Anda di halaman 1dari 3

1. Apa yang dimaksud dengan Online-To-Offline Commerce?

O2O adalah suatu konsep e-commerce yang menghubungkan antara


saluran online dan offline (toko fisik). O2O menarik pengguna/pelanggan melalui
media online seperti email, iklan internet, ataupun media sosial, kemudian mengajak
pelanggan tersebut untuk melakukan pembelanjaan secara offline.  Konsep O2O (Online-
to-Offline) pada dasarnya bertujuan untuk memberikan kemudahan konsumen untuk
melakukan transaksi online. Misalnya konsumen dapat berbelanja secara online, namun
bisa mengambil barang-barang yang dibeli di toko fisik. Konsep ini sebenarnya sudah
diterapkan oleh pemain-pemain besar E-commerce di Indonesia seperti, Lazada yang
menerapkan in-house delivering, serta MatahariMall yang akhir-akhir ini diperbincangkan
publik karena telah mengeluarkan dana sebesar Rp 6 triliun untuk menghadirkan platform
belanja online yang terintegrasi dengan bisnis logistik mereka. MatahariMall sendiri
mengharapkan dengan menerapkan konsep O2O, sistem distribusinya akan berjalan sesuai
dengan harapan mereka yaitu memuaskan para pelanggan. Jadi, pelanggan MatahariMall
jika melakukan belanja online bisa mengambil atau melakukan penukaran barang di outlet-
outlet Matahari yang ada di Indonesia. Konsep O2O ini juga mulai dipikirkan oleh para
pemain E-commerce UKM, dimana dengan cara melakukan kerja sama dengan
minimarket yang ada untuk menyediakan barang yang dibutuhkan oleh konsumen. Dengan
adanya penerapan O2O, akan sangat memberikan kenyamanan bagi konsumen untuk
berbelanja. Selain itu, bisa mengurangi biaya pengiriman yang bisa dibilang cukup tinggi
apalagi yang jangkauan wilayahnya terlalu jauh. Segmen lain yang ramai menggunakan
konsep O2O di Indonesia datang dari jasa on-demand di sektor transportasi (Uber,
GrabTaxi, Go-Jek), jasa pesan-antar makanan dan grocery (Foodpanda, Happy Fresh), dan
akomodasi (Airbnb, HotelQuickly). Sedangkan di sisi logistik, manifesti O2O di Indonesia
datang dalam bentuk layanan loker pintar. Startup PopBox yang baru saja menerima
pendanaan awal adalah salah satu pionirnya.

Contoh E-commerce O2O

E-commerce O2O yang sebetulnya sudah ada sejak lama adalah sistem pembelian
kupon online, seperti pada Groupon. Groupon merupakan e-commerce yang menjual
berbagai jenis kupon untuk pembelian produk-produk secara offline. Jadi, pembeli
membeli kupon secara online, tapi kupon tersebut hanya dapat ditukarkan dengan produk
di toko fisik. Contoh lain dari O2O adalah layanan taksi online  (Uber, Grab, GoJek).
Sistem taksi online membuat para pengguna menggunakan aplikasi untuk memesan taksi
secara online, lalu pengguna akan menggunakan jasa taksi tersebut
secara offline  tentunya. Selain itu, perusahaan ritel yang sudah berkiprah dalam dunia
toko fisik (offline store) juga sudah mulai menjajaki dunia O2O, seperti Alfamart
(www.alfacart.com), Indomaret (www.klikindomaret.com), dan Matahari
(www.mataharimall.com). Pembeli dapat memesan produk
secara online melalui website tersebut, lalu mengambil barang atau menukarkan barang
jika terjadi kesalahan, di toko fisik ritel mereka.
Potensi O2O di Indonesia

Potensi O2O di Indonesia memang besar, meskipun adopsi O2O di Indonesia masih
sangat terbatas. Menurut Hadi Kuncoro sebagai COO aCommerce melalui
DailySocial, omni-channel retailing adalah masa depan dari O2O. Pemesanan produk
dapat dilakukan dari media apa saja (online, mobile, offline, social, dll.), lalu produk
dapat diantarkan melalui channel apapun dan kapanpun. Kultur Indonesia tidak terlalu
menjadi masalah dalam hal e-commerce karena yang akan banyak mempengaruhi adalah
tingkat kesiapan infrastruktur e-commerce  dan logistik di Indonesia yang belum
memadai. Menurutnya, e-commerce di indonesia perlu memiliki sebuah platform seperti
Alibaba di China yang sudah terintegrasi (mulai dari logistik, pembayaran, dan lain-lain).

2. Bagaimana Cara Kerja Bisnis Online-to-Offline?

Perusahaan yang memiliki kehadiran secara online dan offline (fisik toko/ gudang)
memperlakukan dua saluran yang berbeda sebagai pelengkap satu dengan lainnya.
Disamping faktor efisiensi cost, tujuan dari pemasaran O2O atau Online to Offline adalah
untuk menciptakan kesadaran produk (awareness) dan tentu saja untuk menyediakan
suatu layanan online kepada konsumen. Contoh teknik yang dapat diaplikasikan oleh
O2O dalam perdagangan perusahaan misalnya pengambilan barang di toko fisik setelah
barang tersebut dibeli secara online. Contoh lainnya yaitu konsumen login ke situs
pengecer untuk memeriksa stok, setelah mengetahui stok barang yang diinginkan tersedia
kemudia konsumen tersebut baru mendatangi toko pengecer untuk melakukan pembelian.

3. Manfaat Bisnis O2O?


4. Kelebihan dan Kekurangan O2O?

5. Tren Bisnis O2O?

Dalam sebagian besar kasus, O2O mengarahkan konsumen secara online dan kemudian
mendorongnya untuk ke lokasi fisik untuk menyelesaikan pembelian mereka. Salah satu
aspek baru inisiatif O2O adalah kemampuan untuk membayar secara online dan
kemudian mengambil produk dalam lokasi fisik. Sementara ini dapat dilihat di Amazon
loker, O2O biasanya digunakan untuk referensi dalam toko pickup, seperti memesan dari
pengecer toko online atau aplikasi, seperti Target atau Starbucks, dan kemudian pergi ke
lokasi tertentu untuk menerima barang yang dibeli. Contoh: Alibaba Mal pertama
menunjukkan bahwa O2O adalah model bisnis yang nyata. Selain Target dan Starbucks,
contoh lain perusahaan yang telah mengaplikasikan teknis pemasaran Online to
Offline ini adalah Groupon, OpenTable, dll. Di Indonesia sendiri perusahaan yang sudah
menggunakan konsep O2O datang dari jasa on-demand di sektor transportasi (GrabTaxi,
Go-Jek), jasa pesan-antar makanan dan grocery (Foodpanda, Happy Fresh), dan
akomodasi (Airbnb, HotelQuickly). Sedangkan di sisi logistik, manifesti O2O di
Indonesia datang dalam bentuk layanan loker pintar.

6. Case Study (Contoh bisnis O2O?)

Salah satu merek smartphone asal Tiongkok, Xiaomi mengumumkan kemitraan bersama


Indomaret. Kerja sama ini dilakukan untuk memberikan kemudahan pembayaran bagi
pelanggan Xiaomi. Adanya kerjasama ini, pelanggan dapat melakukan pembayaran atas
pembelian yang dilakukan di Mi.com melalui seluruh gerai Indomaret dan Ceriamart di
Indonesia. Kemitraan online-to-offline (O2O) kreatif yang mencakup 11.000 lokasi
pembayaran ini diyakini dapat bermanfaat bagi pelanggan Xiaomi di Indonesia,
khususnya bagi yang tidak memiliki kartu kredit. “Xiaomi selalu mencoba melakukan
inovasi dalam memenuhi kebutuhan para pelanggannya dan kemitraan bersama
Indomaret ini adalah salah satu bukti nyata dari komitmen tersebut. Kami harap
kerjasama ini akan semakin memudahkan Mi Fans untuk mendapatkan produk Mi
favoritnya,” kata Steve Vickers, General Manager, Xiaomi Southeast Asia. Setelah
melakukan pemesanan di Mi.com, para pelanggan dapat langsung menuju gerai
Indomaret dan Ceriamart untuk menyelesaikan proses transaksi dengan menunjukkan
kode pembayaran yang diperoleh dari website kepada kasir di gerai tersebut. Pembayaran
dapat dilakukan secara tunai, kartu debit, dan i-Voucher. Setelah pembayaran diproses,
pelanggan akan menerima e-mail pemberitahuan. Setelah itu, Indomaret akan melakukan
verifikasi pembayaran real time, sehingga Xiaomi dapat langsung melakukan proses
pengiriman. Proses ini sudah bisa dinikmati pelanggan mulai Juli 2015.

7. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai