Jawab:
Jawab:
Atas bunga Rp70.000 tidak dipotong PPh Pasal 4 (2) karena nilai
deposito kurang dari Rp7.500.000.
Tabungan:
Jawab:
Jawab:
PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh Dana Pensiun Solusi Abadi
adalah 20% x Rp20.000.000 = Rp4.000.000.
Bunga Obligasi:
Jawab:
Baca Juga: Angsuran PPh Pasal 25 untuk Bank & Wajib Pajak Lainnya
PPh Pasal 4 ayat 2 yang harus dipotong oleh PT ABC pada saat jatuh
tempo bunga tanggal 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:
Simpanan Koperasi:
Jawab:
Baca Juga: Cakupan Perusahaan yang Kena Tarif Pajak Rendah Bakal Diperluas
Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 atas bunga simpanan koperasi yang
dibayarkan kepada orang pribadi adalah sebagai berikut:
PT Oke Indonesia menyelenggarakan penarikan hadiah undian atas kupon-kupon yang telah
dikirimkan oleh para pelanggannya, dengan hadiah senilai Rp100.000.000. Dalam penarikan
undian tersebut nama Budiman muncul sebagai pemenang hadiah undian. Bagaimana
penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat 2 atas hadiah undian yang harus dipotong
oleh PT Oke Indonesia?
PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh PT Oke Indonesia adalah 25% x Rp100.000.000 =
Rp25.000.000.
Pada tanggal 12 Agustus 2015, Rahmat membeli 1 unit rumah dari developer PT Griya
Persada seharga Rp800.000.000 secara tunai. Antara PT Griya Persada dengan Rahmat belum
dilakukan penandatanganan Akta Jual Beli (AJB) karena sertifikat rumah tersebut masih
dalam proses pemecahan sehingga dilakukan terlebih dahulu dengan Perjanjian Pengikatan
Jual Beli (PPJB) antara PT Griya Persada sebagai penjual dan Rahmat sebagai pembeli.
Sertifikat rumah tersebut masih atas nama PT Griya Persada. Sebelum dilakukan AJB antara
PT Griya Persada dengan Rahmat, rumah tersebut oleh Rahmat dijual kepada Indra Aji,
sehingga akibat transaksi tersebut nama penjual dan pembeli yang tercantum dalam PPJB
rumah tersebut menjadi PT Griya Persada sebagai penjual dan Indra Aji sebagai pembeli.
Jawab:
PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh PT Griya Persada dalam kasus ini yaitu sebesar 2,5%
x Rp800.000.000 =Rp20.000.000.
PT Jaya Makmur merupakan perusahaan yang mempunyai Sertifikat Badan Usaha Jasa
Pelaksanaan Konstruksi yang diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
(LPJK) sebagai Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi Bidang Sipil Sub Bidang
Bangunan-bangunan non perumahan lainnya dengan kualifikasi besar gred 6.
PT Jaya Makmur pada tahun 2013 ditunjuk oleh CV Lukito selaku pemilik Rumah Sakit
Sentosa untuk membangun gedung baru yang akan digunakan sebagai unit kesehatan ibu dan
anak dengan nilai kontrak sebesar Rp25.000.000.000 tidak termasuk PPN.
PT Jaya Makmur menerima uang muka kontrak pada saat dimulai pembangunan yaitu pada
tanggal 15 Juli 2013 sebesar Rp5.000.000.000. Termin pembayaran akan dilakukan sesuai
dengan tingkat penyelesaian, yaitu:
Sisa Rp5.000.000.000 akan dibayarkan setelah pekerjaan dan masa pemeliharaan selesai.
Pembangunan Rumah Sakit Sentosa harus diselesaikan oleh PT Jaya Makmur paling lama
tanggal 31 Desember 2015 dengan masa pemeliharaan selama 6 bulan.
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh yang dilakukan oleh CV Lukito
terkait pembayaran uang muka kontrak dan termin pertama apabila dilakukan pada tanggal 31
Desember 2013?
Jawab:
Rafi Moreno menyewa rumah milik Damas Wibowo selama 5 tahun dari tahun Desember
2011 sampai dengan Desember 2015 sebesar Rp350.000.000 yang dibayar pada awal sewa.
Atas pembayaran sewa tersebut Damas Wibowo telah membayar Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 4 ayat 2 atas penghasilan berupa sewa tanah dan/atau bangunan sebesar Rp35.000.000.
Pada bulan Juli 2013 Rafi Moreno, tanpa membatalkan sewa dengan Damas Wibowo,
menyewakan rumah tersebut kepada adik kandungnya Kinan Pali yang berprofesi sebagai
pedagang kue sampai dengan Desember 2015 sebesar Rp110.000.000,00 yang dibayar pada
tanggal 3 Juli 2013.
Bagaimanakah kewajiban PPh Pasal 4 ayat 2 terkait transaksi sewa antara Rafi Moreno dan
Kinan Pali?
Jawab:
Mengingat Kinan Pali bukan merupakan pemotong pajak, maka Rafi Moreno wajib
menyetorkan sendiri PPh yang terutang tersebut ke KPP tempat dia terdaftar. Besarnya PPh
Pasal 4 ayat 2 yang bersifat final yang wajib disetorkan adalah:
10% x Rp110.000.000 = Rp11.000.000.
CV Manis Makmur adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha dalam bidang
Penjualan Alat dan Mesin Pertanian. Peredaran Bruto CV Manis Makmur dalam Tahun Pajak
2014 sebesar Rp4.750.000.000. Adapun Peredaran Bruto CV Manis Makmur dalam Tahun
Pajak 2015 sebesar Rp5.455.532.000 dengan rincian sebagai berikut :
Bagaimana penghitungan PPh Pasal 4 ayat 2 atas penghasilan dari usaha yang diterima atau
diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu?
Jawab:
Baca Juga: Angsuran PPh Pasal 25 untuk Bank & Wajib Pajak Lainnya
Karena Peredaran Bruto CV.Manis Makmur dalam Tahun Pajak 2014 sebesar
Rp4.750.000.000.000 atau tidak melebihi Rp4.800.000.000, maka Perhitungan PPh Badan
untuk tahun pajak 2015 adalah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.
Sehingga Pajak Penghasilan yang harus disetor CV Manis Makmur untuk Tahun Pajak 2015
sebagai berikut:
Demikian ulasan contoh soal perhitungan PPh Pasal 4 ayat 2. Untuk dapat mempelajari
materi lain tentang PPh Pasal 4 ayat 2 atau pajak penghasilan lainnya, dapat dipelajari di sini.
Kesimpulan
1. PPh Final wajib dibayarkan bagi wajib pajak individu dan badan yang
memiliki omzet di bawah Rp 4,8 miliar setahun.
2. PPh Final didasarkan atas PP 46/2013 disusun agar pelaku UKM
dapat dengan mudah menghitung pajak tanpa keharusan atas
pembukuan yang lengkap.
3. Berdasarkan PP 23/2018 besaran tarif PPh Final adalah 0,5%.
4. Penghitungannya, semua transaksi penjualan per bulan dijumlahkan
kemudian dikalikan 0,5 %.
5. PPh Final UKM dilaporkan hanya sekali setiap tahunnya lewat SPT
PPh Tahunan orang pribadi atau badan.