Bioerosi terkendali :
Konsep penghantaran obat pengaruh balik terkendali telah digunakan untuk
pengembangan suatu sistem penghantaran obat bioerosi terkendali oleh Heller dan
Trescony
Sistem berisikan obat yang terdispersi dalam pembawa yang terbiodegradasi
Terbuat daripada poli (vinyl metil eter) setengah ester (monolitik matriks), yang
dilapisi dengan pelapis urease pada permukaan yang immobilitas (gambar 29)
Di dalam suatu larutan yang mendekati pH netral
Polimer hanya tererosi
Dengan adanya urea, urease pada permukaan sistem penghantaran obat memetabolis
urea untuk membentuk amonia
Menyebabkan pH akan meningkat dan mempercepat degradasi pembawa polimer
Dengan sendirinya terjadi pelepasan molekul obat
Beberapa hal yang rasional untuk penghantaran obat pada bagian sasaran :
1. Penghantaran eksklusif untuk kompartemen spesifik (dan/atau penyakit)
2. Jalan masuk untuk bagian yang tidak tercapai dengan cara-cara sebelumnya, misalnya
organisme infeksi intraseluler
3. Penghindaran obat dan tubuh daripada penempatan yang tidak diketahui yang
mengatur reaksi dan metabolisme yang tidak diingini
4. Pengawalan kecepatan dan cara-cara penghantaran untuk reseptor farmakologi
5. Pengurangan dalam jumlah penggunaan zat aktif yang prinsipil dan efisien.
Beberapa bahan yang digunakan adalah berupa polimer terbiodegradasi, lipofilik atau
hidrofilik, albumin, eritrosit dan polimer-polimer berikut : polisteirin, polimetakrilat,
kopolimer dan polialkilsianoakrilat dll.
Pendekatan dari sudut antibodi adalah penggunaan suatu monoklonal antibodi dapat
memberikan respon yang berbeda terhadap molekul obat yang berbeda. Dengan demikian
merupakan keharusan untuk mengevaluasi kembali keberhasilan dalam sistem penghantaran
obat. Suatu laporan menyatakan bahwa lokalisai istimewa insulin dalam limfa yang
menggunakan liposom sebagai pembawa dengan pemberian melalui intramuskuler. Telah
didapati didalam limfa tersebut hanya 3-4% dari dosis yang diberikan. Dalam hal ini yang
menjadi pertanyaan, apakah ini pentargetan ? penyelidikan yang menghasilkan hal serupa
juga telah dilakukan dengan pembawa menggunakan senyawa berlebel ( radioaktif ).
Penggunaan vindisine dalam keadaan bebas dapat juga digunakan tanpa efek toksik pada
dosis tinggi, konyugasi monoklonal. Pada dosis tinggi dapat menekan pertumbuhan tumor
85%. Rowland berpendapat bahwa peningkatan indeks terapi tidak menjamin keberhasilan
suatu pengobatan.
Sistem penghantaran obat ke tempat spesifik atau penargetan obat, pada dasarnya
memperpanjang pelepasan obat, untuk mencapai dan menjaga konsentrasi obat berada pada
rentang daerah kadar terapeutik dalam tubuh, sehingga tidak terjadi pemberian obat yang
berulang-ulang seperti gambar (1) dan secara teoritis untuk memperlama dan menjaga
konsentrasi obat dalam organisme, perlu dipertimbangkan proses absorpsi dan eliminasi obat
dengan kemungkinan antara lain memperpanjang :
1. Absorpsi
2. Metabolisme
3. Sekresi
Untuk memperpanjang pelepasan obat juga dilakukan melalui pendekatan farmakologi
seperti :
1. Penambahan vasokonstriktor pada anestetik lokal yang akan memperpanjang kerja
lokal (misalnya injeksi prokain adrenalin)
2. Pemberian obat kedua secara simultan yang juga dieksresi melalui ginjal, misalnya
penisilin dan probenesid, yang akan menghambat eksresi renal dari penisilin.
3. Pemberian inhibitor sistem enzim yang bertanggung jawab terhadap biotransformasi,
misalnya inhibitor asetilkholin esterase, seperti neostigmin atau piridostigmin
bromida, yang akan memperlama kerja asetilkholin karena akan menghambat
hidrolisis dalam organisme.
Gambar 1
Ketiga diatas sudah jarang dilakukan, sekarang dengan cara pengontrolan kecepatan
pelepasan obat dari sediaan yang dicapai dengan modifikasi kimia atau teknologi khusus.
Suatu molekul dapat dimodifikasi :
Peningkatan masa, Pembentukan garam tidak larut atau hampir tidak larut. Contoh penisilin,
waktu paruh biologi benzil penisilin ½ jam, Oleh sebab itu diberikan 4-6 kali setiap hari
secara intravena sebesar 300-600mg obat dengan mengganti garam prokain penisilin maka
kadar bakteriostatik penisilin dalam tubuh 24 jam injeksi sehingga dosis hanya 300mg, 1-2
kali sehari cukup bahan yang kurang larut, benzatin penisilin bisa sampai 10 hari dengan
dosis 230-920 mg dengan interval 5-7hari cukup.
Hal tersebut juga bisa diperhatikan pada modifikasi sulfonamida. Dimana terjadi perbedaan
waktu paruh biologi antara : sulfatiazol dengan sulfafurazol, sulfadiazin, sulfametoksidiazin,
dan sulfadimetoksin, sehingga terjadi pula interval pemberian.
Definisi
1. Sediaan lepas diperlama (extended release dosage forms) : suatu sediaan yang, karena
menggunakan teknologi pembuatan khusus, melepas bahan aktif segera sesudah
pemberian dosis tunggal, serta dapat mempertahankan kadar terapeutik obat dalam
rentang waktu selama 8-12 jam.
2. Sediaan pelepasan terkendali ( controlled release dosage forms) : suatu sediaan yang,
karena menggunakan teknologi pembuatan khusus, menunjukan kinetika pelepasan
obat menurut kinetika orde nol dalam jumlah yang cukup untuk menjaga/
mempertahankan kadar obat selama waktu perpanjangan (24jam/lebih)
3. Sistem teraupetik (therapeutic system) :suatu alat atau sediaan yang mengandung
bahan yang bersifat terapeutik (obat) atau campurannya yang, karena konstruksinya,
mempertahankan pelepasan pada kecepatan konstan menurut kinetika nol selama
waktu tertentu atau tempat tertentu diaplikasikan.
4. Depot : terminologi yang sering digunakan terkait dengan sediaan pemberian obat
oral. Perpanjangan diperoleh sebagai hasil dari penyalutan (coating) atau pembalutan
(embeding).
5. Produk kerja lama atau diperlama (long action or prolonged action product) : suatu
sediaan yang mengandung bahan aktif yang telah mengalami modifikasi kimia untuk
memperpanjang waktu paruh biologi obat.
6. Eksipien ( excipients, auxilary substances) : bahan kimia dengan berbagai ragam sifat
fisika dan kimia, diaplikasikan selama pemuatan sediaan farmasi. Dalam banayk
hal/kasus tidak menunjukan kerja farmakologi dalam jumlah yang digunakan, akan
tetapi dapat mengganggu kinetika pelepasan obat dan absorpsi obat.
7. Penyalutan ( coating ) : proses teknologi aplikasi bahan yang membentuk membran
yang mampu mengontrol pelepasan obat dari partikel obat, granul atau pelet atau
keseluruhan sediaan (tablet).
8. Pembalutan (embeding) : proses teknologi pencampuran obat dengan eksipien atau
campurannya agar terjadi perubahan kecepatan pelepasan obat.
9. Barier difusi ( diffusion barier) : dibuat ini untuk menyalut atau membalut dan
menjadi faktor yang mengontrol kecepatan pelepasan obat.
10. Adsorbsi ( adsorption) : proses teknologi pengikat obat dengan adsorben tidak larut
untuk memperlama kecepatan pelepasan obat.
11. Formulasi matrik misal tablet matrik : kasus spesifik pembalutan obat dalam eksipien
tidak larut untuk mencapai pelepasan diperlama menurut hukum akar kuadrat.
Terminologi higuchi ini juga digunakan untuk matriks zat hidrofilik yang apabila
berkontrak dengan air membentuk suatu gel berviskositas tinggi.
12. Formulasi multikompartemen kasul, tablet : suatu sediaan yang terdiri atas banyak
elemen kecil seperti mikrosfer atau pelet salut) yang berbeda-beda kecepatan
pelepasannya.
13. Liberasi : proses lewat (passage) obat kedalam cairan yang mengelilingi suatu
sediaan, terdiri atas disolusi. Secara mendasar terminologi ini diaplikasikan untuk
proses in vivo yang diharapkan dapat direproduksi untuk kondisi in vitro yang
dinamakan uji disolusi.
Pada gambar berikut dapat model pelepasan obat dari bermacam formulasi sediaan
oral, atau bermacam-macam tipe pelepasan obat dari sediaan farmasi.
Gambar
Gambar Gambar
Gambar gambar