Anda di halaman 1dari 54

BUKU MODUL KULIAH

KIMIA DASAR

DOSEN PEMBIMBING
SURYANTI,S.Pd.,M.Pd

DI SUSUN OLEH:
PRODI: MATEMATIKA
SEMESTER 1

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


DARUD DA’WAH WAL IRSYAD (STKIP) PINRANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini secara garis
besar membahas mengenai tentang “KIMIA”
Dalam penulisan makalah ini, saya mengucapkan terima kasih
kepada ibu “SURYANTI,S.Pd.,M.Pdsebagai dosen mata kuliah Kimia
Dasar yang senantiasa memberikan pentujuk, arahan, dan motivasi selama
mengikuti mata kuliah Kimia Dasar.
Dengan segala kerendahan hati, “Tak ada gading tak retak” penulis
buku ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang yang berguna bagi kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I STOIKIOMETRI
A. Pengertian Stoikiometri............................................................................ 1
B. Tata nama senyawa.................................................................................. 1
C. Senyawa alcohol Sederhana..................................................................... 6
D. Hukum-hukum dasar kimia...................................................................... 6
E. Hukum-hukum gas................................................................................... 7
F. Hukum gay-lussac................................................................................... 8
G. Hukum boyle gay-lussac.......................................................................... 8
H. Hukum Avogadro..................................................................................... 8
BAB II ENERGETIKA ATAU TERMODINAMIKA KIMIA
A. Pengertian Dasar energetika kimia atau termodinamika kimia................ 12
B. Sistem dan lingkungan............................................................................. 14
C. Persamaan sistem dan persamaan keadaan.............................................. 15
D. Fungsi keadaan......................................................................................... 16
E. Kerja dan kalor......................................................................................... 19
F. Energy dalam dan perubahannya.............................................................. 19
BAB III HUKUM 1 TERMODINAMIKA DAN FUNGSI ENTALPI
A. Pengertian hukum 1 termodinamika........................................................ 21
B. Hukum 1 termodinamika dalam proses termodinamika........................... 23
C. Kapasitas kalor pada gas ideal..................................................................26
D. Entalpi .................................................................................................... 26
E. Ekstoteren dan endoteren ........................................................................ 31
BAB IV LARUTAN
A. Konsentrasi zat terlarut............................................................................ 33
B. Larutan elektrolit...................................................................................... 34
C. Teori asam basa ...................................................................................... 39
D. Tetapan ionisasi........................................................................................41

iii
BAB I
STOIKIOMETRI

A. Pengertian Stoikiometri
Stoikiometri berasal dari kata-kata yunani yaitu stoicheon
(unsur) dan metrein (mengukur), berarti : mengukur unsur-unsur.
Stoikiometri menyangkut cara berhitung kimia untuk
menimbang dan menghitung spesies-spesies kimia atau dangan kata
lain, stiokiemetri adalah kajian tentang hubungan-hubungan
kuantitatif dalam reaksi kimia.
B. Tata Nama Senyawa

1. Tata Nama Senyawa Anorganik


Tata nama senyawa anorganik secara umum dikelompokkan menjadi
2, yaitu :
a.       Penamaan Senyawa Biner
Senyawa biner adalah senyawa yang terdiri atas dua jenis unsur.
         Senyawa Biner Ionik 
Senyawa biner dari logam dan logam merupakan senyawa
ion. Senyawa ion terdiri dari ion positif (kation) yang merupakan ion
logam dan ion negatif (anion) yang merupakan ion nonlogam.
Tabel Kation dan anion dari Senyawa Biner Logam dan
Nonlogam
Jenis Ion Rumus Ion Nama Ion Rumus Ion Nama Ion
Kation Na+ Natrium Fe3+ Besi (III)
K+ Kalium Cu+ Tembaga (I)
Mg2+ Magnesium Cu2+ Tembaga (II)
Ca2+ Kalsium Co2+ Kobalt (II)
Ba2+ Barium Co3+ Kobalt (III)
Al3+ Aluminium Sn2+ Timah (II)
Ni2+ Nikel Sn4+ Timah (IV)
Zn2+ Seng Pb2+ Timbel (II)
Ag+ Perak Pb4+ Timbel (IV)
Anion F- Fluorida H- Hidrida
Cl- Klorida O2- Oksida

1
Br- Bromida S2- Sulfida
I- Iodida N3- Nitrida
Senyawa biner logam dan nonlogam bersifat netral (tak bermuatan),
artinya besar muatan kation dan anion adalah sama atau jumlah
muatan kation dan anion dalam senyawa adalah nol.
 Secara Umum : Ay+AxByBx-
Ion Ay+ berikatan dengan ion Bx- membentuk senyawa ionik
AxBy , yaitu muatan ion Ay+ menjadi indeks B dan muatan Bx-
menjadi indeks A.
Aturan penulisan dan dan penamaan senyawa biner logam
dan nonlogam ini adalah sebagai berikut :
1) Penulisan rumus senyawa, kation di depan dan kation di
belakang.
2) Logam yang hanya mempunyai satu muatan ion (muatan listrik),
penamaan senyawanya adalah nama ion logam di depan dan nama
ion nonlogam di belakang. Logam yamg seperti ini adalah logam
alkali (IA), alkali tanah (IIA), dan alumunium.
3) Logam yang mempunyai beberapa muatan ion (muatan listrik),
Penamaan senyawanya adalah nama ion logam di depan disertai
dengan menuliskan muatan ionnya dengan angka romawi dalam
tanda kurung, sedangkan nama ion nonlogam di belakang.
Senyawa yang termasuk ke dalam senyawa biner logam dan
nonlogam, yaitu ;
4) Senyawa Garam
Senyawa garam diperoleh dari reaksi antara asam dengan basa.
Senyawa Garam dirumuskan sebagai berikut.
Senyawa garam tersebut dibentuk dari ion logam Ly+ dan ion sisa
asam Ax- membentuk senyawa garam LxAy
5) Oksidasi Logam (Oksidasi Basa)
Oksidasi logam adalah merupakan oksidasi pembentuk basa dalam
air. Rumus Oksidasi logam adalah sebagai berikut.
Senyawa oksidasi logam tersebut dibentuk dari ion logam Ly+ dan
ion Ox- membentuk senyawa oksida logam.
Tabel Nama Oksidasi Logam dan Basa yang Dibentuk
Oksidasi Logam Nama Oksidasi Logam Basa yang dibentuk
Li2O Litium Oksida LiOH
Na2O Natrium oksida NaOH
K2O Kalium oksida KOH

2
MgO Magnesium oksida Mg(OH)2
SrO Stronsium oksida Sr(OH)2
BaO Barium oksida Ba(OH)2
Al2O3 Aluminium oksida Al(OH)3
Cr2O3 Kromium (III) oksida Cr(OH)3
FeO Besi (II) oksida Fe(OH)2
Fe2O3 Besi (III) oksida Fe(OH)3
         Senyawa Biner Nonlogam dan nonlogam (Senyawa Kovalen)
Senyawa biner nonlogam dengan nonlogam merupakan
senyawa kovalen. Partikel terkecil dari senyawa ini adalah molekul.
Senyawa Kovalen dapat dirumuskan sebagai berikut.
A dan B merupakan unsur nonlogam. Unsur A lebih
cenderung bermuatan positif dan unsur B lebih cenderung bermuatan
negatif. Huruf x adalah indeks unsur A, yaitu jumlah atom A
penyusun molekul AxBy. Huruf y adalah indeks unsur B, yaitu
jumlah atom B penyusun molekul AxBy. Pembentukan molekul
senyawa AxBy berdasarkan pemakaian bersama pasangan elektron.
Penulisan dan aturan penamaan senyawa biner antara
nonlogam dan nonlogam (senyawa kovalen) adalah sebagai berikut.
1)      Untuk atom yang cenderung bermuatan positif ditulis di depan dan
atom yang cenderung bermuatan negatif ditulis di belakang.
Contoh: N dengan O, rumus senyawanya N2O bukan ON2
2)      Untuk senyawa nonlogam yang hanya membentuk satu senyawa,
penamaannya adalah dengan menyebutkan nama kedua unsur
tersebut dan unsur yang kedua diberi akhiran ida.
Contoh: 
HCL : Hidrogen Klorida
H2S : Hidrogen Sulfida
3)      Untuk senyawa nonlogam yang dapat membentuk dua atau lebih
senyawa, penamaannya seperti penamaan di atas, tetapi masing-
masing diberi awalan yang menyatakan jumlah atom tiap unsur dan
diakhiri dengan ida. Awalan tersebut merupakan angka indeks
bahasa Yunani.
4)      Senyawa yang sudah umum dan terkenal tidak mengikuti aturan di
atas.
Contoh :
H2O : Air
NH3 : Amonia

3
Senyawa biner kovalen terdiri atas senyawa asam monoksi dan
oksida nonlogam.
1) Senyawa Asam Nonoksi
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dapat melepas ion
H+ dalam air. Asam seperti ini dinamakan asam nonoksi Karena
tidak mengandung oksida asam. Sebaliknya, asam oksida adalah
asam yang mengandung oksida asam. 
Penamaan senyawa asam nonoksi dapat dituliskan sebagai berikut.
Contoh :
HF : asam florida
HCl : asam klorida
Hbr : asam bromida
HI : Asam Ionida
Catatan :
HCN bukanlah senyawa biner, tetapi penamaannya sama seperti
asam nonoksi. Penamaan HCN adalah asam sianida.
2) Oksida Nonlogam
Oksida adalah senyawa dari suatu unsur dengan oksigen.
Oksida nonlogam adalah oksida unsur nonlogam yang jika
dilarutkan dalam air membentuk senyawa asam. Oksida nonlogam
disebut juga oksida asam. Akan tetapi, tidak semua oksida nonlogam
termasuk oksida asam. Rumus umum oksida nonlogam adalah
sebagai berikut.
Penamaan oksida nonlogam ini sudah dijelaskan pada penamaan
senyawa biner nonlogam dan nonlogam.
oksida nonlogam Nama oksida nonlogam Asam yang dibentuk
SO2 belerang dioksida H2SO3
SO3 belerang trioksida H2SO4
N2O3 Dinitrogen trioksida HNO2
N2O5 Dinitrogen pentaoksida HNO3
P2O3 Difosfor trioksida H3PO3
P2O5 Difosfor pentaoksida H3PO4
Penamaan Senyawa Poliatom
Senyawa Poliatom adalah senyawa yang disusun oleh lebih dari dua
jenis unsur. Senyawa poliatom terdiri dari :
         Senyawa Poliatom Ionik

4
Senyawa poliatom ionik adalah senyawa poliatom yang
partikel terkecilnya merupakan ion. Senyawa poliatom ionic terdiri
dari kation dan anion yaitu :
1.      Senyawa Garam Poliatom
Senyawa Garam Poliatom adalah senyawa garam yang kation
atau anionnya merupakan ion poliatom.
2.      Senyawa Basa
Menurut Arrhenius, basa adalah zat yang dapat melepaskan
ion OH- dalam air. Larutan basa rasanya agak pahit dan bersifat
kausatik (licin seperti sabun). Senyawa basa merupakan senyawa ion
yang terdiri dari kation logam dan anion OH- (kecuali NH4OH).
Senyawa basa dapat dirumuskan sebagi berikut.
L : logam
OH-: hidroksida (pembawa sifat basa)
x : valensi basa ( sama dengan bilangan oksida L)
Penamaan senyawa basa adalah sebagai berikut:
 Senyawa basa yang dibentuk oleh logam yng mempunyai muatan
ion tunggal.
Misalnya alkali, alkali tanah , dan alumunium. Penamaan
senyawanya dirumuskan
sebagai berikut:
Basa yang dibentuk oleh logam yang mempunyai beberapa muatan
ion, penamaan senyawanya dirumuskan sebagai berikut :

         Senyawa Poliatom Kovalen


Senyawa poliatom kovalen adalah senyawa poliatom yang
partikel terkecilnya adalah molekul. Senyawa yang termasuk ke
dalam senyawa poliatom kovalen adalah senyawa asam oksi.
Penamaan senyawa asam oksi adalah sebagai berikut.
1) Unsur nonlogam yang hanya membentuk satu senyawa,
senyawanya berakhiran-at.
2) Unsur nonlogam yang membentuk dua jenis asam, asam yang
mempunyai oksigen banyak berakhiran–at.
3) Asam oksi halogen adalah asam yang mempunyai oksida asam
dan merupakan oksida halogen. Secara sederhana, asam oksi halogen
berarti asam yang atom pusatnya adalah unsure halogen. Penamaan
asam oksida halogen tergantung pada bilangan oksidasi atau jumlah
oksigennya.

5
2. Tata Nama Senyawa Organik
a. Senyawa Hidrokarbon Sederhana
Senyawa hidrokarbon masih diklasifikasikan menjadi alkana, alkena,
dan alkuna. Pembagian senyawa tersebut didasarkan pada ada
tidaknya ikatan rangkap dalam senyawa hidrokarbon.
Tata nama IUPAC untuk senyawa alkena dan alkuna didasarkan
pada tata nama alkana dengan jumlah atom C yang bersesuaian
dengan mengubah akhirannya sesuai dengan nama masing-masing
senyawa.
Perbandingan Nama-Nama Senyawa Organik Sederhana
Jumlah atom C Nama Alkana Nama Alkena Nama Alkuna
1 Metana - -
2 Etana Etena Etuna
3 Propana Propena Propuna
4 Butana Butena Butuna
5 Pentana Pentena Pentuna
6 Heksana Heksena Heksuna
7 Heptana Heptena Heptuna
8 Oktana Oktena Oktuna
9 Nonana Nonena Nonuna
10 ekana Dekena Dekuna

C. Senyawa Alkohol Sederhana


Tata nana senyawa alkohol hampir sama dengan tata nama senyawa
hidrokarbon sederhana. Penamaannya, senyawa alkohol sederhana adalah
sebagai berikut.
CH3OH : Metanol
C2H5OH : Etanol
C3H7OH : Propanol
c. Senyawa Asam Organik
Asam organik atau asam karboksilat berdasarkan IUPAC dinamakan asam
alkanoat. Rumus umumnya adalah R-COOH. Penamaan diurutkan sebagai
berikut. 
R (alkil) adalah alkana yang kehilangan satu atom H.

D.     Hukum – hukum Dasar Kimia


HUKUM KEKEKALAN MASSA (HUKUM LAVOISIER)
"Massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap".

6
Contoh:
hidrogen + oksigen = hidrogen oksida
(4g) (32g) (36g)
HUKUM PERBANDINGAN TETAP (HUKUM PROUST)
"Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap-tiap senyawa adalah tetap".
Contoh:
a. Pada senyawa NH3 : massa N : massa H
1 Ar .N : 3 Ar . H       = 1 (14) : 3 (1)             = 14 : 3
b. Pada senyawa SO3 : massa S : massa 0
= 1 Ar .S : 3 Ar . O
= 1 (32) : 3 (16)
= 32 : 48
=2:3
Keuntungan dari hukum Proust:
bila diketahui massa suatu senyawa atau massa salah satu unsur yang
membentuk senyawa tersebut maka massa unsur lainnya dapat diketahui.
HUKUM PERBANDINGAN BERGANDA = HUKUM DALTON
"Bila dua buah unsur dapat membentuk dua atau lebih senyawa untuk massa
salah satu unsur yang sama banyaknya maka perbandingan massa unsur
kedua akan berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana".
Contoh:
Bila unsur Nitrogen den oksigen disenyawakan dapat terbentuk,
NO dimana massa N : 0 = 14 : 16 = 7 : 8
NO2 dimana massa N : 0 = 14 : 32 = 7 : 16
Untuk massa Nitrogen yang same banyaknya maka perbandingan massa
Oksigen pada senyawa NO : NO2 = 8 :16 = 1 : 2

E. HUKUM-HUKUM GAS
Untuk gas ideal berlaku persamaan : PV = nRT
dimana:
P = tekanan gas (atmosfir)
V = volume gas (liter)
n = mol gas
R = tetapan gas universal = 0.082 lt.atm/mol Kelvin
T = suhu mutlak (Kelvin)
Perubahan-perubahan dari P, V dan T dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan
kondisi-kondisi tertentu dicerminkan dengan hukum-hukum berikut: 

7
HUKUM BOYLE
Hukum ini diturunkan dari persamaan keadaan gas ideal dengan n1 = n2 dan
T1 = T2 ; sehingga diperoleh : P1 V1 = P2 V2

F. HUKUM GAY-LUSSAC
"Volume gas-gas yang bereaksi den volume gas-gas hasil reaksi bila diukur
pada suhu dan tekanan yang sama, akan berbanding sebagai bilangan bulat
sederhana".
Jadi untuk: P1 = P2 dan T1 = T2 berlaku : V1 / V2 = n1 / n2

G. HUKUM BOYLE-GAY LUSSAC


Hukum ini merupakan perluasan hukum terdahulu den diturukan dengan
keadaan harga n = n2 sehingga diperoleh persamaan:
P1 . V1 / T1 = P2 . V2 / T2

H. HUKUM AVOGADRO
"Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama
mengandung jumlah mol yang sama. Dari pernyataan ini ditentukan bahwa
pada keadaan STP (0o C 1 atm) 1 mol setiap gas volumenya 22.4 liter
volume ini disebut sebagai volume molar gas.
C. Persamaan Reaksi
Persamaan reaksi mempunyai sifat :
1. Jenis unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama
2.  Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu
sama
3.  Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol
(khusus yang berwujud gas perbandingan koefisien juga menyatakan
perbandingan volume asalkan suhu dan tekanannya sama)
Langkah-Langkah Penulisan Persamaan Reaksi
a.  Nama-nama reaktan dan hasil reaksi dituliskan. Penulisan ini disebut
persamaan sebutan.
b. Tuliskan persamaan reaksi dengan menggunakan lambang-lambang,
yaitu
rumus-rumus kimia zat, dan wujud reaksi. Penulisan ini disebut
persamaan kerangka.

8
c.  Setarakan persamaan kerangks tersebut sehingga diperoleh
persamaan
reaksi setara yang disebut persamaan kimia.
Penyetaraan persamaan reaksi
Penyetaraan persamaan raksi sesuai dengan hukum kekebalan reaksi
Lavoisier dan teori atom Dalton. Menurut hukum Lavoisier, pada
reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa. Artinya, jumlah dan jenis
atom di ruas kiri (reaktan) sama dengan jumlah dan jenis atom di
ruas kanan (hasil reaksi). Sesuai teori atom Dalton, dalam reaksi
kimia tidak ada atom yang hilang atau tercipta, yang terjadi hanyalah
penataan ulang atom-atom reaktan membentuk susunan baru, yaitu
hasil reaksi. Agar jenis dan jumlah atom di ruas kiri sama dengan di
ruas kanan, persamaan reaksi disetarakan (diseimbangkan) dengan
cara mengatur angka di depan reaktan dan hasil reaksi. Angka yang
diberikan di depan reaktan dan hasil reaksi disebut koefisien. Angka
satu sebagai koefisien tidak dituliskan. Oleh karena itu persamaan
reaksi dapat dituliskan sebagai berikut.
Tahap-tahap penyetaraan persamaan reaksi dapat dilakukan dengan:
1. Tuliskan persamaan kerangka, yaitu persamaan reaksi yang
belum setara, dengan reaktan di ruas kiri dan hasil reaksi di ruas
kanan.
2. Tetapkan koefisien zat/senyawa yang lebih rumit adalah satu.
3.      Setarakan reaksi dengan mengatur koefisien reaktan dan hasil
reaksi yang lain.

d. Konsep Mol
mol adalah satuan bilangan kimia yang jumlah atom-atomnya atau
molekul-molekulnya sebesar bilangan Avogadro dan massanya = Mr
senyawa itu.
Jika bilangan Avogadro = L maka :
L = 6.023 x 1023
1 mol atom = L buah atom, massanya = Ar atom tersebut.
1 mol molekul = L buah molekul massanya = Mr molekul tersebut.
Massa 1 mol zat disebut sebagai massa molar zat.

Masa Atom dan Masa Rumus


1)      Massa Atom

9
Massa atom didefinisikan sebagai massa suatu atom dalam satuan atomic
mass unit (amu) atau satuan massa atom (sma). Satu amu didefinisikan
sebagai 1/12 kali massa satu atom C-12. Karbon-12 adalah salah satu isotop
karbon yang memiliki 6 proton dan 6 neutron. Unsur ini dijadikan sebagai
standar pembanding sebab unsur ini memiliki sifat yang sangat stabil
dengan waktu paruh yang panjang. Dengan menetapkan massa atom C-12
sebesar 12 sma, kita dapat menentukan massa atom unsur lainnya. Sebagai
contoh, diketahui bahwa satu atom hidrogen hanya memiliki massa 8,4%
dari massa satu atom C-12. Dengan demikian, massa satu atom hidrogen
adalah sebesar 8,4% x 12 sma atau 1,008 sma. Dengan perhitungan serupa,
dapat diperoleh massa satu atom oksigen adalah 16,00 sma dan massa satu
atom besi adalah 55,85 sma. Hal ini berarti bahwa satu atom besi memiliki
massa hampir 56 kali massa satu atom hidrogen.
2)      Massa Atom Relatif (Ar)
Massa atom unsur sebenarnya belum dapat diukur dengan alat penimbang
massa atom, karena atom berukuran sangat kecil. Massa atom unsur
ditentukan dengan cara membandingkan massa atom rata-rata unsur tersebut
terhadap 1/12 massa rata-rata satu atom karbon 12 sehingga massa atom
yang diperoleh adalah massa atom relatif (Ar).
3)      Massa Molekul Relatif
Unsur dan senyawa yang partikelnya berupa molekul, massanya dinyatakan
dalam massa molekul relatif (Mr). Pada dasarnya massa molekul relatif (Mr)
adalah perbandingan massa rata-rata satu molekul unsur atau senyawa
dengan 1/12 massa rata-rata satu atom karbon-12.
Jenis molekul sangat banyak, sehingga tidak ada tabel massa molekul relatif.
Akan tetapi, massa molekul relatif dapat dihitung dengan menjumlahkan
massa atom relatif atom-atom pembentuk molekulnya.
Mr = ∑Ar
Untuk senyawa yang partikelnya bukan berbentuk molekul, melainkan
pasangan ion-ion, misalnya NaCl maka Mr senyawa tersebut disebut massa
rumus relatif. Massa rumus relatif dihitung dengan cara yang sama dengan
seperti perhitungan massa molekul relatif, yaitu dengan menjumlahkan
massa atom relatif unsur-unsur dalam rumus senyawa itu.
4)      Massa Molar
Telah diketahui bahwa satu mol adalah jumlah zat yang mengandung
partikel (atom, molekul, ion) sebanyak atom yang terdapat dalam 12 gram
karbon dengan nomor massa 12 (karbon-12, C-12). Sehingga terlihat bahwa
massa 1 mol C-12 adalah 12 gram. Massa 1 mol zat disebut massa molar.

10
Massa molar sama dengan massa molekul relatif (Mr) atau massa atom
relatif (Ar) suatu zat yang dinyatakan dalam gram.
Massa molar = Mr atau Ar suatu zat (gram)
5)      Volume Molar
Avogadro mendapatkan hasil dari percobaannya bahwa pada suhu 0°C (273
K) dan tekanan 1 atmosfir (76cmHg) didapatkan tepat 1 liter oksigen
dengan massa 1,3286 gram. Karena volume gas oksigen (O2) = 1 liter,
pengukuran dengan kondisi 0°C (273 K) dan tekanan 1 atmosfir (76cmHg)
disebut juga keadaan STP (Standard Temperature and Pressure). Pada
keadaan STP, 1 mol gas oksigen sama dengan 22,3 liter.
Avogadro yang menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, gas-
gas yang bervolume sama mengandung jumlah molekul yang sama. Apabila
jumlah molekul sama maka jumlah molnya akan sma. Sehingga, pada suhu
dan tekanan yang sama, apabila jumlah mol gas sama maka volumenya pun
akan sama. Keadaan standar pada suhu dan tekanan yang sma (STP) maka
volume 1 mol gas apasaja/sembarang berharga sama yaitu 22,3 liter.
Volume 1 mol gas disebut sebagai volume molar gas (STP) yaitu 22,3
liter/mol.
Persamaan gas ideal
Persamaan gas ideal dinyatakan dengan:
PV=nRT
keterangan:
P; tekanan gas (atm)
V; volume gas (liter)
N; jumlah mol gas
R; tetapan gas ideal (0,082 liter atm/mol K)
T; temperatur mutlak (Kelvin)

Gas Pada Suhu dan Tekanan Sama


Avogadro melalui percobaannya menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan
yang sama, gas-gas yang bervolume sama mengandung jumlah molekul
yang sama. Apabila jumlah molekulnya sama maka jumlah molnya sama.
Jadi pada suhu dan tekanan yang sama perbandingan mol gas sama dengan
perbandingan volume gas. Maka, rumus Molekul dan rumus empiris.
Rumus kimia menunjukkan jenis atom unsur dan jumlah relatif masing-
masing unsur yang terdapat dalam zat. Banyaknya unsur yang terdapat
dalam zat ditunjukkan dengan angka indeks.

11
Rumus kimia dapat berupa rumus empiris dan molekul.
“Rumus empiris, rumus yang menyatakan perbandingan terkecil atom-atom
dari unsur-unsur yang menyusun senyawa”
Rumus molekul, rumus yang menyatakan jumlah atom-atom dari unsur-
unsur yang menyusun satu molekul senyawa.

BAB II
ENERGETIKA DAN TERMODINAMIKA KIMIA
A. PENGERTIAN DASAR ENERGETIKA KIMIA
ATAUTERMODINAMIKA KIMIA
Energetika kimia atau termodinamika kimia adalah ilmu yang
mempelajari tentang perubahan energi yang terjadi dalam proses atau
reaksi.Termodinamika kimia dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu
kimia yang menengani hubungan kalor, kerja dan bentuk energi lain,
dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam perubahan
keadaan.Termodinamika kimia erat kaitannya dengan termokimia yang
menengani pengukuran dan penafsiran perubahan perubahan kalor yang
menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan dan pembentukan
larutan.Termodinamika kimia atau termokimia bersifat hakiki untuk
pemahaman kita. Termodinamika mengkaji hubungan kuantitatif antara
kalor dan bentuk energi lain, seperti energi yang dikaitkan dengan gejala
elektromagnet, permukaan dan kimia (Keenan, 1980).Termodinamika
didasarkan atas tiga postulat yang dikenal sebagai Hukum Pertama
Termodinamika,Hukum Kedua Termodinamika dan Hukum Ketiga
Termodinamika.
Termodinamika kimia dapat didefenisikan sebagai cabang kimia
yang menangani hubungan kalor, kerja dan bentuk lain energi, dengan
kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam perubahan keadaan.
Termokimia erat kaitannya dengan termodinamika, karena termokimia
menangani pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yang menyertai
reaksi kimia, perubahan keadaan dan pembentukan
larutan.Termodinamika merupakan ilmu tentang energi, yang secara
spesifik membahas tentang hubungan antara energi panas dengan kerja.
Seperti telah diketahui bahwa energi di dalam alam  dapat terwujud
dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan kerja, yaitu energi kimia,
energi listrik, energi nuklir, energi gelombang elektromagnetik, energi
akibat gaya magnit, dan lain-lain. Energi dapat berubah dari satu bentuk
ke bentuk lain, baik secara  alami maupun hasil rekayasa tehnologi.
Selain itu energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat
dibangkitkan atau dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari

12
satu bentuk menjadi bentuk lain tanpa ada pengurangan atau
penambahan. Prinsip ini disebut sebagai prinsip konservasi atau
kekekalan energy Suatu sistem termodinamika adalah suatu masa atau
daerah yang dipilih untuk dijadikan obyek analisis.   Daerah sekitar
sistem tersebut disebut sebagai lingkungan. Batas antara sistem dengan
lingkungannya disebut batas sistem (boundary). Dalam aplikasinya batas
sistem nerupakan bagian dari sistem maupun lingkungannya, dan dapat
tetap atau dapat berubah posisi atau bergerak. Penerapan hukum
termodinamika pertama dalam bidang kimia merupakan bahan kajian
dari termokimia.” Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan,
tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, atau energi
alam semesta adalah konstan.” Hukum termodinamika 1
Perubahan kalor pada tekanan konstan:
∆H = ∆E + P∆V
W= P∆V
∆E = energi dalam
Pada proses siklis (keadaan akhir identik dengan kedaan awal) U1
=U2 è U2 - U1 = 0 , karena U adalah fungsi keadaan dan dalam keadaan
sama nilai U juga sama.  Pada proses siklis dimungkinkan adanya panas
yang keluar sistem.  Sehingga panas netto yg masuk ke dalam sistem
seluruhnya dipakai untuk melakukan usaha
Hukum pertama termodinamika dapat dirumuskan sebagai
∆U = Q – W
Dimana :
∆U       = perubahan tenaga dakhil system
Q         = panas yang masuk/keluar dari system
W        = Usaha yang dilakukan thp system

Tenaga dakhil adalah jumlah tenaga kinetik dan tenaga potensial


molekul-molekulnya (pada gas sempurna molekulnya tidak tarik-menarik). 
Perumusan di atas tidak meninjau kemungkinan sistem yg bergerak nisbi
terhadap lingkungan Mekanika ∆Ek = W (tenaga kinetik benda = usaha yg
dilakukan terhadap sistem) Termodinamika, W-nya (-) ∆Ek = -W
Pada suatu proses, tenaga kinetik maupun tenaga dakhil dapat
berubah yang disebabkan oleh arus panas ataupun usaha.  Sehingga hukum
pertama dapat ditulis :
Dimana :
Wt       = Usaha total (usaha sistem sendiri, juga gaya-gaya yg lain). 
Usaha tersebut karena gaya konservatif maupun nonkonservatif
Wt = Wk + Wnk
∆U + ∆Ek = Q – Wt

13
Dengan rumus hukum pertama termodinamika berubah.  Menurut
mekanika besar usaha oleh gaya konservatif, misalnya gaya gravitasi Wk =
-∆Ep, pada termodinamika menjadi Wk = ∆Ep∆U + ∆Ek + ∆EP = Q – Wnk

B. SISTEM DAN LINGKUNGAN


Dalam termokimia, memahami tentang definisi sistem dan
lingkungan sangatlah penting, sebab tanpa mengetahui batasan antara
sistem dan lingkungan, kita tidak akan bisa menerapkan konsep ilmu
termokimia.
Sistem adalah bagian dari alam semesta yang dijadikan sebagai
fokus pengamatan. Sedangkan lingkungan adalah bagian di luar dari
sistem yang memiliki pengaruh terhadap sistem. Contohnya ialah dalam
reaksi antara urea dan air di dalam sebuah botol tertutup, maka air dan
urea di dalam botol tersebut (serta sedikit udara) merupakan sistem dan
dinding botol (serta tutupnya) merupakan lingkungan.Contoh lainnya
ialah pada saat mengamati sup yang direbus hingga mendidih, maka isi
sup di dalam panci merupakan sistem sedangkan udara di bagian
permukaan air dan dinding panci merupakan lingkungan.pada ban
mobil,jika pengamatan kita fokus pada udara di dalam ban mobil, maka
karet ban dan aspal merupakan lingkungan.
Sementara itu sistem sendiri terbagi menjadi tiga yaitu:
1. Pengertian sistem terbuka
Sistem terbuka ialah kondisi dimana memungkinkan
terjadinya pertukaran materi dan energi dari sistem ke lingkungan
ataupun sebaliknya. Contohnya sistem terbuka: ketika kamu
memasak sup dengan bagian atau panci terbuka, maka itu termasuk
dalam sistem terbuka. Sebab materi dapat bertambah ( dengan
pertambahan bumbu dan bahan sup) dan berkurang (dengan
menguap air ). Energi yang ada di dalam panci juga dapat bertambah
dan berkurang dengan bebas, baik itu hilangnya panas karena radiasi
maupun karena terserap udara di permukaan panci.
2. Pengertian sistem tertutup
Sistem tertutup adalah kondisi dimana tidak mungkin terjadi
pertukaran materi dari sistem ke lingkungan ataupun sebaliknya,
tetapi masih ,mungkin terjadi pertukaran energi dari sistem ke
lingkungan ataupun sebaliknya.

14
Contoh sistem tertutup: ketika kamu memasak sup dengan
bagian atas tertutup rapat, maka ini termasuk dalam sistem tertutup.
Sebab materi di dalam panci tidak dapat bertambah ataupun
brkurang melalui radiasi maupun induksi panas.
3. Pengertian sistem Terisolasi
Sistem terisolasi adalah kondisi dimana tidak mungkin terjadi
pertukaran materi dan energi dari sistem ke linkungan ataupun
sebaliknya.
Contoh sistem terisolasi: ketika kamu menyimpan sup
didalam termos yang tertutup rapat, maka ini termasuk dalam sistem
terisolasi. Sebab pada kondisi ini materi dan energi didalam termos
sup tidak akan dapat berkurang maupun bertambah. Seperti kalian
ketahui bahwa panas di dalam termos tidak akan berkurang
walaupun lingkungannya dingin pun tidak akan bertambah ketika
temperatur di luar tinggi.
Walaupun pada kemyataan tidan ada sistem yang terisolasi
sempurna, namun di dalam kimia, kondisi dimana minimum energi
yang keluar-masuk seprti pada termos diasumsikan sebagai
terisolasi.

Aplikasi konsep sistem dan lingkungan


Penerapan dari konsep sistem dan lingkungan yang
sederhana dapat kita lihat pada termometer. Pada termometr, bagian
dalamnya yang berisi merkuri (Hg) atau alkohol merupaka bagian
yang diamati, sedangkan bagian luarnya merupakan lingkungan.
Meningkatnya temperatur di lingkungan dapat menyebabkan
perubahan pada kondisi merkui, sehingga dapat disimpulkan bahwa
energinya bertambah.
Jika termometer di desain dengan sistem terbuka ataupun
terisolasi, maka pengukuran temperatur tidak akan akurat lagi. Inilah
yang menyebabkan saintis mendesain termometr seperti yang bisa
kalian lihat saat itu.
Jadi pengertian sistem dan lingkungan dalam termokimia
merupakan pokok bahasan ilmu kimia yang penting karena
aplikasinya pada berbagai bidang.
C. KEADAAN SISTEM DAN PERSAMAAN KEADAAN
1. PERSAMAAN KEADAAN

15
persamaan keadaan adalah persamaan termodinamika yang
menggambarkan keadaan materi di bawah seperangkat kondisi fisika.
Persamaan keadaan adalah sebuah persamaan konstitutif yang
menyediakan hubungan matematik antara dua atau lebih fungsi keadaan
yang berhubungan dengan materi, seperti temperatur, tekanan, volume
dan energi dalam. Persamaan keadaan berguna dalam menggambarkan
sifat-sifat fluida, campuran fluida, padatan, dan bahkan bagian dalam
bintang.

2. SISTEM DAN PERSAMAAN KEADAANNYA

Keadaan seimbang mekanis : Sistem berada dalam keadaan


seimbang mekanis, apabila resultan semua gaya (luar maupun dalam)
adalah nol Keadaan seimbang kimiawi : Sistem berada dalam keadaan
seimbang kimiawi, apabila didalamnya tidak terjadi perpindahan zat dari
bagian yang satu ke bagian yang lain (difusi) dan tidak terjadi reaksi-
reaksi kimiawi yang dapat mengubah jumlah partikel semulanya ; tidak
terjadi pelarutan atau kondensasi. Sistem itu tetap komposisi maupun
konsentrasnya. Keadaan seimbang termal : sistem berada dalam keadaan
seimabng termal dengna lingkungannya, apbiala koordinat-kooridnatnya
tidak berubah, meskipun system berkontak dengan ingkungannnya
melalui dinding diatermik. Besar/nilai koordinat sisterm tidak berubah
dengan perubahan waktu.
Keadaan keseimbangan termodinamika : sistem berada dalam
keadaan seimbang termodinamika, apabila ketiga syarat keseimbangan
diatas terpenuhi. Dalam keadan demikian keadaan keadaan koordinat
sistem maupun lingkungan cenderung tidak berubah sepanjang massa.
Termodinamika hanya mempelajari sistem-sistem dalam keadaan
demikian. Dalam keadaan seimbang termodinamika setiap sistem
tertutup (yang mempunyai massa atau jumlah partikel tetap mis. N mole
atau m kg) ternyata dapat digambarkan oleh tiga koordinat dan : Semua
eksperimen menunjukkan bahwa dalam keadaan seimbang
termodinamika, antara ketiga koordinat itu terdapat hubungan tertentu :
f(x,y,z)=0 dengan kata lain : Dalam keadan seimbang termodinamis,
hanya dua diantara ketiga koordinat system merupakan variabel.

D. FUNGSI KEADAAN

Fungsi keadaan yaitu sifat-sifat yang tidak tergantung pada


penyiapan cuplikan atau tidak bergantung pada proses, karena sifat
tersebut tergantung pada keadaan akhir sistem, bukan pada bagaimana
keadaan tersebut diperoleh. Contohnya adalah tekanan, energi dalam,

16
dan kapasitas kalor. Sedangkan fungsi jalan yaitu sifat-sifat yang
berhubungan dengan penyiapan keadaan atau bergantung pada proses
bagaimana keadaan tersebut diperoleh bukan pada keadaan akhirnya.
Contohnya adalah kerja yang dilakukan dalam penyiapan suatu keadaan
atau energi yang dipindahkan sebagai kalor (Atkins,1996) Untuk mulai
melihat pentingnya perbedaan antara fungsi keadaan dan fungsi jalan
dengan mengingat implikasinya pada Hukum Pertama. Suatu fungsi
keadaan perubahan entalpi dari suatu proses perubahan dari keadaan
awal ke keadaan akhir, tetapi tidak bergantung pada jalan antara kedua
keadaan itu.

dU = ∆U = Uakhir –Uawal
contoh serupa adalah perubahan entalpi, perubahan fungsi Gibs dan
perubahan entropi :
dH = ∆H = Hakhir – Hawal
dG = ∆G = Gakhir – Gawal
dS = ∆S = Sakhir – Sawal 
Sebaliknya, fungsi jalan adalah fungsi yang bergantung pada
proses bagaimana keadaan tersebut diperoleh. Sebagai contoh kerja,
adalah fungsi jalan sehingga secara sistematis :
    dW ≠ Wakhir - Wawal
demikian halnya dengan perubahan kalor :

 
dq ≠ qakhir – qawal

Terdapat perbedaan antara persamaan ini dengan persamaan


yang sebelumnya. Pertama, tidak ditulis ∆q karena q bukan fungsi
keadaan dan energi yang diberikan sebagai kalor tidak dapat
dinyatakan dengan qakhir - qawal. Kedua, harus menentukan jalan
integrasi karena q bergantung pada jalan yang dipilih (jalan adiabatik
mempunyai q = 0 sedangkan jalan nonadiabatik antara dua keadaan
yang sama mempunyai q ≠ 0). Ketergantungan pada jalan ini dengan
menyatakan bahwa dq adalah Diferensial Tak Eksak
¬(Fatimah,2015).

17
Kembali ke persamaan hukum pertama termodinamika :
    dU = dq + dw
jika pada suatu sistem terjadi perubahan energi internal, maka
perubahan itu dapat diwujudkan dalam perubhan kalor (dq) dan
perubahan kerja (dw) ¬(Fatimah,2015). Untuk sistem tersebut, kerja
dW dapat dinyatakan sebagai dW = pdV . Dengan demikian, hukum
pertama termodinamika dalam bentuk diferensial menjadi
(Ruwanto,2005) :
    dU = dq – pdV

Perubahan Energi Dalam (dU atau ∆U)


    Sebagaimana yang sudah dibahas, perubahan energi internal
merupakan diferensial eksak. U adalah fungsi volume dan
temperature. Jika temperature tetap V berubah menjadi V+dV maka
U berubah menjadi (Atkins,1996) :

     
Koefisien   , yaitu V kemiringan U terhadap V pada
temperatur tetap adalah turunan parsial U terhadap V. tetapi T yang
berubah menjadi T + dT pada volume tetap, energi dalam berubah
menjadi (Atkins,1996) :

 
Jika diambil peubah dari perubahan energi internal ini adalah
volume (V) dan temperatur (T), maka besarnya perubahan energi
internal dapat dinyatakan sebagai (Fatimah,2015) :

 
Selisih energi dalam U’ dan U adalah jumlah yang sangat kecil, dU.
Dengan demikian persamaan terakhir diperoleh :

 
Maksud dari persamaan tersebut adalah besarnya perubahan energi
internal tergantung kepada perubahan temperature (dT) dan
perubahan volume (dV) dan juga ditentukan oleh koefisien
ketergantungan energi internal pada perubahan temperature dengan

kondisi volume konstan   serta ketergantungan energi internal

pada perubahan volume dengan kondisi temperatur konstan   


(Fatimah,2015). Interpretasi dari persamaan diatas yaitu dalam
sistem tertutup dengan komposisi tetap, perubahan energi dalam

18
yang sangat kecil sebanding dengan perubahan volume dan
temperature yang sangat kecil, koefisien perbandingannya
merupakan turunan parsialnya (Atkins,1996).
    Besarnya perubahan energi internal pada perubahan temperatur
dengan kondisi volume tetap sendiri umumnya secara fisik disebut
sebagai kapasitas panas pada volume tetap atau Cv, sehingga
persamaan tersebut dapat dinyatakan sebagai (Fatimah,2015) :

Koefisien yang ke dua   merupakan ukuran ketergantungan perubahan


energi terhadap perubahan volume dalam kondisi temperatur konstan yang
diberi nama   . Sehingga persamaan dapat dinyatakan sebagai :

Khusus untuk gas ideal, besarnya   = 0, ini dikarenakan salah satu sifat gas
ideal adalah tidak memiliki interaksi tarik-menarik dan tolak-menolak
sehingga jika dilakukan suatu perubahan volume tidak terjadi perubahan
energi didalamnya (Fatimah,2015).
E. KERJA DAN KALOR
Kerja dalah pertukaran energy antara system dengan lingkungannya
selain kalor dan tekanan. Nilai kerja ini bergantung pada besarnya
penambahan volume dan tekanan luar. Nilai kerja (w) dapat dihitung
melalui perkalian tekanan udara luar (Pex) dan perubahan volume ¿), atau
secara matematis:
Kalor(q) adalah energy yang dipindahkan melalui batas-batas system
sebagai akibat adanya perbedaan suhu antara system dengan lingkungan.
Jika satu system mempunyai dinding diatermal dan suhunya lebih tinggi,
kalor akan keluar system. Sebaliknya, jika suhu lingkungan lebih tinggi,
kalor akan mengalir ke dalam system. Bila system menyerap kalor,
akan bertanda positif (+) dan bila system melepaskan kalor maka q akan
bertanda negative (-).
Perpindahan kalor dapat terjadi secara radiasi, konveksi atau
kondeksi. Radiasi adalah enegri gerakan foton berupa gelombang
elektromagnetiik, seperti mengalirnya sinar matahari ke bumi. Konveksi

19
adalah energy geakan partikel materi, seperti aliran molekul gas atau
cairan dari satu tempat ke tempat lain. Konduksi adalah aliran energy
melalui tumbukan partikel materi yang berdekatan secara sambung
menyambung, contohnya aliran panas dari sebatang logam.

F. ENERGI DALAM DAN PERUBAHANNYA


Energi Dalam
Energi dalam adalah keseluruhn energy potensital dan energy kinetik
zat-zat yang terdapat dalam system. Energy dalam merupakan fungsi
keadaan, besarnya hanya tergantung pada keadaan system. Setiap
system mempunyai energy karena partikel-partikel materi
(padat,cair,atau gas) selalu bergerak acak dan beraneka ragam. Ada
gerakan translasi( berpindah tempat), rotasi( berputar),dan
fibrasi(bergetar). Disamping itu, dapat terjadi perpindahan tingkat
energy elektron dalam atom atau molekul. Setiap gerakan,dipengaruhi
banyak factor dan dapat berubah bentuk bila saling bertumbukan.

Bila system mengalami peristiwa mungkin akan mengubah energy


dalam. Jika suhu naik menandakan gerakan partikel lebih cepat dan
energy dalam bertambah. Sebaliknya,jika suhu turun berarti energy
dalam berkurang. Berbagai macam proses sebuah system dapat
mengalami beberapa proses sesuai dengan keadaannya saat itu. keadaan
itu berlangsung sedemikian rupa sehingga salah satu variable system
konstan (tetap). Berbagai macam proses itu adalah sebagai berikut :
1. Proses isothermal, yaitu proses yang berlangsung pada suhu (T1-
T2), tetap sehingga energy dalam tetap (∆ U =0 ¿ . Dengan demikian,
persamaan menjadi q= -w. Artinya,kalor yang diberikan kepada
system semuanya diubah menjadi kerja.
2. Proses isovolum(isochor), yaitu proses yang tidak mengalami
perubahan volume, (∆ V =0 ¿ ,akibatnya system tidak melakukan
kerja (w = 0), sehingga persamaan menjadi q = ∆ U . Yang berarti
semua kalor yang masuk system disimpan sebagai energy dalam.
3. Proses adiabatik, yaitu proses yang tidak menyerap atu
melepaskan kalor (q = 0) sehingga persamaan menjadi ∆ U =w .
Yang berarti energy dalam system dipakai untuk mengahasilkan
kerja.

20
BAB III
HUKUM I TERMODINAMIKA DAN FUNGSI ENTALPI
A. Pengertian Hukum 1 Termodinamika
Hukum ini berbunyi “ kalor dan kerja mekanik adalah bisa
saling tukar”. Sesuai dengan hukum ini , maka sejumlah kerja
mekanik dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kalor, dan
sebaliknya.
Hukum ini juga bisa juga dinyatakan sebagai : “ energi tidak
bisa dibuat atau dimusnahkan, namun bisa diubah dari satu bentuk
ke bentuk lainnya”. Sesuai hukum ini energi yang diberikan oleh
kalor mesti sama dengan kerja eksternal yang dilakukan ditambah
dengan perolehan energi dalam karna kenaikan temperature.
Jika kalor debrikan kepada sistem, volume, dan suhu sistem
akan bertambah ( sistem akan terlihat mengembangkan dan
bertambah panas). Sebaliknya jika kalor diambil dari sistem ,
volume dan suhu sistem akan berkurang ( sistem tampak mengerut
dan terasa lebih dingin ). Prinsip ini merupakan hukum alam yang
penting dan salah satu bentuk dari hukum kekekalan energi.

21
Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan
usaha dan sistem yang mengalami perubahan suhu akan mengalami
perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang diberikan kepada sistem
akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami
perubahan energi dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum
kekekalan energi dalam termodinamika atau disebut Hukum 1
termodinamika .untuk suatu proses dengan keadaan akhir (2) dan
keadaan awal (1).

∆ U =¿ U2 – U1

Secara matematis , Hukum 1 Termodinamika dituliskan


sebagai

Q = W + ∆U
Dimana Q adalah kalor, W adalah usaha dan ∆ U adalah adalah
perubahan energi dalam. Tapi rumus itu berlaku jika sistem
menyerap kalor Q dari lingkungannya dan melakukan kerja W pada
lingkungannya.

Hukum 1 Termodinamika menyatakan hubungan antara energi


dalam (U) perpindahan panas ( Q ), dan kerja ( W ).

22
∆ U =¿ U2 – U1 = Q – W

Jika dalam sistem mengalami proses perubahan sangat yang sangat


kecil ,maka.

dQ = dU + dW
dQ = dU+ p d

B. Hukum 1 Termodinamika dalam Proses Termodinamika


1. Proses isoternal
suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana
terjadi perubahan-perubahan didalam sistem tersebut. Jika proses
berlangsung dalam suhu konstan, proses ini dinamakan proses
isotemik. Karna berlangsung dalam suhu konstan , tidak terjadi
perubahan energi dalam ( ∆U =0) dan berdasarkan hukum 1
termodinamika kalor yang diberikan dari persamaan umum gas :
PV = nRT
Karna suhu konstan , maka usaha yang dilakukan oleh gas
adalah:

dW = P. dV
n.R.T
dW = dV
V
V1
1
W = nRT ∫ dV
V2 V
Proses isotemik dapat digambarkan dalam grafik p – V dibawah
ini. Usaha yang dilakukan sistem kalor dapat dinyatakan sebagai
berikut:

23
V2
Q = W = nRT In
V1

Dimana V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.

Proses isoternal juga ada yang irreversible, rumusnya adalah:

Jika irreversible, maka tekanan ekspansinya konstan


sehingga :

2. Proses isokhorik

24
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume
konstan ( ∆V =0), gas tidak melakukan usaha ( W=0) dan kalor
yang diberikan sama dengan perubahan energi dalamnya. Kalor
disini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada volume konstan
Qv.

W = P dV = P.0 = 0
3. Proses isobarik
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga
tekanan tetap konstan, gas dikatakan melakukan proses Isobarik.
Karna gas berada dalam tekanan konstan ,gas melakukan usaha
( W = p ∆ V ). Kalor disini dapat dinyatakan sebagai kalor gas
pada tekanan konstan Qp. Berdasarkan hukum 1
termodinamika , pada proses isobarik berlaku

Qf = W + ∆ U

Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai :

W= P dV = nR dT

gambar 4 grafik proses isobarik.

4. Proses Adiabatik

25
Proses adiabatik adalah proses termodinamika dimana kerja
yang dilakukan oleh gas adalah mumi berasal dari perubahan
energi internalnya. Tidak ada energi yang masuk maupun yang
keluar ( Q) selama proses itu berjalan. ( hukum 1 termodinamika
menyatakan: perubahan energi internal gas (dU) adalah
banyaknya energi kalor yang disuplay (Q) dikurangi kerja yang
dilakukan oleh gas (P. dV).

C. Kapasitas Kalor pada Gas Ideal


Kapasitas kalor merupakan kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu suatu sistem sebesar satu derajat. Apabila tidak ada
perubahan fasa, panas yang diberikan kepada sistem akan
mengakibatkan kenaikan temperature. Ada 2 jenis kapasitas kalor,
yaitu ada kapasitas kalor saat volume tetap (Cv) dan kapasitas kalor
saat tekanan tetap (Cp). Sedangkan rumus kapasitas kalor itu sendiri
adalah;

∆ Q=C . ∆ T → C=dQ/dT
Dimana C adalah kapasitas panas zat yang secara kuantitatif
didefinisikan sebagai besarnya energi panas yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu zat sebesar 1 °C. dengan demikian kapasitas panas
C memiliki satuan J/kala tau J/K. sedangkan ∆ T tidak lain adalah
menyatakan selisih suhu pada keadaan sebelum dan sesudah diberi
energi panas Q.

D. Entalpi (H)
1. Pengertian Entalpi

26
Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan
jumlah energi dari suatu sistem termodinamika. Entalpi terdiri dari
energi dalam sistem, termasuk satu dari lima potensial
termodinamika dan fungsi keadaan, juga volume dan tekanannya.
( merupakan besaran ekstensif).
Satuan SI dari entalpi ialah joule, namun digunakan juga satuan
british thermal unit dan kalori. Total entalpi (H) tidak bisa diukur
langsung. Sama seperti pada mekanika klasik, hanya perubahannya
yang dapat dinilai.
Pada prooses tekanan konstan, ∆ H sama dengan perubahan
energi dalam sistem ditambah kerja yang dilakukan sistem pada
lingkungannya. Maka, perubahan entalpi pada kondisi ini ialah panas
yang diserap atau dilepas melalui reaksi kimia atau perpindahan
panas ekternal.
Maka kemudian pada entalpi gas ideal, solid dan liquid
tergantung pada tekanan. Benda nyata pada temperature dan tekanan
ruang biasanya kurang lebih mengikuti sifat ini, sehingga dapat
menyederhanakan perhitungan entalpi.
H = U + PV
Dimana:
H = entalpi sistem ( joule)
U = entalpi internal ( joule)
P = tekanan dari sistem (Pa)
V = volume sistem (m2)

PV hanya tergantung keadaan awal dan akhir sistem. Besarnya


perubahan entalpi dari sistem :
∆ H =¿H2 – H1
= ( U2+ P2 V2) – ( U1 + P1 V1 )
= ( U2– U1 ) + ( P2V2 – P1V2)

27
2. Jenis Entalpi
Perubahan kimia dapat terjadi melalui beberapa hal seperti
reaksi kimia, penguapan, pelarutan dan lain lain. Bahkan reaksi
kimia pun juga terdiri dari beberapa jenis reaksi kimia yang
berbeda. Dengan definisinya dimana entalpi terlibat dalam
perubahan kimia, maka hal itu menyebabkan entalpi ini dapat
terjadi dalam beberapa jenis perubahan tersebut. Dalam kimia,
jenis perubahan kimia itu akan mempengaruhi jenis entalpi yang
terlibat didalamnya. Berikut ini adalah beberapa jenis entalpi
yang ada saat ini.
a) Entalpi Reaksi (Hr)
Entalpi reaksi merupakan jenis entalpi yang paling umum
dan paling sering digunakan karena jenis entalpi ini
merupakan panas yang terlibat dalam perubahan secara
reaksi kimia. Reaksi yang dimaksud dalam entalpi ini adalah
reaksi secara umum sehingga tidak terkhusus untuk jenis
reaksi tertentu.
Contoh entalpi reaksi yaitu pada reaksi antara aluminium
dengan besi oksida.
2 Al(s) + Fe2O3(s)    Al2O3(s) + 2 Fe(s)     Hr  = -851 kJ
b) Entalpi Pembentukan (Hf)
Entalpi pembentukan merupakan panas yang terlibat
dalam pembentukan satu mol senyawa tertentu dari reaktan.
Pada umumnya reaksi kimia akan menghasilkan
pembentukan produk senyawa baru dimana hal ini akan
mengakibatkan perubahan entalpi pembentukan. Jenis entalpi
ini ditambahkan huruf f yang merupakan singkatan dari
formation atau pembentukan. Contoh dari entalpi
pembentukan adalah reaksi pembentukan natrium klorida
dari logam natrium dan gas klorin.
Na(s) + ½ Cl2(g)  NaCl  (s)          Hf = -411.1 kJ

28
c) Entalpi Pengurahian (Hd)
Selain pembentukan, terdapat juga entalpi penguraian
dimana definisinya merupakan panas yang terlibat dalam
penguraian satu senyawa menjadi dua atau lebih senyawa
lain atau proses pemecahan suatu senyawa kimia. Peristiwa
ini merupakan kebalikan dari reaksi pembentukan.Contohnya
yaitu penguraian gas CO2 menjadi karbon dan oksigen
dimana akan menghasilkan entalpi positif yang berarti
endoterm atau membutuhkan energi tertentu untuk terjadinya
reaksi ini.
CO2(g)   C(s)  + O2(g)     Hd = +110.5 kJ
d) Entalpi Pembakaran (Hc)
Entalpi pembakaran adalah panas yang terlibat dalam
reaksi kimia dimana 1 mol senyawa tertentu bereaksi dengan
oksigen atau mengalami pembakaran. Reaksi pembakaran
juga disebut dengan oksidasi karena senyawa akan bereaksi
dengan oksigen menghasilkan air dan karbondioksida jika
senyawa itu merupakan hidrokarbon.Reaksi ini akan
menghasilkan panas pembakaran negatif atau eksoterm
dimana panas akan dilepaskan dari sistem ke lingkungan
pada perubahan yang terjadi. Contohnya yaitu pada reaksi
pembakaran gas propana.
C3H8(g) + 5 O2(g)  3 CO2(g) + 4 H2O(g)      Hc  = -108 kJ
e) Entalpi Penetralan (Hn)
Entalpi penetralan atau netralisasi merupakan
perubahan panas yang terlibat dalam reaksi penetralan satu
mol senyawa asam tertentu dengan senyawa basa lain dengan
ekuivalen. Seperti yang kita ketahui bahwa reaksi antara
asam dan basa yang ekuivalen akan menghasilkan penetralan
dimana sifat asam dan basa akan saling menetralkan

29
menghasilkan larutan yang bersifat netral.Contoh entalpi
penetralan yaitu pada reaksi HCl dan NaOH.
HCl(aq)  + NaOH(aq)   NaCl(aq) + H2O(l)     Hn  = -13.68 kJ
f) Entalpi Peleburan (Hfus)
Entalpi peleburan merupakan nilai entalpi atau panas
yang berubah dalam peleburan satu mol senyawa tertentu.
Dalam sifat fisiknya, setiap zat dikenal memiliki titik lebur
tertentu dimana ketika tercapai suhu titik leburnya maka zat
tersebut akan mengalami proses peleburan yakni perubahan
wujud padat menjadi cair.Proses ini umumnya memerlukan
energi panas tertentu sehingga nilai entalpinya positif atau
endoterm.
C2H6O(s)  C2H6O(l)     Hfus = + 5.0 kJ
g) Entalpi Penguapan (Hvap)
Hampir sama seperti entalpi peleburan, entalpi
penguapan juga merupakan panas yang terlibat dalam
penguapan satu mol senyawa tertentu.
Peristiwa ini sebenarnya tidak terjadi secara kimia,
melainkan secara fisika karena hanya terjadi perubahan
wujud tanpa perubahan struktur kimianya. Namun proses ini
juga melibatkan sejumlah energi dan panas tertentu sehingga
memiliki nilai entalpi.Contohnya yaitu penguapain air dalam
bentuk cair menjadi bentuk uap dimana proses ini
berlangsung secara endoterm.
H2O(l) H2O(g)     Hvap  = +40.7 kJ

3. Rumus dan Cara Menghitung Entalpi

30
Sesuai definisinya entalpi dapat dirumuskan sebagai berikut:
H = U + PV
Dimana H merupakan entalpi, U merupakan energi dalam, P adalah
tekanan dan V adalah volume. Entalpi pada umumnya tidak
dapat dihitung secara individu sama seperti entropi,
melainkan yang dapat dihitung yaitu perubahannya.
Sehingga untuk perubahan entalpi, dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
H=U+PV
Contoh soal entalpi:
a. Tentukan nilai entalpi dari pembentukan standar H2CO3(I)
ialah
-125 KJ/mol. Bagaimanakah persamaan termokimia reaksi
pembentukan zat tersebut?
Jawab:
Senyawa H2CO3 terbentuk dari unsur H,C dan oberarti unsur
pembentuknya ialah H2, C dan O2.
Maka persamaan termokimianya ialah:
H2(g)+ C(s) + O2(g) → Ò H2CO3 ∆ H f = -62,5 kJ
Persamaan termodinamika setelah disetarakan yakni sebagai
berikut:
3
H2(g) + C(s) + O2(g) → Ò H2CO3 ∆ H f = -62,5kJ
2
b. Persamaan termodinamika suatu zat ialah sebagai berikut:
2C(s) + 8H2 → Ò 2C3H8(s) ∆ H f = - 225kJ/mol
Berapakah besar entalpi pembentukan standar dari C3H8?
Jawab:
Terjadinya reaksi standar dalam pembentukan senyawa C3H8
yakni apabila mempunyai koefisien satu.
Maka akan diketahui pada pembentukan 2 mol C3H8 yang
melepaskan kalor sebesar 225 kJ. Jadi agar dapat menemukan

31
entalpi pembentukan 1 mol koefisien standar C3H8(s) Hf adalah
– 112,5 kJ/mol. Karna melepaskan kalor maka rekasnya
termasuk reaksi eksoterm.

E. Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm


1. Reaksi Eksoterm

Jika reaksi berlangsung dengan melepaskan/ menghasilkan


kalor dari sistem ke lingkungan maka reaksi di sebut
eksotem. Pelepasan kalor yang terjadi menyebabkan
penurunan entalpi reaksi sehingga ∆ H reaktan >∆ H produk,
maka ∆ H bertanda negative.
Contoh kegiatan yang terjadi pelepasan kalor (melepas
panas ) dalam kehidupan sehari-hari adalah:
1. Kembang api yang menyala
2. Ketika kita membakar sesuatu (reaksi pembakaran)
3. Setrika
4. Menyalakan lilin
5. Besi berkarat
6. Respirasi
7. Reaksi netralisasi antara asam dan basa
8. Mencampur air dengan asam kuat.

2. Reaksi Endoterm

Jika reaksi berlangsung dengan menyerap/membutuhkan


kalor dari lingkungan ke sistem maka reaksi disebut
endoterm. Penyerapan kalor oleh sistem menyebebkan
kenaikan entalpi reaksi sehingga ∆ H produk >∆ H reaktan,
maka ∆ H bertanda positif.
Contoh kegiatan yang terjadi penyerapan kalor ( menyerap
panas) dalam kehidupan sehari-hari adalah.
1. Es batu mencair

32
2. Melarutkan ammonium klorida dengan air.
3. Fotosintesis.
4. Penguapan air
5. Memasak telur.
6. Reaksi dekomposisi termal.

BAB IV
LARUTAN

A. Pengertian Larutan
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara
molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran
karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut
homogen karena hubungannya begitu seragam sehungga tidak dapat
diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan
mikroskop optis sekalipun. Fase larutan dapat berwujud gas padat,
ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya
perunggu, amalgam dan paduan logam lain. Larutan cair misalnya
air laut, larutan gula larut dalam air dan lain-lain. Larutan adalah
sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, kecuali
dinyatakan pelarut digunakan air.
 Macam-macam larutan

a. Larutan tak jenuh


Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat
terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh.
Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat
habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan

33
tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti
larutan belum jenuh
( masih dapat larut).
b. Larutan jenuh 
Larutan jenuh  yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute
yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya.
Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis
bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal).
Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti
larutan tepat jenuh.
c.  Larutan sangat jenuh 
Larutan sangat jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung lebih
banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau
dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat
terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi
apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat
jenuh (mengendap).

 Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat

dibedakan menjadi 2, yaitu:

a.  Larutan pekat

Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak

solute dibanding solvent.

b.  Larutan encer 

Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute

dibanding solvent.

B. Konsentrasi Larutan
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif
digunakan konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat

34
terlarut dan jumlah pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat,
mol) zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu dari pelarut.
Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi
mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta ditambah dengan
persen massa dan persen volume.
Banyak cara menentukan konsentrasi larutan yang semuanya
menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut atau
larutan. Dengan demikian, setiap sistem konsentrasi harus
menyatakan hal-hal sebgai berikut :

1. Satuan yang digunakan untuk zat terlarut


2. Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan
3. Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua konsentrasi.

Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus diperhatikan:

 Apabila dari padatan, pahami terlebih dahulu satuan yang


diinginkan. Berapa volum atau massa larutan yang akan dibuat.
 Apabila larutan yang lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang
diketahui dengan satuan yang diinginkan harus disesuaikan. Jumlah
zat terlarut sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama, dan
memenuhi persamaan :

Keterangan :

 M1 : Konsentrasi larutan sebelum diencerkan


 V1 : Volume larutan atau massa sebelum diencerkan
 M2 : Konsentrasi larutan setelah diencerkan

35
 V2 : Volume larutan atau massa setelah diencerkan

Konsentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu:


1. Molaritas
Molaritas ialah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Dimensi
molaritas ialah mol/L atau mol L-1 , disingkat M dan diucapkan molar.
Larutan yang mengandung 1 mol zat terlarut dalam 1 liter larutan disebut 1
molar dan ditulis 1 M.

Molaritas ialah cara yang paling lazim untuk menyatakan komposisi larutan
encer. Untuk pengukur yang cermat cara ini kurang menguntungkan karena
sedikit ketergantungan pada suhu. Jika larutan dipanaskan atau didinginkan,
volume berubah sedangkam mol akan tetap sehingga molaritas akan
berubah.
2. Molalitas
Molalitas ialah jumlah zat terlarut pada tiap kilogram pelarut, dalam
molalitas tidak ada volume, namun massa yang tidak berepengaruh pada
suhu.

36
3. Persen Massa
Persen massa atau sering disebut persen bobot per bobot (% b/b),
menyatakan jumlah massa zat terlarut dalam 100 bagian massa larutan
Rumus persen massa :

4. Persen Volume
Persen volume atau persen volum per volum (% V/V) menyatakan jumlah
zat terlarut dalam 100 bagian volume larutan. Rumus persen volume

5. PPM (part per million)


ppm (part per million) menyatakan jumlah bagian komponen dalam sejuta
bagian campuran.

37
6. Fraksi mol
Fraksi mol menyatakan perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol
seluruh larutan (mol terlarut + mol pelarut). Rumus Fraksi mol :
larutan terhadap jumlah seluruh zat dalam larutan.

7. Normalitas
Normalitas menyatakan jumlah garam ekuivelen zat terlarut dalam 1 liter
larutan. Satuannya dilambangkan dengan N dan disebut Normal.

Valensi menyatakan banyaknya ion H+ atau OH– (dalam larutan asam dan    


basa) yang dilepaskan.

C. Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit merupakan larutan yang bisa menghantarkan arus
listrik. Dalam larutan elektrolit molekul-molekulnya terurai (terdisosiasi)
menjadi partikel-partikel bermuatan listrik positif dan negatif yang disebut
dengan ion (ion positif-ion negatif). Ion positif yang dihasilkan dinamakan
kation dan ion negatif yang dihasilkan dinamakan anion. Jumlah dari
muatan ion positif dan ion negatif akan sama sehingga muatan ion-ion
dalam larutan netral. Ion-ion inilah yang kemudian menghantarkan arus

38
listrik. Perubahan kimia larutan ini ditandai dengan perubahan warna,
munculnya gelembung gas dan adanya endapan, serta jika diuji dengan
alat uji elektrolit larutan ini mampu menyalakan sebuah lampu. Semakin
banyak ion yang terbentuk, maka semakin kuat sifat elektrolit larutan
tersebut
 Jenis-Jenis Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit terbagi atas 3 yang mempunyai ciri-ciri tersendiri
seperti yang ada dibawah berikut ini :
1. Larutan Elektrolit Kuat  
Larutan elektrolit kuat, yakni larutan yang semua molekulnya
terurai mejadi ion-ion (terionisasi sempurna). Oleh karena
banyaknya ion-ion penghantar listrik yang terbentuk, maka daya
hantarnya juga kuat. Umumnya larutan elektrolit kuat adalah
larutan garam.
 Ciri-Ciri Larutan Elektrolit Kuat
a) Penghantar arus listrik kuat atau baik
b) Terionisasi dengan sempurna
c) Tetapan atau derajat ionisasi (a) a = 1
d) Jika diuji, larutan elektrolit kuat memiliki nyala lampu yang
terang dan muncul gelembung gas yang banyak

Contohnya :

1. Garam (NaCl, KCl, CuSO4 dan KNO3),

2. Asam Kuat (HCl, HI, HBr, H2SO4 dan HNO3), dan


3. Basa Kuat (NaOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2 dan KOH)
Reaksi penguraian elektrolit kuat ditulis dengan tanda anak panah
tunggal ke kanan. Contoh reaksi elektrolit kuat :

1. NaCl (aq) → Na+ (aq) + Cl– (aq)


2. H2SO4 (aq) → 2 H+ (aq) + SO4 2- (aq)

39
3. NaOH (aq) → Na+ (aq) + OH– (aq)

2. Larutan Elektrolit Lemah


Larutan elektrolit lemah, yakni larutan yang tidak semua molekulnya
terionisasi (ionisasi tidak sempurna), sehingga hanya sedikit ion-ion yang
dapat menghantarkan listrik.
Ciri-Ciri Larutan Elektrolit Lemah
 Penghantar listrik yang kurang baik atau lemah
 Terionisasi sebagian
 Tetapan atau derajat ionisasi (a) 0< a <1
 Jika diuji, larutan elektrolit lemah nyala lampunya lemah dan
muncul gelembung gas yang sedikit.
Contoh Larutan Elektrolit Lemah
 Asam Lemah (HCN, H3PO4, CH3COOH, dan C2O3)
 Basa Lemah (NH4OH, Al(OH3),
 dan Fe(OH)3).

3. Larutan Non Elektrolit 


Larutan non-elektrolit merupakan larutan yang tidak
bisa menghantarkan arus listrik. Larutan-larutan non-elektrolit terdiri
atas zat-zat yang terlarut dalam air namun tidak terurai menjadi ion
(tidak terionisasi). Dalam larutan, zat not-elektrolit tetap seperti
molekul yang tidak bermuatan listrik. Itulah mengapa larutan ini
tidak dapat menghantarkan arus listrik.
 Ciri-Ciri Larutan Non Elektrolit
1. Tidak dapat terionisasi
2. Tidak dapat menghantarkan arus listrik atau isolator
3. Tetapan atau derajat ionisasi (a) a = 0
4. Jika diuji, Larutan Non Elektrolit, tidak menyala dan tidak
muncul gelembung gas.
Contoh Larutan Non Elektrolit

40
 Urea = CO (NH2)2
 Glukosa = C6H12O6
 Sukrosa = C12H22O11
 Etanol = C2H2OH
Contoh reaksi larutan non-elektrolit C6H12O6 (s)  
C6H12O6 (aq)

D. Teori Asam Basa


1. Sifat-Sifat Asam dan Basa

a. Sifat Asam

 Memiliki rasa masam/asam


 Bersifat korosif atau merusak
 Jika dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion H+ atau ion
hidrogen dan ion sisa asam yang bermuatan negatif. Peristiwa
terurainya asam menjadi ion bisa dituliskan seperti ini:
HA (aq) ——> H+ (aq) + A- (aq)
 Jika diuji dengan indikator kertas lakmus biru, asam dapat
mengubah lakmus tersebut menjadi merah. Sedangkan jika diuji
dengan indikator kertas lakmus merah, kertas lakmus tersebut tidak
akan berubah warna. Indikator adalah alat yang digunakan untuk
menunjukkan suatu zat apakah bersifat asam maupun basa.

b. Sifat Basa

 Memiliki rasa pahit


 Bersifat kaustik atau dapat merusak kulit
 Jika dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion OH- atau ion
hidroksil dan ion logam atau gugus lain yang bermuatan negatif. Jika
ion OH- hampir seluruhnya dilepaskan atau ionisasinya sempurna,

41
maka termasuk basa kuat atau dikatakan memiliki derajat keasaman
yang rendah dan begitu sebaliknya. Secara umum peristiwa
peruraian basa menjadi ion dapat dituliskan sebagai berikut:
BOH (aq) ——-> B+ (aq) + OH- (aq)
 Jika diuji dengan indikator lakmus merah, maka bsa akan mengubah
warna lakmus tersebut menjadi warna biru, sedangkan dengan kertas
lakmus biru, tidak akan mengubah warna kertas lakmus tersebut.

2. Teori Asam Basa

a. Teori Asam Basa Menurut Arrhenius (1884)


Menurut Svante August Arrhenius (1884), asam adalah spesi
yang apabila dilarutkan dalam air akan terdisosiasi
menghasilkan ion H+ dan basa adalah spesi yang apabila
dilarutkan dalam air akan terdisosiasi menghasilkan ion OH-,
dengan asumsi bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap
sifat asam dan basa.

Dalam pengajuan desertasinya, Arrhenius mengalami hambatan yang cukup


berat karena profesornya tidak tertarik. Desertasinya dimulai pada tahun
1880, diajukan pada 1883. Kemudian ia diluluskan, namun dengan nilai
rendah, bahkan hampir tidak lulus. Hal tersebut karena teorinya yang
dianggap terlalu revolusioner, dianggap tidak realistis dan sebagainya.
Arrhenius melanjutkan penelitian tentang teorinya dengan Ostwald dan
Kohlrausch pada tahun 1886, lalu dilanjutkan dengan Boltzmann dan van’t
Hoff pada tahun 1887. Hingga Arrhenius dapat membuktikan teorinya dan
menerbitkan karangannya mengenai asam basa. Akhirnya, dunia mengakui
teori Arrhenius, dan pada tahun 1903 mendapatkan hadiah nobel untuk ilmu
pengetahuan.
Hingga sekarang teori Arrhenius masih tetap berguna meskipun hal tersebut
merupakan model paling sederhana. Dalam membedakan asam basa lemah
atau kuat didasarkan pada daya hantar listrik molal. Jika suatu larutan bisa

42
menghantarkan listrik artinya larutan tersebut mengandung ion. Semakin
kuat daya hantar listriknya berarti semakin kuat pula sifat asam atau
basanya. Karena semakin banyak asam/basa yang terionisasi membuat
larutan tersebut semakin elektrolit kuat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
asam atau basa kuat berupa elektrolit kuat dan asam atau basa lemah
merupakan elektrolit lemah.
Kelemahan teori Arrhenius, diantaranya seperti belum menjelaskan tentang
bagaimana pengaruh dari pelarut, atau bagaimana dengan sifat garam.
 Asam Arrhenius
Menurut Arrhenius, suatu zat dikatakan asam jika dilarutkan dalam air akan
menghasilkan ion H+, sebagai contoh yaitu disosiasi dari HCl
HCl → H+(Aq) + CI–(Aq)
Saat HCl dibuat menjadi larutan, maka HCl terdisosiasi menjadi ion H+ dan
ion Cl-. Karena sesuai dengan teori Arrhenius maka asam klorida termasuk
asam Arrhenius.
Contoh lain asam Arrhenius diantaranya seperti:

Dari beberapa contoh diatas, hasil dari disosiasi berupa ion H+, tapi pada
kenyataannya ion H+ tidak ada yang berupa ion bebas, ion H+ akan bereaksi
dengan molekul air di sekitarnya, membentuk ion H3O+.
H+ (Aq) + H2O(l) → H3O+(Aq)

43
Sehingga reaksi lengkap yang terjadi pada disosiasi yaitu:
HBr(Aq) + H2O(l) → H3O+(Aq) + Br-(Aq)
Tapi agar lebih pendek dan lebih mudah diingat reaksi disosiasi menjadi :
HBr(Aq) → H+(Aq) + Br-(Aq)  
Secara umum, tidak ada yang salah untuk penggunaan kedua reaksi di atas
dalam menunjukkan disosiasi.
Basa Arrhenius
Menurut Arrhenius, suatu zat dikatakan basa jika dilarutkan dalam air akan
menghasilkan ion OH-, sebagai contoh disosiasi NaOH.
NaOH(Aq) → Na +(Aq)  + OH–(Aq)
Saat NaOH dibuat menjadi larutan, maka NaOH terdisosiasi menjadi ion
Na+ dan ion OH-. Karena sesuai dengan teori Arrhenius maka larutan
Natrium Hidroksida termasuk basa Arrhenius. Berikut beberapa contoh lain
basa arrhenius:

Dari beberapa contoh diatas, kebanyakan ion OH- berasal dari zat yang
dilarutkan tersebut. Tapi jangan terkecoh, untuk beberapa zat yang tanpa
gugus OH- pada rumus kimianya juga bisa bersifat basa, asalkan saat
dilarutkan dalam air menghasilkan ion OH-. Sebagai contoh senyawa
amonia, dengan rumus kimia NH3. Amonia termasuk basa, karena saat
dilarutkan dalam air membuat terbentuknya ion OH-. Perhatikan reaksi
pelarutan amonia berikut ini:
NH3(Aq) + H2O (l)  ⇋ NH4+(aq)+OH−(aq)
Karena bisa menghasilkan ion OH- saat dilarutkan dalam air maka amonia
termasuk basa Arrhenius, namun pada beberapa pernyataan menyebutkan
bahwa basa Arrhenius setidaknya memiliki gugus OH pada rumus

44
kimianya, sehingga jika dikaitkan dengan pernyataan tersebut amonia
bukanlah basa arrhenius.

Teori Asam Basa Menurut Bronsted-Lowry (1923)

Teori ini melengkapi teori Arrhenius yang belum menjelaskan tentang


pengaruh pelarut. Pada teori Arrhenius suatu zat dikatakan asam atau basa
jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion H+ atau ion OH-, tapi
bagaimana jika pelarutnya bukan air? Misalnya, asam asetat pada pelarut
benzena, disitu sifat asamnya menjadi tidak muncul.
Kemudian, pada suatu amonia yang dilarutkan pada Natrium amida, disitu ia
menjadi bersifat basa meskipun tidak terbentuk ion OH- karena hal tersebut
maka Johannes N. Bronsted dan Thommas M. Lowry menyimpulkan bahwa
yang menjadikan suatu zat tersebut asam atau basa yaitu ion H+ atau proton.
Menurut Bronsted-Lowry suatu spesi dikatakan asam jika bisa
mendonorkan ion H+ atau proton (donor proton) ke spesi lain, sedangkan
basa jika spesi tersebut bisa menerima ion H+ atau proton (akseptor proton)
dari spesi lain.
Asam-basa Konjugasi Kelanjutan dari teori Bronsted-Lowry adalah spesi
yang telah mendonorkan proton, akan memiliki kemampuan untuk bisa
menerima proton, sehingga merupakan basa. Untuk basa yang terjadi karena
hasil donor proton biasa disebut basa konjugasi dari asam semula.
Sedangkan untuk spesi yang menerima proton, akan memiliki kemampuan
untuk mendonorkan proton, dan biasa disebut asam konjugasi dari basa
semula. Lebih jelasnya perhatikan reaksi HCl dan air berikut ini:

45
Pada reaksi diatas, HCl mendonorkan proton pada air, mengacu pada teori
Bronsted-Lowry maka HCl tersebut merupakan asam. Akan tetapi setelah
HCl mendonorkan proton, sisanya hanya ion Cl-, dimana memiliki
kemampuan untuk menerima proton atau basa. Maka, Cl- merupakan basa
konjugasi dari HCl. Pasangan asam basa konjugasi = HCl dan Cl-
Karena air menerima proton dari HCl, air tersebut merupakan basa. Setelah
air menerima proton, akan terbentuk ion H3O+, dimana memiliki
kemampuan untuk mendonorkan proton atau asam. Maka, ion H3O+
merupakan asam konjugasi dari air. Pasangan basa asam konjugasi = air dan
H3O+.
Amfoter
Senyawa amfoter adalah senyawa yang bisa menjadi asam maupun basa,
tergantung kondisi lingkungannya. Hal tersebut karena senyawa amfoter
memiliki kemampuan seperti itu. Kemampuan tersebut dapat terjadi karena
pada senyawa amfoter terdapat atom hidrogen yang bisa lepas menjadi
proton dan memiliki pasangan elektron bebas yang bisa menerima proton.
Contoh senyawa amfoter diantaranya air, asam amino, protein, Al(OH)3 dan
beberapa logam oksida (ZnO, PbO, SnO dsb)
Istilah amfoter berasal dari bahasa yunani yaitu amphoteroi yang berarti
keduanya. Penggunaannya dalam asam basa, amfoter berarti senyawa yang
bisa menjadi keduanya. Terkadang istilah lain yang juga digunakan untuk
senyawa yang dapat menjadi asam maupun basa adalah amfiprotik. Antara
Amfoter dan Amfiproti memiliki makna yang sama
Ringkasan
Pada teori asam basa Bronsted-Lowry dapat diperoleh beberapa poin
penting diambil, diantaranya:

 Asam merupakan spesi yang dapat mendonorkan ion H+ atau proton


 Basa merupakan spesi yang dapat menerima ion H+ atau proton
 Air merupakan senyawa amfoter

46
 Asam konjugasi adalah asam hasil dari suatu senyawa yang telah
menerima proton
 Basa konjugasi adalah basa hasil dari suatu senyawa yang telah
mendonorkan proton

Teori Asam Basa Menurut Lewis (1923)

Pada tahun 1923, Lewis mengajukan pandangan yang berbeda terhadap teori
asam basa. Ketika Bronsted-Lowry memandang bahwa yang berperan
dalam suatu senyawa berupa asam/basa karena suatu proton (ion H+), Lewis
memandang bahwa yang berperan dalam sifat asam/basa suatu senyawa
adalah karena pasangan elektron. Pada teori asam basa Lewis, basa
mendonorkan pasangan elektron dan asam menerima pasangan elektron.
Asam Lewis adalah semua zat yang dapat menerima pasangan elektron
bebas, dengan kata lain suatu akseptor pasangan elektron. Sedangkan basa
Lewis adalah zat yang dapat mendonorkan pasangan elektron bebas, dengan
kata lain suatu donor pasangan elektron.
Asam Lewis
Asam Lewis adalah penerima pasangan elektron. Asam Lewis merupakan
elektrofil, karena tertarik pada elektron. Asam Lewis bermuatan positif
(parsial) pada suatu senyawa. Contoh zat yang termasuk dalam asam Lewis,
diantaranya yaitu:

 Semua kation (Cu2+, Na+, Ca2+, Li+, Mg2+, dan lain sebagainya),
 Atom, ion, atau molekul yang oktet tidak lengkap (BF3, AlF3)
 Molekul yang mana atom pusatnya dapat memiliki elektron valensi
lebih dari 8 (SiBr4, SiF4)
 Molekul memiliki ikatan rangkap dengan dua atom elektronegatif
(CO2)

Basa Lewis

47
Basa Lewis adalah pendonor pasangan elektron. Basa Lewis merupakan
nukleofil, karena menyukai untuk menyerang atom yang bermuatan positif
pada suatu senyawa.
Contoh zat yang termasuk dalam basa Lewis diantaranya yaitu OH-, CN-,
NH3, dan lain sebagainya.
Agar lebih memahami teori asam-basa Lewis, perhatikan contoh reaksi H+
dan NH3

Pada reaksi di atas terlihat bahwa NH3 mendonorkan pasangan elektronnya


untuk berikatan dengan H+, maka yang bertindak sebagai basa Lewis adalah
NH3. sedangkan H+ menerima pasangan elektron dari amonia, sehingga H+
merupakan asam Lewis.

 Penggolongan Jenis Asam dan Basa


Untuk menggolongkan jenis asam basa terdapat banyak parameter yang
dapat digunakan. Berikut ini merupakan beberapa penggolongan senyawa
asam basa yang ada:

Berdasarkan jumlah atom hidrogen

Berdasarkan jumlah H dalam satu molekul, asam dapat dibedakan menjadi


dua jenis yaitu asam monoprotik dan asam poliprotik. Asam monoprotik
merupakan senyawa yang memiliki satu buah proton (H) sehingga hanya
mampu melepaskan satu proton saja.

48
Contoh asam monoprotik yaitu HCl, HBr, HCN. Sedangkan asam poliprotik
adalah senyawa yang memiliki dua atau lebih proton yang dapat dilepaskan.
Contoh senyawa asam poliprotik adalah H2SO4 dan H3PO4.

Berdasarkan Kekuatannya

Asam basa dapat dibedakan menjadi asam-basa kuat dan asam-basa lemah.
Suatu asam ataupun basa dikatakan kuat jika zat tersebut dalam air dapat
terionisasi secara sempurna atau memiliki derajat ionisasi 1. Sedangkan
suatu senyawa dikatakan asam atau basa lemah jika di dalam air senyawa
tersebut tidak terionisasi secara sempurna atau memiliki derajat ionisasi
dibawah 1.

 Contoh senyawa asam kuat yaitu HCl, HBr, H2SO4, HNO3


 Contoh senyawa basa kuat yaitu NaOH, KOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2
 Contoh senyawa asam lemah yaitu CH3COOH, H2CO3, HClO4
 Contoh senyawa basa lemah yaitu NH3, Al(OH)3, Fe(OH)2, NH4OH

E. Tetapan Ionisasi
a. Tetapan ionisasi Basa
Suatu basa lemah di dalam air akan mengalami reaksi ionisasi
sebagian (/alpha/alpha < 1) dan akan terbentuk keaadaan setimbang.
Tetapan kesetimbangan untuk reaksi ionisasi basa lemah disebut
dengan tetapan ionisasi asam dinotasikan dengan K_bKb.
Tetapan ionisasi basa (K_b)(Kb) dapat menyatakan ukuran kekuatan
dari suatu asam secara kuantitatif. Nilai tetapan ionisasi dapat dicari
dengan menghitung perbandingan antara hasil kali konsentrasi
produk dipangkatkan koefisiennya dengan hasil kalo konsentrasi
reaktan dipangkatkan koefisiennya . Sebagai contoh, berikut adalah
reaksi ionisasi asam lemah:LOH_{(aq)} \rightleftharpoons
L^+_{(aq)} + OH^-_{(aq)}LOH(aq)⇌L(aq)++OH(aq)−Maka:K_b
= \frac {[L^+].[OH^-]}{[LOH]}Kb=[LOH][L+].[OH−]

49
Jika Ka semakin besar artinya konsentrasi ion L^+L+ dan OH^-
OH− akan semakin banyak dibandingkan LOH pada saat setimbang.
Artinya ion OH^-OH− nya pun akan semakin banyak sehingga
asam lemahnya pun akan semakin kuat. Jadi semakin besar
harga K_aKa maka asam lemahnya akan semakin kuat.Hubungan
antara Ka dengan [OH] dan besarnya derajat ionisasi ditunjukkan
oleh persamaan persamaan berikut.
[OH] = \alpha M_b[OH]=αMb
\alpha = \sqrt {\frac {K_b}{M_b}}α=MbKb
[OH^-] = \sqrt {(Kb \times Mb)}[OH−]=(Kb×Mb)
Di mana:
K_bKb = tetapan ionisasi basa
\alphaα = derajat ionisasi
M_bMb = konsentrasi basa

b. Tetapan ionisasi Asam


Suatu asam lemah di dalam air akan mengalami reaksi
ionisasi sebagian (derajat ionisasi < 1) dan akan terbentuk keaadaan
setimbang. Tetapan kesetimbangan untuk reaksi ionisasi asam
lemah disebut dengan tetapan ionisasi asam dinotasikan
dengan K_aKa. Tetapan ionisasi asam (Ka) dapat menyatakan
ukuran kekuatan dari suatu asam secara kuantitatif. Nilai tetapan
ionisasi dapat dicari dengan menghitung perbandingan antara hasil
kali konsentrasi produk dipangkatkan koefisiennya dengan hasil
kalo konsentrasi reaktan dipangkatkan koefisiennya . Sebagai
contoh, berikut adalah reaksi ionisasi asam lemah:

 HA_{(aq)} \rightleftharpoons H^+_{(aq)} + A^-_{(aq)}HA(aq)


⇌H(aq)++A(aq)−
 Maka:
 K_a = \frac {[H^+][A^-]} {[HA]}Ka=[HA][H+][A−]
 Jika K_aKa semakin besar artinya konsentrasi ion H^+H+ dan A^-
A− akan semakin banyak dibandingkan HAHA. Artinya

50
ion H^+H+ nya pun akan semakin banyak sehingga asam lemahnya
pun akan semakin kuat. Jadi semakin besar harga Ka maka asam
lemahnya akan semakin kuat.
 Hubungan antara KaKa dengan [H^+][H+] dan besarnya derajat
ionisasi ditunjukkan oleh persamaan persamaan berikut.
 [H^+] = \alpha \times M_a[H+]=α×Ma
 \alpha = \sqrt {Ka \times M_a}α=Ka×Ma
 [H^+] = \sqrt {Ka \times M_a}[H+]=Ka×Ma
 Di mana:
 KaKa = tetapan ionisasi asam
 \alphaα = derajat ionisasi
 M_aMa = konsentrasi molar asa

51

Anda mungkin juga menyukai