Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN KONFLIK

PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI DENGAN USIA ISTRI LEBIH TUA

JURNAL SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Dengan Minat Utama Public Relations

Oleh :
Bashory Fahmi Nugroho
NIM. 0710020044

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

 
MANAJEMEN KONFLIK
PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI DENGAN USIA ISTRI LEBIH TUA
Oleh:
Bashory Fahmi Nugroho
FISIP, Universitas Brawijaya

ABSTRAKSI
Pada masyarakat patriarki, posisi suami dijunjung tinggi oleh anggota keluarganya
dan diharapkan mampu memimpin, termasuk dalam penyelesaian konflik rumah
tangga. Masyarakat juga meyakini bahwa usia suami yang lebih tua dianggap
lebih ideal untuk pernikahan. Namun kenyataannya, terdapat pasangan yang usia
istrinya lebih tua daripada suami. Penelitian ini mencoba menganalisa bagaimana
proses komunikasi dan manajemen konflik pada pasangan suami-istri dangan usia
wanita yang lebih tua. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisa
fenomena pernikahan dengan istri berusia lebih tua. Teori komunikasi antar
pribadi diaplikasikan untuk menganalisa komunikasi pasangan dalam rumah
tangga tersebut dan manajemen konflik digunakan untuk menganalisa manajemen
konflik apa yang diterapkan oleh pasangan tersebut. Dikaitkan dengan isu
patriarki, posisi suami yang berusia lebih muda juga tidak terlepas dalam obyek
analisa. Penelitian ini menunjukkan bahwa wanita dengan suami lebih muda
cenderung mengawali hubungannya tidak berdasarkan cinta. Pada pasangan yang
usianya terpaut jauh terlihat bahwa istri lebih membimbing dan sering terlebih
dahulu untuk berbagi ide dan apa yang diinginkannya. Meski demikian, posisi
suami yang lebih mua tetap dihargai dalam mengambil keputusan dan dihormati
sebagai kepala keluarga.

Kata kunci: pernikahan, wanita yang lebih tua, manajemen konflik

A. PENDAHULUAN Proses komunikasi menjadi


peranan vital dalam hubungan antara
Pasangan suami - istri suami-istri. Di Amerika Serikat,
merupakan hubungan yang terikat lima puluh tiga persen penyebab
oleh pernikahan. Dalam Undang- perceraian adalah kurang efektifnya
Undang Pernikahan Republik komunikasi (DeVito, 2004, h. 2).
Indonesia Nomor 1/1974, pasal 1 Proses komunikasi yang terjadi
ayat 1 dinyatakan bahwa antara suami-istri merupakan
"Perkawinan adalah ikatan lahir- komunikasi antar pribadi.
batin antara seorang laki-laki dengan Komunikasi yang intens dalam
perempuan sebagai suami-istri hubungan suami-istri mampu
dengan tujuan membentuk keluarga menimbulkan rasa cinta. Selain
yang bahagia dan kekal berdasarkan menimbulkan cinta, komunikasi
Ketuhanan Yang Maha Esa". Ketika antar pribadi juga mampu
proses pernikahan telah terjadi, maka menimbulkan konflik. Hal ini
secara otomatis terjalin komunikasi dikarenakan adanya perbedaan -
di dalamnya. perbedaan yang dimiliki antar
individunya yang tidak diikuti oleh


 
sikap saling melengkapi dan berusia kurang dari lima belas tahun,
menerima sehingga ketika sedangkan untuk laki-laki hanya
melakukan proses transfer pesan berusia kurang dari delapan belas
antara komunikator dan komunikan tahun. Sedangkan untuk perempuan
yang memiliki perbedaan dan yang menikah pada usia lebih dari
kegagalan dalam menerima pesan, tiga puluh tahun jumlahnya lebih
maka hal ini dapat menimbulkan sedikit (1067 orang) dibanding
konflik. Konflik ini ditandai dengan jumlah laki-laki (1390 orang).
adanya perasaan negatif seperti Bahkan secara psikologi pun
tersakiti, marah, bingung dan lain mendukung. Menurut salah satu
sebagainya (Fisher, 2000). psikolog, dr. Bambang Sukamto,
Beragam konflik yang terjadi DMSH 1 bahwa meskipun dalam
dalam hubungan suami-istri sebuah hubungan suami-istri laki-
diantaranya adalah dalam hal laki berusia lebih tua, tetapi
keuangan, pengambilan keputusan, kenyataannya ketika perempuan
mendidik anak dan bahkan dalam memasuki usia dewasa, mereka akan
pemilihan perabot rumah tangga. lebih matang 5 tahun dibandingkan
Pengambilan keputusan untuk laki-laki. Agar bisa mengimbangi
menyelesaikan konflik umumnya kedewasaan istrinya, baiknya usia
dilakukan oleh suami atau pasangan suami lebih tua daripada istri.
laki – laki. Suami sebagai pengambil Meskipun begitu, akhir-akhir
keputusan juga diterapkan pada ini terdapat fenomena pasangan
sistem patriarki yang dianut sebagian dengan wanita atau istri berusia lebih
besar penduduk Indonesia, salah tua seperti pada pasangan figur
satunya adalah suku Jawa. masyarakat, yaitu Nassar dan
Pada budaya Jawa, menurut Muzdalifah dimana usia Nassar 10
Endraswara (dalam Arvianti, 2011, tahun lebih muda daripada
h. 103) kaum laki-laki Jawa dianggap Muzdalifah.
terhormat, terpuji, sebagai pribadi Menurut Lawton dan
yang aktif menjadi penguasa rumah Callister (2010, h. 9), era global
tangga dan memiliki tanggung jawab membuat wanita merasa bebas untuk
yang lebih dibanding perempuan. menghasilkan uang, mengejar
Hal ini kemudian berkaitan erat pendidikan dan mendapatkan status
dengan pemilihan laki-laki yang sosial sehingga membuat mereka
lebih tua sebagai suami karena laki- merasa boleh memilih pria yang
laki yang lebih tua secara usia lebih muda karena mereka tak lagi
dianggap lebih dewasa dan mampu tergantung secara finansial terhadap
melindungi istrinya. Pasangan suaminya. Alasan dalam memilih
dengan laki-laki berusia lebih tua pria pun beragam, dari tentang seks,
sudah menjadi hal yang wajar dan pesona hingga dikarenakan ‘tekanan’
masih mendominasi di tengah
masyarakat kita, sesuai data

Departemen Agama Kota Malang   dr. Bambang Sukamto, DMSH 
mengenai laporan usia pernikahan merupakan psikolog yang menjadi 
tahun 2010 bahwa sudah terjadi pengisi artikel psikologi dalam rubrik 
pernikahan bagi perempuan yang nostalgia di tabloidnova.com 
 


 
yaitu bahwa sedikitnya kesempatan mempertanggungjawabkan emosi
untuk memilih pasangan dikarenakan dan perasaannya..
usia yang semakin bertambah Sedangkan komunikasi yang
(Lawton dan Callister (2010). buruk akan mudah terjadi bila
Bila dikaitkan dengan sistem pasangan tersebut tak mampu
patriarki, sistem ini tentu akan mengatasi perbedaan mereka..
mempengaruhi kehidupan rumah Charless Sell (dalam Jent, 2005, h.
tangga pasangan dengan istri berusia 107) mengemukakan bahwa salah
lebih tua yang tentunya tidak terlepas satu halangan dalam komunikasi
dengan konflik beserta manajemen suami-istri adalah perbedaan antara
konfliknya yang berarti menuntut laki-laki dan perempuan serta
laki-laki yang berusia lebih muda bagaimana mereka berpikir dan
sebagai pemberi keputusan. Oleh menerima sesuatu.
karena itu, peneliti tertarik untuk Selanjutnya adalah cara
meneliti penyelesaian konflik yang komunikasi suami-istri yang sering
dilakukan pasangan suami-istri ditemukan dalam kehidupan
dengan kondisi usia istri lebih tua pernikahan. Menurut Sawitri (2005,
daripada suami. h. 10), ada teknik komunikasi
revenge, yaitu ketika pasangan
B. TINJAUAN PUSTAKA suami-istri sering menggunakan
pembalasan secara halus untuk
1. Komunikasi Antar Pribadi pada membuat pasangannya lebih
Pasangan Suami-Istri memahami kehendak sebenarnya.
Komunikasi pada pasangan Selanjutnya adalah cara umpan balik
suami-istri merupakan salah satu yaitu untuk mengingatkan pasangan
bentuk dari komunikasi antar pribadi. kita agar dapat memperbaiki sikap.
Menurut DeVito (2004, hal.4) Umpan balik akan memberi hasil
komunikasi antar pribadi adalah yang baik apabila individu tersebut
komunikasi yang dilakukan oleh dua memberi umpan balik yang bersifat
orang yang memiliki hubungan yang positif, yaitu yang sifatnya mampu
berkembang; orang-orang itu membuat pasangan merasa bahwa
bagaimanapun juga dalam keadaan apa yang dilakukannya adalah salah.
“terhubung”. Meskipun ada banyak cara
Komunikasi antar pribadi dalam menciptakan komunikasi yang
mampu membangun ataupun baik, tetapi kenyataannya tidak
merusak sebuah hubungan. semua komunikasi antar pribadi yang
Hubungan terbangun bila terjadi akan berjalan dengan baik dan
komunikasi dilakukan dengan cara lancar. Hal ini disebabkan oleh
yang baik. Sedangkan rusaknya perbedaan - perbedaan yang tidak
hubungan bisa dipicu oleh akan serta-merta dapat diterima oleh
komunikasi yang buruk dan tidak masing - masing individunya
efektif. Menurut Jent (2005, h. 107) sehingga akan mempersalahkan
komunikasi yang baik akan terjadi perbedaan yang ada atau tak mampu
apabila pasangan saling terbuka dan memahami perbedaan pemikiran
jujur, tidak pernah menghakimi pasangannya. Dari sinilah konflik
pasangannya dan mampu pernikahan terjadi.


