Anda di halaman 1dari 14

1

LISTRIK DINAMIS

1. Kuat Arus Listrik

) Arus listrik adalah aliran muatan listrik


) Arah arus listrik adalah aliran muatan positif (dari potensial tinggi ke potensial rendah)
) Kuat arus listrik didefinisikan sebagai banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui
penampang suatu penghantar persatuan waktu. Secara matematis ditulis :

Q dQ
I 
t dt
dengan
I = kuat arus listrik (A)
Q = muatan listrik (C)
t = waktu (s)

Contoh :

I(A)
4

0 1 2 3 4 5 6 t(s)
Grafik di atas menunjukkan kuat arus yang mengalir dalam suatu hambatan R, sebagai
fungsi waktu. Banyaknya muatan listrik yang mengalir dalam hambatan tersebut selama 6
sekon pertama adalah ... coulomb.

(A) 8
(B) 10
(C) 14
(D) 18
(E) 20

Pembahasan :
dQ
I =   dQ   I dt
dt
Q luas di bawah grafik I(t)

I(A)
4

2 I
II
III

0 1 2 3 4 5 6 t(s)

Q = luas I + luas II + luas III


= (3 x 4) + 21 (2 + 4) . 2 + ( 1 x 2)
= 12 + 6 + 2
= 20 C
2

2. Hukum Ohm

Perbandingan tegangan dengan kuat arus adalah tetap dan disebut hambatan, dirumuskan:

V  I.R

dengan
V = tegangan (V)
I = kuat arus (I)
R = hambatan ()

Contoh :

Alat pemanas listrik memakai 5A apabila dihubungkan dengan sumber 110 V. Hambatannya
adalah ... ohm.

(A) 0,05
(B) 5
(C) 22
(D) 110
(E) 550

Pembahasan :
Hukum Ohm
V =I.R
V 110
R = =
I 5
= 22 

3. Hambatan konduktor
l

Hambatan dalam kawat konduktor dirumuskan :


l
R
A
dengan
R = hambatan ()
 = hambatan jenis (m)
l = panjang kawat (m)
2
A = luas penampang kawat (m )

Contoh :
2
Suatu penghantar panjangnya 10 m dengan luas penampang 2 cm dan hambatan jenisnya
10  mm /m, hambatan penghantarnya adalah ...
2

(A) 0,05 
(B) 0,5 
(C) 1,0 
(D) 1,5 
(E) 2,0 

Pembahasan :
l
R = 
A
3

10
= 10
(2 . 102 )
= 0,5 

a) Hambatan jenis kawat konduktor akan berubah jika terjadi perubahan suhu, sesuai
persamaan :
 t  0 (1 -  . T)
dengan :
t = hambatan jenis pada suhu toC (m)
0 = hambatan jenis pada suhu mula-mula (m)
 = koefisien suhu (oC-1)
T = perubahan suhu ( C)
o

Contoh :
Suatu logam mempunyai hambatan jenis 2 x 10 m pada suhu 25 C. Hambatan jenis logam
-6 o
o o
tersebut pada suhu 100 C jika koefisien suhunya 0,004/ C adalah …

2,6 x 10 m
-2
(A)
2,6 x 10 m
-3
(B)
2,6 x 10 m
-4
(C)
2,6 x 10 m
-5
(D)
2,6 x 10 m
-6
(E)

Pembahasan :

t = 0 [1 +  T]
-6
= 2 x 10 [1 + 0,004 (100 – 25)]
-6
= 2 x 10 [1 + 0,3]
= 2,6 x 10 m
-6

b) Hambatan listrik akan mengalami perubahan saat suhunya berubah, sesuai persamaan :
R t  R0 (1   . T)
dengan
o
Rt = hambatan pada suhu t C
R0 = hambatan pada suhu mula-mula

Contoh :
o
Jika tahanan kawat perak pada temperatur 0 C adalah 1,25 dan koefisien temperatur terhadap
o
tahanan kawat tersebut adalah 0,00375/ C, maka temperatur yang menyebabkan harga tahanan
kawat tersebut menjadi dua kali lipat adalah ...
o
(A) 200 C
o
(B) 225 C
o
(C) 240 C
o
(D) 266 C
o
(E) 300 C

Pembahasan :
Rt = R0 (1 +  . T)
2 R2 = R0 (1 + 0,00375 (T – 0))
2 = 1 + 0,00375 T
1
T =
0,00375
 266 C
o
4

4. Rangkaian hambatan listrik

a) Rangkaian hambatan seri :

I1 I2 I3

R1 R2 R3
I
V
) I = I1 = I2 = I3
) V = V1 + V2 + V3
) R S = R1 + R2 + R 3

Contoh :
Bila rangkaian tersebut di bawah R = 6  dan V = 9 volt maka I sebesar ...

(A) 1,5 A R R R
(B) 0,5 A
(C) 4,5 A
(D) 1,0 A I
(E) 3,0 A V

Pembahasan :
) RS = R1 + R2 R3 = 18 
V =9V
) Hukum ohm
V 9
V =I.R  I = = = 0,5 A
R 18

b) Rangkaian hambatan paralel


R1
I1

R2 I2

R3 I3

) V1 = V2 = V3 = V
) I = I1 + I2 + I3
1 1 1 1
) = + +
RP R1 R2 R3

Contoh :

Pada rangkaian hambatan di bawah, I = 100 mA dan I1 = 300 mA. Nilai hambatan R adalah ...
30 30
(A) 50 
(B) 40 
I
(C) 20  30
(D) 10 
(E) 5 I1
R 10
5

Pembahasan :
30 30
A B

I
30
D
C
I1
R 10
E F

) Tegangan paralel :
VAB = VCD = VEF
) VAB = I . RAB
= 0,1 (30 + 30) = 6 V
) VEF = I1 . (R + 10)
6 = 0,3 (R + 10)
20 = R + 10
R = 10

c) Rangkaian jembatan Wheatstone

R1 B R2
R1 R2

A C A C
R5 R5

R3 R4
R3 D R4

) Bila R1 R4 = R2 R3, maka R5 dihilangkan (bisa diabaikan)


) Bila R1 R4  R2 R3, maka

B B

R1 R2 Rb R2

A Ra
A C C
R5

R3 R4 Rc R4

D D

R1 R3
Ra =
R1  R3  R5
R1 R5
Rb =
R1  R3  R5
R3 R5
Rc =
R1  R3  R5

Contoh :

Pada percobaan dengan menggunakan alat ukur jembatan Wheatstone pada rangkaian
gambar di bawah ini, terlihat jarum Galvanometer pada posisi nol. Maka ...

(A) R1 . R2 = R3 . R4
(B) R1 + R2 = R3 + R1
6

(C) R1 . R3 = R2 . R4
(D) R1 . R4 = R2 . R4
(E) R1 + R3 = R2 + R4

Pembahasan :
Jembatan Wheatstone, G=0 maka
R 1 . R 4 = R2 . R 4

5. Gaya gerak listrik (GGL) dan tegangan jepit

a. GGL (Gaya gerak listrik)

GGL adalah tegangan dari suatu sumber tegangan sebelum mengalirkan arus.

ε  I (R  r)
dengan
 = GGL
r = hambatan dalam

Contoh :

Gaya gerak listrik () dari elemen pada rang listrik pada gambar di bawah adalah ...

(A) 2,7 V + E
(B) 5,0 V r=1W
(C) 8,0 V
I=3A
(D) 11,0 V
(E) 24,0 V R=7W

Pembahasan :
GGL pada rangkaian adalah
 = I (R + r)
= 3 (7 + 1)
= 24 Volt

- GGL disusun seri


1 r1 2 r2 3 r3

I
R

) S = 1 + 2 + 3
rS = r1 + r2 + r3
ε
) I S
R  rS

Contoh :

Dari gambar rangkaian arus searah ini, kuat arus induk (I) besarnya adalah ...
7

R1=4

R2=12
E1 =18V E2 =8V

r1 =0,5 r2 =0,5

5
(A) /2 A
8
(B) /2 A
10
(C) /3 A
13
(D) /2 A
26
(E) /3 A

Pembahasan :
► GGL terpasang seri :
) S = 1 + 2 = 18 + 8 = 26 V
R R 4 . 12 48
) RP = 1 2 = = = 3
R1  R 2 4  12 16
) rS = r1 + r2 = 0,5 + 0,5 = 1 
► Kuat arus I adalah
 26 26 13
I = = = = A
RP  rS 3 1 4 2

- GGL disusun paralel

I1 1 r1

I2 2 r2

I3 3 r3

R
) Jika 1 = 2 = e3
P = 1 = 2 = 3
1 1 1 1
  
rP r1 r2 r3
) Jika terdapat n GGL yang masing-masing besarnya  dan hambatan dalam r disusun
paralel maka
P = 
r
rP =
n
Sehingga arus listrik yang mengalir dalam rangkaian dapat dituliskan sebagai
berikut :
ε
I =
r
R
n
Contoh :

Lima buah elemen dipasang paralel yang masing-masing berharga  = 1,5 volt
dan r = 1 , maka gaya gerak listrik penggantinya dan hambatan dalam
penggantinya berturut-turut adalah …

(A) 1,5 volt dan 0,2 


8

(B) 1,5 volt dan 1 


(C) 1,5 volt dan 5 
(D) 7,5 volt dan 0,2 
(E) 7,5 volt dan 5 

Pembahasan :

GGL disusun paralel :


- GGL pengganti (GGL Total)
n =5
1 = 2 = 3 = 4 = 5 = 
p =  = 1,5 volt
- Hambatan dalam pengganti
r
rp =
n
1
= = 0,2 
5

) Jika nilai GGL tidak sama maka berlaku :


ε1 ε 2 ε 3
 
r1 r2 r3
total =
1 1 1
 
r1 r2 r3
Contoh :

1,8V; 0,6 

1,5V; 0,3 
I

3
Besarnya arus listrik I pada rangkaian seperti gambar adalah …

(A) 0,5 A
(B) 1,0 A
(C) 2,5 A
(D) 3,0 A
(E) 5,0 A

Pembahasan :

ε1 ε 2

r1 r2
total =
1 1

r1 r2
1,8 1,5

0,6 0,3
=
1 1

0,6 0,3
8
= = 1,6 volt
5
Arus listrik I pada rangkaian
9

ε 1,6
I = = = 0,5 A
R 3

b. Tegangan jepit adalah tegangan dari suatu sumber tegangan setelah mengalirkan arus.
Dirumuskan :

V  I.R

Contoh :

Rangkaian tertutup seperti gambar di bawah ini. Besar tegangan jepit adalah ...
 
(A) 6V
(B) 10V
(C) 12V
(D) 15V 
(E) 16V
18V; 1
Pembahasan :
► kuat arus dalam rangkaian
ε 18
I = = = 2A
RS  r 8 1
► besar tegangan jepit adalah :
V =I.R
= 2 . 8 = 16 V

6. Hukum Kirchoff

a) Hukum Kirchoff I
“Jumlah arus listrik yang masuk ke suatu titik cabang sama dengan jumlah arus listrik yang
meninggalkan titik cabang itu.”
I1

I I2

I3

Imasuk = keluar
I = I1 + I2 + I3

b) Hukum Kirchoff II
“Jumlah aljabar dari perubahan-perubahan potensial yang ditemukan di dalam sebuah
lintasan lengkap dari suatu titik ke titik yang sama (lintasan tertutup) dalam rangkaian
tersebut sama dengan nol.”

Σ E   I .R  0

Contoh
Perhatikan rangkaian listrik sederhana seperti pada gambar! Besar kuat arus I I adalah ….
(A) 0,25 A
(B) 0,30 A
(C) 0,36 A
(D) 0,45 A
(E) 0,50 A

Pembahasan :

Rangkaian listrik
10

2 1
F E I2 D

I1 I3
+ +
- 6V 2 - 8V
I

A B C

Besar kuat arus I1 adalah …


* hukum Kirchoff II
E+ 
I.R = 0
Loop I (AFEB)
-6 + 2I1 + 2I3 = 0 ; I3 = I1 + I2
-6 + 2I1 + 2(I1 + I2) = 0
4I1 + 2I2 = 6 … ( I )
Loop II (CDEB)
-8 + 1I2 + 2I3 = 0
-8 + 1I2 + 2(I1 + I2) = 0
2I1 + 3I2 = 8 … (II)
4I1  2I2  6 x3
2I1  3I2  8 x2
 12 I1 + 6I2 = 18
 4I1 + 6I2 = 16
---------------------- –
8I1 = 2
2 1
I1 =  A
8 4
Maka besar kuat arus
1
I1 =  0,25A
4

7. Alat ukur listrik

a. Amperemeter
) Alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik yang melalui suatu rangkaian listrik.
) Untuk memperbesar batas ukur amperemeter, maka pada amperemeter harus
ditambahkan suatu hambatan yang dipasang paralel dengan amperemeter
RSH

IS

I IA RA
A

RA
RSH 
n -1
dengan
RSH = hambatan shunt (hambatan paralel)
RA = hambatan dalam amperemeter
I = arus yang akan diukur
IA = batas ukur amperemeter

Contoh :

Sebuah amperemeter mempunyai hambatan 18 ohm dan berdaya ukur 10 mA. Agar
daya ukur amperemeter meningkat menjadi 100 mA, harus dipasang hambatan ...
11

(A) 0,8 ohm seri dengan amperemeter


(B) 0,8 ohm paralel dengan amperemeter
(C) 2,0 ohm seri dengan amperemeter
(D) 2,0 ohm paralel dengan amperemeter
(E) 8,0 ohm seri dengan amperemeter

Pembahasan :
Untuk memperbesar daya ukur arus dapat digunakan sifat paralel
I Ia
A

RSH
ISH

I100
n = =
= 10
IA 10
R 18
RSH = A =
n - 1 10 - 1
= 2  (hambatan paralel)

b. Voltmeter
) Alat yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik pada suatu rangkaian listrik
) Untuk memperbesar batas ukur voltmeter, maka pada voltmeter harus dipasang
hambatan depan yang disusun seri dengan voltmeter.
Rd RV
a I b
V

dengan
Rd = hambatan depan
RV = hambatan dalam voltmeter
V = batas ukur voltmeter
Vab = tegangan yang akan diukur

Contoh :

R
E

Untuk mengukur hambatan (R) dipakai suatu rangkaian sebagaimana diperlihatkan pada
gambar. Baterai dengan ggl 12V yang hambatan dalamnya diabaikan, dihubungkan seri
dengan hambatan yang dicari (R) dan voltmeter (V) yang hambatan (R V) 20 k . Jika
pembacaan voltmeter 2 volt besar hambatan yang dicari adalah ...

(A) 20 k
(B) 50 k
(C) 75 k
(D) 100 k
(E) 120 k

Pembahasan :
Vab E 12
n == = =6
V V 2
Voltmeter dipasang seri dengan hambatan maka :
12

Rd = (n – 1) Rv = (6 – 1) 20 k  = 100 k 
8. Energi dan daya listrik.

a. Energi listrik (W)


) Energi yang diberikan oleh suatu sumber tegangan untuk mengalirkan arus listrik pada
suatu penghantar dalam selang waktu tertentu dinyatakan :
V2
W  V . I . t atau W  I2 R t atau W  t
R
dengan
W = energi listrik (J)
V = tegangan listrik (V)
I = kuat arus listrik (A)
R = hambatan listrik ()
t = waktu (s)

Contoh :

Sebuah pesawat televisi dihubungkan dengan sumber tegangan 220 volt selama 5
jam. Apabila kuat arus 2 ampere, maka energi listrik yang terpakai oleh televisi
adalah ...
3
(A) 2,20 . 10 joule
5
(B) 1,32 . 10 joule
5
(C) 1,58 . 10 joule
6
(D) 3,96 . 10 joule
6
(E) 7,92 . 10 joule

Pembahasan :
Energi listrik yang terpakai oleh televisi adalah
W =V.I.t
= (220) (2) (5 x 3600)
6
= 7920000 J = 7,92 x 10 J

) Energi listrik dapat diubah menjadi energi bentuk lain, misalnya energi panas (kalor),
energi mekanik, energi kimia dan energi cahaya.

Contoh :
Suatu alat pemanas yang menggunakan listrik, hambatannya 12 ohm dan khusus
dipakai untuk beda potensial 120 volt. Bila alat tersebut dipakai untuk
o
memanaskan air sebanyak 40 kg sehingga temperaturnya naik dari 20 C menjadi
o
80 C, waktu yang dibutuhkan ... (ambil 1 kalori = 4,2 joule).

(A) 3,6 jam


(B) 2,3 jam
(C) 15 jam
(D) 12 jam
(E) 10 jam

Pembahasan :
Energi listrik = energi kalor
V2
.t = m . C . T
R
(120)2
.t = (40) (4200) (80 – 20)
12
1200 t = 10080000
t = 8400 s >>> t = 2,3 jam
13

b. Daya listrik (P)

Energi listrik yang dilepaskan muatan listrik tiap satuan waktu :


W V2
P atau P  V . I  I2 R 
t R
Contoh:

Sebuah lampu pijar yang menggunakan daya 80 W pada sumber tegangan 220 volt,
dipasang pada suatu sumber berpotensial 110 V. Daya yang dipakai lampu itu adalah ...

(A) 320 W
(B) 160 W
(C) 80 W
(D) 40 W
(E) 20 W

Pembahasan :
Daya lampu
V2
 P V
2
P =
R
2
V 
2
 110 
P2 =  2  . P1 =   . 80
 V1   220 
= 20 W
14

Anda mungkin juga menyukai