah dan/atau bangunan sebesar Rp35.000.000.

Baca Juga: Biaya Promosi dan Entertainment yang Boleh Dibebankan


Dalam perjanjian dimasukkan syarat bahwa Rafi Moreno dapat menyewakan kembali rumah
yang disewanya tersebut kepada orang lain meskipun tanggungjawabnya tetap berada di Rafi
Moreno.

Pada bulan Juli 2013 Rafi Moreno, tanpa membatalkan sewa dengan Damas Wibowo,
menyewakan rumah tersebut kepada adik kandungnya Kinan Pali yang berprofesi sebagai
pedagang kue sampai dengan Desember 2015 sebesar Rp110.000.000,00 yang dibayar pada
tanggal 3 Juli 2013.
Bagaimanakah kewajiban PPh Pasal 4 ayat 2 terkait transaksi sewa antara Rafi Moreno dan
Kinan Pali?

Jawab:

Mengingat Kinan Pali bukan merupakan pemotong pajak, maka Rafi Moreno wajib
menyetorkan sendiri PPh yang terutang tersebut ke KPP tempat dia terdaftar. Besarnya PPh
Pasal 4 ayat 2 yang bersifat final yang wajib disetorkan adalah:
10% x Rp110.000.000 = Rp11.000.000.

Baca Juga: Pemerintah Tepis Isu Pemangkasan Tarif Pajak Penghasilan Karyawan

 Pajak atas Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto


Tertentu

CV Manis Makmur adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha dalam bidang
Penjualan Alat dan Mesin Pertanian. Peredaran Bruto CV Manis Makmur dalam Tahun Pajak
2014 sebesar Rp4.750.000.000. Adapun Peredaran Bruto CV Manis Makmur dalam Tahun
Pajak 2015 sebesar Rp5.455.532.000 dengan rincian sebagai berikut :

Bulan Peredaran Bruto (Rp)

Januari 2015 435.652.000

Februari 2015 468.560.000

Maret 2015 449.870.000

April 2015 435.800.000

Mei 2015 475.600.000

Juni 2015 468.750.000

Juli 2015 495.000.000

Agustus 2015 436.520.000

September 2015 435.200.000


Oktober 2015 463.500.000

November 2015 412.560.000

Desember 2015 478.520.000

Bagaimana penghitungan PPh Pasal 4 ayat 2 atas penghasilan dari usaha yang diterima atau
diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu?

Jawab:

Baca Juga: Angsuran PPh Pasal 25 untuk Bank & Wajib Pajak Lainnya
Karena Peredaran Bruto CV.Manis Makmur dalam Tahun Pajak 2014 sebesar
Rp4.750.000.000.000 atau tidak melebihi Rp4.800.000.000, maka Perhitungan PPh Badan
untuk tahun pajak 2015 adalah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.

Sehingga Pajak Penghasilan yang harus disetor CV Manis Makmur untuk Tahun Pajak 2015
sebagai berikut:

Bulan Peredaran Bruto Tarif Pajak PPh Pasal 4 ayat 2

Januari 435.652.000 1% 4.356.520

Februari 468.560.000 1% 4.685.600

Maret 449.870.000 1% 4.498.700

April 435.800.000 1% 4.358.000

Mei 475.600.000 1% 4.756.000

Juni 468.750.000 1% 4.687.500

Juli 495.000.000 1% 4.950.000


Agustus 436.520.000 1% 4.365.200

September 435.200.000 1% 4.352.000

Oktober 463.500.000 1% 4.635.000

November 412.560.000 1% 4.125.600

Desember 478.520.000 1% 4.785.200

Jumlah 5.455.532.000 1% 54.555.320

Demikian ulasan contoh soal perhitungan PPh Pasal 4 ayat 2. Untuk dapat mempelajari
materi lain tentang PPh Pasal 4 ayat 2 atau pajak penghasilan lainnya, dapat dipelajari di sini.

Kesimpulan

1. PPh Final wajib dibayarkan bagi wajib pajak individu dan badan yang
memiliki omzet di bawah Rp 4,8 miliar setahun.
2. PPh Final didasarkan atas PP 46/2013 disusun agar pelaku UKM
dapat dengan mudah menghitung pajak tanpa keharusan atas
pembukuan yang lengkap.
3. Berdasarkan PP 23/2018 besaran tarif PPh Final adalah 0,5%.
4. Penghitungannya, semua transaksi penjualan per bulan dijumlahkan
kemudian dikalikan 0,5 %.
5. PPh Final UKM dilaporkan hanya sekali setiap tahunnya lewat SPT
PPh Tahunan orang pribadi atau badan.

Anda mungkin juga menyukai