Anda di halaman 1dari 6

BAB 11.

STABILISASI KUALITAS PAKAN BUATAN

Kandungan nutrisi yang terdapat di dalam pellet atau pakan buatan seyogyanya
dipertahankan dan/atau ditingkatkan kualitasnya. Upaya tersebut sangat terkait dengan
tingkat penanganannya. Upaya-upaya untuk menjaga konsistensi kualitas pakan buatan
untuk kultivan dapat ditemui di bab ini.

11.1. Penanganan Pellet


Pakan buatan merupakan kebutuhan pokok kultivan perlu mendapat penanganan
yang baik dan benar agar kualitasnya saat pemberiaan pakan masih konsisten atau belum
berubah sejak ke luar dari pabrik. Pananganan yang dimaksud dalam bab ini adalah
pengemasan, transportasi atau distribusi dan penyimpanan atau pergudangan.

a. Pengemasan atau packing


Pada industri pakan buatan kultivan, pengemasan merupakan salah satu rangkaian
dari proses pembuatan pakan. Pengemasan adalah bagian terakhir dari seluruh tahapan
pembuatan pakan. Proses pengemasan harus menjamin bahwa pakan yang terkemas akan
aman dan stabilitasnya terjaga hingga saat pemberian pakan ke kultivan di media budidaya
yaitu di tambak, kolam, akuarium dan semcamnya.
Kemasan adalah wadah atau media yang digunakan untuk membungkus bahan atau
komoditi sebelum disimpan. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengaturan,
pengangkutan, dan penempatan pada tempat penyimpanan serta memberikan perlindungan
pada bahan atau komoditi secara awal (Imdad dan Nawangsih, 1999). Pengemasan
membatasi bahan dengan lingkungan sekitarnya, sehingga dapat mencegah atau
menghambat kerusakan. Pemilihan bahan kemasan perlu diketahui tentang persyaratan
yang dibutuhkan seperti penyebab kerusakan dan apa yang dialami produk yang dikemas
sebelum dikonsumsi (Syarief dan Halid, 1994), selain itu perlu diperhatikan sifat bahan,
keadaan lingkungan dan sifat fisik bahan pengemas. Syarat bahan pengemasan
Pakan buatan baik tipe kering maupun tipe basah perlu dikemas atau dibungkus agar
tidak mudah rusak atau tidak mudah dicemari oleh zat asing dan diserang mikroorganisme,
serangga, dan tikus. Menurut Hasjmy (1991), kerusakan bahan makanan terjadi pada bahan
yang disimpan dalam keadaan terbuka sehingga hubungan antara bahan makanan dengan
udara sekelilingnya sangat terbatas. Menurut Buckle et al. (1985), kemasan mempunyai
beberapa fungsi antara lain mempertahankan komoditi agar tetap bersih, memberikan
perlindungan komoditi terhadap kerusakan fisik, air, oksigen dan sinar, efisien dan ekonomis,
mudah dan sebagai daya tarik.
Plastik merupakan bahan kemasan yang penting di dalam industri pengemasan.
Plastik dapat digunakan sebagai bahan kemasan karena dapat melindungi produk dari
cahaya, udara, perpindahan panas, kontaminasi dan kontak dengan bahan-bahan kimia.
Aliran gas dan uap air yang melalui plastik dipengaruhi oleh pori-pori plastik, ketebalan
plastik, dan ukuran molekul yang berdifusi ke dalam produk (Syarief dan Irawati, 1988).
Karung plastik telah banyak digunakan untuk menggantikan karung goni, meskipun masih
terdapat banyak kekurangan misalnya karung lebih mudah pecah serta mudah meluncur ke
bawah pada tumpukan-tumpukan di gudang. Karung plastik umumnya terbuat dari polyolefin
film yaitu polyethylene. Polyethylene (PE) terbuat dari ethylene polimer dan terdiri dari tiga
macam yaitu Low Density Polyethylene (LDPE), Medium Density Polyethylene (MDPE), High
Density Polyethylene (HDPE). Keuntungan dari Polyethylene yaitu permeabilitas uap air dan
air rendah, fleksibel, dapat digunakan untuk penyimpanan beku (-50 0C), transparan sampai
buram, dapat digunakan sebagai bahan laminasi dengan bahan lain. Kerugian dari
Polyethylene yaitu permeabilitas oksigen agak tinggi, dan tidak tahan terhadap minyak
(Syarief dan Irawati, 1988). Karung plastik mulai pesat dipakai karena mempunyai sifat kuat,
tahan air, lembam, transparan, dapat dibentuk, diisi dan disegel dengan mesin.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan selama proses pengemasan :
i. Bahan pengemas disamping harus bersih, kuat juga dijamin tidak akan merubah
komposisi nutrisi pellet atau tidak akan terkontaminasi atau melebur dengan pellet.
ii. Hindari pengemasan saat pellet masih hangat. Hal ini akan mempercepat pellet
menjadi lembab yang akhirnya mudah rusak.
iii. Pellet harus dikemas dengan tertutup rapat agar serangga dan kotoran lainnya tidak
mudah masuk selama dalam trasportasi/distribusi dan penyimpanan.
iv. Usahakan pada lebel kemasan tercantum kandungan komposisi nutrisi pakan,
komposisi bahan baku pakan, tanggal atau waktu harus diaplikasikan dan lain-lain

b. Transportasi dan distribusi


Hal lain yang diperhatikan pada penanganan pakan adalah saat pellet ditransportasi
atau didistribusikan ke berbagai wilayah dan daerah. Industri pakan yang masih terpusat di
Pulau Jawa memberi konsekuensi bahwa pakan buatan kultivan harus ditransportasikan baik
melalui kendaran laut, udara maupun darat.
Beberapa hal penting yang harus mendapat perhatian selama transportasi atau
distribusi adalah:
i. Pastikan bahwa selama dalam transportasi atau distribusi di kendaraan pengangkut,
pakan terbungkus atau terlindung atau jauh dari benda cair, tidak kena air bila hujan,
dan jauh dari zat-zat kimia lainnya dengan meletakkannya di ruangan tertutup dan
kering.
ii. Hindari pembantingan kemasan pellet, hal ini dimaksudkan agar jahitan atau kantong
kemasan tidak robek dan partikel pellet tidak hancur. JIka ke dua hal tersebut terjadi
selama transportasi atau pendistribusian maka kecepatan kerusakan pellet sulit
dihindari.
iii. Hindari campur aduk dengan barang lain, serta susun baik-baik selama transportasi.
Idealnya pengangkutan pakan buatan atau pellet dalam kontainer dengan tidak
mencampur dengan barang-barang lainnya, terutama pada transportasi laut dan darat.
Kontainer tertutup rapat menjamin bahwa pellet di dalamnya akan terhindar dari air
rembesan, terpaan air laut dan air hujan. Kontainer memungkinkan transportasi jarak jauh
dan jumlah yang banyak.

c. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu usaha untuk melindungi pakan buatan dari kerusakan
yang disebabkan berbagai hal, antara lain serangan hama seperti mikroorganisme,
serangga, tikus, dan kerusakan fisiologis (Damayanthi dan Mudjajanto, 1995). Tujuan
penyimpanan adalah untuk menjaga dan mempertahankan mutu pakan buatan yang
disimpan dengan cara menghindari, mengurangi ataupun menghilangkan berbagai faktor
yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas komoditi tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpanan ransum adalah tipe atau jenis
ransum, periode atau lama penyimpanan, metode penyimpanan, suhu ransum pada saat
diterima, kandungan air ransum saat disimpan, kelembaban udara, dan kandungan benda-
benda asing (Williams, 1991). Menurut Syarief dan Halid (1994), penyimpangan mutu
selama penyimpanan dapat dikelompokkan ke dalam penyusutan kualitatif dan kuantitatif.
Penyusutan kualitatif adalah kerusakan yang terjadi akibat perubahan-perubahan biologi
(mikroba, serangga, tungau, respirasi), perubahan-perubahan fisik (tekanan, getaran, suhu,
kelembaban) serta perubahan-perubahan kimia dan biokimia (reaksi pencoklatan,
ketengikan), sedangkan penyusutan kuantitatif adalah kehilangan jumlah atau bobot hasil
karena adanya gangguan biologi (proses respirasi, serangan serangga, dan tikus).
Penyimpanan pakan buatan harus dilakukan dengan benar agar pakan yang telah
dibuat tidak mengalami kemunduran kualitasnya. Semakin lama disimpan, pakan cenderung
untuk membusuk dan kehilangan komposisi zat-zat makanannya. Penyimpanan harus
dilakukan pada tempat yang kering, bersih dan sirkulasi udara yang baik. Secara umum
semakin pendek waktu penyimpanan semakin baik pakan tersebut diberikan pada kultivan,
sehingga apabila membuat pakan sebaiknya disimpan pada waktu yang relatif singkat.
Pada penyimpanan pakan buatan ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi
stabilitas nutrient pakan yang disimpan antara lain :
i. Kadar air pakan yang akan disimpan sebaiknya tidak lebih dari 10% agar tidak
diserang jamur dan serangga.
ii. Kelembaban relatif ruangan penyimpanan pakan sebaiknya kurang dari 65%, jika lebih
dari 65% akan cepat merangsang pertumbuhan jamur dan serangga.
iii. Suhu ruangan penyimpanan pakan yang tinggi akan merusak dan mengurangi
kandungan nutrient pakan. Suhu ruangan yang ideal untuk menyimpan pakan adalah
20oC.
iv. Supply oksigen di dalam ruangan penyimpanan harus mencukupi. Hal ini dapat
dilakukan dengan membuat ruangan penyimpanan yang banyak terdapat ventilasi.
Dengan adanya ventilasi yang cukup akan terdapat pergantian udara yang cukup di
dalam ruangan penyimpanan yang akan mengakibatkan rendahnya suhu di dalam
ruangan.
v. Kadar lemak dalam pakan, pakan buatan pada umumnya mengandung lemak, selama
proses penyimpanan lemak yang terdapat di dalam pakan jika ruangan tidak
memenuhi syarat maka lemak yang terkandung di dalam pakan akan mengakibatkan
proses peroksidasi lemak terjadi dan pakan akan tengik dan bau busuk.
Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas maka ada beberapa prosedur yang harus
dilakukan dalam menyimpan pakan buatan dalam bentuk kering yaitu :
i. Ruang penyimpanan pakan harus bersih, kering, aman dan memiliki ventilasi yang
baik. Sebaiknya ruang penyimpanan pakan tidak berhubungan langsung dengan sinar
matahari.
ii. Kemasan pada pakan harus terdapat label pakan dan kandungan nutrisi yang terdapat
pada pakan serta masa kadaluarsa pakan tertera pada kemasan (tanggal kadaluarsa
pakan)
iii. Tumpukan kemasan pakan dalam tempat penyimpanan pakan sebaiknya tidak lebih
dari enam tumpukan. Jarak kayu tempat meletakkan pakan di dalam ruang
penyimpanan adalah 12 – 15 cm dari dasar lantai, hal ini dimaksudkan agar tidak
terjadi kerusakan pakan yang ada di bagian bawah atau dasar oleh serangga, kutu dan
serta semacamnya, sehingga sirkulasi udara dari bawah cukup baik.
iv. Lama penyimpanan pakan buatan di dalam ruang penyimpanan sebaiknya tidak lebih
dari tiga bulan. Keluarkan pakan yang disimpan terlebih dahulu baru pakan yang
disimpan berikutnya selanjutnya (First in first out).
v. Jangan berjalan di atas tumpukan pakan, hal ini dapat mengakibatkan rusak dan
hancurnya pakan buatan.
Suhu sangat menentukan laju pertumbuhan dan jumlah mikroorganisme di dalam
ruang penyimpanan. Berdasarkan suhu maksimum dan optimum untuk pertumbuhan
mikroorganisme, maka mikroorganisme dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
i. Mesofil, suhu pertumbuhan mikroorganisme yang paling baik pada 25 OC sampai
40OC dan suhu minimum adalah 10OC.
ii. Psikrofil, merupakan mikroorganisme yang dapat tumbuh pada suhu 0OC atau
lebih rendah tetapi suhu optimalnya 20-30OC.
iii. Thermofil, merupakan mikroorganisme yang tumbuh dengan baik pada suhu
antara 45-60OC. Suhu kira-kira di bawah 5OC dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme perusak atau pembusuk dan mencegah hampir semua
mikroorganisme pathogen (Frazier dan Westhoff, 1979).
Semakin tinggi suhu penyimpanan maka kelembaban relatif seharusnya makin
rendah. Kelembaban relatif yang terlalu tinggi menyebabkan cairan akan terkondensasi pada
permukaan bahan sehingga permukaan bahan menjadi basah dan sangat kondusif untuk
pertumbuhan dan kerusakan mikrobial. Sebaliknya jika kelembaban relatif terlalu rendah
maka cairan permukaan bahan akan banyak menguap (dehidrasi), sehingga pertumbuhan
mikroba terhambat oleh dehidrasi dan permukaan bahan menjadi gelap, sehingga nilai
ekonomis bahan akan berkurang karena terjadi pengkerutan atau penyusutan (Frazier dan
Westhoff, 1979).

a. Kerusakan Mikrobiologis dan Biologi dalam Penyimpanan


Penurunan mutu pakan dan bahan organik lainnya dapat menurunkan nilai gizi,
penyimpangan warna, perubahan rasa dan bau, adanya pembusukan, modifikasi komposisi
kimia dan penurunan daya tahan. Penggunaan suhu yang terlalu tinggi pada saat
pengeringan dan adanya reaksi-reaksi kimia serta aktivitas enzim dapat juga menyebabkan
perubahan warna (Syarief dan Halid, 1994 dan Winarno, 2006).
Kerusakan biologis adalah kerusakan yang disebabkan oleh serangan serangga,
binatang pengerat, burung, dan hewan lain (Winarno, 2006), sedangkan menurut Syarief dan
Halid (1994), kerusakan karena serangga, tikus, dan burung lebih banyak menyebabkan
penyusutan kuantitatif. Secara kuantitatif kerusakan fisiologis karena respirasi dapat
dinyatakan dengan susut bahan kering. Kerusakan jenis ini sangat erat kaitannya dengan
kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan tekanan udara.
Idealnya penyimpanan dilakukan di preezer bersuhu – 100C. Pellet yang tersimpan
di dalam preezer sebaiknya tertutup rapat untuk menghindari kontaminasi dengan bahan
atau zat lain yang tersimpan di dalamnya. Keuntungan penyimpanan di preezer adalah
stabilitas kualitas pakan buatan terjamin. Kemunduran kualitas pakan lebih mudah terjadi
pada ruang hangat/panas dibanding dengan ruangan dingin. Selanjutnya, ruangan
penyimpanan yang memiliki fluktuasi suhu yang tinggi kurang baik dalam hal stabilitas
kualitas pakan buatan, misalnya ruangan penyimpanan yang ber AC yang sering buka tutup
sepanjang hari.

2. Stabilitasi Kualitas Pellet


Kandungan nutrisi pellet seharusnya konstan sepanjang waktu, walaupun ada
penurunan kualitas diharapkan tidak terlalu besar. Masalahnya adalah pakan yang
mengalami penurunan kualitas atau pakan yang kurang berkualitas yang tetap diberikan
kepada kultivan akan mengakibatkan rendahnya efisiensi pemanfaatan pakan, pertumbuhan
dan produktifitas usaha akuakultur.
Menurut pengalaman, pakan buatan atau pellet yang telah dibuat kadang-kadang
kualitasnya tidak sesuai dengan rencana awal pembuatannya, atau karena suatu hal
kualitasnya lebih rendah dibanding kualitas pada saat awal produksinya. Indikator yang bisa
dilihat rendahnya kualitas nutrisi pellet adalah pertumbuhan kultivan yang lambat, produksi
yang rendah dibanding dengan musim sebelumnya, atau analisis kembali pellet tersebut di
laboratorium untuk mengetahui komposisi nurisinya. Untuk itu perlu memperhatikan upaya-
upaya untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas pakan yang sudah terlanjur
diproduksi seperti yang dimaksud di atas, di antaranya :
a. Repelleting adalah menghancurkan pellet menjadi tepung kembali. Tentunya sebelum
repelleting, pellet tersebut sudah diketahui nutrien kekurangannya. Selanjuntnya,
menambahkan bahan baku atau zat tertentu yang mengandung nutrisi tertentu sebagai
penambahan atau peningkatan nutrisi yang kurang. Setelah tercampur dengan
sempurna atau homogen, maka dilakukan pencetakan pellet kembali atau repelleting.
Upaya ini tentunya kurang berdaya guna karena disamping menambah biaya, tenaga,
waktu juga cenderung nilai atraktanitasnya rendah, terutama bagi kultivan asal
krustasea. Bagi kultivan dari ikan, usaha repelleting diyakini tidak mempengaruhi napsu
makan.
b. Penyemprotan nutrient atau zat tertentu ke pellet. Pellet yang kurang berkualitas
misalnya kekurangan vitamin. Sebelum pemberian pakan, maka pellet tersebut
disemprot dengan vitamin yang sudah dilarutkan. Penerepan penyemprotan nutrien
tertentu sudah merupakan hal yang lumrah bagi praktisi akuakultur. Ada beberapa zat
yang biasa disemprot ke pellet sebelum pemberian pakan misalnya lipid dan asam
lemak, asam amino, probiotik, vitamin dan lain-lain. Penyemprotan zat tertentu juga
biasa dilakukan untuk tujuan tertentu misalnya untuk mempertahankan kultivan dari
serangan penyakit maka pakannya disemprot dengan antibiotik sebelum pemberian
pakan, atau untuk memperlambat ketengikan pellet maka disemprot dengan zat yang
mampu memperlambat ketengikan, serta beberapa tujuan-tujuan tertentu lainnya.
Upaya ini agak lebih baik dibanding dengan repelleting.
c. Pelumuran dengan zat-zat tertentu, tujuan antara penyemprotan dan pelumuran zat
tertentu ke pellet sebelum pemberian pakan adalah hampir sama yaitu untuk
meningkatkan kualitas pellet. Sebelum pemberian pakan, pakan dilumuri atau dicampur
adonan encer seperti silase, probiotik dan lain-lain. Tentunya sebelum pemberian
pakan, pellet yang telah dilumuri tersebut diangin-anginkan terlebih dahulu. Pelumuran
zat tertentu ke pellet agak lebih baik dibanding dengan repelleting, namun pengaruhnya
hapir sama dengan penyemprotan.
d. Upaya lain untuk mempertahankan kualitas pakan tentunya seperti yang telah dibahas
di atas seperti pengemasan, transportasi dan distribusi dan penyimpanan yang baik dan
benar.

Penutup

Kerjakanlah tugas atau diskusikanlah pertanyaan di bawah ini dengan kelompoknya


masing-masing.

Tugas

1. Menurut anda, apakah karung goni layak menjadi bahan pengemasan pellet atau
pakan buatan kultivan, jelaskan!
2. Jelaskan, kenapa pellet kurang baik dikemas saat masih hangat atau panas!
3. Pada saat transportasi pakan kultivan, kenapa kemasan pakan tidak boleh dibanting,
jelaskan!.
4. Jelaskan kelebihan pemanfaatan container saat transportasi pakan buatan kultivan!.
5. Jelaskan, kekurangan pellet yang mengandung air lebih 10% pada proses
penyimpanan!.
6. Jelaskan kelebihan pemanfaatan preezer dalam proses penyimpanan pakan!.
7. Jelaskan dua hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pellet!.

Daftar Bacaan

1. Goddard, S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. Memorial University,


Newfoundland, Canada. Chapman and Hall. 194 pp.
2. Lovell, T., 1989. Nutrition and Feeding of Fish. Van Nostrand Reinhold. New York. 260
pp.
3. New, M. B., 1987. Feed and Feeding of Fish and Shrimp. ADCP/REP/80/26. FAO/UNDP.
Rome. 275 pp.
4. Watanabe, T. , 1988 (editor). Fish Nutrition and Mariculture. JICA Textbook The General
Aquaculture Course. Department of Aquatic Bioscience. Tokyo University of
Fisheries. Tokyo. 233 pp.
5. http://www.crayonpedia.org/htm/BAB 6. Teknologi Pakan Buatan/ diakses 15 Oktober
2012.
6. http://www.handajani.staff.umm/manajemen pemberian pakan ikan/ diakses 15 Oktober
2012.
7. http://www.wikipedia.0rg/wiki/pakan/Pakan. Diakses 15 Oktober 2012

Anda mungkin juga menyukai