Anda di halaman 1dari 2

Konfirmasi Positif dan Negatif

Konfirmasi adalah salah satu teknik yang digunakan untuk memperoleh bukti audit.
Bukti audit dengan menggunakan konfirmasi memiliki tingkat independen yang baik. Konfirmasi
merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung dari pihak ketiga
sebagai jawaban atas suatu permintaan informasi tentang unsur tertentu yang berdampak
terhadap asersi laporan keuangan.

Konfirmasi dibagi menjadi 2, yaitu :

Konfirmasi positif biasa dilakukan untuk jumlah sampel kecil dengan saldo yang besar.
Bentuk konfirmasi positif, biasanya menyebutkan informasi yang dibutuhkan auditor dan
responden menjawab setuju atau tidak. Namun, terkadang pada konfirmasi positif auditor
mengkosongkan informasi yang hendak ditanyakan dan pihak responden lah yang mengisikan
informasi tersebut. Konfirmasi positif dapat dijadikan sebagai bukti audit jika responden
membalas konfirmasi yang diberikan.

Konfirmasi negatif biasa dilakukan untuk sampel dalam jumlah besar dengan saldo kecil.
Bentuk konfirmasi ini juga mencantumkan informasi yang hendak ditanyakan kepada pihak
responden, juga bentuk konfirmasi negatif meminta penerima konfirmasi untuk memberikan
jawaban hanya jika ia tidak setuju dengan informasi yang disebutkan dalam permintaan
konfirmasi. Namun, pada konfirmasi negatif dapat dijadikan alat bukti audit meski tidak
mendapatkan jawaban. Hal ini dikarenakan, pada konfirmasi negatif, responden tidak perlu
menjawab jika informasi yang tercantum sudah sesuai.
Jenis Sanksi bagi Akuntan Publik

Menurut Kepala PPAJP (Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai) Kementerian
Keuangan, Langgeng Subur, adanya sanksi administratif mengacu pada UU no 5 tahun 2011
tentang Akuntan Publik. Ketujuh sanksi tersebut, paling ringan berupa rekomendasi untuk
menjalankan kewajiban tertentu hingga yang berbentuk denda.

Rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu jika AP melakukan pelanggaran


ringan sebagaimana ketentuan Pasal 13,17, 19 ,25,27,32,34,35 UU No. 5 tahun 2011 dan
melakukan pelanggaran terhadap SPAP (Standar Profesi Akuntan Publik) dan kode etik yang
tidak berpengaruh terhadap laporan keuangan yang diterbitkan.

Sanksi berikutnya berupa sanksi tertulis yang dikenakan pada pelanggaran sedang. AP
dan KAP tersebut melanggar ketentuan Pasal 4, 30 ayat (1) huruf a,b,f, Pasal 31 dan melakukan
pelanggaran SPAP serta kode etik yang berpengaruh terhadap laporan yang diterbitkan namun
tidak signifikan. Sanksi Pembatasan Pemberian Jasa kepada suatu jenis entitas tertentu, seperti
bank, pasar modal jika AP dan KAP melakukan pelanggaran cukup berat. Pelanggaran yang
dimaksud, jika AP dan KAP melanggar SPAP dan kode etik yang berpengaruh terhadap laporan
yang diterbitkan.

Jenis sanksi keempat, pembatasan pemberian jasa tertentu. AP atau KAP tersebut tidak
diperbolehkan memberikan jasa tertentu, seperti jasa audit umum atas laporan keuangan
selama 24 bulan. Bila dalam kurun waktu 3 tahun melakukan tindakan yang sama, AP dan KAP
tersebut akan digolongkan melakukan pelanggaran cukup berat.

Sanksi kelima pembekuan ijin. AP atau KAP yang dikenakan sanksi ini jika melakukan
pelanggaran berat berupa pelanggaran ketentuan Pasal 9,28, 29,30, ayat (1) huruf c,e,g,h ,i UU
no 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik dan melakukan pelanggaran terhadap SPAP serta kode
etik yang berpengaruh signifikan terhadap laporan keuangan. Sanksi pembekuan izin diberikan
paling banyak 2 kali dalam waktu 48 bulan, namun jika masih melakukan hal yang sama maka
akan dikenakan sanksi pelanggaran berat, ijinnya akan dicabut.

Jenis sanksi ke enam berupa pencabutan izin jika AP atau KAP melakukan pelanggaran
sangat berat yaitu melanggar Pasal 30 ayat (1) huruf d, j UU Akuntan Publik dan melakukan
pelanggaran SPAP serta kode etik yang berpengaruh sangat signifikan terhadap laporan yang di
terbitkan. Adapun terakhir sanksi denda telah berlaku lebih dahulu dengan di keluarkannya PP
no 1 tahun 2013 tentan PNBP (pendapatan Negara bukan pajak) di lingkungan Kementerian
Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai