Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERAKITAN GALUR MENYERBUK SILANG


PENGELOLAAN PLASMA NUTFAH TANAMAN MENYERBUK
SILANG

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Nurul Sjamsijah, MP.

Oleh Kelompok 2 :
Adil Abdillah A41181720
Fitria Ulima Syahriar A41180426
Helna Kurniati A41181161
Indrianingsih A41180419
Jasuli A41180728
Leni Wulandari A41180580
Mardi Laksono A41181038
M. Rico D.S. A41181161
M. Sahrulloh A41182092
M. Wildan Adzka A41180851
Siti Quratul Nur Aini A41180557

PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2019
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penyerbukan sendiri adalah proses penyerbukan (berpindahya serbuk sari
dari kepala sari ke kepala putik)yang secara khusus terjadi pada bunga yang
sama atau antar bunga yang berbeda tetapi dalam satu tanaman atau diantara
bunga pada klon tanaman yang sama.Ciri khusus varietas tanaman menyerbuk
sendiri yang dikembangbiakan melalui benih(biji)adalah susunan genetiknya
homozigot.
Penyerbukan silang atau alogami adalah penyerbukan yang terjadi oleh
serbuk sari yang berasal dari tumbuhan lain yang sejenis. Dan apabila serbuk
sari berasal dari bunaga lain yang tumbuhannya tidak sejenis dinamakan
penyerbukan bastar.
Keragaman genetic plasma nutfah diperlukan sebagai bahan dasar dalam
progam pemuliaan untuk menghasilkan varietas unggul.Beberapa rekombinan
baru ini menjadi lebih adaptif dalam lingkungan baru melalui proses
aklimatisasi yang berlangsung dalam waktu lama. Konservasi atau plestarian
plasma nutfah jagung secara praktis dapat dilakukan secara ex situ, yaitu
dalam ruang penyimpanan benih dalam bentuk biji.Pengelolaan plasma nutfah
meliputi kegiatan koleksi ,ekplorasi,pelestarian,karakterisasi hingga
pemanfaatannya.
Plasma nutfah adalah substansi pembawa sifat keturunan yang dapat
berupa organ utuh atau bagian dari tumbuhan atau hewan serta jasad renik.
Plasma nutfah merupakan kekayaan alam yang sangat berharga bagi kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung pembangunan nasional.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan definisi dari plasma nutfah?
2. Bagaimana teknik pengelolaan plasma nutfah serta teknik rejuvenasi-
regenerasi benih plasma nutfah?
3. Apa perbedaan pengelolaan plasma nutfah tanaman menyerbuk silang
dengan tanaman menyerbuk sendiri?
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan definisi dari plasma nutfah.
2. Untuk mengetahui teknik pengelolaan plasma nutfah serta teknik
rejuvenasi-regenerasi benih plasma nutfah
3. Menambah pengetahuan tentang perbedaan pengelolaan plasma nutfah
tanaman menyerbuk silang dengan tanaman menyerbuk sendiri
II. PEMBAHASAN

II.1 Pengertian dan Definisi dari Plasma Nutfah


Setiap organisme yang masih liar di alam maupun yang sudah
dibudidayakan manusia mengandung plasma nutfah. Plasma nutfah berguna
untuk merakit varietas unggul pada suatu spesies, misalnya spesies yang tahan
terhadap suatu penyakit atau memiliki produktivitas tinggi.
Pengertian plasma nutfah adalah suatu bagian dari tubuh organisme yang
berfungsi untuk mewariskan sifat. Dengan adanya plasma nutfah ini maka
suatu organisme bisa merakit varietas yang unggul dalam spesiesnya dan juga
mempertahankan sifat dari organisme dari generasi ke generasi.
Plasma nutfah ini sekalipun hanya digunakan dalam bahasa biologi namun
pada kenyataannya banyak kejadian yang tidak disadari oleh manusia tentang
plasma nutfah. Sebagai contoh ubi jalar Cilembu yang rasanya sangat manis,
hal ini akan diwariskan dari generasi ke generasi ubi jalar Cilembu tersebut.
Dalam hal ini ubi jalar Cilembu memiliki plasma nutfah. Selain itu, comtoh
laonnya seperti padi Rojolele akan mewariskan sifat pulen dan rasa enak. Dan
masing-masing organisme memiliki plasma nutfah yang berbeda. Dengan kata
lain, pengertian plasma nutfah adalah sifat yang diwariskan oleh organisme
secara turun-temurun.
Plasma nutfah diperlukan sebagai bahan dasar dalam program pemuliaan
untuk menghasilkan varietas unggul. Vavilov, ahli genetika dan pemulia
tanaman dari Rusia, dianggap sebagai peneliti pertamayang menyadari
pentingnya keragaman genetik untuk perbaikan tanaman (Hawkes, 1981).
Oleh karena itu, plasma nutfah yang sudah ada harus dilestarikan,agar
selalu tersedia sumber gen untuk masa kini maupun masa mendatang. Gen-
gen yang nampaknya sekarang belum berguna, di masa mendatang mungkin
diperlukan dalam pembentukan varietas unggul baru (Chang, 1979).
Program pemuliaan tanaman pangan untuk menghasilkan varietas unggul
baru dengan produktivitas dan stabilitas hasil tinggi selalu membutuhkan
sumber-sumber gen dari sifat-sifat tanaman yang mendukung tujuan tersebut.
Sifat-sifat yang diinginkan antara lain adalah potensi hasil tinggi, daya
adaptasi lebih baik terhadap kondisi lingkungan suboptimal, tahan terhadap
hama dan penyakit utama, umur lebih pendek (genjah), kandungan dan
kualitas gizi yang lebih baik (Chang 1979).
Sumber-sumber gen untuk sifat-sifat tersebut perlu diidentifikasi dan
ditemukan pada koleksi plasma nutfah melalui kegiatan karakterisasi dan
evaluasi (Gotoh and Chang 1979, Hawkes 1981).
Untuk mengatasi mengurangnya atau kerusakan plasma nutfah,
pemerintah membentuk badan penelitian dan pengembangan (litbang) yang
bertanggung jawab terhadap pelestarian plasma nutfah. Cara meningkatkan
keragaman genetik plasma nutfah salah satunya yaitu melakukan introduksi
dari luar negeri untuk menemukan gen-gen yang diinginkan, diperlukan
dengan alasan; sifat ketahanan terhadap organisme pengganggu tanaman
(hama dan penyakit) tertentu tidak ditemukan pada plasma nutfah lokal, bahan
pemuliaan yang maju dan berkembang di lembaga-lembaga internasional.
Salah satu upaya untuk memperluas keanekaragaman genetik ialah melalui
persilangan buatan antara tetua yang terpilih untuk menghasilkan suatu
individu baru yang memiliki karakter hasil rekombinasi bahan genetik kedua
tetuanya. Tujuan dari persilangan buatan yaitu memindahkan atau
menggabungkan gen-gen dari tetua yang terpilih sehingga dapat terbentuk
konstitusi genetik baru hasil rekombinasi kedua tetua yang terekpresi pada
fenotipe.
II.2 Teknik Pengelolaan Plasma Nutfah serta Teknik Rejuvenasi-
Regenerasi Benih Plasma Nutfah
Salah satu upaya untuk memperluas keanekaragaman genetik ialah melalui
persilangan buatan antara tetua yang terpilih untuk menghasilkan suatu
individu baru yang memiliki karakter hasil rekombinasi bahan genetik kedua
tetuanya. Tujuan dari persilangan buatan yaitu memindahkan atau
menggabungkan gen-gen dari tetua yang terpilih sehingga dapat terbentuk
konstitusi genetik baru hasil rekombinasi kedua tetua yang terekpresi pada
fenotipe.
1. Koleksi dan eksplorasi plasma nutfah
Koleksi plasma nutfah jagung yang ada dalam bank gen terdiri atas
koleksi dasar (base collection) dan koleksi kerja/aktif (working/active
collection). Koleksi dasar merupakan kumpulan dari semua aksesi plasma
nutfah yang berbeda, atau satu aksesi dengan aksesi lainnya harus dapat
dibedakan dalam kaitannya dengan komposisi genetik. Koleksi contoh
aksesi harus sedekat mungkin atau sama dengan varietas atau populasi
aslinya dan keberadaanya dapat dipertahankan sebagai sumber daya
genetik. Biji plasma nutfah dari koleksi dasar ini umumnya tidak
didistribusikan secara langsung kepada pengguna, tetapi disimpan di
ruangan dingin yang dapat menjamin viabilitas biji untuk dapat bertahan
dalam jangka panjang.
Koleksi plasma nutfah memerlukan cara pengelolaan yang efisien.
Untuk keperluan evaluasi, dibentuk core collection yang merupakan
contoh plasma nutfah dalam kisaran yang ada dalam keseluruhan koleksi
plasma nutfah yang dimiliki. Cara pemilihan core collection dapat
dilakukan dengan penarikan contoh acak sederhana (simple random
sampling) bila tidak ada pengelompokan plasma nutfah sebelumnya.
Apabila plasma nutfah telah dikelompokkan maka pemilihan contoh dapat
dilakukan dengan cara stratifikasi, berdasarkan karakteristik plasma
nutfah. Prosedur pemilihan core collection dikelompokkan ke dalam
beberapa tahapan, yaitu seluruh koleksi dibagi menjadi kelompok
berdasarkan ras, geografi asal plasma nutfah. Pengelompokan berikutnya
berdasarkan hasil pemotongan dendrogram dari analisis kluster bagi data
morfologi dan agronomi. Titik pemotongan menghasilkan 2-5 aksesi yang
relatif homogen. Dari setiap kelompok/strata diambil 1-2 aksesi secara
acak.
Eksplorasi/pengumpulan plasma nutfah dilakukan di seluruh pelosok
tanah air Indonesia dan dari negara lain. Pengambilan contoh plasma
nutfah dalam eksplorasi dapat dilakukan dengan mengambil contoh biji
jagung secara acak sebanyak 50-100 contoh individu setiap populasi dan
50 butir setiap contoh Tanaman jagung memiliki keragaman genetic yang
cukup besar. Pengambilan contoh plasma nutfah dari tanaman
perbanyakan dengan biji yang memiliki variasi yang besar disarankan
mengoleksi 2.500-5.000 biji (Rugayah 2005). Pengambilan contoh biji
dapat dilakukan di banyak tempat, dengan pemilihan lokasi yang
merupakan kisaran lingkungan yang berbeda, dan diupayakan agar contoh
plasma nutfah memperlihatkan variasi morfologi.
2. Teknik Konservasi
A. Teknik konservasi secara ex-situ
Hasil koleksi-eksplorasi dan introduksi plasma nutfah jagung
dikonservasi dalam bank gen. Konservasi ex situ plasma nutfah dalam
bentuk biji dilakukan di ruang dingin (cold storage). Untuk
mendukung konservasi plasma nutfah jagung secara ex situ perlu
infrastruktur yang memadai dan lahan dengan agroekologi yang
sesuai, termasuk bank gen dan kebun percobaan untuk rejuvenasi.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah
(Saxena 1993) :
1. Biji harus sudah matang (properly matured), bebas dari hama dan
penyakit, dipilih yang utuh dan tua. Biji yang off type disisihkan.
2. Sedapat mungkin hindari panen pada saat hujan karena biji akan
mengabsorbsi kelembaban selama di gudang prosesing. Biji yang
lembab akan mudah terjangkit penyakit.
3. Biji segera dikeringkan setelah panen, sebaiknya tidak langsung di
bawah sinar matahari. Pengeringan sebaiknya dilakukan pada
ruang dehumidified, suhu rendah dengan kelengasan rendah.
4. Jumlah contoh biji harus cukup, sehingga dapat mewakili
keragaman tanaman dan menyediakan cukup benih untuk
monitoring selama penyimpanan.
5. Biji dikemas dalam wadah yang baik dan kedap air. Setelah
dikemas, biji perlu diberi label dengan menuliskan nomor aksesi
pada bagian luar kemasan, tanggal penyimpanan, dan hasil uji daya
tumbuh. Benih yang disimpan harus memiliki daya tumbuh lebih
dari 85%.
6. Benih tidak diberi perlakuan untuk disimpan dalam bank gen.
Faktor yang mempengaruhi daya hidup benih plasma nutfah
selama dalam penyimpanan adalah kelembaban dan temperatur.
Kelembaban mengendalikan kadar air biji, sedangkan temperatur
mempengaruhi proses biokimia biji.
B. Teknik Konservasi secara In situ
Konservasi in situ dapat dilakukan di alam atau lahan petani
bergantung kepada materi yang dipertahankan. Konservasi in situ
bersifat dinamis, dibanding dengan semi statis dari konservasi ex situ,
karena populasi dibiarkan berkembang dan berevolusi secara alami.
Alasan utamakonservasi in situ adalah adanya keperluan untuk
mempertahankan proses evolusi dari populasi, tidak hanya dilihat dari
perspektif pemulia tanaman, tetapi juga dari aspek biologis yang ingin
mempertahankan variabilitas populasi di alam (Rao and Riley 1994).
Selanjutnya Rao dan Riley (1994) mengemukakan, untuk keberhasilan
konservasi in situ perlu informasi tentang tingkat erosi genetik yang
disebabkan oleh introduksi varietas baru, identifikasi keragaman
genetik tanaman jagung di suatu daerah, perubahan temporal (jangka
waktu), dan spasial (luas tanaman) yang akan berpengaruh terhadap
struktur genetik. Dalam kaitan agrobiodiversitas, pengaruh budaya
petani, budi daya preferensi, dan faktor lingkungan merupakan hal
yang penting dalam menentukan arah evolusi komposisi genetik
plasma nutfah jagung yang dikonservasi secara in situ.
3. Teknik Rejuvenasi-Regenerasi Benih Plasma Nutfah
Dalam melakukan regenerasi/rejuvenasi benih plasma nutfah jagung,
hal yang paling penting adalah mempertahankan komposisi dan integritas
genetik dari aksesi dan mempertimbangkan biaya yang diperlukan
(Hamilton et al. 2002). Kegiatan yang paling penting dari konservasi
adalah mempertahankan viabilitas benih dari setiap aksesi plasma nutfah
dalambank gen. Regenerasi diperlukan bila daya tumbuh benih kurang dari
85% dan bila jumlah benih sudah mencapai batas minimum. Regenerasi
memerlukan waktu, tenaga, ketelitian, dan biaya yang besar serta
berpotensi negatif terhadap adanya perubahan aksesi, karena perubahan
komposisi genetik atau aksesi akibat serangan hama dan penyakit.
Oleh karena itu, regenerasi dilaksanakan dalam frekuensi agak jarang.
Untuk tanaman yang menyerbuk silang seperti jagung, aksesi diperbaharui
dengan mencegah terjadinya penyerbukan silang antarvarietas. Diperlukan
isolasi jarak 3 km antara tanaman rejuvenasi dengan tanaman jagung
lainnya, untuk mencegah polinasi dari serangga. Jarak antaraksesi
sebaiknya 300-500 m untuk menghindari polinasi angin, bila persilangan
tidak dilakukan sendiri. Cara tanpa sibbing memerlukan lahan yang sangat
luas, sehingga tidak praktis. Rejuvenasi jagung biasanya dilakukan dengan
cara sibbing (persilangan sendiri antartanaman), untuk perbanyakan benih
dapat dilakukan terhadap minimal 50 tanaman per aksesi. Beberapa
peneliti menganjurkan untuk menanam 200 tanaman dengan
menggabungkan (bulk) polen dari malai. Pada saat panen, dipilih 100
tongkol terbaik hasil sibbing. Cara lain dengan menanam 20-100 tanaman
lalu dilakukan penyerbukan secara bulk polen secara manual (tangan),
kemudian pada saat panen diambil sejumlah biji yang sama dari setiap
tongkol sebanyak 100 butir. Teknik tersebut bertujuan agar benih baru dari
hasil rejuvenasi memiliki komposisi genetic yang sama dengan aksesi
awalnya.
Isolasi Tanaman Menyerbuk Silang. Agar diperoleh jenis atau varietas
yang murni melalui seleksi, penanaman varietas tersebut perlu diadakan
seleksi dari varietas yang lain. Cara untuk isolasi pada tanaman ada dua
macam, yaitu:
1. Isolasi tempat, yakni dengan cara mengatur jarak antar lahan varietas
satu dengan yang laina yang bersamaan minimal 300m. Bila sampai
kurang dari 300m, dimungkinkan masih bisa terjadi penyerbukan antar
varietas yang tidak dikehendaki jika hal ini terjadi akan mengakibatkan
kemurnian tidak dapat diperoleh.
2. Isolasi waktu, yakni mengusahakan agar pertanaman varietas unggul
tidak berbunga diwaktu yang bersamaan. Dengan demikian kemurnian
varietas unggul dapat dipertahankan.
Dokumentasi database dan penelitian plasma nutfah jagung. Informasi
karakteristik aksesi-aksesi yang disimpan dalam bank gen harus dapat
diakses dengan cepat dan mudah, terutama oleh pemulia tanaman. Oleh
karena itu perlu dikembangkan database plasma nutfah. Data hasil koleksi-
eksplorasi, karakterisasi sifat morfologi, agronomi, mutu gizi,dan hasil
evaluasi plasma nutfah terhadap cekaman biotik dan abiotik perlu
disimpan dalam database untuk mempermudah pengelolaan plasma nutfah.
Sistem database plasma nutfah minimal memiliki data passpor aksesi, di
antaranya meliputi : nomor aksesi,nama institusi/individu, nomor
aksesidari donor, nomor lain yang berkaitan dengan aksesi, nama varietas.
Konstitusi Menyerbuk Silang. Konstitusi genetik tanaman menyerbuk
silang berada dalam keadaan heterosigot dan heterogenus, sebab terjadi
persilangan antara anggota populasi, sehingga populasi merupakan pool
hibrida. Pada populasi terjadi kumpulan gen, yang merupakan total
informasi genetik yang dimiliki oleh anggota populasi dari suatu
organisme yang berproduksi secara seksual. Kumpulan gen ini akan terjadi
rekombinasi antar gamet, masing-masing gamet mempunyai peluang yang
sama untuk bersatu dengan gamet yang lainnya. Persilangan demikian
disebut kawin acak (random mating).
II.3 Perbedaan Pengelolaan Plasma Nutfah Tanaman Menyerbuk Silang
dengan Tanaman Menyerbuk Sendiri
Tanaman memiliki dua jenis penyerbukan yaitu autogam (penyerbukan
sendiri) dan allogam (penyerbukan silang). Tanaman autogam yaitu tanaman
yang melakukan penyerbukan dengan dirinya sendiri. Penyerbukan pada
tanaman ini umumnya terjadi sebelum mekar, tepat pada waktu malai mekar
dan saat setelah bunga mekar. Penyerbukan sendiri terjadi karena sifat genetik
dan susunan morfologi bunga. Contoh dari tanaman yang melakukan
penyerbukan sendiri yaitu tanaman kacang panjang, tomat, tembakau, padi,
kedelai, lada, dll.
Tanaman allogam yaitu tanaman yang melakukan penyerbukan secara
silang, penyerbukan silang pada tanaman terjadi disebabkan oleh beberapa hal
yaitu organ antar jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman tapi pada
bunga yang berlainan, tanaman yang mempunyai jenis kelamin terpisah yaitu
organ bunga jantan saja atau betina saja. Warna bunga serta daun-daun tajuk
untuk setiap tanaman berbeda-beda, dalam satu tanaman dengan beberapa
varietas dapat berbeda warna bunganya. Contoh dari tanaman allogam yaitu
tanaman anggrek, anggur, mangga, nanas, semangka, kelapa sawit, bunga
matahari, tebu, jagung, sirsak, dll.
Tabel perbedaan tanaman menyerbuk sendiri dengan tanaman menyerbuk
silang :
NO. TANAMAN MENYERBUK TANAMAN MENYERBUK
SENDIRI SILANG

1. Ada keterlibatan tanaman tunggal Ada keterlibatan dua tanaman yang


berbeda dari spesies yang sama,
meskipun secara genetik berbeda
terlibat.

2. Tidak memerlukan agen Diperlukan agen penyerbuk


penyerbuk eksternal eksternal seperti air, hewan, angin,
dan serangga.

3. Terjadi pada bunga yang Terjadi pada bunga yang tidak


sempurna sempurna dan sempurna, dan bunga
tanaman yang memiliki aroma,
nektar, dan kelopak yang berwarna
cerah.

4. Butir serbuk sari yang dihasilkan Butir serbuk sari yang dihasilkan
lebih sedikit jumlahnya lebih banyak jumlahnya
5. Jenis reproduksi yang terjadi Jenis reproduksi yang terjadi adalah
adalah Geitogami dan autogami allogami

6. Menghasilkan keturunan Menghasilkan keturunan heterozigot


homozigot

7. Karakter keturunan yang Karakter keturunan yang diinginkan


diinginka dapat diperoleh, tetapi dapat diperoleh dan karakter
karakter yang tidak diinginkan keturunan yang tidak diinginkan
tidak dapat dihilangkan dapat dihilangkan.

II.4
III. PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Plasma nutfah adalah suatu bagian dari tubuh organisme yang berfungsi
untuk mewariskan sifat. Dengan adanya plasma nutfah ini maka suatu
organisme bisa merakit varietas yang unggul dalam spesiesnya dan juga
mempertahankan sifat dari organisme dari generasi ke generasi.
Konservasi ex situ plasma nutfah dalam bentuk biji dilakukan di ruang
dingin (cold storage). Untuk mendukung konservasi plasma nutfah jagung
secara ex situ perlu infrastruktur yang memadai dan lahan dengan agroekologi
yang sesuai, termasuk bank gen dan kebun percobaan untuk rejuvenasi.
Konservasi in situ dapat dilakukan di alam atau lahan petani bergantung
kepada materi yang dipertahankan. Konservasi in situ bersifat dinamis,
dibanding dengan semi statis dari konservasi ex situ, karena populasi
dibiarkan berkembang dan berevolusi secara alami.
III.2 Saran
Sebaiknya pengelolaan plasma nutfah dilakukan dengan baik dan efisien
untuk hasil benih dengan kualitas dan mutu genetik yang baik. Pengetahuan
tentang materi pengelolaan plasma nutfah penting untuk pemulia yang akan
melakukan penelitian kedepannya.
Daftar Pustaka
Chang, T.T. 1979. Crop genetic resources, pp. 83-103. In: Sneep and A.J.T. Hendriksen
(Eds): Plant Breeding Perspectives. Centr. for Agr. Ub &Doc. Wageningen, p.
435.FAO/IPGRI. 1994. Genebank Standard. FAO/IPGRI. Rome. 13 p.
Gotoh, K. and T.T. Chang. 1979. Crop adaptation, pp 234-261. In: J. Sneep and A.J.T.
Hendriksen (Eds.): Plant Breeding Perspectives. Centr.for Agr.Pub. & Doc.
Wageningen, 435 p.
Hamilton N.R.S., J.M.M. Engels, T.J.L van Hintum, B. Koo and M.
Smale. 2002. Accession management. IPGRI Technical
Bulletin No.5. 65 p.
Hawkes, J.G. 1981. Germplasm collection, preservation and use, p.57-83. In: K. J. Frey
(Ed): Plant Breeding II. Iowa State Univ.Press. Ames, 497 p.
Rao V.R. and K.W. Riley. 1994. REVIEW The use of biotechnology
for conservation and utilization of plant genetic resources.
Plan gen. Res. Newsletter 97:3-19.
Rugayah. 2005. Eksplorasi. Dalam. Luntungan et al. (Eds). Buku
Pedoman Pengelolaan Plasma Nutfah Perkebunan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Badan Litbang
Pertanian. p. 1-26.
Saxena, R.K. 1993. Guideline for sending seeds to genebank for
storage. In: Rana et. al. (Eds). Conservation and
Management of Plant Genetic Resources. National Bureau
of Plant Genetic Resources. New Delhi. P. 220-224.

Anda mungkin juga menyukai