Anda di halaman 1dari 9

6.

Penatalaksanaan farmakologi dan non famakologi pada kasus di skenario

 GEA
Terapi farmakologi:
- Terapi Rehidrasi
Langkah pertama dalam mengobati diare adalah dengan rehidrasi, yang lebih disukai
dengan rehidrasi oral. Akumulasi kehilangan cairan (dengan perhitungan kasar dengan
perhitungan berat normal pasien dan berat badan saat pasien mengalami diare) harus
ditangani terlebih dahulu. Selanjutnya, menangani kehilangan cairan dan cairan untuk
pemeliharaan. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan untuk memberikan rehidrasi
yang cepat dan akurat, yaitu:
a. Jenis cairan
Pada saat ini, Ringer Lactate adalah cairan pilihan karena tersedia di pasaran,
walaupun jumlah potasium lebih rendah jika dibandingkan dengan kadar potasium
dalam tinja. Jika cairan ini tidak tersedia, isotonik NaCl dapat diberikan. Satu
ampul 7,5% 50% Na bikarbonat harus ditambahkan ke setiap satu liter infus NaCl
isotonik. Asidosis akan diobati dalam 1-4 jam. Dalam kasus diare akut ringan awal,
tersedia di pasaran cairan / bubuk ORS, yang dapat diambil sebagai upaya awal
untuk mencegah dehidrasi dengan berbagai konsekuensi. Rehidrasi oral (ORS)
harus mengandung garam dan glukosa yang dikombinasikan dengan air.
b. Jumlah Cairan
Pada prinsipnya, jumlah cairan yang akan diberikan sesuai dengan jumlah cairan
yang keluar dari tubuh. Kehilangan cairan dari tubuh dapat dihitung dengan
menggunakan Metode Daldiyono berdasarkan kondisi klinis dengan skor.
Rehidrasi cairan dapat diberikan dalam 1-2 jam untuk mencapai kondisi rehidrasi.
Skor Daldiyono:
c. Jalur pemasukan cairan
Rute pemberian cairan pada orang dewasa terbatas pada pemberian oral dan
intravena. Untuk pemberian oral, larutan oralit diberikan dalam komposisi mulai
dari 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g Na bikarbonat, dan 1,5 g KCI per liter. Cairan
oral juga digunakan untuk mempertahankan hidrasi setelah rehidrasi awal.

- Terapi Simtomatik
Pemberian terapi simptomatik harus hati-hati dan setelah itu benar-benar diperhatikan
karena ada lebih banyak kerugian daripada manfaatnya. Ini harus dipertimbangkan
dalam pemberian antiemetik, karena metoklopropamid misalnya dapat memberikan
kejang pada anak-anak dan remaja karena stimulasi ekstrapiramidal. Pada diare akut
ringan kecuali rehidrasi oral, jika tidak ada kontraindikasi, dapat dianggap pemberian
Bismuth subsalisilat atau loperamide dalam waktu singkat. Pada diare parah, obat-
obatan ini dapat dipertimbangkan dalam waktu singkat pemberian dikombinasikan
dengan pemberian obat antimikroba.

- Terapi Antibiotik
Antibiotik empiris jarang diindikasikan pada infeksi diare akut, karena 40% kasus
diare sembuh kurang dari 3 hari tanpa antibiotik. Antibiotik diindikasikan pada pasien
dengan gejala dan tanda-tanda diare menular, seperti demam, tinja berdarah, leukosit
dalam tinja, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau
menyelamatkan jiwa pada diare menular, diare pada wisatawan dan pasien dengan
gangguan imun. Pemberian antibiotik dapat dilakukan secara empiris, tetapi antibiotik
spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman.

o Terapi antibiotik empiris:


o Terapi antibiotik pada diare akut:
 Intoksikasi makanan
Pertolongan pertama dalam kasus keracunan makanan meliputi:
1) Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air sebanyak mungkin atau diberi susu
yang telah dicampur dengan telur mentah.
2) Agar perut bebas dari racun, beri norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3 kali
berturut-turut dalam jam yang setia.
3) Santan kental dan air kelapa hijau dicampur dengan 1 sendok makan garam bisa
menjadi alternatif jika norit tidak tersedia.
4) Jika pasien sadar, cobalah muntah. Lakukan ini dengan memasukkan jari ke
kerongkongan tenggorokan dan posisi tubuh lebih tinggi dari kepala untuk
memudahkan kontraksi
5) Jika pasien tidak sadar, bawa pasien ke rumah sakit atau dokter terdekat untuk
perawatan intensif.

Langkah-langkah manajemen untuk keracunan makanan adalah sebagai berikut:


1) Tindakan Darurat18
Meskipun tidak ada keadaan darurat yang ditemukan, setiap kasus keracunan harus
diperlakukan sebagai situasi darurat yang mengancam jiwa. Evaluasi tanda-tanda vital
seperti jalan napas, sirkulasi, dan penurunan kesadaran harus dilakukan dengan cepat.
Airway : Bebaskan jalan nafas, hisap lendir atau cairan dalam saluran
pernafasan.
Breathing : Berikan bantu nafas dengan kanul, face mask, atau bagging bila
penderita tidak bernafas spontan atau pernafasan tidak adekuat
Circulation : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki
perfusi jaringan (Dex. 5%).

