Anda di halaman 1dari 11

THANK YOU, GOODBYE.

STORY BY RAIHAN RAMADHANA

INSPIRED BY PERSONA: WALKING AT NIGHT

WRITTEN BY RAIHAN RAMADHANA

PREMIS : Seorang laki-laki yang baru saja kehilangan


pacarnya ingin menjalani hidup yang tenang, namun
dia sering mendapat mimpi dimana ia bertemu dengan
pacarnya.

KARAKTER :

LAPISAN DALAM DIRI

Nama Fikar
Umur 25 tahun
Wants Ingin pacarnya kembali hidup
Needs Ingin hidup damai
Strength - Pintar menyembunyikan emosinya
- Pintar merangkai kata-kata
Weakness - Tidak bisa hidup tanpa pacarnya
- Pemalu
- Introvert

Nama Gita
Umur 23 tahun
Wants Ingin melanjutkan pendidikannya di
luar negeri
Needs Ingin hidup damai bersama pacarnya
Strength - Ramah
- Ceria
- Mandiri
Weakness - Sudah mati

LAPISAN LUAR DIRI

Fikar : Pria penulis novel yang tidak suka


berinteraksi dengan orang lain,
berkacamata, rambutnya hitam agak
kecoklatan, tidak terlalu tinggi dan tidak
terlalu pendek.

Gita : Wanita yang bercita-cita menjadi chef,


selalu tersenyum, selalu berpakaian warna
terang, agak tinggi.
1. EXT. JALAN KOMPLEK. MALAM (FIKAR)
Fikar melihat kesana kemari dengan bingung, karena ini pertama
kalinya dia ada di jalanan tersebut. Namun saat dia melihat
plang nama jalan tersebut dia langsung tau dia berada dimana.

2. EXT. JALAN KOMPLEK. MALAM (FIKAR, GITA)


Fikar melihat sosok yang familiar, lalu dia menghampiri orang
itu.

FIKAR
Gita? Ini beneran kamu?

Gita membalikkan badannya, lalu menyapa Fikar.

GITA
Hai Fik, kita ketemu lagi.

FIKAR
Tapi… kamu kan udah…

GITA
Hehe, tapi aku disini kan. Kamu gimana kabarnya? Baik-baik aja
kan?

FIKAR
(terbata-bata) Ah baik-baik aja. Tapi aku masih bingung, kok
bisa? Kamu kan…

GITA
Udah itu gak penting, yang penting kan aku bisa ketemu kamu
lagi, kamu gak kangen sama aku emangnya?

FIKAR
Yah, kalo dibilang gitu sih…
3. EXT. JALAN KOMPLEK. MALAM (FIKAR, GITA)
Fikar dan Gita berjalan di jalanan yang sepi. Fikar terus-
terusan melihat Gita, masih tidak percaya dia bisa bertemu
dengan Gita lagi.

GITA
Fik, kamu inget gak dulu kita sering kesini dulu pas abis
pulang sekolah? Bisa sampai malam kita nongkrong disitu
(sambil menunjuk ke sebuah kafe).

FIKAR
Oh iya aku ingat kafe itu.

Lalu Fikar mendapatkan sebuah ide.

FIKAR
Eh Git, kamu mau gak kesitu, udah lama kita gak ke kafe itu.

GITA
Nah kamu ngerti akhirnya maksud aku nunjuk kafe itu, hehe. Ayo
Fik, kita kesana.

4. EXT. TERAS KAFE. MALAM (FIKAR, GITA)


Fikar dan Gita duduk di teras kafe, lalu pelayan datang untuk
mencatat pesanan mereka.

GITA
Saya pesan shortcake coklatnya dan tropical punch ya mas. Kamu
pesan apa Fik?

FIKAR
Saya pesan milkshake coklat saja mas.
Lalu pelayan pergi untuk menyiapkan pesanan mereka berdua.
Fikar dan Gita melanjutkan percakapan mereka.

GITA
Sekarang kamu lagi ngapain aja Fik? Masih lanjut nulis novel?

FIKAR
Masih, kemarin aku baru aja meeting sama manajerku, buat
ngerencanain perilisan novel selanjutnya.

GITA
Wah keren, tentang apa novelnya kali ini.

FIKAR
Aku belum ada ide buat ceritanya kali ini, sebetulnya aku
masih agak enggan buat nulis cerita lagi, kalau aku udah masuk
ke dunia itu aku udah susah untuk diajak berinteraksi sama
orang lain. Itu yang buat aku menyesal sampai sekarang, banyak
waktu berharga yang aku lewatin.

Gita terdiam mendengar kata-kata Fikar. Setelah beberapa saat


pesanan mereka datang.

GITA
Nah udah dateng nih pesanan kita, aku makan dulu yaa…

Gita langsung melahap short cake coklatnya. Fikar menatapnya


dengan tatapan kosong.

GITA
Kenapa Fik? Kok kamu gak minum milkshakenya?
FIKAR
Ah, gak apa-apa Git. (lalu Fikar meminum milkshakenya).

GITA
Kamu mau coba shortcake punyaku?

FIKAR
Gausah Git, aku cukup milkshake aja.

GITA
Udah sini cobain, kamu belum pernah cobain ini kan.

Fikar pindah ke samping Gita, lalu mengambil garpunya dan


mengambil potongan shortcakenya.

GITA
Gimana? Enak kan?

FIKAR
Hmm… biasa aja sih.

GITA
Ah kamu mah selalu deh, makanan apapun dibilang biasa aja. Apa
sih yang menurut kamu enak?

FIKAR
Yang kamu bikin sendiri enak.

GITA
(pipinya memerah) B-Bisa-bisanya ya kamu…

FIKAR
Hehe, tapi emang beneran enak kok kalo kamu yang bikin.
GITA
Ciee… udah bisa senyum nih sekarang, daritadi cemberut terus
soalnya.

Mendengar kata-kata itu Fikar kembali terdiam. Gita juga ikut


terdiam. Suasana jadi hening sampai mereka selesai
menghabiskan pesanan mereka.

5. EXT. JALAN KOMPLEK. MALAM. (FIKAR, GITA)


Fikar dan Gita kembali berjalan di jalanan yang gelap itu.
Gita masih agak canggung dengan situasi diam sejak dari kafe
tadi. Fikar juga tidak mengucapkan satu patah kata.

FIKAR
Git… aku mau tanya sesuatu

GITA
Mau tanya apa Fik?

FIKAR
Sebetulnya kenapa kamu disini? Kamu kan udah mati beberapa
hari yang lalu. Apa ini karena aku gak datang ke pemakamanmu?

Gita terdiam beberapa saat untuk menjawab pertanyaan itu.


Tidak lama setelahnya dia baru berbicara.

GITA
Sebenarnya aku juga mau nanya Fik, kenapa kamu gak datang
waktu itu? Apa kamu benci sama aku karena aku ngambil ‘jalan
pintas’?

FIKAR
Aku gak datang waktu itu karena aku pikir kamu mati itu karena
salahku, mungkin aku berbuat atau ngomong sesuatu yang bikin
kamu sakit hati. Karena aku sebenarnya juga baru tau kondisi
kamu yang sebenarnya gimana. Kenapa Git? Kenapa kamu gak
pernah cerita kalau kamu sebenarnya gak bahagia dengan
pekerjaan dan lingkunganmu? Apa kamu juga gak bahagia
denganku?

GITA
Bukan begitu Fik, jangan salah sangka. Aku bahagia sama kamu,
sangat bahagia. Justru karena itu aku gabisa ceritain itu
semua ke kamu. Aku tau kamu sibuk dengan semua pekerjaanmu
itu, makanya aku gamau ganggu kamu dengan masalahku, biar
masalahku aku yang tangani sendiri. Dan untuk kenapa aku ambil
‘jalan pintas’ itu karena aku, di satu titik tertentu, udah
gak bisa nahan itu semua. Aku bukannya nyalahin kamu karena
gak peduli sama aku, gak sama sekali. Tapi aku gak mau
ngebebanin hidupmu lagi, dan aku pikir udah saatnya kamu
berhenti bergantung sama aku, karena aku sebenarnya bukan
orang yang bisa selamanya kamu percayain buat hidup kamu.

FIKAR
Maaf ya, selama ini aku terlalu sibuk, sampai aku lupa bahwa
ada kamu di hidupku. Aku terus-terusan minta tolong sama kamu
tanpa aku peduli kalau kamu butuh bantuan atau tidak.
Seandainya aku bisa memutar waktu lagi ke waktu itu, saat aku
pertama kali ketemu sama kamu. Mungkin aku bakal milih untuk
gak ketemu sama kamu, biar rasa sakit ini gak pernah aku
rasain.
GITA
Fik, jangan pernah menyesal kalau kita, ini semua, berakhir.
Harusnya kamu bisa berbahagia karena ini pernah terjadi dalam
hidupmu. Memang kematianku gabisa dibilang sebagai sesuatu
yang bahagia sama sekali, tapi kamu harus move on dengan
hidupmu sendiri, udah saatnya kamu bertindak sesuai dengan
kehendakmu sendiri, gak dengan bantuan orang lain lagi. Kamu
harus bisa mandiri sekarang.

FIKAR
Yah… ada benarnya. Aku terlalu bergantung sama orang lain,
terutama kamu. Dan aku terlalu takut untuk berinteraksi dengan
orang yang gak aku kenal. Mulai sekarang aku harus merubah
semuanya itu. Makasih Git buat semua yang udah kamu berikan ke
aku.

GITA
Makasih juga Fik kamu udah mau ketemu lagi sama aku buat yang
terakhir kalinya.

Lalu Fikar dan Gita berpelukan untuk waktu yang cukup lama.

GITA
Fik, waktuku udah hampir abis. Aku mau pamit sama kamu.
Makasih yah udah nemenin aku buat yang terakhir kalinya.

FIKAR
Aku yang harusnya berterimakasih sama kamu Git, kamu udah mau
maafin aku karena gak datang ke pemakamanmu. Maaf juga karena
aku udah gabisa jadi yang terbaik buat kamu.

GITA
Ah sudahlah, lupain aja hehe. Udah gih sana, sebentar lagi
kamu bakalan bangun dari mimpimu.
Lalu Fikar mulai berjalan menjauhi Gita, namun tiba-tiba Gita
berteriak

GITA
FIK!!!

FIKAR
(menoleh) Ada apa Git?

GITA
Aku bakalan senang banget kalau kamu jadiin ini semua untuk
cerita novelmu yang baru. Kutunggu yaa…

6. INT. RUMAH FIKAR. KAMAR TIDUR. PAGI (FIKAR)


Fikar terbangun dari tidurnya. Dia langsung duduk di kasurnya.
Dia mengambil hapenya untuk mengecek waktu, menunjukkan pukul
6 pagi. Dia membuka galeri foto di hapenya, dan melihat
fotonya bersama Gita.

FIKAR
Terimakasih Gita. Selamat tinggal.

Dia menghapus foto itu.

THE END

Anda mungkin juga menyukai