Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL


ARBITRAGE INTERNASIONAL DAN PARITAS SUKU BUNGA
HUBUNGAN ANTARA INFLASI, SUKU BUNGA, DAN NILAI TUKAR

Dosen : Dra. Dewi Nurjannah, M.M.

OLEH :

TIARA RIZKY MIFTACHUL JANNAH


2017101603113
DEWI SRIHARTATIK
201710160311361
FADILA RAHMI DESIWANTI
201710160311361

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah manajemen keuangan internasional ini bisa selesai pada
waktunya. Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengampu yang telah
membantu saya dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi. Terima kasih juga kepada teman-teman yang telah
membantu kami dengan memberikan masukan-masukan dalam proses pembuatan
makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca, dan terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Malang, 1 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tindakan pengambilan keuntungan atau “arbitrasi” saat ini marak
terjadi dan telah menggunacang sejumlah pasar modal di beberapa negara
termasuk di Indonesia. Arbitrasi ini tidak hanya bersifat locational namun
juga triangular dan covered interest arbitrage. Salah satu tindakan arbitrasi
yang cukup mengguncang perekonomian Indonesia terjadi di tahun 1998.
Pada tahun tersebut nilai dolar naik secara signifikan sehingga
melemahkan beberapa mata uang di negara Asia termasuk Indonesia. Nilai
rupiah menukik tajam hingga mencapai lebih dari Rp 16.000,-/US$.
Kondisi ini juga semakin diperburuk dengan banyaknya spekulan yang
membeli dolar dan menjual rupiah sehingga nilai rupiah semakin terpuruk.
Oleh karena itu untuk dapat mengantisipasi hal tersebut dia tas dan
memanfaaatkan fluktuasi nilai tukar suatu mata uang maka dirasa perlu
untuk mempelajari konsep-konsep teori dan perhitungan arbitrasi
internasional.
Inflasi merupakan salah satu indikator perekonomian yang penting,
laju perubahannya selalu diupayakan rendah dan stabil agar tidak
menimbulkan penyakit makroekonomi yang nantinya akan memberikan
dampak ketidakstabilan dalam perekonomian. Inflasi yang tinggi dan tidak
stabil merupakan cerminan akan kecenderungan naiknya tingkat harga
barang dan jasa secara umum dan terus menerusselama periode waktu
tertentu.
Kurs merupakan salah satu harga yang lebih penting dalam
perekonomian terbuka, karena ditentukan oleh adanya keseimbangan
antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar, mengingat
pengaruhnya yang besar bagi neraca berjalan maupun bagi variabel-
variabel makroekonomi lainnya. Kurs dapat dijadikan alat untuk
mengukur kondisiperekonomian suatu negara. Pertumbuhan nilai mata
uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi
ekonomi yang relatif baik atau stabil (Dornbusch, 2008:453). Indonesia
sebagai negara yang banyak mengimpor bahan baku industri mengalami
dampak dari ketidakstabilan kurs ini, yang dapat dilihat dari rnelonjaknya
biaya produksi sehingga menyebabkan harga barang-barang hasil produksi
Indonesia mengalami peningkatan.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP ARBITRASI INTERNASIONAL


Arbitrasi dapat didefinisikan secara luas sebagai upaya mengambil untung
dari ketidaksesuaian dalam harga-harga actual. Arbitrasi adalah suatu
tindakan yang dilakukanpara pemain Valuta Asing (Arbitrageur),
memanfaatkan adanya perbedaan kurs mata uang,dalam kenyataan tidak
ada suatu investasi pun yang dimaksudkan untuk jangka panjang.
Arbitrase tidak memerlukan investasi dana selama suatu periode tertentu
dan tidak memilikirisiko apa pun. Contoh : Toko X ingin menjual suatu
koin tertentu seharga $150 sedangkantoko Y bersedia membeli seharga
$170, maka seseorang dapat melakukan arbitrase denganmembeli uang
logam tersebut di toko X seharga $150 dan kemudian menjualnya ke toko
Ydengan harga $170. Peluang terjadinya arbitrase karena kondisi
permintaan di berbagai tokoberbeda dimana kedua toko tersebut tidak
mengetahui harga di toko lain. Tindakan arbitraseakan menyebabkan harga
akan berubah
.
B. BENTUK BENTUK ARBITRASI
1. Locational Arbitrage
Merupakan suatu tindakan mengambil keuntungan dari
ketidaksesuaian dalam kuotasi-kuotasi nilai tukar antarbank.
Locational Arbitrage juga dapat diartikan sebagai proses pembelian
mata uang di lokasi tertentu dimana harganya murah dandengan segera
menjual mata uang tersebut pada lokasi lain dengan harga yang
lebihtinggi. Keuntungan locational arbitrage tergantung dari jumlah
uang yang digunakanuntuk memanfaatkan perbedaan kurs nilai tukar,
serta nilai perbedaan tersebut. Contoh:kurs nilai tukar Poundsterling
Inggris pada Bank Mega adalah Rp.16000 perPoundsterling, sementara
kurs nilai tukar di bank Permata adalah Rp.16100 perPoundsterling.
Anda dapat melakukan arbitrase lokasi dengan membeli Poundsterling
diBank Mega seharga Rp. 16000 dan kemudian menjualnya di Bank
Permata seharga Rp16100 per pounsterling. Keuntungan yang dapat di
peroleh adalah Rp 100 perPoundsterling. Keuntungan ini bebas risiko
karena anda mengetahui kapan harusmembeli poundsterling dan
berapa jumlahnya serta berapa yang dapat dijual.
2. Triangular Arbitrage
Merupakan suatu tindakan untuk mengambil keuntungan dari
ketidaksesuaian dalam pasar valas, yaitu saat kurs silang tidak
dikuotasikan dipasar tidak sama dengan kurs silang yang seharusnya
muncul dalam kondisi ekuilibrium atau Kurs silang ( Cross Exchange
Rate) mencerminkan hubungan antara dua mata uang yang berbeda
dengan satu mata uang dasar. Misalnya, di Amerika Serikat, kurs
silang mengacu pada hubungan antara dua mata uang selain dolar.
Nilai valuta X dalam unit valuta Y = nilai X dalam $ / nila Y dalam $
Perhatikan bahwa nilai X dalam unit Y adalah kebalikan dari nilai Y
dalam unit X. Jika dalam kuotasi kurs silang aktual berbeda dengan
kurs silang yang tepat, maka perbedaan ini dapat dimanfaatkan yakni
dengan menggunakan triangular arbitrage. Dalam triangular arbitrage
transaksi mata uang dilakukan pada pasar spot untuk memanfaatkan
perbedaan kurs silang antara dua mata uang tertentu. Triangular
arbitrage merupakan strategi yang hanya dapat dimanfaatkan oleh
sedikit pihak karena teknologi komputer yang tersedia saat ini untuk
para pialang valuta asing dengan segera mendeteksi
ketidakseimbangan kurs lintas nilai tukar. Perubahan kurs yang terjadi
akibat triangular arbitrage (sebagai contoh hubungan antara mata uang
US Dollar, Poundsterling dan Ringgit Malaysia).
 Dampak dari Triangular Arbitrage
Aktivitas Dampak
1. Para pelaku pasar valas Bank menaikkan harga ask
menggunakan dolar untuk pound-dolar
membeli pound
2. Para pelaku pasar Bank mengurangi harga bid
menggunakan pound untuk pound-franc yaitu bank
membeli franc mengurangi jumlah yang bisa
ditukarkan perunit pound
3. Para pelaku pasar Bank mengurangi harga bid
menggunakan franc untuk franc-dolar
membeli dolar AS

3. Covered interest Arbitrage


Merupakan investasi dalam suatu sekuritas pasar uang luar negeri yang
pada saat yang sama disertai dengan penjualan foward valuta asing
yang mendominasi sekuritas tersebut. Covered interest Arbitrage
cenderung mendorong hubungan antara suku bunga dari dua Negara
dan premium atau diskon kurs forward-nya. Covered interest Arbitrage
memerlukan investasi diluar negerin dan pada saat yang sama
membentuk perlindungan dari resiko nilai tukar. Sejumlah literature
dalam keuangan internasional menetapkan bahwa dana yang mau
diinvestasikan harus dipinjam dari sumber local. Dalam hal ini, para
investor tidak menanamkan dana mereka sendiri. Istilah arbitrasi
didefinisikan secara luas, karena terdapat sejumlah dolar yang positif
untuk diinvestasikan pada jangka waktu tertentu.
Dampak dari Covered interest Arbitrage
Aktifitas Dampak
1. Para arbitrageur menggunakan Tekanan kenaikan atas kurs
dollar untuk membeli pound dalam spot pound.
pasar spot.
2. Para arbitrageur menandatangani Tekanan penurunan atas
kontrak forward untuk menjual kurs forward pound.
pound.
3. Para arbitrageur menginvestasikan Kemungkinan muncul
dana dari AS di Inggris. tekanan kenaikan suku
bunga di AS dan tekanan
penurunan suku bunga di
Inggris.

C. KONSEP PARITAS SUKU BUNGA


Paritas suku bunga (interest rate parity-IRP) adalah kondisi
ekuilibrium dimana selisih suku bunga antara dua valuta diimbangi oleh
selisih kurs forward dengan kurs spot. Paritas suku bunga merupakan teori
yang menyatakan bahwa besaran premi (atau diskon)
kurs forward seharusnya seimbang dengan perbedaan suku bunga dari
kedua negara terkait. Pada keseimbangan tersebut, kurs forward berbeda
kurs spot pada jumlah tertentu yang dapat mengompensasi perbedaan suku
bunga antara dua mata uang. Jika kurs forward  lebih kecil di bandingkan
kurs spot, secara implisit hal ini menunjukan bahwa terdapat diskon atas
kurs forward. Karenanya, Covered Interest Arbitrage hanya akan
memberikan pengembalian yang tidak lebih tinggi dibandingkan dengan
pengembalian yang diperoleh dari investasi domestik. Jika suku bunga
asing lebih kecil dibandingkan suku bunga asal, hubungan IRP akan
memperlihatkan bahwa kurs forward memiliki premi.
Paritas suku bunga tidak menyatakan bahwa investor dari Negara
berbeda akan mendapatkan pengembalian yang sama. Hukum ini hanya
membandingkan investasi asing dengan investasi domestik atas sekuritas
berbasis bunga yang dilakukan seorang investor tertentu. Jika IRP terjadi,
investor tidak dapat menggunakan arbitrase perlindungan suku bunga
untuk memperoleh pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan
hasil yang diperoleh dari Negara asal mereka masing-masing.

D. DERIVASI PARITAS SUKU BUNGA


Hubungan antara premium atau diskon forward dengan suku bunga
menurut IRP dapat ditentukan sebagai berikut. Asumsikan seorang
investor AS yang ingin melakukan covered interest arbitrage.
Pengembalian dari covered interest arbitrage ini bagi investor AS
dapat ditentukan jika diketahui:
1. Jumlah valuta domestik (dolar AS dalam contoh kita) yang awalnya
ingin diinvestasikan (A).
2. Kurs spot (S) dalam dolar pada saat valuta asing dibeli.
3. Suku bunga deposito luar negeri (i f).
4. Kurs forward (F) dalam dolar, untuk mengkonversikan valuta asing
kembali ke dalam dolar.

E. HUBUNGAN PARITAS SUKU BUNGA DENGAN ARBITRASI


INTERNASIONAL
Paritas suku bunga (interest rate parity-IRP) adalah ketika kekuatan
pasar memaksa perubahan suku bunga dan kurs nilai tukar sedemikian
rupa sehingga arbitrase perlindungan suku bunga (Covered Interest
Arbitrage) tidak dapat dilakukan lagi dan terjadi keseimbangan. Pada
keseimbangan tersebut, kurs forward berbeda kurs spot pada jumlah
tertentu yang dapat mengompensasi perbedaan suku bunga antara dua
mata uang. Jika kurs forward  lebih kecil di bandingkan kurs spot, secara
implisit hal ini menunjukan bahwa terdapat diskon atas kurs forward.
Karenanya, arbitrase perlindungan suku bunga hanya akan memberikan
pengembalian yang tidak lebih tinggi dibandingkan dengan pengembalian
yang diperoleh dari investasi domestik. Jika suku bunga asing lebih kecil
dibandingkan suku bunga asal, hubungan IRP akan memperlihatkan
bahwa kurs forward memiliki premi.
Paritas suku bunga tidak menyatakan bahwa investor dari Negara
berbeda akan mendapatkan pengembalian yang sama. Hukum ini hanya
membandingkan investasi asing dengan investasi domestik atas sekuritas
berbasis bunga yang dilakukan seorang investor tertentu. Jika IRP terjadi,
investor tidak dapat menggunakan arbitrase perlindungan suku bunga
untuk memperoleh pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan
hasil yang diperoleh dari Negara asal mereka masing-masing.
Untuk menentukan secara khusus apakah hukum paritas suku
bunga berlaku, perlu untuk membandingkan kurs forward (atau diskon)
dengan kurs suku bunga yang terjadi pada waktu yang sama. Jika kurs
forward dan suku bunga yang digunakan tidak terjadi pada waktu yang
sama, maka hasilnya akan terdistorsi. Jika paritas suku bunga tidak
berlaku, arbitrase perrlindungan suku bunga harus dilakukan dengan
berbagai pertimbangan. Meskipun demikian, arbitrase perlindungan suku
bunga mungkin tidak menguntungkan karena berbagai karakteristik
investasi asing, termasuk biaya transaksi, risiko politik dan perbedaan
hukum pajak.

F. PARITAS SUKU BUNGA EKSIS


Untuk menentukan secara tepat apakah IRP eksis, perlu
membandingkan kuotasi kurs forward dan kuotasi suku bunga pada suatu
waktu tertentu. Jika kuotasi kurs forward dan suku bunga berasal dari
waktu yang berbeda, hasilnya bisa mengalami distorsi. Karena
terbatasnya data, sulit untuk mendapatkan kuotasi yang mencerminkan
waktu yang sama. Konsekuensinya, pengujian IRP bisa mengandung
sejumlah kesalahan. Walaupun begitu, hal ini tidak perlu menghambat
upaya-upaya untuk menguji keberadaan IRP Pengujian empiris mengenai
IRP telah dilakukan oleh Aliber, Branson, Frenkel dan Levich, Stokes
dan Neuburger, dan pihak-pihak lain. Hubungan aktual antara premium
(diskon) forward dengan perbedaan suku bunga secara umum
mendukung IRP Walaupun terdapat sejumlah deviasi, deviasi tersebut
tidak cukup besar untuk membuat covered interest arbitrage berharga
untuk dilakukan.

G. PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN PADA SAAT MENILAI


PARITAS SUKU BUNGA
Jika IRP tidak eksis, belum tentu covered interest arbitrage
cukup berharga untuk dilakukan. Hal ini disebabkan adanya biaya-biaya
potensial yang muncul jika berinvestasi di dalam negeri. Biaya-biaya
tersebut meliputi :
1. Biaya transaksi
Jika seorang investor ingin memperhitungkan biaya transaksi, titik
aktual yang mencerminkan selisih suku bunga dan premium kurs
forward harus jauh dari garis IRP agar covered interest arbitrage
layak dilakukan.
2. Kebijakan restriksi valuta
Suatu krisis di negara asing bisa membuat pemerintahnya membatasi
pertukaran valuta lokal dengan valuta-valuta lain. Dalam hal ini,
investor tidak bisa menggunakan dana sampai pemerintah asing yang
bersangkutan menghilangkan restriksi atas arus modal. Investor-
investor yang berinvestasi dalam obligasi pemerintah negara asing
juga bisa memiliki risiko wanprestasi, karena mereka tidak
sepenuhnya yakin bahwa pemerintah asing akan menjamin pelunasan
bunga dan pokok hutang pada saat jatuh tempo.
3. Undang-undang pajak
Perusahaan-perusahaan dan para investor menyadari sepenuhnya
dampak dari pajak atas penghasilan. Karena undang-undang pajak
bervariasi antarnegara, investor-investor dan perusahaan-perusahaan
yang membuka deposito di negara lain harus memahami undang-
undang pajak di negara yang bersangkutan. Covered interest
arbitrage bisa saja layak dilakukan sebelum aspek pajak
diperhitungkan dan kemudian menjadi tidak layak setelah pajak
diperhitungkan. Skenario semacam ini muncul karena berbedanya
undangundang pajak (atau tarif pajak) antara satu negara dengan
negara yang lain.

H. Paritas Daya Beli

Teori paritas daya beli adalah teori yang menyatakan bahwa nilai
tukar akan menyesuaikan diri dari waktu ke waktu untuk mencerminkan
selisih inflasi antara dua negara, akibatnya daya beli konsumen untuk
membeli produk-produk domestik akan sama dengan daya beli mereka
untuk membeli produk-produk luar negeri.
Bentuk absolut adalah teori yang menyatakan bahwa harga dari
dua produk homogen di negara-negara yang berada akan sama jika diukur
oleh valuta yang sama.

Bentuk relative adalah teori yang menyatakan bahwa laju


perubahan indeks harga di dua negara akan hamper sama jika diukur
memakai valuta yang sama, sepanjang biaya transportasi dan hambatan-
hambatan perdagangan tidak berubah.

1. Derivasi Paritas Daya Beli

Asumsikan bahwa indeks harga domestic (h) dan indeks-indeks harga


di sebuah negara asing (f) sama. Sekarang anggaplah bahwa dengan
berlalunya waktu, negara itu mengalami laju inflasi sebesar I h sementara
negara asing yang bermaksut mengalami inflasi sebesar I. Karena inflasi,
indeks harga barang domestik Ph menjadi :

Ph (1+ I h)

Indeks harga di negara asing ( Pf ¿ juga akan berubah karena inflasi di


negara tersebut :

Pf (1+ I f )

2. Latar Belakang Pemikiran Teori Paritas Daya Beli

Jika dua negara menghasilkan produk-produk yang saling


mensubstitusi, permintaan atas produk harus berubah jika laju inflasi
berbeda. Ketika harga-harga di AS meningkat 9% sementara di Inggris
5%. Hal ini awalnya akan menyebabkan konsumen AS meningkatkan
impor dari inggris dan konsumen inggris menurunkan impor dari AS
(karena harga-harga barang di Inggris naik dengan presentase yang lebih
rendah). Kedua dampak ini akan mendorongnilali pound untuk naik.
Perpindahan konsumsi dari AS ke Inggris akan terus terjadi sampai nilai
pound akan mengalami apresiasi sampai ke tingkat dimana (1) harga yang
dibayarkan untuk produk-produk Inggris oleh konsumen AS tidak lebih
rendah daripada harga dari produk-produk yang sebanding yang dibuat di
AS, dan (2) harga yang dibayarkan oleh konsumen Inggris untuk produk-
produk AS tidak lebih tinggi daripada harga yang dibayarkan untuk
produk-produk yang sama yang dibuat di Inggris. Besarnya apresiasi
pound yang dibutuhkan untuk mencapai ekuilibrium baru ini adalah 4%
seperti yang akan dijelaskan berikut ini.

