OLEH :
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tindakan pengambilan keuntungan atau “arbitrasi” saat ini marak
terjadi dan telah menggunacang sejumlah pasar modal di beberapa negara
termasuk di Indonesia. Arbitrasi ini tidak hanya bersifat locational namun
juga triangular dan covered interest arbitrage. Salah satu tindakan arbitrasi
yang cukup mengguncang perekonomian Indonesia terjadi di tahun 1998.
Pada tahun tersebut nilai dolar naik secara signifikan sehingga
melemahkan beberapa mata uang di negara Asia termasuk Indonesia. Nilai
rupiah menukik tajam hingga mencapai lebih dari Rp 16.000,-/US$.
Kondisi ini juga semakin diperburuk dengan banyaknya spekulan yang
membeli dolar dan menjual rupiah sehingga nilai rupiah semakin terpuruk.
Oleh karena itu untuk dapat mengantisipasi hal tersebut dia tas dan
memanfaaatkan fluktuasi nilai tukar suatu mata uang maka dirasa perlu
untuk mempelajari konsep-konsep teori dan perhitungan arbitrasi
internasional.
Inflasi merupakan salah satu indikator perekonomian yang penting,
laju perubahannya selalu diupayakan rendah dan stabil agar tidak
menimbulkan penyakit makroekonomi yang nantinya akan memberikan
dampak ketidakstabilan dalam perekonomian. Inflasi yang tinggi dan tidak
stabil merupakan cerminan akan kecenderungan naiknya tingkat harga
barang dan jasa secara umum dan terus menerusselama periode waktu
tertentu.
Kurs merupakan salah satu harga yang lebih penting dalam
perekonomian terbuka, karena ditentukan oleh adanya keseimbangan
antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar, mengingat
pengaruhnya yang besar bagi neraca berjalan maupun bagi variabel-
variabel makroekonomi lainnya. Kurs dapat dijadikan alat untuk
mengukur kondisiperekonomian suatu negara. Pertumbuhan nilai mata
uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi
ekonomi yang relatif baik atau stabil (Dornbusch, 2008:453). Indonesia
sebagai negara yang banyak mengimpor bahan baku industri mengalami
dampak dari ketidakstabilan kurs ini, yang dapat dilihat dari rnelonjaknya
biaya produksi sehingga menyebabkan harga barang-barang hasil produksi
Indonesia mengalami peningkatan.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
BAB II
PEMBAHASAN
Teori paritas daya beli adalah teori yang menyatakan bahwa nilai
tukar akan menyesuaikan diri dari waktu ke waktu untuk mencerminkan
selisih inflasi antara dua negara, akibatnya daya beli konsumen untuk
membeli produk-produk domestik akan sama dengan daya beli mereka
untuk membeli produk-produk luar negeri.
Bentuk absolut adalah teori yang menyatakan bahwa harga dari
dua produk homogen di negara-negara yang berada akan sama jika diukur
oleh valuta yang sama.
Ph (1+ I h)
Pf (1+ I f )
Nilai baru dari kurs spot suatu valuta ( St +1 ¿ merupakan fungsi dari
kurs spot awal yang berada dalam kondisi ekuilibrium (S) dan selisih
inflasi, seperti yang ditunjukkan berikut ini :
( 1+1h )
St +1=S 1+
( ( 1+ I f )
−1
)
S (1+1h)
¿
( 1+ I f )
St +1=S ¿
Studi terbaru yang dilakukan oleh Hakkio menemukan bahwa pada saat
nilai tukar menyimpang jauh dari nilai yang disiratkan oleh teori PPP, nilai
tukar tersebut bergerak mendekati garis PPP. Walaupun hubungan antara
selisih inflasi dengan perubahan nilai tukar tidak sempurna bahkan dalam
jangka panjang sekalipun, riset Hakkio mendukung pemanfaatan selisish
inflasi untuk memprediksi pergerakan nilai tukra dalam jangka panjang.
Walaupun hasil yang terdapat pada setiap grafik berlainan, sejumlah hal
umum berlaku bagi semua grafik. Persentase perubahan nilai tukar
biasanya lebih bergejolak daripada selisih inflasi. Jadi, nilai tukar berubah
dengan persentase yang lebih besar dari apa yang diperkirakan oleh teori
PPP. Dalam tahun-tahun tertentu, arah perubahan valuta malah
bertentangan dengan teori PPP.