Anda di halaman 1dari 26

SATUAN ACARA PENYULUHAN

POLA ASUH ANAK

DISUSUN OLEH :

MESI ROSLAINA 1210105065

NURUL FILZA 1210105073

OLLYVIA MERLINA 1210105074

RESSA NOVIYA A 1210105076

RIRIN SRI RAHAYU 1210105079

SIGIT SYAHPUTRA 1210105080

PRE KLINIK KEPERAWATAN

STIKes ALIFAH

RSJ PROF. HB SAANIN PADANG

2016
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Pembimbing Klinik

(Ns. Fristy Andriani M. Kep)

Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik

(Ns. Alber Tanjung, M. Kep) (Ns. Diana Arianti,S.Kep)


SATUAN ACARA PENYULUHAN
POLA ASUH ANAK

A. Latar Belakang

Anak adalah harapan orang tua harapan masa depan keluarga bahkan bangsa, oleh
sebab itu perlu dipersiapkan agar kelak menjadi manusia yang berkualitas, sehat,
bermoral dan berguna bagi dirinya, keluarga, agama dan bangsanya. Anak seharusnya
perlu dipersiapkan sejak dini agar mereka mendapatkan pola asuh yang benar saat
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Pola asuh yang baik menjadikan
anak berkepribadian kuat, tak mudah putus asa, dan bertanggung jawab menghadapi
hidup yang penuh dengan warna warni atau romantika hidup.

Orang Tua selalu menginginkan kehidupan anaknya menjadi anak yang sempurna
tanpa mau memahami bahwa sebagai orang tua harus merubah diri sendiri terlebih dahulu
sebelum anak itu lahir.

Sekarang ini terdapat berbagai dampak pada masyarakat, baik yang positif maupun
yang negatif. Dampak positif globalisasi adalah perkembangan teknologi yang semakin
canggih sehingga mempermudah seseorang untuk memperoleh berbagai informasi yang
tidak terbatas. Informasi dapat berupa hiburan, pengetahuan dan teknologi, yang diperoleh
dan berbagai cara seperti : TV, Video, Film-Film, Internet dan sebagainya. Kemudahan
informasi memang memuaskan rasa ingin tahu kita serta dapat mengubah nilai dan pola
hidup seseorang, termasuk sikap orang tua terhadap anaknya dan pola asuh yang
diterapkan dalam mendidik anak dan remaja.

Sedangkan dampak negatif yang ditakuti adalah gaya hidup yang sangat menonjolkan
sifat individualistik dan bebas. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyak timbulnya
masalah psikososial pada remaja seperti penyalah gunaan narkotika dan obat terlarang,
perilaku seks bebas dan menyimpang, kriminalitas anak, perkelahian massal (tawuran),
sehingga banyak mengakibatkan kegagalan pendidikan, atau kegagalan di bidang lain.
Dampak negatif era globalisasi ini lebih cepat diadopsi oleh anak- anak sehingga mereka
sangat rentan terhadap pengaruh negatif globalisasi tersebut.
Bagaimana semua informasi dan pengaruh itu agar tidak berdampak buruk?
Sebagai orang tua tentu berharap mereka dapat menyaring informasi apa yang
berguna yang patut dicontoh dan apa yang dapat merugikan yang harus dijauhinya.
Kepandaian anak dan remaja dalam menyiasati hal tersebut tentu tidak lepas dan
peran orang tua dalam memberikan pola asuh dan pendidikan yang tepat bagi anak-
anaknya dan orang orang yang ada di sekelilingnya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan para keluarga mampu mengetahui
konsep pola asuh anak
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 15-30 keluarga menit dapat :
1. Memberikan pemahaman yang lebih dalam terkait dengan
pola pengasuhan anak dan remaja dalam keluarga.
2. Memberikan masukan bagi ibu-ibu untuk bisa membimbing
anak-anaknya dengan penuh kasih sayang.
3. Dapat menemukan trik yang jitu dalam pengasuhan anak.
4. Bisa berbagi ilmu pengetahuan tentang anak dan remaja.

C. Pelaksanaan Kegiatan

1. Pokok Bahasan : Memahami Pola Asuh Anak


2. Sasaran dan Target : Keluarga Pasien
3. Metode : Ceramah,diskusi ,tanya jawab
4. Media dan Alat : Laptop,infocus,LCD,Leaflet
5. Waktu : Sabtu,26 Maret 2015
6. Tempat : Diklat RSJ. Prof. HB Saanin ,Padang
7. Pengorganisasian
 Moderator : Ollyvia Merlina
 Presenter : Ririn Sri Rahayu
 Observer : Ressa Noviya Agesta
 Fasilitator : Nurul Filza
Sigit Syahputra
Messy Roslaina
8. Uraian Tugas

a. Moderator
1. Membuka acara.
2. Memberikan salam.
3. Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing.
4. Menjelaskan tujuan dan topik.
5. Menjelaskan kontrak waktu.
6. Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri (presenter).
7. Mengarahkan alur diskusi.
8. Memimpin jalannya diskusi.
9. Menutup acara.

b. Presenter
 Mempersiapkan materi untuk penyuluhan.
 Mengali pengetahuan keluarga tentang pola asuh anak
 Menjelaskan materi mengenai pola asuh anak
 Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan.

c. Observer
Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir.

d. Fasilitator
 Menyiapkan tempat dan media sebelum mulai
 Mengatur teknik acara sebelum penyuluhan
 Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya penyuluhan.
 Memotivasi keluarga untuk mengajukan pertanyaan saat moderator
memberikan kesempatan bertanya
 Membantu dalam menanggapi pertanyaan dari peserta.
 Membagikan leaflet kepada peserta di akhir penyuluhan
9. Setting Tempat

KETERANGAN:
LCD
1. : LCD

2. : Moderator

3. : Presenter

4. : Fasilitator
MEJA LCD 5. : Observer

6. : Peserta

10. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Peserta


1. 5 meniit Pembukaan
 Mengucapkan salam  Menjawab
 Memperkenalkan mahasiswa
dan pembimbing  Mendengarkan dan
 Menjelaskan tujuan memperhatikan
penyuluhan
 Menjelaskan kontrak waktu  Menyetujui

 Mendengarkan dan
memperhatikan
2. 20 menit Pelaksanaan
 Menggali pengetahuan klien  Mengemukakan
tentang konsep pola asuh anak pendapat
 Memberikan reinforcement  Mendengarkan.
positif atas jawaban pesertaa
 Menjelaskan tentang  Mendengarkan dan
pengertian dari pola asuh memperhatikan.
anak
 Menyebutkan bentuk pola  Mengemukakan
asuh anak pendapat.
 Menyebutkan faktor faktor  Mendengarkan.
yang mempengaruhi pola
asuh anak  Mendengarkan dan
 Menjelaskan pola asuh anak memperhatikan.
terhadap orang tua  Mengemukakan
 Menjelaskan profil tingkah pendapat.
laku anak  Mendengarkan.
 Memberikan reinforcement
positif  Mendengarkan dan
 Meluruskan konsep cara memperhatikan.
mengatasi gangguan belajar .
pada anak

3. Penutup
 Proses tanya jawab  Memberikan
- Memberikan pertanyaan
kesempatan pada
audien untuk bertanya
- Memberi
reinforcement
- Menjawab pertanyaan
audien  Memperhatikan
 Menyimpulkan materi
bersama audien  Berpartisipasi
 Melakukan evaluasi  Menjawab salam
 Menutup dan memberi salam

11. Materi (terlampir)

12. Krietria Evaluasi


a. Evaluasi Struktur
1. Laporan telah dikoordinasi sesuai rencana.
2. Penyuluhan dilakukan di diklat RSJ. Prof. HB Saanin Padang
3. Peserta menghadiri penyuluhan.
4. Tempat, media, dan alat penyuluhan lengkap dan sesuai rencana

b. Evaluasi Proses
1. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan.
2. Waktu yang direncanakan sesuai dengan pelaksanaan.
3. Peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan.
4. Peserta tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan.

c. Evaluasi Hasil
Peserta mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh penyuluh
yaitu sesuai dengan tujuan khusus peserta dapat menyebutkan :
1. 75% Keluarga pasien dapat menjelaskan pengertian dari pola asuh anak
2. 75% keluarga pasien dapat menyebutkan bentuk pola asuh anak
3. 50% keluarga pasien dapat menyebutkan faktor faktor yang
mempengaruhi pola asuh anak
4. 75% keluarga pasien dapat menjelaskan profil tingkah laku anak
5. 50% keluarga pasien dapat menjelaskan cara mengatasi gangguan belajar
pada anak

13. Penutup
Demikianlah proposal penyuluhan ini kami ajukan dalam rangka memenuhi tugas
praktek preklinik keperawatan Jiwa RSJ Prof HB Sa’anin Padang, atas perhatian
dan kesempatan yang diberikan kami ucapkan terima kasih.
Padang , Maret 2016
Mahasiswa STIKes Alifah
Ketua Kelompok

(Srimutia Rahayu)

Disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Alber Tanjung, M. Kep) (Ns. Agustian, S.Kep)


LAMPIRAN MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Kehilangan (Loss)


Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak,yaitu bagaimana cara
sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak,termasuk cara penerapan
aturan,mengajarkan nilai / norma,memberikan perhatian dan kasih sayang serta
menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya
(Theresia,2009)
Pola Asuh menurut agama adalah cara memperlakukan anak sesuai dengan
ajaran agama berartimemehami anak dari berbagai aspek,dan memahami anak
dengan memberikan ola asuh yang baik ,menjaga anak dan harta anak yatim,
menerima, mamberi perlindungan, pemeliharaan, perawatan dan kasih sayang sebaik
– baiknya (QS Al Baqoroh:220)

Dari beberapa pengertian maka yang dimaksud pola asuh dalam penelitian
ini adalah cara orang tua bertndak sebagai suatu aktivitas kompleks yang melibatkan
banyak perilaku spesifik secara individu atau bersama – sama sebagai serangkaian
usaha aktif untuk mengarahkan anaknya.

B. Bentuk Pola Asuh Anak


Macam – macam Pola Asuh Orang Tua
Menurut Baumrind,(dikutip oleh Wawan Junaidi,2010), terdapat 4 macam pola
asuh orang tua :

1. Pola Asuh Demokratis


Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak,
akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini
bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-
pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak
berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga
memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan,
dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
2. Pola asuh Otoriter
Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,
biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung
memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang
dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak.
Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya
bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya
untuk mengerti mengenai anaknya.

3. Pola asuh Permisif


Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan
kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup
darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak
sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka.
Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh
anak.

4. Pola asuh Penelantar


Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat
minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan
pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk
anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan
psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu
memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.

Dampak atau pengaruh pola asuh orang tua terhadap anak – anak menurut
Baumrind, (dikutip oleh Ira, 2006) adalah:
Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak - anak yang
mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu
menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan koperatif terhadap
orang-orang lain.
Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut,
pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma,
berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.
Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang agresif,
tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri dan
kurang matang secara sosial.
Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang agresif,
kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, harga diri yang rendah, sering
bolos dan bermasalah dengan teman.

C. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Anak


Setiap orang mempunyai sejarah sendiri – sendiri dan latar belakang
yang seringkali sangat jauh berbeda. Perbedaan ini sangat memungkinkan terjadinya
pola asuh yang berbeda terhadap anak. Menurut Maccoby & Mc loby ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu:
Sosial ekonomi
1. Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau
pergaulan yang dibentuk oleh orang tua maupun anak dengan
lingkungan sekitarnya. Anak yang sosial ekonaminya rendah cenderung
tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan
tidak pernah mengenal bangku pendidikan sama sekali karena
terkendala oleh status ekonomi.
2. Pendidikan: Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang
diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia
menjadi dewasa. Latar belakang pendidikan orang tua dapat
mempengaruhi pola pikir orang tua baik formal maupun non formal
kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau harapan orang tua kepada
anaknya.
3. Nilai-nilai agama yang dianut orang tua: Nilai – nilai agama juga
menjadi salah satu hal yang penting yang ditanamkan orang tua pada
anak dalam pengasuhan yang mereka lakukan sehingga lembaga
keagamaan juga turut berperan didalamnya.
4. Kepribadian: Dalam mengasuh anak orang tua bukan hanya mampu
mengkomunikasikan fakta, gagasan dan pengetahuan saja, melainkan
membantu menumbuhkembangkan kepribadian anak (Riyanto, 2002).
Pendapat tersebut merujuk pada teori Humanistik yang menitikberatkan
pendidikan bertumpu pada peserta didik, artinya anak perlu mendapat
perhatian dalam membangun sistem pendidikan. Apabila anak telah
menunjukkan gejala-gejala yang kurang baik, berarti mereka sudah
tidak menunjukkan niat belajar yang sesungguhnya. Kalau gejala ini
dibiarkan terus akan menjadi masalah di dalam mencapai keberhasilan
belajarnya.
5. Jumlah anak: Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi
pola asuh yang diterapkan orang tua. Semakin banyak jumlah anak
dalam keluarga, maka ada kecenderungan bahwa orang tua tidak begitu
menerapkan pola pengasuhan secara maksimal pada anak karena
perhatian dan waktunya terbagi antara anak yang satu dengan anak yang
lainnya, (Okta Sofia, 2009).