 
2. Konflik pada Pasangan Suami- Konflik adalah sesuatu yang
Istri wajar terjadi dalam setiap hubungan
Terkadang apa yang antar individu, termasuk dalam
diharapkan oleh masing-masing hubungan suami-istri. Menurut Olson
individu tidak sesuai dengan dan DeFain (2003, h. 135) konflik
kenyataannya setelah individu tersebut terjadi apabila suami-istri
tersebut menjalani pernikahan. tidak menentukan kesepakatan yang
Pernikahan menuntut adanya sama untuk menyelesaikan suatu
perubahan gaya hidup, penyesuaian masalah. Sedangkan menurut Esere
diri terhadap tuntutan peran dan (2001, h. 2) mengatakan bahwa
tanggung jawab baru baik dari suami beberapa penyebab konflik
maupun istri. Menurut Suranto pernikahan adalah perbedaan
(2011, h. 38), hubungan akan individual, kedekatan emosional,
berjalan dengan baik jika masing- harapan dan norma dan pemikiran
masing individu bisa memainkan yang tidak rasional yang diciptakan
peranan sebagaimana yang oleh pasangan individu tersebut.
diharapkan. Konflik dikatakan memiliki
Selanjutnya, perbedaan - efek negatif apabila perasaan atau
perbedaan dalam rumah tangga juga pikiran negatif pada individu dalam
merupakan sesuatu yang terkadang interaksi tersebut meningkat.
tidak bisa dihindari, tetapi harus Sedangkan konflik akan berefek
dihadapi. Perbedaan yang ada positif apabila kedua belah pihak
tersebut perlu disesuaikan satu sama mampu mengatasi konflik yang
lain untuk membentuk sistem terjadi dengan memahami akar
keyakinan baru bagi keluarga permasalahannya sehingga bisa
mereka. Proses inilah yang seringkali mengambil pelajaran darinya dimana
menimbulkan pertentangan. akan berarti timbul hubungan yang
Pertentangan atau konflik itu lebih erat dan kuat.
sendiri secara etimologis berasal dari
bahasa Latin yaitu “con” yang 3. Konflik pada Pasangan Suami-
artinya bersama dan “fligere” yang Istri dengan Usia Istri Lebih Tua
berarti benturan, sehingga dapat Tidak ada ketentuan siapa
dikatakan bahwa konflik adalah yang lebih tua antara istri atau suami
terjadinya benturan dalam waktu untuk menjalin pernikahan.
yang bersamaan. Campbell (2006, h. Sedangkan faktanya, usia menikah
27) juga menyebutkan bahwa konflik perempuan dibawah usia menikah
adalah suatu bentuk hubungan laki-laki (Data Depag Kota Malang,
interaksi seseorang / kelompok 2010). Hal ini berkaitan erat dengan
dengan orang atau kelompok lain, sistem patriarki yang diakui sebagai
dimana masing – masing pihak sistem masyarakat secara umum.
secara sadar mau dan mampu Erich Fromm (dalam Adji dkk.,
melakukan tindakan yang 2009, h. 9) menyatakan bahwa
bertentangan dan mempersalahkan sistem patriarki, di mana kaum laki-
suatu hal antara yang satu dengan laki ditakdirkan untuk mengatur
yang lain berdasarkan alasan perempuan, berlaku kokoh di seluruh
tertentu. dunia. Patriarki sendiri adalah


 
dimana keadaan masyarakat yang laki-laki lebih tinggi daripada
menempatkan kedudukan dan posisi perempuan. Dari fenomena istri yang
laki-laki lebih tinggi dari pada lebih tua dan hak suami yang berusia
perempuan dalam segala aspek lebih muda sebagai kepala keluarga
kehidupan sosial, budaya dan bisa saja menimbulkan konflik.
ekonomi (Pinem, 2009, h. 42). Konflik dalam pernikahan
Psikologi pun menemukan bahwa bisa timbul karena adanya harapan
kematangan psikis perempuan lima yang berlebihan. Harapan tersebut
tahun lebih cepat dibandingkan laki- antara lain adalah berharap pasangan
laki. Oleh karena itu, untuk kita akan terus-menerus menjadi
mengimbangi kedewasaan psikis kekasih kita, teman, orang
istrinya, suami diharapkan berusia kepercayaan, penasihat, orang yang
lebih tua. berkarir dan sebagai orang tua
Kenyataannya, pernikahan (Santrock, 2002, h. 116). Konflik
yang terjadi antara wanita yang bisa timbul dari masalah kecil yang
berusia lebih tua daripada suaminya dapat diselesaikan dengan segera
telah terjadi sejak beberapa tahun sampai masalah yang sangat
silam. Meski bertentangan dengan kompleks sehingga membutuhkan
sistem patriarki yang dianut energi untuk berfikir dan
masyarakat, pernikahan jenis ini menyelesaikannya. Menurut Olson
bertambah jumlahnya setiap dan DeFrain (2003, h. 467) beberapa
tahunnya. Jarak usia antara istri dan masalah yang sering timbul pada
suami pun mampu hingga belasan suami-istri adalah masalah
tahun. komunikasi, pembagian peran
Banyak hal yang menjadi pengasuhan anak, pengaruh keluarga
pertimbangan mengapa wanita asal, masalah keuangan, masalah
menikah dengan pria lebih muda. seks dan masalah pengambilan
Menurut hasil penelitian Lawton dan keputusan.
Callister (2010, h. 19) yang Konflik dapat berubah
menyatakan bahwa pasangan dengan menjadi destruktif dan konstruktif
wanita berusia lebih tua mengalami tergantung pada gaya penyelesaian
perkembangan jumlah tiap tahunnya konflik yang dilakukan. Oslon dan
dikarenakan kemajuan jaman DeFrain (2003, h. 135) menyatakan
sehingga mampu menciptakan bahwa ada lima masalah besar dalam
wanita sukses secara pendidikan, cara penyelesaian konflik yang
ekonomi dan sosial sehingga tidak dilakukan ketika menjalani peran
terlalu bergantung terhadap dalam pernikahan sebagai suami-
pasangannya. istri, yaitu salah satu pasangan tidak
Pada pasangan suami-istri memperdulikan masalah yang ada,
dengan usia istri lebih tua, jika salah satu pasangan memilih
dikaitkan dengan peran dan identitas mengambil langkah lain untuk
sosialnya maka suamilah yang tetap menghindari masalah dengan
menjadi kepala keluarga. Terlebih pasangan, tidak ada titik temu dalam
pada yang terjadi di masyarakat Jawa penyelesaian masalah, perbedaan ide
misalnya, yang menganut sistem dalam menyelesaikan masalah dan
patriarki, akan menempatkan posisi


 
memperdebatkan masalah yang dan dipresentasikan dengan cara
sebenarnya bukan masalah utama. deskripsi dalam bentuk kata.-kata
Dalam konflik antar pribadi, dan bahasa, dimana ada suatu
efektivitas penyelesaian konflik antar konteks khusus yang alamiah dan
pribadi bisa menjadi sesuatu penting. dengan memanfaatkan berbagai
Karena itu, menurut DeVito (1997, h. metode alamiah (Moleong, 2005, h.
270) hal ini dapat diatasi dengan 6).
adanya manajemen konflik yang Penelitian jenis ini perlu
tidak produktif dan manajemen dideskripsikan secara menyeluruh
konflik yang produktif. untuk memahami konteks penelitian
Manajemen konflik yang dan data yang telah dianalisa.
tidak produktif ini sering digunakan Pendekatan ini lebih menekankan
tetapi tidak menghasilkan solusi penggunaan diri peneliti sebagai alat,
dalam sebuah konflik misalnya: dan kepekaan peneliti dibutuhkan
penghindaran, non-negosiasi, agar mampu mengungkap gejala
redefinisi, pemaksaan, minimasi, sosial pada obyek penelitian. Oleh
menyalahkan, peredam, karung goni, karena itu peneliti menggunakan
manipulasi dan penolakan pribadi. teknik wawancara tak berstruktur
Sedangkan ragam manajemen untuk menggali data dari pasangan
konflik yang efektif adalah berkelahi dengan wanita berusia lebih tua.
secara sportif, bertengkar secara Pasangan dengan wanita
aktif, bertanggung jawab atas pikiran berusia lebih tua yang menjadi
dan perasaan, langsung dan spesifik sumber data primer tersebut memiliki
dan penggunaan humor untuk beberapa kriteria yaitu pasangan
meredakan ketegangan. suami-istri dengan usia istri lebih tua
Penelitian ini mencoba daripada suami, menjalani masa
menganalisa bagaimana proses pernikahan masa awal dan masa
komunikasi dan manajemen konflik pertengahan (0—30 tahun) karena
pada pasangan suami-istri dangan masih dianggap banyak konflik yang
usia wanita yang lebih tua. Melalui akan dijalani dan minimal jarak usia
teori - teori yang dibangun dalam adalah lima tahun.
kerangka penelitian, diharapkan Penelitian ini menggunakan
penelitian ini dapat mendeskripsikan tiga pasangan sebagai obyek
bagaimana proses komunikasi dan penelitian. Pasangan pertama Bapak
manajemen konflik pada pasangan S dan Ibu ES, memiliki jeda usia 17
suami-istri dangan usia wanita yang tahun. Sedangkan usia pasangan
lebih tua. kedua Bapak AM dan Ibu YM,
terpaut 5 tahun. Pasangan terakhir
C. METODE PENELITIAN Bapak A dan Ibu EW, memiliki
perbedaan usia 7 tahun.
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode penelitian D. HASIL DAN PEMBAHASAN
deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif kualitatif digunakan untuk Komunikasi Antar Pribadi pada
memahami fenomena yang dialami Pasangan Suami-Istri dengan Usia
oleh subjek penelitian secara holistik Istri Lebih Tua


 
Menurut DeVito (1997. h. Callister (2010, h. 9), ditemukan
231), dalam definisi komunikasi alasan mengapa Ibu ES memutuskan
antar pribadi berdasarkan menikah dengan suaminya yaitu
pengembangan, pengembangan bahwa salah satu alasan wanita
komunikasi antar pribadi dilihat menikahi laki-laki yang lebih muda
sebagai akhir perkembangan adalah wanita merasa bebas untuk
komunikasi yang bersifat tak pribadi menghasilkan uang, mengejar
menjadi komunikasi antar pribadi. pendidikan dan mendapatkan status
Hingga kemudian komunikasi antar sosial sehingga ini juga membuat
pribadi yang telah tercipta dan ketika mereka merasa boleh memilih pria
dilakukan secara intens akan yang lebih muda karena mereka tak
menciptakan sebuah hubungan. Hal lagi tergantung secara finansial
ini terlihat pada ketiga pasangan terhadap suaminya. Hal ini terlihat
yang masing – masingnya memiliki pada sosok Ibu ES.
pengembangan komunikasi yang Sedangkan pada pasangan
berbeda. kedua, berbeda dengan kedua
Pada pasangan pertama pasangan lainnya, pernikahan mereka
pengembangan komunikasi mereka diawali dari perjodohan. Artinya,
diawali dengan sebagai teman kerja sebelum menikah tidak terjadi
yang awalnya tidak memiliki komunikasi antar pribadi yang intens
hubungan apapun. Perkembangan karena dalam proses pernikahannya,
komunikasi antar pribadi pada semua dilaksanakan sesegera
pasangan pertama kemudian mungkin, yaitu setelah berkenalan
berkembang lagi setelah mereka dan saling bertemu, maka rencana
menjalani komunikasi yang intens. pernikahan segera disiapkan. Baru
Mereka telah menjadi lebih dari setelah pernikahan, komunikasi yang
sekedar teman kerja. Masa tadinya hampir tidak ada sebelum
pendekatan ini tidak berlangsung pernikahan itu, berkembang menjadi
singkat, hal ini dikarenakan setelah intens sehingga tercipta rasa saling
pihak pria melamar, pihak wanita memahami, saling mendukung,
tidak serta merta menyetujui lamaran saling mengingatkan hingga
tersebut dikarenakan masa lalu mencapai usia pernikahan yang ke-
rumah tangganya yang telah 30 tahun.
memberinya status sebagai janda. Selanjutnya, sesuai dengan
Tidak hanya itu, kekerasan dalam pernyataan Lawton dan Callister
rumah tangga juga menjadi penyebab (2010) bahwa wanita memilih
untuk memikirkan keputusannya pasangan yang lebih muda
untuk menikah lagi.Meski demikian, dikarenakan ‘tekanan’ yaitu bahwa
pihak pria mampu meyakinkan pihak sedikitnya kesempatan untuk
wanita dengan menjadi dekat dengan memilih pasangan dikarenakan usia
anggota keluarganya. Sehingga yang semakin bertambah. Hal ini
setelah menjalani hubungan yang terlihat pada pribadi Ibu YM yang
baik, mereka menikah. saat itu menikah pada usia 26 tahun.
Melihat proses pernikahan Pada pasangan terakhir,
pasangan pertama, bila dibandingkan komunikasi antar personalnya
dengan penelitian Lawton dan dimulai jauh sebelum pernikahan.


 
Mereka berdua mengalami masa oleh pasangannya. Sedangkan
pacaran, yaitu ketika sepasang lelaki revenge dilakukan oleh pasangan
dan perempuan terikat dengan rasa pertama dan kedua dengan cara
kasih sayang namun belum serius nonverbal yaitu dengan meniru
menjalaninya untuk menuju ke kesalahan yang dilakukan
jenjang pernikahan. Setelah pasangannya agar pasangannya juga
menjalani masa pacaran kurang dari mengetahui dampak dari kesalahan
1 tahun, mereka memutuskan untuk tersebut.
menikah.Setelah menikah, keduanya
hidup berdua meninggalkan orang Konflik pada Pasangan Suami –
tua dan memilih untuk tinggal di Istri dan Manajemen Konfliknya.
kost. Dengan hidup berdua, maka Konflik dan manajemennya
komunikasi yang terjadi semakin sangat berkaitan erat dalam
intens. kehidupan rumah tangga. Hal ini
Komunikasi antar pribadi didukung oleh pernyataan Weiss and
pada pasangan suami istri Heyman (dalam Fincham, 2003, h.
berlangsung lebih kompleks 23) bahwa banyak penelitian yang
dibandingkan pada lainnya berfokus terhadap apa yang
dikarenakan masalah yang dihadapi dilakukan pasangan ketika tidak
dalam kehidupan pernikahan lebih sependapat dan ulasan tentang
beragam. Dalam proses interaksi pernikahan yang didominasi
komunikasinya, terdapat berbagai oleh penelitian tentang konflik dan
macam cara komunikasi yang penyelesaiannya.
dilakukan tiap pasangan untuk Beberapa masalah dalam
merespon pesan yang didapat, kehidupan rumah tangga yang dapat
misalnya memberikan umpan balik menimbulkan konflik adalah masalah
serta memberikan pembalasan secara komunikasi, pembagian peran
halus kepada pasangannya. pengasuhan anak, keuangan,
Kedua cara komunikasi pengaruh dari keluarga asal, masalah
tersebut diterapkan pada kehidupan seks dan masalah pengambilan
rumah tangga ketiga pasangan; keputusan (Olson dan DeFrain, 2003,
pasangan pertama menerapkan h. 467). Pada tiga pasangan suami-
keduanya, pasangan kedua istri yang menjadi subjek penelitian,
menerapkan revenge, sedangkan mereka juga mengalami berbagai
pasangan ketiga terlihat menerapkan konflik dalam kehidupan rumah
teknik umpan balik. tangganya dan juga menerapkan
Dua pasangan melakukan manajemen konflik yang berbeda -
feedback atau umpan balik pada beda pada konflik yang mereka
pasangannya dengan tujuan, seperti hadapi baik itu produktif maupun
yang dijelaskan Sawitri (2005, h. 15), tidak.
yaitu untuk mengingatkan pasangan DeVito (1997, h. 250)
kita agar dapat memperbaiki sikap menyatakan bahwa salah satu
mengingatkan pasangannya untuk penyebab konflik adalah adanya
merubah perilakunya. Umpan balik orang ke-3. Peran orang ke-3 ini
dilakukan secara verbal agar pesan biasanya adalah mampu memberikan
yang disampaikan dapat dipahami sebuah hubungan yang lebih baik


 
kepada orang tersebut, dibandingkan seorang Kepala Keluarga. Tidak
pasangannya. Bila hal ini terus hanya itu, dengan kepribadian yang
berlangsung, maka hubungan lebih matang dari suaminya, Ibu ES
interpersonal yang sebelumnya telah seringkali membimbing suaminya
terjalin pun akan rusak. Oleh karena dalam bersikap.
itu, hadirnya orang ke-3 dianggap Kemudian, pada pasangan
sebagai ancaman sebuah hubungan. kedua tidak terdapat konflik yang
Kasus orang ke-3 tersebut pernah berkaitan dengan selisih usia dengan
terjadi dalam pernikahan pasangan suami yang lebih muda, melainkan
pertama. didominasi oleh konflik keuangan.
Konflik keuangan yang dialami
Konflik ini cukup krusial adalah tentang pengaturan keuangan
karena pihak ke-3 memiliki dan kekurangan finansial.
kesempatan untuk merusak rumah Konflik tersebut pun akhirnya
tangga seseorang. Bagaimanapun timbul pada pasangan tersebut.
konflik ini dapat diatasi dengan Manajemen konflik yang diterapkan
komunikasi yang baik antar adalah bertengkar secara aktif.
keduanya karena pihak istri secara Bertengkar secara aktif memiliki
terbuka mengungkapkan perasaannya pengertian yaitu pertengkaran yang
pada suaminya. Mengungkapkan dilakukan dimana kedua pihak aktif
pikiran dan perasaan secara terbuka dalam berargumen untuk
kepada pasangan kita merupakan memecahkan konflik akan mampu
salah satu kunci komunikasi yang menciptakan solusi (DeVito, 1997,
baik karena dengan begitu pasangan h.270).
dapat memahami apa yang Selain bertengkar secara
diharapkan (Howell, dalam Jent, aktif, manajemen konflik yang
2005, h. 115). diterapkan oleh pasangan ini adalah
Selanjutnya untuk metode Karung Goni (DeVito, 1997,
menanggapi emosi yang ditunjukkan h. 273). Metode ini mengacu pada
istrinya, Pak S memilih diam dan tindakan menimbun kekecewaan dan
menunggu hingga emosi istrinya kemudian menumpahkannya pada
mereda. Dapat diketahui bahwa lawan bertengkar. Metode ini
manajemen konflik yang dirumuskan dilakukan oleh Pak AM ketika
DeVito yang dilakukan oleh Pak S bertengkar yaitu dengan membawa
adalah penghindaran. Meskipun masalah – masalah yang telah lalu
begitu, penghindaran yang dilakukan yang padahal sama sekali tidak
oleh Pak S adalah agar suasana berhubungan dengan konflik yang
percakapan tidak memanas, karena terjadi dan tidak juga membantu
setelah emosi istrinya mereda, Pak S terselesaikannya masalah.
berusah amenjelaskan apa yang Konflik selanjutnya adalah
sebenarnya terjadi. tentang pengasuhan anak. Saat
Sikap bijaksana dan tenang dihadapkan dengan permasalahan
Pak S ini mampu membuatnya yang berkaitan dengan anak, Pak AM
mendapat penghargaan dari istrinya. cenderung menyalahkan Ibu YM
Ibu ES sebagai istri yang jauh lebih sebagai seorang ibu rumah tangga
tua masih menghormatinya sebagai yang harusnya mampu mendidik


 
anaknya dengan baik. Dalam kasus pada DeVito, pasangan ini
ini, Ibu YM terkadang memilih sikap melakukan manajemen konflik yang
menghindar yang termasuk produktif dimana mereka akan
manajemen konflik tidak produktif. membicarakan penyelesaian konflik
Meskipun terdapat banyak terbaiknya bersama – sama. Apabila
konflik dan penerapan berbagai tidak ditemukan solusi yang tepat,
manajemen konflik untuk maka mereka menyelesaikan konflik
mengatasinya, pasangan ini mampu kekurangan finansial mereka dengan
mempertahankan usia pernikahannya meminjam uang kepada saudara.
hingga saat ini. Meskipun proses wawancara,
menunjukkan pihak pencarian solusi
Terakhir, pada pasangan adalah Ibu EW, tetapi rumah tangga
ketiga terlihat konflik yang terjadi mereka tetap dikendalikan oleh
berkaitan dengan usia. Pak A, Kepala Keluarga, yaitu Pak A. Hal
meskipun berusia lebih muda, ini juga didukung oleh pembenaran
mengharapkan istrinya memanggil dari istrinya bahwa posisi suami
dirinya 'Mas' dan juga ingin memang harus dihormati tanpa
memanggil istrinya 'Dek' (panggilan memandang usianya.
masyarakat Jawa terhadap seseorang
yang berusia lebih muda). E. PENUTUP
Dikarenakan Ibu EW merasa lebih
tua maka beliau tidak menyetujui Berdasarkan penelitian yang telah
keinginan suaminya tersebut. Tetapi dilakukan, kesimpulan yang
Ibu EW terlihat lebih matang diperoleh adalah:
pemikirannya dikarenakan Wanita yang memilih suami
mengusulkan ide bijaksana yaitu berusia lebih muda cenderung tidak
panggailan “Ayah” untuk Pak A. mengawali hubungannya dengan
Selain ini akan menunjukkan status berdasarkan cinta, namun untuk
Pak A sebagai ayah dari kedua orang mendapatkan status sebagai seorang
anak, panggilan tersebut akan istri dikarenakan usianya yang
membuat Ibu EW menjadi merasa semakin bertambah.
nyaman tanpa mengurangi rasa Selanjutnya, alasan seorang
hormatnya terhadap suami yang wanita memilih laki-laki yang
berusia lebih muda. berusia lebih muda bukan hanya
Konflik selanjutnya adalah masalah kecukupan finansial ataupun
pada gaya hidup Pak A yang pada sedikitnya pilihan pasangan dengan
awal pernikahan masih suka bertambahnya usia, tetapi dalam
nongkrong atau berkumpul bersama kasus wanita yang telah memiliki
teman - temannya. Dalam hal ini, anak sebelumnya, mereka lebih
terlihat bahwa Pak A belum cukup memilih untuk mencari figur ayah
matang untuk mampu beradaptasi bagi anaknya.
pada kehidupannya setelah Kemudian, pada pasangan
pernikahan. yang usianya terpaut jauh terlihat
Kemudian, konflik seputar bahwa istri lebih membimbing dan
keuangan juga sering dihadapi oleh sering terlebih dahulu untuk berbagi
pasangan tersebut. Bila mengacu ide dan apa yang diinginkannya,

10 
 
seperti membuat kesepakatan- Fail. New York: Simon and
kesepakatan dalam rumah tangga, Schuster.
dalam hal pembagian finansial, Gottman, J., dkk. (1976). A Couple’s
pembagian peran dalam rumah Guide to Communication.
tangga serta dalam berkehidupan Champaign, IL: Research
sosial. Meskipun istri terlihat lebih Press.
membimbing suaminya, posisi suami Hurlock, E.B. (1997). Psikologi
yang berusia lebih muda tetap Perkembangan (Ed. 5 Alih
dihargai dalam berpendapat dan Bahasa: Istiwidaryanti dan
mengambil keputusan atas Soedjarwo). Jakarta:
penyelesaian konflik, sedangkan istri Erlangga.
cenderung mengambil inisiatif Jent, Glenn A. (2005). Improving
terlebih dahulu untuk menyelesaikan Communication In Marriage.
konflik yang terjadi. Kathleen, L. K. (1999). Komunikasi
Pada pasangan dengan usia Keluarga. Bandung:
istri lebih tua daripada suami, istri Indonesia Publishing House.
masih menghormati posisi suami Kriyantono, Rahmat. (2006). Teknis
sebagai kepala keluarga. Praktis Riset Komunikasi.
Jakarta: Kencana Prenada
DAFTAR PUSTAKA Group.
Lawton, Z. & Callister, P. (2010).
BUKU Older Women-Younger Men
Aw, Suranto. (2011). Komunikasi Relationships: The Social
Interpersonal. Yogyakarta: Phenomenon of 'Cougars'. A
Graha Ilmu. Research Note. Wellington:
Campbell, Ross & Suggs, Rob. Institute of Policy Studies.
(2006). How To Really Liliweri, Dr. Al. (1997). Komunikasi
Parent Your Child: Panduan Antarpribadi. Bandung: PT.
Menjadi Orang Tua Idaman. Citra Aditya Bakti.
(terjemahan: Generesius Littlejohn, S.W. & Foss. K.A (2005).
Blomen Nomer). Tangerang: Theories of Human
Agromedia Pustaka. Communication. (Eighth Ed.).
DeVito, Joseph A. (1997). Canada: Wadsworth.
Komunikasi Antarmanusia Moleong, Lexy. (2008). Metodologi
(Edisi Kelima). Jakarta: Penelitian Kualitatif (Edisi
Professional Books. Revisi). Bandung: PT Remaja
DeVito, Joseph A. (2004). The Rosdakarya.
Interpersonal Communication Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu
Book (10th Ed.). New York: Komunikasi: Suatu
Pearson Education, Inc. Pengantar. Bandung: PT
Fincham, F. D., (2003) Marital Remaja Rosdakarya.
Conflic: Correlates, Structure Nurcahyanti, Febriani. (2010).
and Contecxt. New York: Manajemen Konflik
University at Buffalo. Keluarga. Yogyakarta:
Gottman, J.M., & Silver, N. (1994). Insania.
Why Marriages Succeed or

11 
 
Olson, D. H. & DeFrain, J. (2003). Majalah Ilmiah
Marriages and Families. INFORMATIKA Vol. 2 No.
New York: McCraw-Hill. 2 Mei. Fakultas Bahasa dan
Olson, D. H. & Olson, A. K (2000). Sastra Universitas AKI, 2011
Empowering Couples: Esere, M. O. (2001). Resolving
Building on Your Strengths. Conflicts in Marriages: A
Minneapolis, MN: Life Counsellor's Viewpoint.
Innovations. Department of Guidance and
Pinem, Saroha. (2009). Kesehatan Counselling, University of
Reproduksi dan Kontrasepsi. Ilorin, llorin. 2001
Jakarta: Trans Media. Robbianto. (2013). Pengelolaan
Pondy, L. Sept. 1967. Konflik Yang Bersumber
“Organizational Conflict: pada Prasangka Sosial
Concepts and Models” (Kasus Suami Lebih Muda-
Administrative Science Isteri Lebih Tua. Jurusan
Quarterly 12(9): 299-306. Ilmu Komunikasi Fakultas
Ross, Marc Howard. (1993). The Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Management of Conflict: Universitas Diponegoro
Interpretations and Interests Semarang.
in Comparative Perspective. Ross, E. C. (2009). Psychology of the
Yale University Press. Family: Marital Satisfaction.
Ruben, B.D. & Stewart, L.P. (1998). HH/PSYC3630 3.0A,
Communication and Human October 2009. Toronto,
Behaviour (Fourth Ed.). Canada.
America: Allyn and Bacon. Fisher, Ron. (2000). Resolving
Sadarjoen, Sawitri S. (2005). Interpersonal Conflict.
Pendampingku Tak Seperti Journal of International Peace
Dulu Lagi. Jakarta: Penerbit and Conflict Resolution. c.
Buku Kompas. 1977, Rev. 1985, 2000.
Santrock, J. W. (2002). Life Span School of International
Development (Perkembangan Service. The American
Masa Hidup). Jakarta: University.
Erlangga.
Silalahi, Ulber. (2009). Metode SKRIPSI
Penelitian Sosial. Bandung: Adji, dkk. (2009). Perempuan dalam
PT Refika Aditama Kuasa Patriarki: Konstruksi
Walgito, Bimo. (2002). Bimbingan Relasi Laki-laki dan
dan Konseling Pernikahan. Perempuan dalam Sistem
Yogyakarta: Andi Offset. Patriarki (Kajian terhadap
Karya Djenar Maesa Ayu
JURNAL dengan Pendekatan
Arvianti, Indah. (2011). Feminisme). Fakultas Sastra
Pengungkapan Ideologi Universitas Padjadjaran.
Patriarki pada Teks Swadiana, S. R. (2014). Penyesuaian
Tatawicara Pernikahan Perkawinan pada Istri Yang
Dalam Budaya Jawa. Menjalani Commuter

12 
 
Marriage. Universitas
Pendidikan Indonesia.
Soekarno, Inneke T. (2005). Studi
Perbedaan Strong Marriage
pada Pasangan yang
Menikah Muda. Surabaya.
Universitas Airlangga.

13 
 

Anda mungkin juga menyukai