Anda di halaman 1dari 79

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA Nn.

D
UMUR 21 TAHUN DENGAN AMENORE SEKUNDER
DI BPM SITI RODIYAH SUKOHARJO

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh :
Bella Pitaloka Putri Novandi
NIM B13 053

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA Nn. D


UMUR 21 TAHUN DENGAN AMENORE SEKUNDER
DI BPM SITI RODIYAH SUKOHARJO

Diajukan Oleh :
Bella Pitaloka Putri Novandi
NIM B13 053

Telah diperiksa dan disetujui


Pada tanggal Juni 2016

Pembimbing

Siti Nurjanah, SST., M.Keb


NIK. 201188093

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA Nn. D


UMUR 21 TAHUN DENGAN AMENORE SEKUNDER
DI BPM SITI RODIYAH SUKOHARJO

Diajukan Oleh :
Bella Pitaloka Putri Novandi
NIM B13 053

Telah dipertahankan di depan dewan penguji


Program Studi Diploma III Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta

Pada tanggal Juni 2016

Penguji I Penguji II

Eni Rumiyati, SST Siti Nurjanah, SST., M.Keb


NIK. 200682019 NIK. 201188093

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan


untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui
Ka.Prodi D III Kebidanan

Siti Nurjanah, SST., M.Keb


NIK. 201188093

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan


rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Nn. D Umur
21 Tahun dengan Amenore Sekunder di BPM Siti Rodiyah Sukoharjo”.
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi
tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Karya Tulis Ilmiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah, SST., M.Keb selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta dan selaku Dosen
Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan
bimbingan kepada penulis.
3. Ibu Siti Rodiyah selaku Pimpinan BPM Siti Rodiyah Sukoharjo yang telah
memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data awal dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah.
4. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas
segala bantuan yang telah diberikan.

5. Nn. D dan keluarga yang telah bersedia menjadi responden dalam studi kasus
untuk diambil datanya dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.
6. Semua teman-teman angkatan 2013 yang telah membantu dalam penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

iv
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi
kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak.

Surakarta, Juni 2016

Penulis

v
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016
Bella Pitaloka Putri Novandi
B13053

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA Nn. D


UMUR 21 TAHUN DENGAN AMENORE SEKUNDER
DI BPM SITI RODIYAH SUKOHARJO

xi + 65 halaman + 13 lampiran

INTISARI

Latar Belakang : Angka kejadian amenore sekunder berkisar antara 1 – 5%. Studi
pendahuluan yang dilakukan diBPM Siti Rodiyah Sukoharjo dari bulan Oktober
2014 sampai Oktober 2015 terdapat 117 pasien yang mengalami gangguan
reproduksi. Pasien dengan dismenoresebanyak 40 orang (36,4%), leukorea
sebanyak 37 orang (27,3%), amenore sekunder sebanyak 22 orang (20%) dan
menoragia sebanyak 18 orang (16,4%). Amenoredapat berdampak serius,
menstruasi yang tidak teratur menjadi pertanda bahwa seseorang kurang subur
(infertil).
Tujuan : Untuk melaksanakan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. D
umur 21 tahun dengan Amenore Sekunder di BPM Siti Rodiyah Sukoharjo secara
komprehensif.
Metode Penelitian : Karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif
observasional. Lokasidi BPM Siti Rodiyah Sukoharjo. Waktu pada bulan
Desember 2015 – Mei 2016. Subjek adalah Nn. Dumur 21 tahun dengan amenore
sekunder. Instrumen yang digunakan dalam format asuhan kebidanan gangguan
reproduksi dengan manajemen Varney dan SOAP. Teknik pengambilan data
menggunakan data primer dan sekunder.
Hasil Studi Kasus :Pada kasus pasien dengan amenore sekunder keadaan umum
ibu baik, kecemasan berkurang, asupan nutrisi terpenuhi, terjadi perdarahan
menstruasi Nn. D mengatakan merasa senang dan tidak cemas karena sudah
mendapatkan menstruasi pada tanggal 22 April 2016. Tanggal 20 Mei 2016 Nn. D
mengatakan sudah mendapatkan menstruasi kembali pada tanggal 19 Mei 2016.
Kesimpulan : Pada langkah rencana tindakan ditemukan kesenjangan antara teori
dan praktik pada kasus pemberian KIE dan pemberian terapi progesteron.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, gangguan reproduksi, amenore sekunder


Kepustakaan : 25 literatur (tahun 2007 – 2015)

vi
MOTTO

1. Sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai dengan kemudahan (QS: Al-
Insyiroh: 6)
2. Jangan takut pada masa depan dan jangan pernah menangis untuk masa lalu.
3. Orang yang paling sabar diantara kamu adalah orang yang memaafkan
kesalahan orang lain padahal dia berkuasa untuk membalasnya.
4. Janganlah kamu merasa lemah dan jangan pula bersedih hati.
5. Pelajari apapun yang anda bisa, kapanpun, dan dari siapapun. Di sanalah nanti
akan tiba waktunya anda mendapat sesuatu yang menyenangkan (Sarah
Caldwell)

PERSEMBAHAN

1. Sujud syukur kepada Allah SWT melimpahkan rahmad dan hidayahNya


sehigga KTI ini bisa terselesaikan
2. Trimakasih Bapak dan Ibu atas sayang, dukungan, kesabaran dan untaian do’a
yang senantiasa mengiring langkahku sungguh tidak ada kata-kata yang lebih
mudah dan lebih pantas terucap untuk membalas semua kasih sayangmu.
3. Kakakku tersayang Singgih Agus Faizal dan semua keluarga besar terima kasih
atas do’a dan perhatiannya selama ini.
4. Sahabatku Fatmara, Habibi terima kasih atas semangat dan dukungan yang
telah diberikan selama ini.
5. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2013, semangat…!!!!
6. Almamater tercinta

vii
CURICULUM VITAE

BIODATA
Nama : Bella Pitaloka Putri Novandi
Tempat / Tanggal Lahir : Sukoharjo, 15 April 1995
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :Mondorakan Wirogunan RT 02 RW 05 Kartasura,
Sukoharjo

RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri Wirogunan I Kartasura Lulus tahun 2007
2. SMP Batik Surakarta Lulus tahun 2010
3. SMK Negeri 4 Surakarta Lulus tahun 2013
4. Prodi DIII Kebidanan STIKesKusuma Husada SurakartaAngkatan 2013

viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
INTISARI ....................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii
CURRICULUM VITAE ................................................................................ viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
C. Tujuan Studi Kasus ...................................................................... 5
D. Manfaat Studis Kasus .................................................................. 6
E. Keaslian Studi Kasus .................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ............................................................................. 7
1. Kesehatan Reproduksi ........................................................... 7
2. Menstruasi ............................................................................. 9
3. Amenore Sekunder ................................................................ 13
B. Teori Manajemen Kebidanan ....................................................... 17
C. Landasan Hukum ........................................................................ 32
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Studi Kasus ........................................................................ 36
B. Lokasi Studi Kasus ...................................................................... 36
C. Subjek Studi Kasus ..................................................................... 36
D. Waktu Studi Kasus ...................................................................... 36
E. Instrumen Studis Kasus ............................................................... 37
F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 37

ix
G. Alat dan Bahan yang digunakan ................................................. 40
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus ............................................................................. 42
B. Pembahasan ................................................................................. 56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 63
B. Saran ............................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian


Lampiran 2. Surat Ijin Pengambilan Data
Lampiran 3. Surat Balasan dari Lahan pengambilan Data Awal
Lampiran 4. Surat Ijin Pengambilan Kasus
Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Pengambilan kasus
Lampiran 6. Lembar Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 7. Lembar persetujuan Responden
Lampiran 8 Format Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi
Lampiran 9 Lembar Observasi
Lampiran 10 SAP dan Leaflet Amenorea sekunder
Lampiran 11 SAP dan Leaflet Pola Hidup Sehat
Lampiran 12 SAP dan Leaflet Personal Hygiene
Lampiran 13 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan aspek yang menjadi perhatian setelah

upaya kesehatan pada umumnya tercapai. Kesehatan reproduksi menurut

WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya

bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan

dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (Yanti, 2011).

Wanita rentan terhadap penyakit yang menyerang organ reproduksinya.

Kebanyakan wanita, sangat malu dan tertutup untuk berkonsultasi secara

langsung mengenai kesehatan pribadinya. Faktor lain pun dikarenakan biaya

untuk pemeriksaan ke dokter spesialis cenderung mahal. Ada juga yang tidak

mempedulikan gejala yang muncul, dan ketika kondisi sudah memburuk dan

memerlukan penanganan yang ekstra, dokter spesialis menjadi tujuan akhir

(Revina dan Susanti, 2014).

Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus menstruasi

normal yang terjadi secara periodik. wanita akan merasa terganggu bila

hidupnya mengalami perubahan, terutama bila menstruasi menjadi lebih lama

dan atau banyak, tidak teratur, lebih sering atau tidak menstruasi sama sekali,

bahkan bisa disertai nyeri. Diharapkan semua wanita mengalami siklus

menstruasi yang teratur, namun hampir semua wanita pernah mengalami

gangguan menstruasi selama masa hidupnya. Gangguan ini dapat berupa

kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini dihadapi oleh wanita remaja,

reproduksi dan klimakterium (Sari, 2014)

1
2

Banyak faktor yang mempengaruhi menstruasi, baik faktor internal

maupun faktor eksternal. Beberapa studi menunjukan bahwa prevalensi pada

populasi wanita usia 18 – 50 tahun mengalami gangguan pada siklus

menstruasinya. Menurut hasil penelitian, pelajar lebih sering mengalami

gangguan siklus menstruasi (Oktavia, 2010).

Menstruasi yang tidak teratur pada masa 3- 5 tahun setelah menarche

dan pramenopause (3-5 tahun menjelang menopause) merupakan keadaan

yang lazim dijumpai. Tetapi pada masa reproduksi (umur 20-40 tahun),

Menstruasi yang tidak teratur bukan merupakan keadaan yang lazim, karena

selalu dihubungkan dengan keadaan abnormal (Sari, 2014).

Gangguan Menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi

dapat digolongkan menjadi 4, antara lain: kelainan dalam banyaknya darah

dan lamanya perdarahan pada Menstruasi (hipermenorea atau menoragia dan

hipomenorea), kelainan siklus (polimenorea, oligomenorea, dan amenorea),

perdarahan diluar haid (metroragia), dan gangguan lain yang ada hubungan

dengan haid (premenstrual tension, mittelschmerz, Dismenorea) (Sari, 2014).

Menstruasi normal terjadi setiap 22 – 35 hari selama 2 – 7 hari. Terdapat

gangguan menstruasi yang sering muncul, yaitu dismenore (nyeri menstruasi),

amenore (tidak menstruasi) dan sindrom pra menstruasi (Syafrudin, dkk,

2011). Angka kejadian amenore sekunder berkisar antara 1 – 5%

(Proverawati dan Misaroh, 2009).

Penyebab amenore dapat dikategorikan sebagai berikut yaitu cacat

fungsional atau anatomi hipotalamus atau hipofisis, cacat anatomis atau

fungsional dari uterus atau ovarium atau cacat genetik (Merin dkk, 2012)
3

Amenore primer umumnya mempunyai sebab yang lebih berat dan lebih

sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-

kelainan genetik. Amenore sekunder lebih menunjuk kepada sebab yang

timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan metabolisme,

tumor, penyakit infeksi, stres (di rumah, sekolah, atau tempat kerja), latihan

fisik yang melelahkan, dan gangguan gizi dimana berat badan rendah untuk

tinggi badan (IMT kurang) (Sari, 2014).

Peran Bidan dalam upaya meningkatkan kesehatan reproduksi yaitu

melakukan penyuluhan mengenai cara untuk mengurangi keluhan tersebut

pada remaja, dengan berperilaku hidup sehat, memperbaiki keadaan kesehatan

seperti perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang,

mengurangi berat badan pada wanita dengan obesitas, olah raga, dan

konsumsi nutrisi yang seimbang. Selain itu khususnya sebagai remaja juga

harus dapat menerapkan perilaku hidup sehat untuk menjaga kesehatan

reproduksi, karena wanita sebagai tonggak kehidupan yang akan melahirkan

generasi kehidupan (Syafrudin, dkk, 2011).

Beberapapenyebabmenstruasi mengalami penyimpangan yang akibatnya

perempuan bisa menderita anemia hingga kurang subur. Gangguan menstruasi

dapat berdampak serius, menstruasi yang tidak teratur menjadi pertanda

bahwa seseorang kurang subur (infertil) (Arwini, 2013).

Data yang penulis peroleh dari BPM Siti Rodiyah Sukoharjo dari bulan

Oktober 2014 sampai Oktober 2015 terdapat 117 pasien yang mengalami

gangguan reproduksi. Pasien dengan dismenoresebanyak 40 orang (36,4%),

leukorea sebanyak 37 orang (27,3%), amenore sekunder sebanyak 22 orang


4

(20%) dan menoragia sebanyak 18 orang (16,4%). Jika amenore tidak

ditangani dengan baik dapat berdampak serius, menstruasi yang tidak teratur

menjadi pertanda bahwa seseorang kurang subur (infertil).

Berdasarkan latar belakang di atas oleh sebab itu penting untuk

dilakukan studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Gangguan

Reproduksi pada Nn. D Umur 21 Tahun dengan Amenore Sekunder di BPM

Siti Rodiyah Sukoharjo”.

B. Perumusan Masalah

“Bagaimana asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. D umur

21 tahun dengan amenore sekunder di BPM Siti Rodiyah Sukoharjo?”.

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Untuk melaksanakan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. D

umur 21 tahun dengan Amenore Sekunder di BPM Siti Rodiyah Sukoharjo

secara komprehensif.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu :

1) Melaksanakan pengkajian data yang terdiri dari data subjektif dan

objektif secara lengkap yang terkaitan dengan gangguan reproduksi

dengan amenore sekunder.


5

2) Menginterpretasikan data dasar yang meliputi diagnosa kebidanan,

masalah dan kebutuhan pada kasus gangguan reproduksi dengan

amenore sekunder.

3) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial untuk konsultasi,

kolaborasi dan merujuk pada kasus gangguan reproduksi dengan

amenore sekunder.

4) Menetapkan kebutuhan tindakan segera pada kasus gangguan

reproduksi dengan amenore sekunder.

5) Menyusun asuhan kebidanan secara menyeluruh pada kasus

gangguan reproduksi dengan amenore sekunder.

6) Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada kasus

gangguan reproduksi dengan amenore sekunder.

7) Mengevaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan gangguan

reproduksi dengan amenore sekunder.

b. Mahasiswa mampu menemukan kesenjangan antara teori dan kasus

nyata pada gangguan reproduksi dengan amenore sekunder termasuk

faktor pendukung dan penghambat.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Diri Sendiri

Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menerapkan asuhan

kebidanan pada gangguan reproduksi dengan amenore sekunder

menggunakan manajemen Varney.


6

2. Bagi Profesi

Memberi wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnya dalam

menangani kasus gangguan reproduksi khususnya amenore sekunder

dengan standar asuhan kebidanan.

3. Bagi Instansi Rumah Sakit

Digunakan sebagai masukan fasilitas pelayanan dan meningkatkan kualitas

pelayanan kebidanan pada gangguan reproduksi dengan amenore sekunder.

4. Bagi Instansi Pendidikan

Hasil studi kasus ini dapat menjadi referensi dan sumber bacaan yang

bermanfaat bagi institusi pendidikan.

E. Keaslian Studi Kasus

Penulisan Karya Tulis Ilmiah pada kasus gangguan reproduksi dengan

amenore sekunder sudah pernah dilakukan oleh mahasiswa :

Prita Yuliana Irnawati (2013), dengan judul “Asuhan Kebidanan

Gangguan Sistem Reproduksi pada Ny.T umur 32 Tahun dengan Amenore

Sekunder di RSUD Surakarta.Hasil dari studi kasus ini yaitu didapatkan

pasien yang tidak mendapatkan menstruasi lebih dari 3 siklus dan setelah satu

minggu mengkonsumsi Norelut 5 mg 2 x 1 pasien mengalami perdarahan

menstruasi. Hal ini menandakan bahwa poros hipotalamus-hipofisis-ovarium

masih berfungsi sehingga amenore yang dialami pasien dikarenakan keadaan

umum yang kurang baik. Kesimpulan dari studi kasus ini yaitu masih terdapat

kesenjangan antara teori dan praktik dalam pelaksanaan asuhan kebidanan

pada pasien amenore sekunder, yaitu tidak dilakukannya pemeriksaan fisik


7

pada payudara pasien dan tidak dilakukan pemeriksaan hormonal (TSH dan

PRL) dalam uji diagnostik amenore sekunder.

Perbedaan studi kasus yang penulis lakukan yaitu pada tempat studi

kasus, subjek studi kasus serta waktu pelaksanaan. Persamaan studi kasus

yaitu pada judul dan pemberian terapi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Kesehatan Reproduksi

a. Pengertian

Istilah reproduksi berasal dari re yang artinya kembali dan kata

produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah

reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam

menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya (Yanti, 2011).

Menurut International Conference on Population and

Development (ICPD) (1994), kesehatan reproduksi adalah sebagai

hasil akhir keadaan sehat sejahtera secara fisik, mental dan sosial dan

tidak hanya bebars dari penyakit atau kecacatan dalam segala hal yang

terkait dengan sistem fungsi serta proses reproduksi (Yanti, 2011)

b. Gangguan dan Masalah Gangguan Reproduksi

Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus haid normal

yang terjadi secara periodik. Masalah gangguan pada gangguan

reproduksi, yaitu:

1) Infertilitas

Infertilitas adalah suatu keadaan dimana seseorang wanita

tidak mempunyai kemampuan untuk mengandung sampai

melahirkan bayi hidup setelah setahun melakukan hubungan

seksual yang teratur dan tidak menggunakan alat kontrasepsi

8
9

apapun setelah memutuskan untuk mempuyai anak

(Noviana dan Wilujeng, 2014).

2) Infeksi Menular Seksual (IMS)

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah salah satu masalah

kesehatan, sosial dan ekonomi yang terjadi di banyak negara dan

merupakan salah satu jalan masuknya HIV. Infeksi Menular

Seksual (IMS) memberikan pengaruh besar dalam pengendalian

HIV AIDS (Noviana dan Wilujeng, 2014).

3) Gangguan menstruasi

Menurut Varney (2007), gangguan menstruasi terdiri dari :

a) Amenore

Merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik

dalam sebagian besar siklus menstruasi wanita dewasa.

b) Dismenorhoe

Menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut

bagian bawah dan punggung serta biasanya terasa seperti kram.

c) Menoragia

Merupakan salah satu dari beberapa keadaan menstruasi yang

pada awalnya berada dibawah label perdarahan uterus

difungsional.

d) Metroragia

Apabila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur, atau jika

terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara

menstruasi.
10

e) Oligomenore

Aliran menstruasi yang tidak sering atau hanya sedikit.

f)Sindrom pramenstruasi

Perubahan siklik fisik, fisiologi, dan perilaku yang mencerminkan

saat siklus menstruasi terjadi hampir pada semua wanita beberapa

waktu antara menarche dan menopause.