D. Pola Asuh Anak Terhadap Orang Tua


Dalam kehidupan sehari-hari orang tua secara sadar atau tidak memberikan
contoh yang kurang baik terhadap anaknya.misalnya meminta tolong dengan nada
mengancam, tidak mau mendengarkan cerita anak tentang sesuatu hal, member
nasihat tidak pada tempatnya dantidal pada waktu yang tepat, berbicara kasar pada
anak,terlalu mementingkan diri sendiri, tidak mau mengakui kesalahan yang telah
dilakukan.Beberapa contoh sikap dan perilaku diatas berdampak negative terhadap
perkembangan jiwa anak.Sehingga efek negative yang terjadi adalah anak memiliki
sikap keras hati,manja, keras kepala, pemalas, pemalu dam lain- lain.Semua perilaku
diatas dipengaruhi oleh pola pendidikan orng tua .Pola asuh orang tua akan
mempengaruhi perkembangan jiwa ana.Tipe kepemimpinan orang tua berdampak
pada pol aasuh yamg terhadap anaknya,Disisi lain pola asuh orang tua bersifat
demikkratis atau otoriter, atau bahkan pada sisis lain bersifat laissez faire atau tipe
campuran antara demokratis dan otoriter, (Syaiful, 2004)
Pola Perlakuan orang tua

1. Overprotection (terlalu melindungi)

Perilaku Orang Tua:


 Kontak berlebihan pada anak
 Pemberian bantuan yang terus menerus, meskipun anak sudah mampu sendiri
 Pengawasan kegiatan anak yang berlebihan
 Memcahkan masalah anak

Profil Tingkahlaku Anak:


 Perasaan tidak aman
 Agresif dan dengki
 Mudah merasa gugup
 Melarikan diri dari kenyataan
 Sangat tergantung
 Ingin menjdi pusat perhatian
 Bersikap menyerah
 Kurang mampu mengendalikan emosi
 Menolak tanggung jawab
 Suka bertengkar
 Sulit bergaul
 Pembuat onar (troubelmaker)

2. Pola Perilaku Orangtua: Permissiveness (pembolehan)

 Perilaku Orangtua
Memberikan kebebasan untuk berfikir
Menerima pendapat
Membuat anak lebih diterima dan merasa kuat
Toleran dan memahami kelemahan anak
Cenderung lebih suka member yang diminta anak daripada menerima

Profil Tingkahlaku Anak


 Pandai mencari jalan keluar
 Dapat bekerjasama
 Percaya diri
 Penuntut dan tidak sabaran

3. Pola Perilaku Orangtua: Rejection (Penolakan)

Perilaku Orangtua
 Bersikap masa bodoh
 Bersikap kaku
 Kurang memperdulikan kesejahteraan anak
 Menampilkan sikap permusuhan atau dominasi terhadap anak

Profil Tingkahlaku Anak


 Agresif(mudah mara,gelisah, tidak patuh, suka bertengkar dan nakal)
 Submissive(kurang dapat mengerjakan tugas, pemalu suka mengasingkan diri, mudah
tersinggung dan penakut)
 Sulit bergaul
 Pendiam
 Sadis

4. Pola Perilaku Orangtua: Acceptance (penerimaan)

Perilaku Orangtua
 Memberikan perhatian dan cinta kasih yang tulus pada anak
 Menempatkan anak pada posisi yang penting di dalam rumah
 Mengebangkan hubungan yang hangat dengan anak
 Bersikap respek terhadap anak
 Mendorong anak untuk menyatakan perasaan atau pendapatnya
 Berkomunikasi dengan anak secara terbuka dan mau mendengarkan masalahnya