2) Secondary Survey18
a. Bila racun ditelan:
- Encerkan racun yang ada dalam lambung dan menghalangi penyerapannya
dengan cara memberikan cairan dalam jumlah yang banyak. Cairan yang
digunakan adalah air biasa, susu, norit yang telah dilarutkan. Upayakan
penderita memuntahkan racunnya, dilakukan dalam 4 jam setelah racun
ditelan.
- Bawa juga muntahan penderita untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.
- Jangan melakukan muntah buatan pada penderita dengan keracunan zat
korosif dan/atau penderita tidak sadar.
b. Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha
mencari penyebab keracunan tidak sampai menunda usaha – usaha penyelamatan
penderita yang harus segera di lakukan.
c. Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan
merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon aktif
dan membersihkan usus
d. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau asam,
dosis multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfusi.

3) Eliminasi
Emesis, merangsang pasien untuk muntah pada pasien yang sadar atau dengan
memberikan sirup ipecac 15-30 ml. Dapat diulangi setelah 20 menit jika tidak
berhasil. Catharsis, (lavage usus), dengan pemberian laksan jika racun itu diduga telah
tertipu dan besar. Bilas lambung, pada pasien dengan penurunan kesadaran, atau pada
pasien yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif ketika tukak lambung dilakukan
dalam waktu 4 jam setelah keracunan. Emesis, katarsis, dan tukak lambung hanya
boleh dilakukan jika keracunan terjadi dalam waktu kurang dari 4-6 jam. pada koma
sedang hingga berat, tindakan lumbar lambung harus dilakukan dengan bantuan
tabung endotrakeal kosong untuk mencegah pneumonia aspirasi.

4) Anti dotum (Penangkal Racun)


Atropin sulfat (SA) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada
penumpukan.
Awalnya diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
Diikuti oleh 0,5 hingga 1 mg setiap 5-10 - 15 menit sam p ai timbul gejala-GEJ ala
atropinisasi (pembilasan, mulut kering, takikardia, midriasis, demam dan psikosis).
Kemudian interval diperpanjang setiap 15 - 30 - 60 menit kemudian setiap 2-4 - 6 - 8
dan 12 jam.
Penyediaan SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam. Penghentian mendadak dapat
menyebabkan efek rebound dalam bentuk edema paru dan gagal napas akut yang
sering berakibat fatal.

Penatalaksanaan juga dapat dilakukan sesuai dengan penyebab antara lain:


a. Keracunan Clostridium Botulinum
 Netralisasi dengan mengkonsumsi banyak cairan
 Upayakan muntah dengan pemberian Na-Bic
 Kuras lambung
 Antidot ABS dosis 1 vial setiap 4 jam.
b. Keracunan makanan laut
 Netralisasi dengan mengkonsumsi banyak cairan
 Upayakan muntah dengan pemberian Na-Bic
 Kuras lambung
 Berikan nafas buatan bila perlu
c. Keracunan jengkol
 Minum air putih yang banyak
 Pemberian anlgetik untuk menghilangkan rasa sakitnya.
d. Keracunan jamur
 Netralisasi dengan mengkonsumsi cairan
 Upayakan untuk memuntahkan
 Berikan norit 1-2 sendok makan dengan air hangat
 Berikan antidotum Sulfas Atropin 1 mg IV
 Jika mengandung metilhidrazin berikan piridoksin 25 mg/kg BB IV
 Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
 Diet tinggi karbohidrat
e. Keracunan singkong
 Netralisasi dengan mengkonsumsi cairan
 Upayakan muntah
 Berikan norit 1-2 sendok makan dengan air hangat berikan Amil Nitrit 1 amp
0,2 ml.
 Berikan antidotum Natrium Nitrit 3% IV, stop bila Tekanan Darah < 80
mmHg.
 Berikan 50 ml larutan Na Tiosulfat 25 % IV
 Berikan oksigen 100%
f. Keracunan tempe bongkrek
 Netralisasi dengan mengkonsumsi cairan
 Upayakan untuk memuntahkan
 Kuras lambung bila perlu
 Berikan norit 1-2 sendok makan dengan air hangat
 Berikan nafas buatan bila perlu
g. Keracunan makanan basi
 Netralisasikan dengan minum banyak cairan
 Upayakan untuk memuntahkan
 Berikan norit 1-2 sendok makan dengan air hangat
 Obati seperti kasus gastroenteritis.

 Terapi non-farmakologis dalam kasus dalam skenario:


- Hindari makanan dan minuman yang tidak bersih
- Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum dan sesudah makan
- Cuci tangan dengan sabun dan air bersih setelah buang air besar
- Gunakan air bersih untuk memasak
- Buang air besar di toilet
- Bersihkan bahan masakan sebelum dimasak dengan air bersih
- Masak sampai matang

Sumber:
1. Barr, w. and smith, a. (2017). [online] Available at: http://Acute Diarrhea in Adults
WENDY BARR, MD, MPH, MSCE, and ANDREW SMITH, MD Lawrence Family
Medicine Residency, Lawrence, Massachusetts [Accessed 5 Mar. 2017].
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II eidsi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009
3. Amin L. Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical Education. 2015;42(7):504-8.
4. Arisman. 2009. Keracunan Makanan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC
5. Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER).
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/food-poisoning/symptoms-
causes/syc-20356230. 2017

Anda mungkin juga menyukai