LP Sistem Perkemihan
LP Sistem Perkemihan
SISTEM PERKEMIHAN
b. Ureter
Setelah urin terbentuk kemudian akan di alirkan ke pelvis ginjal lalu ke bladder
melalui ureter. Panjang ureter pada orang dewasa antara 26 sampai dengan 30 cm
dengan diameter 4 sampai 6 mm. setelah meninggalkan ginjal ureter berjalan ke
bawah di belakang peritoneum ke dinding bagian belakang kandung kemih.
Lapisan tengah ureter terdiri atas otot-otot yang distimulasi oleh transmisi impuls
elektrik berasal dari saraf otonom. Akibat gerakan peristaltik ueter maka urin di
dorong ke kandung kemih.
c. Kandung kemih
Kandung kemih merupakan tempat penampungan urin. Terletak di dasar panggul
pada daerah retroperitoneal dan terdiri atas otot-otot yang dapat mengecil.
Kandungan kemih terdiri atas dua bagian yaitu bagian fundus atau body yang
merupakan otot lingkar, tersusun dari otot detrusor dan bagian leher yang
berhubungan langsung dengan uretra. Pada leher kandung kemih terdapat spinter
interna. Spinter ini di control oleh system saraf otonom. Kandung kemih dapat
menampung 300 sampai 400 ml urin.
d. Uretra
Merupakan saluran pembuangan urin yang langsung keluar dari tubuh. Kontrol
pengeluaran urin terjadi karena adanya spinter kedua yaitu spinter eksterna yang
dapat di control oleh kesadaran kita. Poanjang uretra wanita lebih pendek yaitu
3,7 cm sedangkan pada pria 20 cm sehingga pada wanita lebih beresiko terjadinya
infeksi saluran kemih. Bagian paling luar dari urtra di sebut meatus urinary. Pada
wanita meatus urinari terletak antara labio minora, di bawah clitoris dan di atas
vagina.
I.4. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem eliminasi urin
1) Retensi
Merupakan penumpukan urin dalam kandung kemih dan keridakmampuan
kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih. Penyebab distensi
kandung kemih adalah urin yang terdapat dalam kandung kemih melebihi 400
ml. Normalnya adalah 250-400 ml.
2) Inkontinensi urin
ketidakmamapuan otot sfingter eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol ekskresi urin. Ada dua jenis inkotinensia yaitu: inkotinensia stress
dan ikontinensia urgensi.
3) Enuresis
Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih yang diakibatkan
ketidakmampuan untuk mengendalikan sfingter eksterna. Biasanya terjadi
pada anak-anak atau orang jompo.
4) Urgency
5) Dysuria
6) Polyuria
7) Urinari suppresi
II. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan eliminasi
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
a. Riwayat keperawatan sekarang
1) Warna feses, bercampur lendir/darah, konsistensi, frekuensi
2) Waktu terjadinya sakit, frekuensi yang dirasakan
3) Upaya yang dilakukan selama sakit
4) Pola bab/bak
5) Gejala dari perubahan berkemih
b. Riwayat keperawatan dahulu
Mengkaji apakah pernah diare/konstipasi/inkontinensia sebelumnya, alergi
makanan, ISPA, ISK
c. Riwayat keperawatan keluarga
Mengkaji apakah sebelumnya ada anggota keluarga yang menderita sakit
seperti pasien.
f. Ureter
Ureter tidak bisa dilakukan pemeriksaan di luar, harus digunakan diagnostik
lain seperti BNO,IVP, USG, CT Renal. cyloscopy tetapi keluhan pasien
dapat dijadikan petunjuk adannya masalah pada ureternya, seperti pasien
mengeluh sakit di daerah abdomen yang menjalar kebawah, hal ini yang
disebut dengan kolik dan biasanya behubungan dengan adanya distensi
ureter dan spasme ureter dan adanya obsrtuksi karena batu
g. Kandung kemih
TEHNIK TEMUAN
Inspeksi
1. Perhatikan bagian abdomen bagian Normalnya kandungan kemih terletak dibwah
bawah, kandungan kemih adalah organ simpisis pubis. tetapi setelah membesar organ
berongga yang mampuh memebesar ini dapat dilihat distensi pada area supra
untuk mengumpulkan dan mengeluarkan pubis
urin yang dibuat ginjal
2. Didaerah supra pubis apakah adanya
distensi
Perkusi
Pasien dalam posisi terlentang, perkusi Bila kandungan kemih penuh maka akan
dilakukan mengetukan pada daerah kandung terdengar bunyi dullness/redup
kemih daerah supra pubis
Palapasi
Lakukan palpasi kandungan kemih pada Pada kondisi normal urin dapat dikeluarkan
daerah supra pubis secara lengkap dan kandungan kemih tidak
teraba. Bila ada obstruksi dibawah ada
produksi urin normal maka urin tidak dapat
dikeluarkan pada kandung kemih sehingga
akan terkumpul pada kandung kemih. Hal ini
mengakibatkan distensi kandungan kemih
yang bisa dipalapasi didaerah supra pubis
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: inkontinensia urin: total
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria): berdasarkan NOC
a. Mempertahankan integritas kulit yang adekuat
b. Tidak mengalami infeksi saluran kemih
c. Mendeskripsikan rencana asuhan untuk kateter menetap (foley) dirumah
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
a. Intervensi: Lakukan surveilans kulit
Rasional: untuk mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mempertahankan integritas kulit dan membran mukosa
b. Intervensi: Lakukan manajemen eliminasi urin
Rasional: memelihara eliminasi urin yang optimum
c. Intervensi: lakukan perawatan inkontinensia urin
Rasional: untuk membantu meningkatkan kontinensia
III.Daftar pustaka
Craft-rosenberg, M. dan Smith, K. (2012). NANDA Diagnosa Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi. Yogyakarta:Digna Pustaka
Wilkinson, J.M., dan Ahern, N.R. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:
EGC
Pearce, Evelyn C. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia
Kozier. Erb, Berman. Snyder. (2010). Buku Ajar Fondamental Keperawatan :Konsep,
Proses & Praktik, Volume : 1, Edisi : 7, EGC : Jakarta
Banjarmasin, 2017
……………………………………… ………………………………………