Profil Tingkahlaku Anak


 Mau bekerjasama
 Bersahabat
 Loyal
 Emosinya stabil
 Ceria dan bersikap optimis
 Mau menerima tanggung jawab
 Jujur
 Dapat dipercaya
 Memiliki perencanaan baik di masa depan
 Bersikap realistic (memahami kelebihan dan kekurangan secara obyektif)

5. Pola Perilaku Orangtua: Domination (dominasi)

Perilaku Orangtua
 Mendominasi Anak

Profil Tingkahlaku Anak


 Bersikap sopan dan sangat hati-hati
 Pemalu, penurut, dan mudah bingung
 Tidak dapat bekerjasama

6. Pola Perilaku Orangtua: . Submission (penyerahan)

Perilaku Orangtua
 Selalu memberi sesuatu yang diminta anak
 Membiarkan anak berperilaku semaunya sendiri
Profil Tingkahlaku Anak
 Tidak patuh
 Tidak bertanggung jawab
 Agresif dan teledor
 Bersikap otoriter
 Terlalu percaya diri

7. Pola Perilaku Orangtua: Punitiveness/Overdiscipline (terlalu disiplin)

Perilaku Orangtua
 Mudah memberikan hukuman
 Menanamkan kedisiplinan sangat keras

Profil Tingkahlaku Anak


 Impulsif
 Tidak dapat mengambil keputusan
 Nakal
 Sikap bermusuhan atau gresif

Sumber: dari Syamsu Yusuf. 2009 dalam Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja

Dari ketujuh sikap atau perlakuan orangtua itu, tampak bahwa sikap . acceptance
merupakan yang paling baik untuk dimiliki atau dikembangkan oleh orang tua (Syamsu,
2009)
Dari penelitian yang dilakukan oleh Diana Baumrind mengemukakan dua hasil
penelitian yaitu : (1) ada 4 gaya perlakuan orang tua yaitu: Authoritarian, permissive,
authoritative, dan negalectfull. (2) dampak gaya perlakuan orang tua terhadap perilaku
anak

E. Parenting Style Pada Anak


1. Parenting Style: Authoritarian
 Sikap atau Perilaku Orang Tua
 Sikap acceptance rendah, namun kontrolnya tinggi.
 Suka menghukum secara fisik
 Bersikap mengomando (mengharuskan / memerintah anak untuk
melakukan sesuatu tanpa kompromi)
 Bersikap kaku (keras)
 Cenderung emosional dan bersikap menolak

Profil Tingkah Laku Anak


 Mudah tersinggung
 Penakut
 Pemurung, tidak bahagia
 Mudah terpengaruh
 Mudah stres
 Tidak mempunyai arah masa depan
 Tidak bersahabat

2. Parenting Style: Permisiveness

Sikap atau Perilaku Orang Tua


 Sikap acceptancenya tingi, namun kontrolnya rendah
 Memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan /
keinginannmya.

Profil Tingkah Laku Anak


 Bersikap impulsif dan agresif
 Suka memberontak
 Kurang memikliki rasa percaya diri dan pengendalian diri
 Suka mendominasi
 Tidak jelas arah hidupnya
 Prestasinya rendah

3. Parenting Style: Authoritative


Sikap atau Perilaku Orang Tua
 Sikap acceptance dan kontrolnya tinggi.
 Bersikap responsif terhadap kebutuhan anak
 Mendorong anak untuk menyatakan pendapat
 Memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk

Profil Tingkah Laku Anak


 Bersikap bersahabat
 Memiliki rasa percaya diri
 Mampu mengendalikan diri
 Bersikap sopan
 Mau bekerjasama
 Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
 Mempunyai tujuan dan arah hidup yang jelas
 Berorientasi terhadap prestasi

Sumber: dari Syamsu Yusuf. 2009 dalam Psikologi Perkembangan Anak Dan
Remaja.

F. Anak Prasekolah
Anak Prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun (Biechler dan
Snowman,)
Anak yang terkategori para sekolah adalah anak dengan usia 3-5 tahun, (Elizabeth B.
Hurlock )mengatakan bahwa kurun usia pra sekolah disebut sebagai masa keemasan
(the golden age).

