Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal dan tidak

terkontrol di sekitar area serviks, daerah leher rahim ataupun mulut rahim

(Rasjidi, 2010). Kanker serviks ini dapat berasal dari leher rahim, mulut

rahim ataupun keduanya. Sebagian besar sel kanker serviks pada awalnya

berasal dari sel epitel pada serviks yang mengalami mutasi sehingga terjadi

perubahan prilaku yang abnormal. Sel-sel ini tidak langsung berubah menjadi

kanker serviks. Sel normal serviks karena pengaruh zat karsinogen yang dapat

berkembang secara bertahap menjadi sel pra kanker kemudian menjadi sel

kanker (Nurwijaya, 2010)

Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang masih dalam usia

reproduktif yaitu sejak mendapat haid pertama dan sampai berhentinya haid

(menopause) antara usia 15 – 49 tahun, dengan status belum menikah,

menikah, atau janda, yang masih berpotensi untuk mempunyai keturunan

(Novitasary, 2013). Kanker serviks sangat berbahaya bagi wanita usia subur,

khususnya pada wanita yang berusia 30 tahun ke atas. Hal ini dikarenakan

pada usia tersebut risiko terkena kanker serviks sangatlah tinggi. Sebab

meningkatnya risiko kanker serviks pada usia lanjut merupakan gabungan

dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap

karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia.

1
2

Penyakit kanker serviks pada tahap prakanker biasanya tidak

menimbulkan gejala. Bila ada biasanya hanya berupa keputihan yang tidak

khas. Pada tahap selanjutnya yaitu kanker, dapat menimbulkan reaksi berupa

keputihan atau keluar cairan encer dari vagina yang biasanya berbau,

perdarahan diluar siklus haid, perdarahan sesudah melakukan senggama,

timbul kembali haid setelah menopause, nyeri pada daerah panggul, dan

gangguan buang air kecil.

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012, terdapat

530.000 kasus baru yang mewakili 7,5% dari semua kematian akibat kanker

yang terjadi pada perempuan. Setiap tahun lebih dari 270.000 kematian

terjadi akibat kanker serviks. Penyakit kanker serviks dan kanker payudara

merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia pada

tahun 2013, yaitu kanker serviks sebesar 0,8% (Kemenkes RI, 2013).

Tingginya prevalensi kejadian kanker serviks ini, membuat kanker

serviks disebut sebagai penyakit pembunuh nomor satu di Indonesia, hal

tersebut dikarenakan tiap hari di Indonesia terdapat 40 wanita yang

terdiagnosa menderita kanker serviks, 20 diantaranya meninggal dunia karena

kanker seviks (Kemenkes RI, 2015).

Kanker serviks dapat menyebabkan infertilitas, morbiditas dan

mortalitas pada wanita sehingga merupakan ancaman yang sangat serius.

Oleh karena itu penting dilakukan upaya pencegahan kanker serviks untuk

mengendalikan dan mencegah terjadinya peningkatan kasus kejadian kanker

serviks (Nurwijaya, 2010).


3

Keputusan Menteri Kesehatan No. 796 tahun 2010 tentang Pedoman

Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim

menyebutkan bahwa terdapat empat komponen penting yang menjadi pilar

dalam penanganan kanker leher rahim. Komponen penting tersebut terdiri

atas tindakan pencegahan infeksi HPV dengan menghindari faktor risiko dan

vaksinasi HPV, deteksi dini melalui peningkatan kewaspadaan dan program

skrining yang terorganisasi, diagnosis dan tata laksana, serta perawatan

paliatif untuk kasus lanjut.

Tingginya angka prevalensi dan insiden kanker serviks di Indonesia,

Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) yang dibentuk

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK 02.02/MENKES/389/2014 dan dibentuk pada 17 Oktober 2014 memiliki

tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat kanker

di Indonesia dengan mewujudkan penanggulangan kanker yang terintegritas,

melibatkan semua unsur pemerintah, swasta dan masyarakat. Salah satu yang

menjadi perhatian khusus Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN)

adalah pengembangan upaya deteksi dini (Kemenkes RI, 2014).

Deteksi dini adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit yang secara

klinis belum dapat didiagnosis dengan pemeriksaan tertentu. Deteksi dini

bertujuan untuk mengidentifikasi penyakit sedini mungkin yaitu masih pada

stadium awal sehingga diharapkan masih dapat disembuhkan atau dapat

segera mendapatkan pengobatan untuk mengurangi angka morbiditas dan

mortalitas (Kemenkes RI, 2015).


4

Upaya pencegahan terhadap penyakit kanker serviks masih menjadi

masalah yang menarik perhatian para profesional kesehatan. Karena kanker

serviks merupakan kanker yang dapat dicegah melalui upaya gaya hidup

sehat, menghindari faktor risiko terkena kanker, melakukan immunisasi

dengan vaksin Human Papillomavirus (HPV). Selain itu kanker serviks dapat

dideteksi secara dini dengan cara Pap Smear dan Visual Asam Asetat atau

IVA test (Rasjidi & Sulistiyanto, 2009).

Deteksi dini kanker serviks dengan metode Inspeksi Visual Asam

Asetat (IVA) merupakan skrining alternatif selain Pap smear. Metode

Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) mempunyai kelebihan dibandingkan

dengan skrining menggunakan tes pap smear sehingga cara ini dinilai lebih

praktis dan lebih tepat diterapkan di negara berkembang. Kelebihan metode

Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) yaitu relatif lebih mudah karena dapat

dilaksanakan oleh dokter umum, bidan atau perawat yang telah terlatih.

Jumlah profesi bidan di Indonesia yang potensial dapat dilatih agar dapat

melaksanakan deteksi dini kanker servik (Aziz, 2009).

Dengan alasan tersebut deteksi dini kanker servik Inspeksi Visual Asam

Asetat (IVA) akan lebih efektif jika dilaksanakan di puskesmas. Sedangkan

deteksi dini kanker servik dengan Papsmear masih sulit dilaksanakan karena

kurangnya sumber daya khususnya spesialis patologi anatomik dan skinner

sitologi sebagai pemeriksa sitologi di semua propinsi ataupun kabupaten.

Deteksi dini kanker servik dengan papsmear lebih difokuskan di rumah sakit

(Aziz, 2009). Selain itu, nilai sensitifitas IVA untuk mendeteksi lesi pra
5

kanker atau kanker serviks lebih tinggi dari papsmear (92,5% dan 72,5%)

serta nilai negatif palsu IVA lebih rendah dari papsmear (25,0% dan 42,3%)

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IVA dapat dijadikan sebagai

skrining alternatif kanker serviks.

Namun saat ini cakupan deteksi dini kanker leher rahim di Indonesia

melalui pap smear dan IVA masih sangat rendah yakni sekitar 5,15%

(Kemenkes, 2016). Padahal cakupan deteksi dini yang efektif dalam

menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena kanker leher rahim

adalah 85 % (Saslow, Boetes, Burke, & Harms, 2012).

Menurut (Rokhmawati, 2011), salah satu penghambat dalam

pelaksanaan deteksi dini kanker serviks pada WUS yaitu perilaku. Perilaku

masih menjadi penghambat dalam melakukan deteksi dini. Proses dalam

membentuk atau merubah perilaku dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor

baik dari dalam individu maupun luar individu.

Berdasarkan teori Lawrence Green dalam (Notoatmodjo, 2014), faktor

perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu faktor predesposisi (pre

disposing factors), faktor pemungkin (enabling factor), dan faktor penguat

(reinforcing factor). Faktor predesposisi yaitu faktor yang mempermudah

atau mempredesposisi terjadinya perilaku seseorang, seperti pengetahuan,

sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya. Faktor

pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi

perilaku atau tindakan, seperti sarana dan prasarana atau fasilitas untuk

terjadinya perilaku kesehatan. Faktor penguat adalah faktor-faktor yang


6

mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, seperti sikap dan perilaku

tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan, kader, undang-undang,

peraturan, dan sebagainya.

Pengetahuan memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan

perilaku seorang wanita dalam melakukan deteksi dini kanker serviks.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah seseorang telah

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2014).

Pengaruh pengetahuan ini ditegaskan dalam penelitian Yuliwati (2012)

bahwa pengetahuan WUS tentang deteksi dini kanker serviks (73,6%)

berpengaruh terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks pada WUS.

Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Flora (2016), bahwa

pengatahuan berpengaruh terhadap perilaku WUS dalam melakukan deteksi

dini kanker serviks sebesar (48%). Dengan pengetahuan yang baik mengenai

deteksi dini kanker serviks, akan dapat meningkatkan kesadaran wanita dan

merangsang terbentuknya perilaku kesehatan yang diharapkan, dalam hal ini

adalah perilaku deteksi dini kanker serviks.

Faktor lain yang mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker serviks

pada WUS adalah sikap. Sikap adalah kesediaan seseorang untuk bertindak.

Sikap juga merupakan produk dari proses sosialisasi sehingga reaksi yang

timbul sesuai dengan rangsangan yang diterimanya. Sehingga apabila

seseorang memiliki sikap positif maka perilakunya cenderung positif,

begitupun sebaliknya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Christin (2016) menyatakan sikap mempengaruhi perilaku WUS dalam


7

melakukan deteksi dini kanker serviks sebesar (51,9%). Sejalan dengan

penelitian Eminia (2016) menunjukan sikap berpengaruh terhadap perilaku

deteksi dini kanker serviks pada WUS sebesar (68,1%).

Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap perilaku deteksi dini kanker

serviks pada WUS adalah keterpaparan informasi. Pernah diterima atau

tidaknya informasi tentang kesehatan oleh masyarakat akan menentukan

perilaku kesehatan masyarakat tersebut (Green, 2010). Hal ini diperkuat hasil

penelitian yang dilakukan Luthfiana (2014) bahwa faktor paparan informasi

berpengaruh terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks adalah sebesar

(73,8%). Hasil penelitian Christin (2016), menyatakan faktor paparan

informasi mempengaruhi perilaku WUS dalam melakukan deteksi dini kanker

serviks sebesar (75,7%).

Dukungan keluarga juga memiliki peran penting dalam

mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker serviks. Dukungan keluarga

secara efektif dapat memberi perasaan aman, secara ekonomi keluarga

berfungsi untuk menunjang proses perawatan, secara sosial menumbuhkan

rasa percaya diri, sehingga dukungan keluarga sangat penting untuk setiap

aspek perawatan kesehatan. Hal tersebut ditegaskan dalam penelitian yang

dilakukan oleh Yuliwati (2012) bahwa faktor dukungan keluarga (59%)

berpengaruh terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks. Penelitian lain

yang dilakukan Mitha (2016) faktor dukungan keluarga mempengaruhi

perilaku WUS terhadap deteksi dini kanker serviks adalah sebesar (85,7%).
8

Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker

serviks pada WUS adalah dukungan petugas kesehatan. Petugas kesehatan

merupakan salah satu orang yang dianggap penting dan berpengaruh oleh

masyarakat, serta berperan penting dalam terjadinya perubahan perilaku

kesehatan dimasyarakat. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Luthfiana

(2014) menunjukan bahwa faktor dukungan petugas kesehatan (89,7%)

berpengaruh terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks pada WUS.

Adapun penelitian yang dilakukan Christin (2015), bahwa dukungan petugas

kesehatan berpengaruh terhadap perilaku WUS dalam melakukan deteksi dini

kanker serviks sebesar (88,3%).

Faktor – faktor yang telah diuraikan, mungkin juga merupakan

penyebab perilaku WUS dalam melakukan deteksi dini kanker serviks.

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu daerah tingkat II. Berdasarkan

laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi Tahun 2017 mengenai data

sasaran pembangunan kesehatan Wanita Usia Subur (WUS) usia 30-50 tahun

terdapat di wilayah I yaitu sebanyak 70.942 WUS. Wilayah I kabupaten

Sukabumi menaungi 12 puskesmas yang selengkapnya dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 1.1 Data Sasaran Pembangunan Kesehatan Wanita Usia


Subur (WUS) Usia 30-50 Tahun pada 12 Puskesmas di
Wilayah I Kabupaten Sukabumi Tahun 2017
No Wilayah Wanita Usia Subur (WUS)
Usia 30-50 Tahun
1 Gegerbitung 5.469
2 Sukaraja 6.912
3 Limbangan 4.687
9

4 Kebon Pedes 4.106


5 Cireunghas 4.724
6 Sukalarang 6.283
7 Karawang 6.993
8 Kadudampit 7.475
9 Cisaat 9.306
10 Selajambe 4.537
11 Gunungguruh 5.257
12 Cibolang 5.203
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi Tahun 2017
Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa di Wilayah I Kabupaten

Sukabumi. jumlah WUS terbanyak terdapat di Puskesmas Cisaat yaitu

sebanyak 9.306 WUS. Dan sasaran ibu hamil paling sedikit di Wilayah I

Kabupaten Sukabumi yaitu sebanyak 4.106 WUS yang terdapat di Selajambe.

Adapun upaya yang telah dilakukan oleh Puskesmas Cisaat diantaranya

memberikan penyuluhan mengenai kanker serviks dan keuntungan

melakukan deteksi dini kanker serviks pada WUS. Namun angka cakupan

deteksi dini kanker serviks masih rendah yaitu sebesar 24%. Data cakupan

deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di Puskesmas Cisaat tahun

2017 dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut :

Tabel 1.2 Data Cakupan Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode
IVA di Puskesmas Cisaat Tahun 2017
Pemeriksaan IVA Positif
Wanita Usia Subur Serviks
No Desa
(Usia 30-50 Tahun)
Jumlah % Jumlah %
1 Cisaat 1.369 5 0.37 1 20
2 Sukamanah 1.562 15 0.96 4 26.67
10

3 Cibatu 1.540 11 0.71 2 18.18


4 Sukasari 1.474 7 0.47 0 0
5 Nagrak 1.541 20 1.30 2 10
6 Sukaresmi 2.327 42 1.80 15 35.71
Total 9.813 100 6 24 24
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Cisaat Tahun 2017

Berdasarkan data tahun 2017 seperti yang tercantum pada tabel 1.2

jumlah wanita usia subur (WUS) tertinggi ada di Desa Sukaresmi yaitu

sebanyak 2.327 dengan presentase angka cakupan deteksi dini kanker serviks

sebanyak 42 WUS (1.80%) dengan hasil pemeriksaan IVA positif sebanyak

15 WUS (35.71%).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti

dengan metode wawancara. terhadap 10 wanita usia subur (WUS), didapatkan

7 WUS tersebut tidak mengetahui mengenai kanker serviks. sementara 3

WUS lainnya hanya mengetahui pengertian dan beberapa tanda dan gejalanya

saja. Dalam melakukan pencegahan sekunder yaitu melakukan deteksi dini

kanker serviks karena hanya 2 orang saja yang melakukan pemeriksaan

kanker serviks berupa IVA. Dari 2 orang tersebut mengatakan melakukan

pemeriksaan IVA atas dukungan keluarga dan mendapatkan informasi

mengenai deteksi dini kanker serviks dari kerabat dan petugas kesehatan.

Berdasarkan fenomena tersebut. peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian mengenai “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Deteksi

Dini Kanker Serviks Pada Wanita Usia Subur (WUS) di desa Sukaresmi

wilayah kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi”.


11

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas. maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku

deteksi dini kanker serviks pada wanita usia subur (WUS) di desa Sukaresmi

wilayah kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi

perilaku deteksi dini kanker serviks pada wanita usia subur (WUS) di desa

Sukaresmi wilayah kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan WUS tentang deteksi dini

kanker serviks di desa Sukaresmi wilayah kerja Puskesmas Cisaat

Kabupaten Sukabumi.

b. Untuk mengetahui gambaran sikap terhadap perilaku deteksi dini

kanker serviks di desa Sukaresmi wilayah kerja Puskesmas Cisaat

Kabupaten Sukabumi.

c. Untuk mengetahui gambaran keterpaparan informasi tentang deteksi

dini kanker serviks di desa Sukaresmi wilayah kerja Puskesmas Cisaat

Kabupaten Sukabumi.
12

d. Untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga terhadap perilaku

deteksi dini kanker serviks di desa Sukaresmi wilayah kerja

Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi

e. Untuk mengetahui gambaran dukungan petugas kesehatan terhadap

perilaku deteksi dini kanker serviks di desa Sukaresmi wilayah kerja

Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi.

f. Untuk mengetahui gambaran perilaku deteksi dini kanker serviks pada

WUS di desa Sukaresmi wilayah kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten

Sukabumi.

g. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan WUS tentang deteksi dini

kanker serviks terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks di desa

Sukaresmi wilayah kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi

h. Untuk mengetahui pengaruh sikap WUS terhadap perilaku deteksi

dini kanker serviks di desa Sukaresmi wilayah kerja Puskesmas Cisaat

Kabupaten Sukabumi

i. Untuk mengetahui pengaruh keterpaparan informasi WUS tentang

deteksi dini kanker serviks terhadap perilaku deteksi dini kanker

serviks di desa Sukaresmi wilayah kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten

Sukabumi

j. Untuk mengetahui pengaruh dukuangan keluarga WUS tentang

deteksi dini kanker serviks terhadap perilaku deteksi dini kanker

serviks di desa Sukaresmi wilayah kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten

Sukabumi
13

k. Untuk mengetahui pengaruh dukungan tenaga kesehatan terhadap

perilaku deteksi dini kanker serviks di desa Sukaresmi wilayah kerja

Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

1. Bagi peneliti

Penelitian ini merupakan media penerapan ilmu pengetahuan yang

telah didapatkan dalam perkuliahan dan menambah wawasan pengetahuan

dan pengalaman baru bagi peneliti khususnya yang berkenaan dengan

deteksi dini kanker serviks.

2. Bagi Puskesmas Cisaat

Bagi lahan penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

masukan dalam rangka upaya peningkatan kegiatan dan pelayanan

kesehatan. serta meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai