Anda di halaman 1dari 1

Monolog “Awal Kesuksesan”

Mungkin tidak ada manusia yang sempurna. Tapi cinta yang tulus dari orang berharga di
hidupmu akan membuat setiap detik yang terlewat bagai hadiah terindah dari sang pencipta, tapi
tidak untukku.
Suatu hari, saat seluk beluk kehidupan di mulai. Seperti biasa tak ada seorangpun yang
menganggapku ada. (Berjalan dan memperhatikan sekitar, lalu menghela nafas dan
menundukkan kepala.) “Setiap hari selalu begini. Bukannya aku tidak bersyukur Tuhan. Hanya
saja, kehidupan seperti ini membuatku lemah pada segala hal. Hidup yang hampa, seperti
sampah yang tak berguna.” (Tangan memegang dada dengan wajah sedih.) “Aku bisa tertawa
kepada semua orang, tapi kenapa tidak ada yang mau tersenyum kepadaku? Apa aku tidak pantas
hidup dan dihargai?” (Terjatuh sambil menutup wajah dengan kedua tangan dan menangis)
“Sekali saja Tuhan, hanya sedetikpun tidak apa. Satu kali saja ada orang yang peduli padaku, aku
akan menghargainya seumur hidup.” (Seketika menghapus air mata dan tersenyum penuh arti.)
“Tapi aku yakin Tuhan itu adil. Selalu memberi kemudahan pada hidup setiap hambanya.”
Semenjak itu, setiap waktu yang terlewat kulakukan dengan terus belajar dan berusaha
menunjukkan pada dunia bahwa aku ada. Aku pantas untuk dianggap oleh orang lain. Karena, itu
tujuan hidupku. “Mungkin dulu langit boleh menertawakan hidupku. Dulu hujan boleh
seenaknya menenggelamkanku dalam ribuan titik airnya yang jatuh. Tapi sekarang, aku percaya
bahwa Tuhan itu sangat adil, ada saat aku harus jatuh dan terbang dengan sayap kerja keras
karena keyakinan yang utuh.” Kita sebagai manusia, hendaknya selalu berjuang memperbaiki
segalanya. Tetap meneruskan hidup demi mencapai hal yang kita impikan.

Anda mungkin juga menyukai