 Perkembangan Anak Prasekolah


Menurut Hurlock mengemukakan bahwa lima tahun pertama disebut dengan The
Golden Years. Anak mengalami kecepatan kemajuan yang sangat cepat. Tidak
hanya fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Anak bukan seoarang bayi lagi
melainkan seorang yang sedang dalam proses awal mencari jati dirinya. Anak sudah
menjadi cikal bakal manusia dewasa. Anak sulit diatur dan mulai sadar bahwa
dirinya juga manusia yang mandiri.

Ciri – ciri masa kanak – kanak awal dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Masa kanak – kanak awal merupakan masa “Preschool Age”.
Masa ini adalah masa anak sebelum anak masuk pendidikan formal
(SD).
2. Masa kanak – kanak awal merupakan masa “ Pregang Age”
Masa ini anak belajar dasar – dasar dari tingkah laku untuk mempersiapkan
dirinya bagi kehidupan bersama.
3. Masa kanak – kanak awal merupakan masa “Hunter Age”
Masa ini anak senang menyalidiki dan ingin tahu apa yang ada disekitarnya.
4. Masa kanak – kanak awal merupakan masa “Problem Age”
Anak menunjukkan banyak problem tingkah laku yang harus diperhatikan
oleh orang tua.

G. Peran Keluarga dalam Pengasuhan Anak


Beberapa peran keluarga dalam pengasuhan anak adalah sebagai berikut:

Terjalinnya hubungan yang harmonis dalam keluarga melalui penerapan pola asuh
islami sejak dini, yakni:

Pengasuhan dan pemeliharaan anak dimulai sejak pra konsepsi pernikahan.


Ada tuntunan bagi orangtua laki-laki maupun perempuan untuk memilih pasangan
yang terbaik sesuai tuntunan agama dengan maksud bahwa orangtua yang baik
kemungkinan besar akan mampu mengasuh anak dengan baik pula.
Pengasuhan dan perawatan anak saat dalam kandungan, setelah lahir dan sampai
masa dewasa dan seterusnya diberikan dengan memberikan kasih sayang
sepenuhnya dan membimbing anak beragama menyembah Allah SWT.
Memberikan pendidikan yang terbaik pada anak,terutam pendidikan agama.
Orangtua yang salih adalah model terbaik untuk memberi pendidikan agama kepada
anak-anak. Penanaman jiwa agam yang dimulai dari keluarga, semenjak anak masih
kecil dengan cara membiasakan anak dengan tingkah laku yang baik. Dengan
mencontoh keteladanan Rasulullah SAW adalah dengan menanamkan nilai-nilai
akhlakul kharimah.
Agama yang ditanamkan pada anak bukan hanya karena agama keturunan
tetapi bagaimana anak mampu mencapai kesadaran pribadi untuk ber-Tuhan
sehingga melaksanakan semua aturan agama

Kesabaran dan ketulusan hati. Sikap sabar dan ketulusan hati orangtua dapat
mengantarkan kesuksesan anak. Begitu pula memupuk kesabaran anak sangat
diperlukan sebagai upaya meningkatkan pengendalian diri. Kesabaran menjadi hal
yang penting dalam hidup manusia sebab bila kesabaran tertanam dalam diri
seseorang dengan baik maka seseorang akan mampu mengendalikan diri dan berbuat
yang terbaik untuk kehidupannya.

Secara psikologis dapat ditelusuri bahwa bila anak dilatih untuk memiliki sifat
sabar dengan bekal agama yang dimiliki akan berimplikasi positif bagi kehidupan
anak secara pribadi dan bagi orang lain/masyarakat secara luas, diantaranya:

Mewujudkan keselehan sosial dan kesalehan individu yaitu dengan


terwujudnya kualitas keimanan pada individu dan masyarakat yang bertaqwa,
beriman dan beramal saleh. Seseorang yang memiliki kesalehan sosial yang tinggi
memiliki empati, sosialisasi diri, kesetiakawanan, keramahan, mengendalikan
amarah, kemandirian, sikap ketenangan dan teratur berfikir serta cermat bertindak.
Sikap yang ditunjukkan akibat kesabaran diri akan membuat individu mudah
bergaul, dengan rasa aman dan damai, tanpa kekerasan. Sikap tersebut akan mampu
memupuk konsep diri seseorang.
Dapat membina hubungan yang baik antar individu dan punya semangat
persaudaraan.
Saat seseorang dalam kesabaran akan bertumpu pada nilai ketaqwaan dan
ketaatan pada Allah SWT. Seseorang yang berada dalam keimanan dan ketaqwaan
sebagaimana janji Tuhan akan memiliki jiwa yang tenang. Dalam jiwa seorang yang
tenang akan menstabilkan tekanan pada amygdale (system saraf emosi), sehingga
emosi stabil. Dalam keadaan emosi yang stabil, seorang mudah mengedalikan diri
dengan baik.

Orangtua wajib mengusahakan kebahagian bagi anak dan menerima keadaan


anak apa adanya, mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT , serta
mengembangkan potensi yang dimiliki anak. Orangtua perlu tahu bahwa anak
memiliki potensi yang luar biasa dan kesuksesan seseorang bukan mutlak ditentukan
oleh kecerdasan intelektual saja (hanya sekedar IQ tinggi) akan tetapi kecerdasan itu
bersifat majemuk.

Menurut Gardner bahwa pada diri anak dikenal istilah multiple


intellegensi/kecerdasan ganda, yaitu:
 Kecerdasan linguistik: meliputi kemampuan dalam hal mengarang, membaca
maupun berkomunikasi verbal. Tipe kecerdasan ini banyak dikuasai oleh
mereka yang berprofesi maupun orator.
 Kecerdasan logika-matematika. Jenis kecerdasan ini dapat membantu
seseorang menemukan solusi persoalan yang melibatkan perhitungan angka.
 Kecerdasan visual-spasial. Tipe kecerdasan ini memudahkan seseorang untuk
menemukan arah, menggunakan peta dan melihat objek dari berbagai sudut.
 Kecerdasan gerak tubuh/kinestesis. Pada tipe kecerdasan ini banyak dikuasai
oleh olahragawan, penari,pemahat maupun dokter bedah.
 Kecerdasan musical. Tipe kecerdasn ini berkembang dengan sangat baik
pada musisi, penyanyi dan composer.
 Kecerdasan interpersonal. Tipe kecerdasn ini memudahkan seseorang untuk
memahami dan bekerja dengan dirinya sendiri.
 Kecerdasan intrarpersonal. Tipe kecerdasan ini adalah adany kemampuan
memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut.
 Kecerdasan natural. Tipe kecerdasan ini adalah adanya kemampuan untuk
bekerjasama dan menyelaraskan diri dengan alam.
 Kecerdasan spiritual dan kecerdasan eksistensial.
 Mendisiplinkan anak dengan kasih sayang secara bersikap adil.
 Komunikatif dengan anak. Membicarakan hal yang ingin diketahui anak,
dengan menjawab pertanyaan anak secara baik, misalkan; membicarakan
pendidikan seks dan orangtua penting memberikan pendidikan seks sejak
dini.
 Memahami anak dengan segala aktivtasnya, termasuk pergaulannya, (Rifa,
2009)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. 2003. Ilmu Pendidikan. Jakarta. PT Rineka Cipta.


Alimul, Hidayat. 2007. Metode Penelitian dan Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
Arikunto. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: . PT Rineka Cipta.
Azwar, S. 2009. Metode penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Bahri.S. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga. Jakarta. PT Rineka
Cipta.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Galihjoko, 2009. Pengaruh Tingkat pendidikan orang tua terhadap pola asuh anak pada
masyarakat. Dari Http: www.indoskripsi.com. Diakses tanggal 22 Maret 2010
Godam64. 2008. Jenis /Macam Tipe Pol Aasuh Orang Tua Pada Anak Dan Cara
Mendidik/Mengasuh Anak Yang Baik. Dari Http:www.Organisasi.org
komunitas dan perpustakaan online.Diakses taanggal 22 Maret 2010.
Junaidi, W. 2010. Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua. Dari Http: www.blogspot.com.
Diakses tanggal 22 Maret 2010
Latipun. 2005. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press.
Nasir. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ngalim. 2009. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan Bidan). . Jakarta:
Salemba Medika.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Patmonodewo,S. 2003. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta. PT Rineka

Anda mungkin juga menyukai