Anda di halaman 1dari 4

Pembuatan SiO/NP-ZnO

SiO2 ZnO

Homogenisasi

Presipitasi

Purifikasi

Freeze Dryer

SiO2/ZnO

Ekstraksi Alga

Alga

Superkritikal

NP-Ekstrak alga
Pembuatan biokomposit ekstrak alga/SiO2 dan ZnO

NP-Ekstrak alga
hasil dari SiO2/ZnO
Superktritikal

Homogenisasi

Sonikasi

Freeze dryer

Bionanokomposit

Astaxanthin

Astaxanthin merupakan karotenoid merah yang berpotensi sebagai antioksidan. Astaxanthin memiliki
efektivitas 500-1000 kali lebih baik dibanding vitamin E dalam hal pencegahan peroksidasi lemak, 6000
kali vitamin C, 800 kali Coenzym Q10, 560 kali ekstrak green tea, 75 kali lipoic acid (Somoyani, 2011).
Astaxanthin adalah pigmen merah yang larut dalam lemak dan tidak memiliki aktivitas pro vitamin A jika
dikonsumsi pada tubuh manusia, meskipun beberapa penelitian melaporkan bahwa astaxanhin memiliki
potensi aktivitas biologi yang tinggi yaitu kemampuan dalam menangkal radikal bebas dan perannya
sebagai antioksidan dibandingkan dengan karotenoid lainnya. Pratiwi dan Leenawaty (2008)
menyatakan bahwa adanya gugus hidroksil dan keto pada astaxanthin sehingga menjadikannya lebih
polar dan memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar daripada karotenoid lainnya. Ambati dkk.
(2014) menyatakan bahwa The United States Food and Drug Adminisration (USFDA) memanfaatkan
astaxanthin sebagai bahan pewarna makanan hewan dan pakan ikan.
Astaxanthin telah digunakan sebagai suplemen, agen antioksidan dan antikanker, pencegah diabetes,
pencegah penyakit pada pembulih darah, kelainan syaraf, dan menstimulasi imunisasi. Produk
astaxanthin telah dikomersilkan sebagai tablet, kapsul, sirup, minyak, gel lunak, krim, biomas dan serbuk
tergranulasi. .
Astaxanthin

Tabel Sumber Astaxanthin

Bionanokomposit

Bionanokomposit merupakan material lanjut (advanced material) yang salah satu atau semua
komponennya terbuat dari bahan hayati1 dan salah satunya memiliki ukuran berskala nanometer (10-9
meter). Teknologi ini berguna untuk meningkatkan sifat individu bahan dalam hal kekuatan, struktur dan
stabilitas sehingga nantinya material yang baru akan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan
material penyusunnya. 2 Perbedaan nanopartikel dengan material sejenis yang lebih besar adalah
dengan ukurannya yang kecil, material nanopartikel memiliki perbandingan luas permukaan dan volume
yang lebih besar. Ini membuat nanopartikel bersifat lebih reaktif.

Secara umum, ada dua metode yang digunakan dalam sintesis nanopartikel yaitu top-down dan bottom-
up. Top-down adalah sintesis partikel berukuran nano secara langsung dengan memperkecil material
besar lewat penggerusan. Bottom-up adalah menyusun atom-atom atau molekul-molekul hingga
membentuk partikel berukuran nanometer menggunakan teknik sol-gel, presipitasi kimia dan
aglomerasi fasa gas. 4

Bionanokomposit terdiri atas matriks (pengikat) dan filler (penguat). Fungsi nanoteknologi di sini adalah
untuk memperkecil ukuran filler. Ukuran partikel filler yang kecil akan memperluas permukaan filler
sehingga interaksi filler dan matriks meningkat. Interaksi tersebut mampu mereduksi mobilitas polimer
sebagai matriks sehingga meningkatkan kekuatan komposit dibanding ukuran yang lebih besar

Bionanokomposit antara Zinc oksida dengan astaxanthin dapat digunakan pada krim anti UV.
Enkapsulasi nanopartikel pada krim anti UV sehingga krim berada pada lapisan epidermal dan tidak
membahayakan pengguna. Sehingga didapatkan krim anti UV/antioksidan yang bersifat antimikroba,
mengurangi keriput, dan pewarna alami.

References

Ambati, R.R., S.M. Phang, S. Ravi and R.G. Aswathanarayana. 2014. Astaxanthin: Sources, Extraction,
Stability, Biological Activities and Its Commercial Applications—A Review. Mar. Drugs, 12; 128-152.

A. Spoiala, M. G. Albu, A. Ficai, E. Andronescu, G. Voicu, C. Ungureanu. 2014. THE SiO2 /ZnO COMPOSITE
MATERIALS FOR COSMETIC CREAMS. Digest Journal of Nanomaterials and Biostructures Vol. 9, No. 4, p.
1729 – 1737.

Munifah, I. dan T. Wikanta. 2006. Astaxanthin: Senyawa Antioksidan Karoten bersumber dari biota laut.
Squelen, 1(1): 1-5.

Anda mungkin juga menyukai