2. Menstruasi

a. Pengertian

Menstruasi adalah perdarahan uterus yang terjadi secara siklik dan

dialami oleh sebagian besar wanita usia reproduktif (Norwitz dan

Schorge, 2008).

b. Siklus Menstruasi

Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), siklus menstruasi terdiri

dari 4 fase, yaitu:

1) Fase menstruasi, yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang

tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek.

Dapat diakibatkan juga karena berhentinya sekresi hormon

estrogen dan progesteron sehingga kandungan hormon dalam darah

menjadi tidak ada.

2) Fase proliferasi/fase folikuler ditandai dengan menurunnya

hormon progesteron sehingga memicu kelenjar hipofisis untuk

mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovarium, serta

dapat membuat hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel

berkembang menjadi folikel de graff yang masak dan


11

menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH

dan hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat

memperbaiki dinding endometrium yang robek.

3) Fase ovulasi/fase luteal, ditandai dengan sekresi LH yang memacu

matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah mesntruasi 1. Sel

ovum yang matang akan meninggalkan folikel dan folikel akan

mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum

berfungsi untuk menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi

untuk mempertebal dinding endometrium yang kaya akan

pembuluh darah.

4) Fase pasca ovulasi/fase sekresi ditandai dengan corpus luteum

yang mengecil dan menghilang dan berubah mejadi corpus

albicans yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormon

estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif mensrekresikan

FSH dan LH. Terhentinya sekresi progesteron maka penebalan

dinding endometrium akan terhenti sehingga menyebabkan

endometrium mengering dan robek dan terjadilah menstruasi.

c. Gangguan dan masalah menstruasi

1) Kelainan siklus menstruasi meliputi:

a) Polimenore atau epimenoragia

Polimenore atau epimenoragia yaitu siklus menstruasi yang

lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan

jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa

(Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).


12

b) Oligomenore

Oligomenore adalah siklus menstruasi memanjang lebih dari 35

har, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama.

c) Amenore

Amenore adalah keadaan tidak datang menstruasi selama tiga

bulan berturut-turut.

2) Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya menstruasi

Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), Kelainan dalam

banyaknya darah dan lamanya menstruasi, yaitu:

a. Hipermenore atau menoragia

Hipermenore adalah perdarahan menstruasi lebih banyak dari

normal (lebih dari 80 ml) atau lebih dari normal (lebih dari 8

hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.

b. Hipomenore

Hipomenore adalah perdarahan menstruasi yang lebih pendek

dan atau lebih kurang dari biasa

3) Perdarahan di luar haid

Mentroragia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada

hubungannya dengan haid. Pada metroragia haid terjadi dalam

waktu yang lebih singkat dengan darah yang dikeluarkan lebih

sedikit

4) Gangguan lain yang ada hubungannya dengan menstruasi

a) Pre Menstrual Syndrome (PMS)

Pre Menstrual Syndrome (PMS) adalah ketegangan sebelum

menstruasi bahkan sampai menstruasi berlangsung. Terjadi


13

karena ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron

menjelang menstruasi (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).

b) Mastodinia atau Mastalgia

Mastodinia atau Mastalgia adalah rasa tegang pada payudara

menjelang menstruasi.

c) Dismenorea

Dismenorea adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim

dan terjadi selama menstruasi (Nugroho dan utama, 2014)

d. Penyebab gangguan menstruasi

Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), penyebab gangguan

menstruasi, yaitu:

1) Fungsi hormon terganggu

Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang diatur oleh otak,

tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim

sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem

pengaturan ini terganggu, otomatis siklus menstruasi akan

terganggu.

2) Kelainan sistemik

Keadaan seseorang yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus. Hal ini

bisa mempengaruhi siklus menstruasi karena sistem metabolisme di

dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik atau menderita penyakit

diabetes juga akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga

siklus menstruasi tidak teratur.


14

3) Stress

Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh karena

stress tubuh jadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan

sakit-sakitan, sehingga metabolismenya terganggu.

4) Kelenjar gondok

Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bisa menjadi

penyebab tak teraturnya siklus menstruasi. Gangguan bisa berupa

produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun

terlalu rendah (hipotiroid) sehingga sistem hormonal tubuh ikut

terganggu

5) Hormon prolaktin berlebihan

Produksi hormon prolaktin ini sering kali membuat menstruasi tak

kunjung datang karena memang hormon ini menekan tingkat

kesuburan.

3. Amenore Sekunder

a. Pengertian

Amenorea sekunder yaitu pernah mengalami menstruasi dan

selanjutnya berhenti lebih dari tiga bulan (Manuaba, 2007).

Amenore sekunder atau Jing-Bi adalah keadaan tidak haid untuk

sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Fansia, 2011).

Amenore sekunder ( SA ) secara klinis didefinisikan sebagai

tidak adanya menstruasi selama lebih dari 3 interval siklus atau 6 bulan

berturut-turut pada wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi

(Merin dkk, 2012).


15

b. Etiologi

Menurut Fansia (2011), penyebab amenore dapat fisiologik,

endokrinologik, atau organik, atau akibat gangguan perkembangan.

Amenore dalam ilmu TCM (Traditional Chinese Medicine) disebut

sebagai Jing-Bi disebabkan karena malnutrisi, keadaan emosional

(stress), perubahan lingkungan, dan beberapa penyakit organ reproduksi

lainnya

Sedangkan menurut Manuaba (2007), penyebabnya

kemungkinan gangguan gizi dan metabolisme, gangguan hormonal,

terdapat tumor alat kelamin atau terdapat penyakit menahun.

Menurut Syafrudin dkk (2011), penyebab amenore diakibatkan

oleh beberapa keadaan seperti hipotensi, anemia, infeksi, atau

kelemahan kondisi tubuh secara umum. Selain itu bisa juga disebabkan

oleh stres psikologis.

c. Gejala

Menurut Nugroho dan Utama (2014), gejala amenore bervariasi

tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah kegagalan

mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda-tanda pubertas

seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut ketiak serta

perubahan bentuk tubuh. Jika penyebabnya adalah kehamilan akan

ditemukan morning sickness dan pembesaran perut. Jika penyebabnya

adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut

jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.

Sindroma cushing menyebabkan wajah bulat (moon face), perut buncit


16

dan lengan serta tungkai yang kurus. Gejala lain yang mungkin

ditemukan, yaitu:

1) Sakit kepala

2) Galaktore (pembekuan air susu pada wanita yang tidak hamil dan

tidak sedang menyusui.

3) Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)

4) Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti

5) Vagina yang kering

6) Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan yang mengikuti

pola pria), perubahan suara dan perubahan ukuran payuara.

d. Diagnosa

Menurut Nugroho dan Utama (2014), diagnosis ditegakkan berdasarkan

gejala, hasil pemeriksaan fisik dan usia penderita. Pemeriksaan yang

biasa dilakukan yaitu:

1) Biopsi endometrium

2) Progestin withdrawal

3) Kadar prolaktin

4) Kadar hormon

5) Tes fungsi tiroid

6) Tes kehamilan

7) Kadar FSH (Folicle Stimulatin Hormon), LH (Luteinzing Hormone)

dan TSH (Thyroid Stimulating Hormone).

8) Kariotipe untuk mengetahui adanya kelainan kromosom.

9) CT Scan kepala (jika diduga ada tumor hipofisa)


17

e. Pengobatan

Menurut Nugroho dan Utama (2014), pengobatan tergantung kepada

penyebabnya.

1) Jika penyebabnya adalah penurunan berat badan yang drastis atau

obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat.

2) Jika penyebannya adalah olah raga yang berlebihan, penderita

dianjurkan untuk menguranginya.

3) Jika seorang anak perempuan belum pernah mengalami menstruasi

dan semua hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan

setiap 3 – 6 bulan untuk memantau perkembangan pubertasnya.

Untuk merangsang menstruasi bisa diberikan progesteron. Untuk

merangsan perubahan pubertas pada anak perempuan yang

payudaranya belum membesar atau rambut kemaluan dan ketiaknya

belum tumbuh bisa diberikan estrogen.

4) Jika penyebabnya adalah tumor, maka dilakukan pembedahan untuk

mengangkat tumor tersebut. Tumor hipofisa yang terletak di dalam

otak biasanya diobati dengan bromokriptin untuk mencegah

pelepasan prolaktin yang berlebihan oleh tumor. Bila perlu bisa

dilakukan pengangkatan tumor. Terapi penyinaran biasanya baru

dilakukan jika pemberian obat ataupun pembedahan tidak berhasil.

Menurut Fansia (2011), amenore sekunder tersebut dapat

ditangani dengan:

1) Kombinasi terapi akupunktur dengan prinsip meningkatkan

sirkulasi Qi, menghilangkan stasis darah, dan memulihkan siklus

menstruasi. Terapi akupunktur dilakukan dalam 5 kali perawatan


18

dengan merangsang titik-titik akupunktur yaitu Zhongji (CV 3), Diji

(SP 8), Hegu (LI 4), Sanyinjiao (SP 6), Taichong (LV 3), Fenglong

(ST 40), dan Guanyuan (CV 4).

2) Selain itu, pasien juga mendapat terapi herbal yaitu kunyit yang

memiliki efek estrogenik. Dalam pemberian herbal kunyit

ditambahkan asam kawak yang kemungkinan dapat memperkuat

efek peluruh haid, dan madu yang memiliki kandungan vitamin dan

mineral. Pemberian herbal kunyit diberikan dalam bentuk dekokta

(rebusan) kunyit asam dengan dosis kunyit sebanyak 21 gr, asam

kawak 5 gr, madu 3 sdm, dan garam secukupnya, kemudian direbus

dalam 750 mL air, lalu dijadikan 600 mL. Rebusan tersebut

diminum 3 kali sehari @ 200 mL.

3) Pada pasien juga dilakukan upaya perbaikan gizi dengan pemberian

susu kedelai sebanyak 30 gr yang dicampur dengan air hangat

sebanyak 240 mL dan pemberian rebusan air kacang hijau dengan

dosis kacang hijau sebanyak 30 gr dalam 300 mL air, lalu dijadikan

240 mL. Kedelai dan kacang hijau memiliki efek estrogenik.

Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), meliputi :

1) Observasi keadaan umum

2) Perbaikan asupan gizi

3) Pengurangan berat badan pada wanita obesitas

4) Pemberian tiroid pada wanita dengan hipotiroid

5) Pemberian kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais

6) Pemberian estrogen dan progesteron


19

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian Teori Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian / tahapan

yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien

(Sulistyawati, 2009).

2. Proses Manajemen Kebidanan

Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah

yang memperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan tindakan-

tindakan dengan urutan yang logis sehingga pelayanan komprehensif dan

aman dapat tercapai. Selain itu metode ini memberikan pengertian untuk

menyatukan pengetahuan dan penilaian yang terpisah-pisah menjadi satu

kesatuan yang berarti (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Proses

manajemen kebidanan ada 7 antara lain :

a. Langkah I : Pengkajian

Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa dan

pemeriksaan fisik (Soepardan, 2008).

1) Data Subjektif

Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai

suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Pada kasus yang
20

amenore sekunder, maka pengkajian ditujukan pada pemeriksaan

ginekologi (Nursalam, 2009). Pengkajian pasien antara lain :

a) Identitas Pasien

(1) Nama Pasien

Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-

hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(2) Umur

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya risiko seperti

kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,

mental dan psikisnya belum siap (Ambarwati dan Wulandari,

2010).

(3) Suku / Bangsa

Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(4) Agama

Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk

membimbing atau mengarahkan pasien dalam doa

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(5) Pendidikan

Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk

mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga

bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan

pendidikannya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).


21

(6) Pekerjaan

Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial

ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi

pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(7) Alamat

Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila

diperlukan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

b) Keluhan Utama

Dikaji untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang

berkaitan dengan gejala-gejala amenore sekunder, yaitu pernah

mengalami menstruasi dan selanjutnya berhenti lebih dari tiga

bulan (Manuaba, 2007). Keluhan lain yaitu sakit kepala,

galaktore, gangguan penglihatan, penurunan atau penambahan

berat badan, tidak ada pengeluaran pervaginam, hirsutisme,

perubahan suara dan perubahan ukuran payudara (Nugroho dan

Utama, 2014)

c) Riwayat Haid

Untuk mengetahui usia berapa pertama kali mengalami

menstruasi, jarak antara menstruasi yang dialami dengan

menstruasi berikutnya dalam hitungan hari, seberapa banyak

darah menstruasi yang dikeluarkan dan keluhan yang dirasakan

ketika mengalami mestruasi (Sulistyawati, 2009). Pada kasus

amenore sekundertidak haid sedikitnya 3 bulan berturut-turut

(Fansia, 2011).
22

d) Status Perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan, lama perkawinan

syah atau tidak, sudah berapa kali menikah, pada umur berapa

menikah, berapa jumlah anak (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

e) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas

Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah

pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong

persalinan, keadaan nifas yang lalu (Anggraini, 2010).

f)Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah pernah ikut KB, dengan

kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama

menggunakan kontrasepsi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

g) Riwayat Kesehatan

(1) Riwayat kesehatan sekarang

Untuk mengetahui kemungkinan penyakit yang diderita pada

saat ini yang ada hubungannya dengan amenore sekunder

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(2) Riwayat kesehatan yang lalu

Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau

penyakit akut, kronis seperti : jantung, diabetes mellitus,

hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi amenore

sekunder (Ambarwati dan Wulandari, 2010).


23

(3) Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan

pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

h) Pola Kebiasaan Sehari-hari

(1) Pola Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,

banyaknya, jenis makanan, dan makanan pantangan pada

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(2) Pola Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang

air besar meliputi frekuensi, jumlah konsistensi, dan bau serta

kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan

jumlah (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(3) Istirahat

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam

pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca,

mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,

kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(4) Personal Hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga

kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).


24

(5) Kehidupan Seksual

Berapa kali dalam seminggu ibu melakukan hubungan

seksual (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

i) Data Psikologis

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga (Ambarwati dan

Wulandari, 2010). Pada kasus amenore sekunder didapatkan

masalah yang dihadapi pasien yaitu cemas (Nugroho dan Utama,

2014).

2) Data Objektif

Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan

dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2008).

a) Status generalis

(1) Keadaan Umum

Keadaan umum pasien diamati mulai saat pertama kali

bertemu dengan pasien, dilanjutkan mengukur tanda-tanda

vital (Prihardjo, 2007).

(a) Keadaan baik jika pasien memperlihatkan respons yang

baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara

fisik tidak mengalami ketergantungan dalam

berjalan(Sulistyawati, 2009).

(b) Lemah jika pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ibu

kurang atau memberikan respon yang baik terhadap

lingkungan dan orang lain dan pasien sudah tidak

mampu lagi untuk berjalan sendiri (Sulistyawati, 2009).


25

(2) Kesadaran

(a) Composmentis adalah sadar sepenuhnya, dapat

menjawab semua pertanyaan tentang keadaan

sekelilingnya.

(b) Apatis adalah kesadaran yang segan untuk berhubungan

dengan kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.

(c) Somnolen adalah keadaan kesadaran yang mau tidur saja,

dapat dibangunkan dengan rangsan nyeri tetapi jatuh

tidur lagi),

(d) Delirium, semi koma adalah kesadaran yang menyerupai

koma.

(e) Koma adalah keadaan kesadaran yang hilang sama sekali

dan tidak dapat dibangunkan dengan rangsang apapun)

(Prihardjo, 2007).

(3) Tanda-tanda vital

(a) Tekanan Darah

Tekanan darah normal 110/60 – 140/90 mmHg

(Prihardjo, 2007).

(b) Suhu

Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan

atau tidak jika ada dan lebih dari 38oC kemungkinan

terjadi infeksi. Batas normal 37,5-38oC

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).


26

(c) Nadi

Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1

menit (Saifuddin, 2007). Batas normal 60 – 80 x / menit

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(d) Respirasi

Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang

dihitung dalam 1 menit (Saifuddin, 2007). Batas normal

20-30 x/menit (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(2) Berat Badan

Untuk mengetahui faktor resiko obesitas (Saifuddin, 2007).

Pada kasus amenore sekunder bisa terjadi penurunan atau

kenaikan berat badan (Nugroho dan Utama, 2014).

(3) Tinggi Badan

Untuk mengetahui faktor risiko kesempitan panggul

(Saifuddin, 2007). Tinggi badan wanita normal 150 cm

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

b) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan dengan melihat klien dari

ujung rambut sampai ujung kaki (Nursalam, 2009), meliputi :

(1) Kepala :

(a) Rambut

Meliputi warna mudah rontok atau tidak dan

kebersihannya (Nursalam, 2009).


27

(b) Muka

Keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah

oedema (Nursalam, 2009).

(c) Muka

Ada oedema atau tidak, conjungtiva anemis atau tidak,

untuk mengetahui adakah kuning pada sklera (Nursalam,

2009).

(d) Hidung

Bagaimana kebersihannya, ada pengeluaran sekret atau

tidak

(e) Telinga

Bagaimana kebersihannya, ada serumen atau tidak

(f) Mulut

Ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi berdarah atau

tidak.

(g) Leher

Adalah pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan atau

tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe (Nursalam,

2009)

(2) Dada dan Axilla

Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada

benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak (Nursalam, 2009).


28

(3) Abdomen

Apakah ada luka bekas operasi, ada ben jolan atau tidak, ada

nyeri atau tidak (Varney, 2007). Pada kasus amenore

sekunder adanya nyeri tekan pada sympisis (Ambarwati dan

Wulandari, 2010).

(4) Genetalia

Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda infeksi,

varices, pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan

(Prihardjo, 2007). Pada kasus amenore sekunderdidapatkan

vagina kering (Nugroho dan Utama, 2014).

(5) Inspekulo

Dilakukan untuk memastikan bahwa darimana asal

perdarahan tersebut, apakah ada infeksi/ kelainan pada

servik/portio (Prihardjo, 2007).

(6) Pemeriksaan dalam

Untuk mengetahui apakah ada nyeri sentuh, adakah benjolan

atau tidak (Prihardjo, 2007). Pada kasus amenore

sekunderadannya masa dalam ovarium dan uterus serta

adanya nyeri (Varney, 2007).

(7) Anus

Apakah ada haemorhoid atau tidak (Prihardjo, 2007).

(8) Ekstremitas

Ektremitas atas dan bawah ada cacat atau tidak, oedema atau

tidak terdapat varices atau tidak (Priharjo, 2007).


29

c) Pemeriksaan Penunjang

Data penunjang dilakukan sebagai pendukung diagnosa,

apabila diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium

(Varney, 2007). Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada

yaitu Biopsi endometrium, Progestin withdrawal, Kadar

prolaktin, Kadar hormon, Tes fungsi tiroid, Tes kehamilan, Kadar

FSH (Folicle Stimulatin Hormon), LH (Luteinzing Hormone) dan

TSH (Thyroid Stimulating Hormone), Kariotipe untuk

mengetahui adanya kelainan kromosom, CT Scan kepala (jika

diduga ada tumor hipofisa).

b. Langkah II : Interpretasi Data

Mengindentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam

langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi

diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan. Ketiganya digunakan

karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa

tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana

asuhan terhadap pasien (Soepardan, 2008).

1) Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam

lingkungan praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur

diagnosa kebidanan yang dikemukakan dari hasil pengkajian atau

yang menyertai diagnosa (Varney, 2007). Diagnosa kebidanan yang

ditegakkan adalah : Nn. X umur ... tahundengan amenore sekunder.


30

Data Dasar:

Data subjektif

a) Nn. X mengatakan pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya

berhenti lebih dari tiga bulan (Manuaba, 2007).

b) Nn. X mengatakan mengalami penurunan atau penambahan berat

badan (Nugroho dan Utama, 2014).

c) Nn. Xmengatakan sakit kepala (Nugroho dan Utama, 2014).

Data objektif

Menurut Nugroho dan Utama (2014), data objektif pada kasus

amenore sekunder yaitu:

a) Denyut jantung yang cepat

b) Kulit yang hangat dan lembab

c) Pada kasus amenore bisa terjadi penurunan atau kenaikan berat

badan (Nugroho dan Utama, 2014).

d) Abdomenpada kasus amenore sekunder adanya nyeri tekan pada

sympisis (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

e) Genetalia pada kasus amenore sekunderdidapatkan vagina kering

(Nugroho dan Utama, 2014).

f)Pemeriksaan dalam pada kasus amenore sekunderadannya masa

dalam ovarium dan uterus serta adanya nyeri (Varney, 2007)

2) Masalah

Masalah adalah masalah yang berkaitan dengan pengalaman

pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai


31

diagnosa sesuai dengan kesadaan pasien (Varney, 2007). Pada kasus

amenore sekunder masalah yang dihadapi pasien yaitu cemas

(Nugroho dan Utama, 2014)

3) Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien sebelum

tendentifikasi dalam diagnosa atau masalah yang didapatkan dengan

melakukan analisis data (Varney, 2007). Pada kasus amenore

kebutuhan yang diberikan yaitu dorongan moril dan kebutuhan

konseling informasi education (KIE) (Manuaba, 2007).

c. Langkah III : Diagnosa / Masalah Potensial

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin

akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa

potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini

membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu

mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi

(Soepardan, 2008). Diagnosa potensial yang muncul pada kasus

amenore sekunderyaitu dapat menyebabkan gangguan kesuburan atau

infertil (Arwini, 2013).

d. Langkah IV : Tindakan Segera

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen

kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh

bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani

bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi


32

pasien (Soepardan, 2008). Pada kasus amenore sekunderantisipasi yang

diberikan yaitu pemberian terapi yang mengandung progesteron

(Nugroho dan Utama, 2014).

e. Langkah V : Perencanaan

Langkah ini ditentukan oleh langkah sebelumnya yang

merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidenfikasi

atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya

meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap

masalah yang berkaitan (Soepardan, 2008).

Perencanaan yang akan diberikan menurut Proverawati dan Misaroh

(2009), meliputi :

1) Observasi keadaan umum

2) Perbaikan asupan gizi

3) Pengurangan berat badan pada wanita obesitas

4) Pemberian tiroid pada wanita dengan hipotiroid

5) Pemberian kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais

6) Pemberian estrogen dan progesteron

f. Langkah VI : Pelaksanaan

Padalangkah ini merencanakan asuhan yang menyeluruh

ditentukan dengan langkah-langkah sebelumnya. Semua keputusan

yang dikembalikan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan

benar-benar valid berdasarkan pengetahuan, serta sesuai dengan asumsi

tentang apa yang dilakukan pasien. Sehingga setiap rencana asuhan


33

haruslah disetujui oleh ke dua belah pihak yaitu bidan dan pasien, agar

dapat dilaksanakan dengan efektif karena pasien juga akan

melaksanakan rencana tersebut (Soepardan, 2008).

Pada kasus amenore sekunder pelaksanaan dilakukan sesuai

dengan perencanaan yang telah dibuat menurut Proverawati dan

Misaroh (2009).

1) Mengobservasi keadaan umum

2) Memperbaikan asupan gizi

3) Mengurangan berat badan pada wanita obesitas

4) Memberikan tiroid pada wanita dengan hipotiroid

5) Memberikan kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais

6) Memberikan estrogen dan progesteron

g. Langkah VII : Evaluasi

Langkah ini merupakan evaluasi rencana tindakan yang meliputi

kebutuhan pada pasien telah terpenuhi secara efektif dengan melakukan

kolaborasi dengan petugas kesehatan lainnya (Varney, 2007). Pada

kasus pasien dengan amenore sekunder yang diharapkan adalah :

1) Keadaan umum ibu baik

2) Kecemasan berkurang

3) Asupan nutrisi terpenuhi

4) Terjadi perdarahan menstruasi


34

3. Data Perkembangan SOAP

Menurut Rukiyah (2014), data perkembangan menggunakan SOAP

meliputi :

S : Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian, hasil pengumpulan data pasien

melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.

O : Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien,

hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung asuhan kebidanan langkah I Varney.

A : Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi data

subjektif dan objektif suatu identifikasi :

a. Diagnosa suatu masalah

b. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial

c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau

kolaborasi

P : Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan (I) dan evaluasi,

perencanaan (E) berdasarkan assessment sebagai langkah 5, 6, 7

Vamey.
35

C. Landasan Hukum

Kewenangan bidan pengelolaan oleh bidan sesuai dengan kompetensi

bidan di Indonesia dalam Permenkes Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010.

Tentang ijin dan penyelenggaraan praktek bidan. Dalam kasus ini pelayanan

kebidanan sesuai dengan pasal 12 yang isinya :

Pasal 9 : Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan

pelayanan yang meliputi :

1. Pelayanan kesehatan ibu

2. Pelayanan kesehatan anak

3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

Pasal 12 : Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9

huruf c, berwenang untuk :

1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan

dan keluarga berencana

2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom

(Permenkes RI, 2010).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Studi Kasus

Jenis laporan ini adalah deskriptif observasional dengan pendekatan

studi kasus. Studi kaus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari,

menerangkan atau menginterpretasikan suatu kasus dalam konteksnya secara

natural tanpa adanya intervensi pihak luar (Nasir dkk, 2011). Studi kasus ini

dilakukan pada Nn. D umur 21 tahun dengan amenore sekunder dengan

menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah Varney.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi studi kasus merupakan tempat dimana interaksi dalam situasi

sosial sedang berlangsung(Sugiyono, 2009). Tempat pengambilan kasus ini

dilaksanakan di BPM Rodiyah Sukoharjo

C. Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus adalah orang yang akan dijadikan subjek untuk

dilakukan studi kasus (Notoatmodjo, 2010). Subjek studi kasus ini adalah Nn.

Dumur 21 tahun dengan amenore sekunder.

D. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus merupakan batas waktu dimana pengambilan kasus

diambil (Notoadmodjo, 2010). Pengambilan kasus inidilakukan pada bulan

Desember 2015 – Mei 2016.

36
37

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen adalah segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh,

mengelola dan menginterpretasikan informasi dari responden yang dilakukan

dengan pola pengukurn yang sama (Nasir dkk, 2011).

Instrumen yang dipakai dalam penulisan studi kasus ini dengan

menggunakan lembar format asuhan kebidanan gangguan reproduksi menurut

Varney dan data perkembangan SOAP.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data metode yang digunakan penulis adalah :

1. Data primer

Data primer adalah data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data (Sugiyono, 2009). Data primer diambil dengan cara :

a. Pemeriksaan fisik

Pengkajian kesehatan merupakan komponen kunci dalam

pembuatan klinis. Keahlian dalam pembuatan keputusan klinis

menopang pengembangan praktek kebidanan (Nursalam, 2009).

1) Inspeksi

Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan

secara sistematik. Observasi dilaksanakan dengan menggunakan

indera penglihatan, pendengaran dan penciuman sebagai suatu alat

untuk mengumpulkan data (Nursalam, 2009). Dalam pengambilan


38

kasus ini peneliti melakukan inspeksi pada vulva vagina

kering(Nursalam, 2009).

2) Palpasi

Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba,

tangan dan jari-jari adalah suatu instrumen yang sensitive dan

digunakan untuk mengumpulkan data tentang temperature, turgor,

bentuk kelembaban, vibrasi dan ukuran (Nursalam, 2009). Pada

kasus gangguan reproduksi dengan amenore sekunder dilakukan

pemeriksaan turgor, temperatur dan kelembaban kulit.

3) Perkusi

Perkusi adalah sesuatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk

untuk membandingkan kiri kanan pada setiap daerah permukaan

tubuh dengan tujuan menghasilkan suara, perkusi bertujuan untuk

mengindentifikasi lokasi, ukuran dan konsistensi jaringan. Perkusi

dilakukan untuk mengetahui reflek patella pasien (Nursalam, 2009).

Pada kasus ini pemeriksaan perkusi tidak dilakukan.

4) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan

suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop

(Nursalam, 2009). Pada pengambilan kasus ini penulis melakukan

pemeriksaan auskultasi untuk mendeteksi tekanan darah.


39

b. Wawancara

Wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data dimana mendapatkan keterangan atau pendirian

secara lisan dari seorang sasaran penelitian (responden) atau bercakap-

cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (Notoatmodjo, 2010).

Pada kasus ini wawancara dilakukan dengan Nn. D, keluarga dan

tenaga kesehatan.

c. Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang berencana, antara

lain meliputi, melihat, mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang

ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Dalam observasi menggunakan format asuhan kebidanan

gangguan reproduksi untuk mengetahui antara lain keadaan umum ibu,

kesadaran, tanda-tanda vital, keluhan yang dirasakan, dan hasil

pemeriksaan penunjang.

2. Data sekunder

Data sekunder sumber yang tidak langsung memberikan kepada

pengumpul data (Notoatmodjo, 2010). Data sekunder meliputi :

a. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi adalah semua bentuk sumber informasi yang

berhubungan dengan dokumen resmi maupun tidak resmi, misalnya

laporan, catatan-catatan di dalam kartu klinik sedangkan tidak resmi

adalah segala bentuk dokumen di bawah tanggung jawab instansi tidak


40

resmi seperti biografi, catatan harian (Notoatmodjo, 2010). Dalam hal

ini contohnya yaitu status / catatan pasien, rekam medik di BPM Siti

Rodiyah Sukoharjo

b. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu memperoleh berbagai informasi baik

berupa teori-teori generalisasi maupun konsep yang dikembangkan oleh

berbagai ahli dan buku-buku sumber yang ada (Notoatmodjo, 2010).

Studi kepustakaan yang digunakan penulis adalah buku-buku dari tahun

2005 sampai 2015.

G. Alat-alat yang Dibutuhkan

Dalam pelaksanaan studi kasus penulis menggunakan alat-alat sebagai

berikut:

1. Alat dan bahan dalam pengambilan data (wawancara) :

a. Format pengkajian pada gangguan sistem reproduksi

b. Buku tulis dan alat tulis

2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan dan observasi

a. Spignomamometer

b. Stetoskop

c. Thermometer

d. Timbangan berat badan

e. Jam tangan
41

3. Alat dan bahan dalam pengambilan data :

a. Format pengkajian asuhan kebidanan gangguan reproduksi

b. Buku tulis

c. Bolpoin
BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus

I. PENGKAJIAN

Tanggal 16 April 2016 Pukul 13.00 WIB

A. Identitas Pasien

1. Nama : Nn. D

2. Umur : 21 tahun

3. Agama : Islam

4. Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia

5. Pendidikan : SMK

6. Pekerjaan : Swasta

7. Alamat : Pasar Klitik RT 02/02 Sukoharjo

B. Anamnesa(Data Subjektif)

1. Keluhan utama

Nn. D mengatakan sudah 3 bulan lebih belum mendapatkan

menstruasi dan merasa cemas dengan keadaannya.

2. Riwayat Menstruasi

a. Menarche : Nn. D mengatakan haid pertama menstruasi

umur 13 tahun

b. Siklus : Nn. D mengatakan siklus menstruasinya ± 30

hari.

42
43

c. Teratur/tidak : Nn. D mengatakan menstruasinya teratur

d. Lama : Nn. D mengatakan menstruasinya 5 – 6 hari

e. Banyaknya : Nn. D mengatakan ganti pembalut 2 -3/hari

f. Sifat darah : Nn. D mengatakan sifat darahnya merah segar

dan ada gumpalan

g. Dismenorhoe : Nn. D mengatakan tidak pernah nyeri perut

bagian bawah saat menstruasi

3. Riwayat Perkawinan

Nn. D mengatakan belum pernah menikah

4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas

Keadaan
Tgl/th Tempat Umur Jenis Peno- Anak Nifas anak
No sekarang
Partus Partus Hamil Partus long
Jenis BB PB Keadaan laktasi

5. Riwayat Keluarga Berencana :

Nn. D mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi

apapun

6. Riwayat Penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang

Nn. D mengatakan sedang tidak menderita sakit apapun seperti

panas, pilek dan batuk.

b. Riwayat Penyakit sistemik

1) Jantung : Nn. D mengatakan tidak pernah sakit atau

nyeri pada dada sebelah kiri.


44

2) Ginjal : Nn. D mengatakan tidak pernah sakit atau

nyeri pada pinggang kanan maupun kiri.

3) Asma /TBC : Nn. D mengatakan tidak pernah batuk

berkepanjangan lebih dari 2 minggu.

4) Hepatitis : Nn. D mengatakan tidak pernah berwarna

kuning pada mata, ujung kuku dan kulit.

5) DM : Nn. D mengatakan tidak pernah merasa

sering haus, sering lapar dan sering BAK

pada malam hari.

6) Hipertensi : Nn. D mengatakan tidak pernah memiliki

tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.

7) Epilepsi : Nn. D mengatakan tidak pernah kejang

sampai mengeluarkan busa dari mulut.

8) Lain-lain : Nn. D mengatakantidak pernah menderita

penyakit PMS seperti vaginitis (gatal,

berbau, kemerahan), gonorhoe (nyeri ketika

berkemih)

c. Riwayat penyakit keluarga

Nn. D mengatakan dari keluarga tidak ada yang mempunyai

riwayat penyakit menurun seperti hipertensi, jantung, asma dan

riwayat penyakit menular seperti TBC, hepatitis.

7. Riwayat keturunan kembar

Nn. D mengatakan dalam keluarganya tidak memiliki riwayat

keturunan kembar.
45

8. Riwayat operasi

Nn. D mengatakan tidak pernah melakukan operasi apapun

9. Data Psikologis

Nn. D mengatakan merasa cemas karena sudah 3 bulan belum

menstruasi

C. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)

1. Status Generalis

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran :Composmentis

c. TTV : TD : 110/70 mmHg R: 20x/menit

N : 78 x/menit S : 36,40 C

d. TB : 157 cm

e. BB sebelum : 62 kg

BB sekarang :59 kg

2. Pemeriksaan Sistematis

a. Kepala

1) Rambut : Bersih tidak berketombe dan tidak rontok

2) Muka :Tidak pucat, tidak oedem

3) Mata

a) Oedema : Tidak oedema

b) Conjungtiva : Merah muda

c) Sklera : Putih

4) Hidung : Simetris, tidak ada benjolan

5) Telinga :Simetris, tidak ada serumen


46

6) Mulut/gigi/gusi : tidak stomatitis, tidak berdarah, tidak ada

caries.

b. Leher

1) Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran

2) Tumor : tidak ada benjolan

3) Pembesaran Kelenjar Limfe : tidak ada pembesaran

c. Dada dan Axilla

1) Dada

a) Membesar : normal

b) Tumor : tidak ada

c) Simetris : simetris

d) Putting susu : menonjol

e) Kolostrum : tidak keluar

2) Axilla

a) Benjolan : tidak ada

b) Nyeri : tidak ada

d. Abdomen

1) Pembesaran hati : tidak ada

2) Benjolan / Tumor :tidak ada

3) Nyeri Tekan : tidak ada

4) Luka Bekas Operasi : tidak ada

e. Anogenital

1) Vulva vagina

a) Varices : tidak dilakukan


47

b) Luka : tidak dilakukan

c) Kemerahan : tidak dilakukan

d) Nyeri : tidak dilakukan

e) Pengeluaran pervaginam: tidak dilakukan

2) Inspeculo

Portio / Serviks : tidak dilakukan

3) Pemeriksaan dalam

a) Portio / servik : tidak dilakukan

b) Tumor / Benjolan : tidak dilakukan

c) Nyeri : tidak dilakukan

4) Anus

a) Haemoroid : tidak ada haemoroid

b) Lain-lain : tidak ada

5) Ekstremitas

a) Varices : tidak dilakukan

b) Oedema : tidak dilakukan

c) Reflek patella : tidak dilakukan

3. Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan Laboratorium : tidak dilakukan

b. Pemeriksaan Penunjang lain : Pemeriksaan PP test Negatif


48

II. INTERPRETASI DATA

Tanggal 16 April 2016 Pukul 13.30 WIB

A. Diagnosa Kebidanan

Nn. D Umur 21 tahun dengan amenore sekunder

Data Dasar :

Data Subjektif

1. Nn. D mengatakan berumur 21 tahun

2. Nn. D mengatakan sudah 3 bulan lebih belum mendapatkan

menstruasi.

3. Nn. D merasa cemas dengan keadaannya

Data Objektif

1. Keadaan umum: Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD : 110/70 mmHg R: 20x/menit

N : 78 x/menit S : 36,40 C

4. TB :157 cm

5. BB :59 kg

6. Pemeriksaan abdomen tidak ada masa dan tidak ada nyeri tekan

7. Pemeriksaan Penunjang lain dilakukan Pemeriksaan PP test dengan

hasil negatif.

B. Masalah

Nn. D mengatakan merasa cemas dengan keadaannya


49

C. Kebutuhan

KIE tentang gangguan menstruasi

III. DIAGNOSA POTENSIAL

Pada kasus ini diagnosa potensial kemungkinan terjadi infertilitas.

IV. ANTISIPASI

Pemberian terapi hormonal yaitu terapi obat pil KB progesteron (mini pil)

1x1 75 mg selama 3 siklus

V. RENCANA TINDAKAN

Tanggal 16 April 2016 Pukul 13.40 WIB

1. Jelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan

2. Berikan KIE pada pasien mengenai amenore sekunder

3. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup

4. Berikan support mental pada pasien untuk mengurangi kecemasan

5. Anjurkan pada pasien untuk meminum terapi obat sesuai anjuran bidan.

6. Anjurkan pasien untuk kunjungan ulang 10 hari lagi atau jika ada

keluhan.

VI. PELAKSANAAN

Tanggal 16 April 2016 Pukul 13.50 WIB

1. Pukul 13.50 WIB, Menjelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan


50

2. Pukul 13.55 WIB. memberikan KIE pada pasien mengenaiamenore

sekunder, yaitu:

Amenore sekunder secara klinis didefinisikan sebagai tidak adanya

menstruasi selama lebih dari 3 interval siklus atau 6 bulan berturut-

turut pada wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi.

Amenores sekunder disebabkan karena malnutrisi, keadaan

emosional (stress), perubahan lingkungan, dan beberapa penyakit

organ reproduksi lainnya, gangguan hormonal, terdapat tumor alat

kelamin atau terdapat penyakit menahun.

3. Pukul 14.00WIB, menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup

4. Pukul 14.05 WIB, memberikan support mental pada pasien untuk

mengurangi kecemasan

5. Pukul 14.10 WIB, menganjurkan pada pasien untuk meminum terapi obat

sesuai anjuran bidan, yaitu terapi obat pil KB progesteron (minipil) 1x1

75 mg selama 3 siklus.

6. Pukul 14.15 WIB, menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang 10 hari

lagi atau jika ada keluhan

VII. EVALUASI

Tanggal 16 April 2016 Pukul 14.25 WIB

1. Pasien sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Pasien sudah mengerti penyebab amenore sekunder

3. Pasien bersedia istirahat yang cukup


51

4. Pasien sudah tidak cemas dengan kondisinya

5. Pasien bersedia meminum terapi yaitu pil KB progesteron (minipil) 1x1

75 mg sesuai anjuran bidan

6. Pasien bersedia untuk kunjungan ulang pada tanggal 26 April 2016 atau

jika ada keluhan


52

DATA PERKEMBANGAN I

(Kunjungan Ulang)

Tanggal 26 April 2016 Pukul 14.00 WIB

S : Subjektif

1. Nn. D mengatakan telah mengkonsumsi obat secara teratur sesuai

anjuran bidan.

2. Nn. D mengatakan mendapatkan menstruasi tanggal 22 April 2016.

3. Nn. D mengatakn ingin kunjungan ulang.

O : Objektif

1. Keadan umum : baik

2. Kesadaran : composmentis

3. TTV : TD : 110/70 mmHg R: 20x/menit

N : 78 x/menit S : 36,40 C

4. Pemeriksaan abdomen tidak ada nyeri tekan

A : Asessment

Nn. D umur 21 dengan riwayat amenore sekunder

P : Planning

Tanggal 26 April 2016 Pukul 14.10 WIB

1. Pukul 14.10 WIB, memberitahu hasil pemeriksaan pada pasien

Hasil : Pasien sudah mengetahui hasi pemeriksaan.


53

2. Pukul 14.15 WIB, memberikan KIE mengenai pola hidup sehat, yaitu

makan makanan yang berigizi dan seimbang, istirahat yang cukup, olah

raga teratur dan hindari stres.

Hasil : Pasien sudah paham dan mengerti pola hidup sehat.

3. Pukul 14.20 WIB, menganjurkan pasien melanjutkan terapi obat setelah

menstruasi berhenti yaitu pil KB progesteron (mini pil) 1x1 75 mg

selama 3 kali siklus.

Hasil : Pasien bersedia melanjutkan meminum obat yang diberikan

bidan setelah menstruasi berhenti.

4. Pukul 14.25 WIB, menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang setelah

mini pil habis atau jika ada keluhan.

Hasil : Pasien bersedia untuk kunjungan ulang setelah mini pil habis

atau jika ada keluhan

.
54

DATA PERKEMBANGAN II

(Kunjungan Ulang)

Tanggal 20Mei 2016 pukul 13.00 WIB

S : Subjektif

1. Nn. D mengatakan telah mengkonsumsi mini pil yang diberikan selama

28 hari

2. Nn. D mengatakan sudah mendapatkan menstruasi kembali pada tanggal

19 Mei 2016.

O : Objektif

1. Keadan umum : baik

2. Kesadaran : composmentis

3. TTV : TD : 110/70 mmHg R: 20x/menit

N :80 x/menit S : 36,50 C

4. Pemeriksaan abdomen tidak ada nyeri tekan.

A : Asessment

Nn. D umur 21 dengan riwayat amenore sekunder

P : Planning

Tanggal 20 Mei 2016 Pukul 13.10 WIB

1. Pukul 13.10 WIB, memberitahu hasil pemeriksaan pada pasien

Hasil : Pasien sudah mengetahui hasi pemeriksaan.

2. Pukul 13.15 WIB, memberikan KIE tentang personal hygiene.

Hasil : Pasien sudah paham dan mengerti tentang personal hygiene.


55

3. Pukul 13.20 WIB, menganjurkan pasien untuk memenuhi gizi seimbang

yang dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat,

protein, lemak, vitamin dan mineral.

Hasil : Pasien bersedia mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi

seimbang.

4. Pukul 13.25 WIB, menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi terapi

obat setelah menstruasi berhenti yaitu pil KB progesteron (mini pil) 1x1

75 mg selama 3 kali siklus.

Hasil : Pasien bersedia mengkonsumsi terapi obat setelah menstruasi

berhenti.
56

B. PEMBAHASAN

Pembahasan pada Karya Tulis Ilmiah ini yaitu membandingkan

kesenjangan antara teori dan praktek berkaitan dengan Asuhan Kebidanan

Gangguan Reproduksi pada Nn. D Umur 21 Tahun dengan Amenore

Sekunder di BPM Siti Rodiyah Sukoharjo.

Kesenjangan-kesenjangan yang diberikan juga memerlukan

pemecahan masalah, adapun pemecahan masalahnya dilakukan dengan

melaksanakan asuhan kebidanan sebagai salah satu cara yang dilakukan oleh

bidan dalam menangani masalah kebidanan. Setelah penulis melaksanakan

asuhan kebidanan ternyata tidak ditemukan beberapa perbedaannya dari segi

diagnosa atau masalah yang timbul pada tinjauan pustaka dan kasus.

Sehingga dapat diuraikan pembahasan dengan menggunakan manajemen

kebidanan 7 langkah Varney yang dirumuskan sebagai berikut :

4. Pengkajian

Langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat

dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa dan pemeriksaan

fisik (Soepardan, 2008).

a. Data subjektif

Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai

suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Pada kasus yang

amenore sekunder, maka pengkajian ditujukan pada pemeriksaan

ginekologi (Nursalam, 2009).


57

Dikaji untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan

dengan gejala-gejala amenore sekunder, yaitu pernah mengalami

menstruasi dan selanjutnya berhenti lebih dari tiga bulan (Manuaba,

2007). Pada kasus amenore sekunder bisa terjadi penurunan atau

peningkatan berat badan dan merasakan pusing (Nugroho dan Utama,

2014).

Pada kasus didapatkan data nama pasien Nn. DUmur 21 tahun.

Keluhan utama Nn. D mengatakan sudah 3 bulan lebih belum

mendapatkan menstruasi dan Nn. D mengalami penurunan berat badan

dan tidak mengalami pusing.

Sehingga dapat disimpulkan ada kesenjangan antara teori dan

kasus yaitu tidak adanya keluhan pusing.

b. Data objektif

Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi

dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2008).Data objektif pada

kasus amenore sekunder yaitu:

1) Denyut jantung yang cepat

2) Kulit yang hangat dan lembab

3) Pada kasus amenore bisa terjadi penurunan atau kenaikan berat

badan (Nugroho dan Utama, 2014).

4) Abdomenpada kasus amenore sekunder adanya nyeri tekan pada

sympisis (Ambarwati dan Wulandari, 2010).


58

5) Genetalia pada kasus amenore sekunderdidapatkan vagina kering

(Nugroho dan Utama, 2014).

6) Pemeriksaan dalam pada kasus amenore sekunderadannya masa

dalam ovarium dan uterus serta adanya nyeri (Varney, 2007)

Pada kasus Nn. D didapatkan adanya penurunan berat badan yaitu

berat badan sebelum 62 dan berat badan sekarang 59 dan tidak ada

pengeluaran pervaginam.

Sehingga pada data objektif ini dapat disimpulkan terjadi

kesenjangan antara teori dan praktik yaitu tidak ada denyut jantung

yang cepat, kulit yang hangat dan lembab, abdomenadanya nyeri tekan,

pemeriksaan dalam pada kasus amenore sekunderadannya masa dalam

ovarium dan uterus serta adanya nyeri.

5. Interpretasi data

Interpretasi data merupakan indentifikasi diagnosa kebidanan dan

masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah

dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan

diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan.

Ketiganya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan

seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam

rencana asuhan terhadap pasien (Soepardan, 2008).

a. Diagnosa Kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam

lingkungan praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur

diagnosa kebidanan yang dikemukakan dari hasil pengkajian atau yang


59

menyertai diagnosa (Varney, 2007). Diagnosa kebidanan yang

ditegakkan adalah : Nn. X umur ... tahundengan amenore sekunder.

Pada kasus didapatkan data Nn. D Umur 21 tahun dengan amenore

sekunder.

b. Masalah

Masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang

telah dikumpulkan. Menurut Nugroho dan Utama, 2014), amenore

sekunder masalah yang dihadapi pasien yaitu cemas.

Masalahpada kasus Nn. D mengatakan merasa cemas dengan

keadaannya.

c. Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien sebelum

tendentifikasi dalam diagnosa atau masalah yang didapatkan dengan

melakukan analisis data (Varney, 2007),

Menurut Manuaba (2007), kebutuhan yang diberikan yaitu

dorongan moril dan kebutuhan konseling informasi education

(KIE).Pada kasus Nn. D kebutuhan yaitu KIE tentang gangguan

menstruasi.

Sehingga langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan

praktik.

6. Diagnosa Potensial

Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan


60

antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan

bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi (Soepardan, 2008).

Menurut Arwini (2013), diagnosa potensial yang muncul pada kasus

amenore sekunderyaitu dapat menyebabkan gangguan kesuburan atau

infertil.

Pada kasus Nn. D diagnosa potensial yang terjadi yaitugangguan

kesuburan atau infertilitas, sehingga langkah ini tidak terjadi kesenjangan

antara teori dan praktek di lahan.

7. Antisipasi

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen

kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh

bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama

dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien

(Soepardan, 2008).

Menurut Nugroho dan Utama (2014), pada kasus amenore

sekunderantisipasi yang diberikan yaitu pemberian terapi yang

mengandung progesteron.

Pada kasus asuhan pada Nn. D dengan amenore sekunder yaitu

Pemberian terapi hormonal yaitu terapi obat pil KB progesteron (mini pil)

1x1 75 mg selama 3 siklus.Sehingga pada langkah antisipasi tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik.

8. Rencana Tindakan

Menurut Soepardan (2008), langkah ini ditentukan oleh langkah

sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang


61

telah diidenfikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak

hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap

masalah yang berkaitan.

Perencanaan yang akan diberikan menurut Proverawati dan

Misaroh (2009), meliputi : observasi keadaan umum, perbaikan asupan

gizi, Pengurangan berat badan pada wanita obesitas, pemberian tiroid pada

wanita dengan hipotiroid, pemberian kortikosteroid pada gangguan

glandula suprarenais, pemberian estrogen dan progesteron.

Pada kasus rencana tindakan yang dibuat tanggal 16 April 2016

pukul 13.20 WIB,yaitu:

a. Jelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan.

b. Berikan KIE pada pasien mengenai amenore sekunder.

c. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup.

d. Berikan support mental pada pasien untuk mengurangi kecemasan.

e. Anjurkan pada pasien untuk meminum terapi obat sesuai anjuran

bidan.

f. Anjurkan pasien untuk kunjungan ulang 10 hari lagi atau jika ada

keluhan.

Sehingga pada langkah rencana tindakan ditemukan kesenjangan

antara teori dan praktikyaitu pada pemberian KIE tentang amenore

sekunderagar klien mengerti keadaan yang sedang dialami dan pemberian

terapi progesteron. Karena estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi

dapat memperbaiki endometrium yang robek. Progesteron berfungsi untuk


62

menyebabkan endometrium mengering dan robek sehingga menyebabkan

terjadinya menstruasi.

9. Pelaksanaan

Menurut Soepardan (2008), padalangkah ini merencanakan asuhan

yang menyeluruh ditentukan dengan langkah-langkah sebelumnya. Semua

keputusan yang dikembalikan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional

dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan, serta sesuai dengan

asumsi tentang apa yang dilakukan pasien. Sehingga setiap rencana asuhan

haruslah disetujui oleh ke dua belah pihak yaitu bidan dan pasien, agar

dapat dilaksanakan dengan efektif karena pasien juga akan melaksanakan

rencana tersebut.

Tanggal 16 April 2016pada kasus amenore sekunder pelaksanaan

dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

Sehingga pada langkah pelaksanaan tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dan praktik.

10. Evaluasi

Menurut Varney (2007), langkah ini merupakan evaluasi rencana

tindakan yang meliputi kebutuhan pada pasien telah terpenuhi secara

efektif dengan melakukan kolaborasi dengan petugas kesehatan lainnya.

Pada kasus didapatkan keadaan umum ibu baik, kecemasan

berkurang, asupan nutrisi terpenuhi, terjadi perdarahan menstruasi Nn. D

mengatakan merasa senang dan tidak cemas karena sudah mendapatkan

menstruasi pada tanggal 22 April 2016. Tanggal 20 Mei 2016 Nn. D


63

mengatakan sudah mendapatkan menstruasi kembali pada tanggal 19 Mei

2016.
BAB V

PENUTUP

Setelah dilakukan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. D

Umur 21 Tahun dengan amenore sekunder di BPM Siti Rodiyah Sukoharjo, maka

kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Pengkajian pada tanggal 16 April 2016 langkah pertama dikumpulkan

semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang

berkaitan dengan kondisi klien pada kasus didapatkan data nama pasien

Nn. D Umur 21 tahun. Keluhan utama Nn. D mengatakan sudah 3 bulan

lebih belum mendapatkan menstruasi dan merasa cemas dengan

keadaannya. data objektif didapatkan pemeriksaan anogenital didapatkan

tidak ada pengeluaran pervaginam dan pemeriksaan PP test negatif

2. Interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan yaitu didapatkan data Nn. D

Umur 21 tahun dengan amenore sekunder. Masalah Nn. D mengatakan

merasa cemas dengan keadaannya. Pada kasus Nn. D kebutuhan yaitu KIE

tentang gangguan menstruasi.

3. Diagnosa Potensial tidak terjadi dikarenakan segera dilakukan penanganan

yang tepat.

4. Antisipasi pada Nn. D dengan amenore sekunder yaitu Pemberian terapi

hormonal yaitu terapi obat pil KB progesteron (mini pil) 1x1 75 mg

selama 3 siklus

63
64

5. Rencana Tindakan Pada kasus rencana tindakan yang dibuat tanggal 16

April 2016 pukul 13.20 WIB, Jelaskan pada pasien tentang hasil

pemeriksaan, berikan KIE pada pasien mengenai gangguan, berikan KIE

pada pasien mengenai amenore sekunder, anjurkan pasien untuk istirahat

yang cukup, berikan support mental pada pasien untuk mengurangi

kecemasan, anjurkan pada pasien untuk meminum terapi obat sesuai

anjuran bidan, anjurkan pasien untuk kunjungan ulang 10 hari lagi atau

jika ada keluhan.

6. Pelaksanaan Tanggal 16 April 2016 Pada kasus amenore sekunder

pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

7. Evaluasi tanggal 26 April 2016 atau jika ada keluhan. Pada kasus pasien

dengan amenore sekunder yang adalah keadaan umum ibu baik,

kecemasan berkurang, asupan nutrisi terpenuhi, terjadi perdarahan

menstruasi Nn. D mengatakan merasa senang dan tidak cemas karena

sudah mendapatkan menstruasi pada tanggal 22 April 2016. Tanggal 20

Mei 2016 Nn. D mengatakan sudah mendapatkan menstruasi kembali pada

tanggal 19 Mei 2016.

8. Setelah dilakukan asuhan kebidanan Nn. D umur 21 tahun dengan

amenore sekunder selama 1 bulan mulai dari pengkajian sampai evaluasi

didapatkan kesenjangan yaitu pada langkah perencanaan


65

B. Saran

5. Pasien

Diharapkan dapat mengurangi stress dan mengkonsumsi makanan yang

bergizi sehingga dapat mengurangi kejadian gangguan reproduksi

khususnya amenorea sekunder

6. Bagi Instansi

Digunakan sebagai masukan fasilitas pelayanan dan meningkatkan kualitas

pelayanan kebidanan pada gangguan reproduksi dengan amenore sekunder

dan memberi wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnya dalam

menangani kasus gangguan reproduksi khususnya amenore sekunder

dengan standar asuhan kebidanan.

7. Bagi Instansi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah referensi tentang gangguan reproduksi dan

dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi institusi pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.R & Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta :


Mitra Cendikia.

Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka


Rihama.

Arwini, A.E, 2013. Hubungan Konsumsi Fitoestrogen Dengan Siklus Menstruasi


Pada Siswi Di Smk Negeri 3 Pare-Pare.
repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5516/Jurnal.pdf. diakses
tanggal 24 November 2014

Fansia, 2011. Penanganan Amenore Sekunder Sindrom Stagnasi Qi Dan Stasis


Darah Dengan Terapi Akupunktur Dan Herbal Kunyit (Curcuma Domestica
Val.)adln.lib.unair.ac.id/.../gdlhub-gdl-s1-2012-maslihahla-24203-fk-pt16
diakese tanggal 3 November 2015

Kumalasari dan Andhyantoro, 2012. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa


Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Manuaba, I.B.G. 2008. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC

Merin, 2012. Amenorrhea: Cytogenetic Studies and Beyond.


core.ac.uk/download/pdf/12348799.pdf. diakses 24 November 2015

Nasir dkk, 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika

Norwitz dan Schorge, 2008. At ag Glance Obstetri & Ginekologi. Jakarta:


Erlangga

Nugroho dan utama, 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta:


Medical Book.

Nursalam, 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Konsep dan Praktik.


Jakarta: Salemba MEdika

Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Oktavia, F. 2010. Hubungan Anxietas dengan Kejadian Amenore Sekunder pada


Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas.download.portalgaruda.org/article.php?...Hubungan%20Anxietas%
2010. Diakses tanggal 24 November 2015
Porverawati, A dan Misaroh, S, 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh
Makna. Yogyakarta: Medical Book

Prihardjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC

Prita Y. I, 2013. Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi pada Ny.T


umur 32 Tahun dengan Amenore Sekunder di RSUD Surakarta. Karya Tulis
Ilmiah. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Revina dan Susanti, 2014. Sistem Pakar Diagnosa Gangguan Kesehatan Pada
Organ Reproduksi Wanita Berbasis Web Dengan Metode Forward
Chaining. Jurnal LPKIA, Vol.1 No.1, September 2014 dengan e-
journal.lpkia.ac.id/files/students/essays/journals/211.pdf. diakses tanggal 24
November 2015

Rukiyah, Y. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Tran Info Media

Sari, E.J, 2014. Gambaran IMT dengan Gangguan Menstruasi (Dysmenorhoe,


Amenore, Oligomenore) Pada Mahasiswa Tingkat 1. jurnal-
griyahusada.com/awal/images/files/Penelitian%202.pdf. diakses tanggal 24
November 2015

Soepardan, S. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

Sulistyawati, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba


Medika

Syafrudin dkk, 2011. Penyuluhan Kesehatan pada Remaja, Keluarga, Lansia dan
Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Vol.1. Jakarta : EGC

Yanti, 2011. Buku Ajar Ksesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Anda mungkin juga menyukai