Karena inflasi Inggris 5% dan apresiasi pound 4%, konsumen AS akan


membayar 9% lebih tinggi untuk produk-produk Inggris disbanding
sebelumnya (selama kondisi ekuilibrium awal). Ini sama dengan inflasi
AS yang sebesar 9%. Kajilah situasi dimana pound hanya mengalami
apresiasi 1%. Dalam hal ini, dimata konsumen AS, kenaikan harga barang-
barang Inggris sekitar 6% (inflasi 5% dan apresiasi pound 1%), yang lebih
rendah daripada kenaikan harga barang-barang AS sekitar 9%. Jadi, kita
memperkirakan konsumen AS akan terus mengalihkan konsumsi mereka
ke produk-prpoduk Inggris. Paritas daya beli mengimplikasikan bahwa
naiknay konsumsi AS akan produk-produk Inggris akan terus berlanjut
sampai pound mengalami apresiasi sebesar 4%. Setiap tingkat apresiasi
dibawah 4% berarti bahwa produk-produk Inggris masih lebih menarik
daripada produk-produk AS dari perspektif konsumen AS.

Dari perspektif konsumen Inggris, harga produk-produk AS


awalnyanaik 4% lebih tinggi daripada produk-produk Inggris. Jadi,
konsumen Inggris akan terus mengurangi impor dari AS sampai pound
berapresiasi cukup tinggi sampai barang-barang AS tidak lagi lebih mahal
daripada barang-barang yang sama yang ada di Inggris. Setelah apresiasi
pound mencapai 4%, harga-harga di AS akan sama dengan harga-harga
yang ada di Inggris dari perspektif konsumen Inggris. Lebih jelasnya, dari
mata konsumen Inggris, harga produk-produk AS pada akhirnyahanya
naik 5% (inflasi 9% dikurangi apresiasi pound Inggris sebesar 4% dimana
apresiasi pound mencerminkan penghematan bagi konsumen Inggris.

3. Menggunakan Paritas Daya Beli Untuk Melakukan Peramalan

Nilai baru dari kurs spot suatu valuta ( St +1 ¿ merupakan fungsi dari
kurs spot awal yang berada dalam kondisi ekuilibrium (S) dan selisih
inflasi, seperti yang ditunjukkan berikut ini :

( 1+1h )
St +1=S 1+
( ( 1+ I f )
−1
)
S (1+1h)
¿
( 1+ I f )

Versi sederhana (yang memberikan estimasi yang layak pada saat


selisih inflasi kecil) adalah :

St +1=S ¿

4. Analisis Grafik dari Paritas Daya Beli

Dengan menggunakan teori PPP, kita dapat menilai dampak potensial


dari inflasi atas nilai tukar. Garis paritas daya beli adalah garis diagonal
pada sebuah grafik yang mencerminkan titik-titik dimana selisih inflasi
dua negara sama dengan presentase perubahan nilai tukar antara valuta
kedua negara yang dimaksud.

5. Pengujian Teori Paritas Daya Beli

Teori PPP tidak hanya memberikan penjelasan tentang bagaimana


selisih laju inflasi relatife antara dua negara mempengaruhi nilai tukar,
tetapi juga memberikan informasi yang bisa digunakan untuk memprediksi
nilai tukar. Riset-riset penting telah dilakukan untuk menguji keberadaan
PPP. Salah satu metode yang digunakakn untuk menguji keberadaan PPP
adalah dengan memilih dua negara dan membandingkan selisih laju inflasi
keduanya dengan presentase perubahan nilai tukar valuta asing yang
dimaksud selama beberapa periode waktu. Selanjutnya, kita dapat
memplot tiap titik yang mewakili selisih laju inflasi dan presentase
perubahan nilai tukar pada semua grafik yang sama dengan grafik dan
kemudian menentukan apakah titik-titik ini menyerupai garis PPP atau
tidak. Jika titik-titik tersebut menyimpang secara substansial dari garis
PPP, maka persentaseperubahan nilai tukar actual tidak dipengaruhi oleh
selisih inflasi seperti yang dinyatakan oleh teori PPP.

Studi terbaru yang dilakukan oleh Hakkio menemukan bahwa pada saat
nilai tukar menyimpang jauh dari nilai yang disiratkan oleh teori PPP, nilai
tukar tersebut bergerak mendekati garis PPP. Walaupun hubungan antara
selisih inflasi dengan perubahan nilai tukar tidak sempurna bahkan dalam
jangka panjang sekalipun, riset Hakkio mendukung pemanfaatan selisish
inflasi untuk memprediksi pergerakan nilai tukra dalam jangka panjang.

Walaupun hasil yang terdapat pada setiap grafik berlainan, sejumlah hal
umum berlaku bagi semua grafik. Persentase perubahan nilai tukar
biasanya lebih bergejolak daripada selisih inflasi. Jadi, nilai tukar berubah
dengan persentase yang lebih besar dari apa yang diperkirakan oleh teori
PPP. Dalam tahun-tahun tertentu, arah perubahan valuta malah
bertentangan dengan teori PPP.

6. Mengapa Paritas Daya Beli Tidak Terjadi

Dua alasan yang paling sering dikemukakan tentang mengapa PPP


tidak terjadi secara terus-menerus adalah karena adanya :

a. Faktor-faktor lain yang berpengaruh


Nilai tukar dipengaruhi oleh faktor-faktor lain selain selisih inflasi. Ingat
bahwa perbedaan suku bunga dan tingkat pendapatan nasional serta
control pemerintah adalah penting.
b. Tidak ada produk substitusi
Ide dibelakang teori PPP adalah bahwa segera setelah harga-harga di
sebuah negara menjadi relatif lebih tinggi., negara lain akan mengurangi
impor dari negara tersebut dari negara tersebut dan beralih ke produk-
produk domestik. Pengalihan ini mempengaruhi nilai tukar.

7. Keterbatasan Dalam Pengujian Paritas Daya Beli

Salah satu keterbatasan dalam pengujian PPP adalah bahwa hasil


pengujian akan bervariasi menurut periode dasar yang digunakan. Sebagai
contoh, jika tahun 1978 digunakan sebagai periode dasar, sebagian besar
periode berikutnya akan memperlihatkan nilai dolar yang relatif
overvalued, sebaliknya, jika tahun 1984 digunakan sebagai periode dasar,
dolar mungkin terlihat undervalued dalam periode berikutnya.

Periode dasar yang dipilih harus mencerminkan suatu posisi


ekuilibrium, karena periode berikutnya akan dievaluasi dalam
perbandingannya dengan periode dasar. Bahkan, salah satu alasan utama
penghapusan / penolakan sistem nilai tukar tetap adalah kesulitan dalam
mengidentifikasi nilai tukar ekuilibrium.

I. Dampak Fisher Internasional

Selain teori PPP, teori penting lain dalam keungan internasional


adalah teori dampak Fisher Internasional. Teori IFE menggunakan suku
bunga, bukan selisih laju inflasi, untuk menjelaskan mengapa nilai tukar
berubah sepanjang waktu. Tetapi teori IFE berhubungan erat dengan teori
PPP karena suku bunga sering kali berkorelasi erat dengan laju inflasi.
Menurut apa yang dinamakakn dengan dampak fisher, suku bunga bebas-
resiko nominal mengandung tingkat pengembalian riil dan ekspektasi
inflasi. Jika investor-investor dari semua negara meminta tingkat
pengembalian riil yang sama, perbedaan suku bunga antar negara mungkin
ditimbulkan oleh perbedaan dalam ekspektasi inflasi.

Ingat bahwa teori PPP menyiratkan bahwa pergerakan nilai tukar


disebabkan oleh perbedaan laju inflasi. Jika suku bunga riil sama dengan
semua negara, maka setiap perbedaan dalam suku bunga nominal
ditimbulkan oleh perbedaan dalam ekspektasi inflasi. Teori IFE
menyatakan bahwa valuta-valuta asing yang memiliki suku bunga relatif
tinggi akan mengalami depresiasi karena suku bunga nominal yang tinggi
mencerminkan ekspektasi inflasi yang tinggi pula. Suku bunga nominal
juga akan mengandung resiko wanprestasi dari suatu investasi.

1. Derivasi Dampak Fisher Internasional


Pertama yaitu pengembalian actual bagi investor yang berinvestasi
dalam sekuritas-sekuritas pasar uang (seperti deposito perbankan jangka
pendek) di negara asal mereka adalah suku bunga yang ditawarkan oleh
sekuritas-sekuritas tersebut.

2. Analisa Grafik dari Dampak Fisher Internansional


Grafik IFE adalah grafik diagonal pada grafik yang mencerminkan
titik-titik dimana selisih suku bunga antara dua negara sama dengan
persentase perubahan dalam nilai tukar antara valuta-valuta dari negara-
negara yang bersangkutan.

3. Pengujian Atas Dampak Fisher Internasional


Apakah IFE eksis dalam realita tergantung pada periode waktu
tertentu yang diuji. Dari tahun 1974 hingga 1977, suku bunga AS secara
umum lebih rendah dari suku bunga luar negeri. Sesuai dengan apa yang
diprediksi oleh teori IFE, valuta-valuta asing mengalami depresiasi
terhadap dolar AS selama periode ini. Dari tahun 1978 hingga 1979, suku
bunga AS secara umum lebih tinggi daripada suku bungha di luar negeri,
dan valuta-valuta asing menguat selama periode ini (sekali lagi
mendukung teori IFE). Walaupun teori IFE terbukti valid selama sejumlah
periode waktu tertentu, tetapi teori ini tidak valid selamanya.
Sebuah studi lain yang dilakukan oleh Thomas berupaya menguji teori IFE
dengan mengkaji hasil dari (1) pembelian kontrak currency future yang
memiliki suku bunga tinggi dan mengandung diskon dan (2) penjualan
kontrak-kontrak currency future yang memiliki suku bunga rendah dan
mengandung premium.
4. Mengapa Dampak Fisher Internasional Tidak Muncul
Paritas daya belli tidak eksis selama periode-periode tertentu.
Karena dampak Fisher Internasional didasarkan pada paritas daya beli,
maka IFE juga tidak terus-menerus eksis. Karena terdapat faktor-faktor
selain inflasi yang mempengaruhi nilai tukar, nilai tukar tidak berubah
sesuai dengan selisih inflasi. Jika faktor-faktor tertentu mnedorong nilai
valuta untuk turun, maka faktor-faktor tersebut akan menghilangkan
dorongan kenaikan nilai valuta yang diciptakan oleh selisih inflasi.
Konsekuensinya, investasi luar negeri akan memberikan pengembalian
yang lebih tinggi kepada investor-investor AS daripada investasi domestik,

J. Perbandingan Antara Teori IRP, PPP, Dan IFE

Teori Variabel-Variabel Kunci Kesimpulan Teori

1. Premium (diskon) kurs


Paritas Suku Kurs forward suatu valuta
forward
Bunga (IRP) dalam hubungannya dengan
2. Selisih suku bunga
valuta lain akan mengandung
premium sesuai selisih suku
bunga antara dua negara.
Karenanya, covered interest
arbitrage tidak akan
memberikan pengembalian
yang lebih baik daripada
pengembalian domestik

Paritas Daya 1. Persentase perubahan Kurs spot dalam suatu valuta


Beli (PPP) kurs spot dalam hubungannya dengan
2. Selisih inflasi valuta lain akan berubah
sebagai reaksi terhadap
perbedaan laju inflasi antara dua
negara. Konsekuensnya, daya
beli konsumen pada saat
membeli barang di dalam
negerinya sendiri akan sama
dengan daya beli mereka pada
saat mengimporbarang dari
negara lain.

Dampak 1. Persentase perubahan Kurs spot dari suatu valuta


Fisher kurs spot dalam hubungannya dengan
Internasiona 2. Selisih suku bunga valuta lain akan berubah sesuai
l dengan selisih suku bunga
antara dua negara.
Konsekuensinya, dari perspektif
investor domestic asal,
pengembalian dari sekuritas-
sekuritas pasar uang luar negeri
secara rata-rata tidak akan lebih
baik dibanding pengembalian
dari sekuritas-sekuritas pasar
uang domestik.

Anda mungkin juga menyukai