Anda di halaman 1dari 18

LANDASAN TEORI

A. PENDAHULUAN

Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang sering terjadi di payudara


yang merupakan pertumbuhan yang meliputi kelenjar dan stroma jaringan ikat. Tumor
ini bersimpai jelas, berbatas jelas, soliter, berbentuk benjolan yang dapat digerakkan
dimana benjolan tersebut berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan jaringan
glanduler (epitel) yang berada di payudara, sehingga tumor ini disebut sebagai tumor
campur (mix tumor). Tumor tersebut dapat berbentuk bulat atau oval, bertekstur
kenyal atau padat, dan biasanya nyeri. Fibroadenoma ini dapat kita gerakkan dengan
mudah karena pada tumor ini terbentuk kapsul sehingga dapat mobile.,
(www.bci.org.aupublicguides_Mar06Fibroadenoma%20111005.pdf-
http://indonesiannursing).

Fibroadenoma mammae (FAM), umumnya menyerang para remaja dan wanita


dengan usia di bawah 30 tahun. Adanya fibroadenoma atau yang biasa dikenal dengan
tumor payudara membuat kaum wanita selalu cemas tentang keadaan pada dirinya.
Terkadang mereka beranggapan bahwa tumor ini adalah sama dengan kanker. Yang
perlu ditekankan adalah kecil kemungkinan dari fibroadenoma ini untuk menjadi
kanker yang ganas.

B. KONSEP DASAR ANATOMI MAMMAE

Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada bagian lateral


atasnya, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya kearah aksila, disebut penonjolan
Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar
yang masing masing mempunyai saluran ke papilla mammae, yanhg disebut duktus
laktiferus. Di antara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga di antara kulit dan
kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut ada
jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang memberi rangka untuk payudara2.
Bentuk, fungsi, dan patologi payudara wanita terus berubah seiring
bertambahnya usia dalam kehidupan. Pertumbuhan sistem penghasil susu ini
tergantung pada faktor-faktor hormonal yang terjadi dalam dua urutan, pertama pada

1
masa pubertas dan kemudian pada saat terjadinya kehamilan. jaringan payudara
bereaksi terhadap estrogen dan progesteron yang terstimulasi selama siklus
menstruasi. struktur payudara yang makroskopik dapat dengan mudah diidentifikasi
dengan cukup baik oleh alat-alat sonographic
payudara dapat dibagi menjadi empat daerah :
1. Kulit, puting, jaringan subareolar
2. region Subkutan
3. Parenkim (antara daerah subkutan dan retromammary)
4. region Retromammary.

Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior dari a.


mammaria interna, a.torakalis lateralis yang bercabang dari a.aksilaris, dan beberapa
a.interkostalis. Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan
n.interkostalis. jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik. Ada
beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati
rasa pascabedah, yakni n.interkostobrakialis dan n.kutaneus brakius medialis yang
mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi
aksila, saraf ini sedapat mungkin disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di
daerah tersebut.(http://daengbantang.blogspot.com/2010/05/fibroadenoma-mammae-
radiology.html).

2
C. KONSEP DASAR FIBROADENOMA MAMMAE

1. PENGERTIAN

Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang sering terjadi di


payudara yang merupakan pertumbuhan yang meliputi kelenjar dan stroma
jaringanikat.(www.bci.org.aupublicguides_Mar06Fibroadenoma%20111005.pdf-
http://indonesiannursing).
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang sering terjadi di
payudara. Benjolan tersebut berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan jaringan
glanduler (epitel) yang berada di payudara, sehingga tumor ini disebut sebagai
tumor campur (mix tumor), tumor tersebut dapat berbentuk bulat atau oval,
bertekstur kenyal atau padat, dan biasanya nyeri. Fibroadenoma ini dapat kita
gerakkan dengan mudah karena pada tumor ini terbentuk kapsul sehingga dapat
bergerak mobile, sehingga sering disebut sebagai ”breast mouse”.

(http:// malihayati05.blogsp
ot.com/2 011/12/fibroadenom
a- mammae-fam.html)

Fibroadenoma
adalah suatu tumor jinak
yang merupakan
pertumbuhan yang
meliputi kelenjar dan stroma

3
jaringan ikat.
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak pada payudara yang bersimpai jelas,
berbatas jelas, soliter, berbentuk benjolan yang dapat digerakkan.

Fibroadenoma adalah tumor jinak dari kelenjar dan jaringan ikat pada
payudara. FAM yang tumbuh dipayudara akan teraba sebagai benjolan bulat
yang  memiliki batas tegas.

Fibro Adenoma Mammae  (FAM)  mudah digerakan (mobile), konsistensi


padat dan kenyal, kadang-kadang terasa nyeri bila ditekan.
(http://medianers.blogspot.com/2012/02/teknik-pembedahan-fibro-adenoma-
mammae.html).

(http://putririzkadewi.blogspot.com/2011/09/fibroadenoma-mammae.html).

4
(http://medianers.blogspot.com/2012/02/teknik-pembedahan-fibro-adenoma-
mammae.html).

2. ETIOLOGI

a. Peningkatan aktivitas Estrogen yang absolut atau relatif.

Fibroadenoma ini terjadi akibat adanya kelebihan hormon estrogen. Biasanya


ukurannya akan meningkat pada saat menstruasi atau pada saat hamil karena
produksi hormon estrogen meningkat.

b. Genetik : payudara
c. Faktor-faktor predisposisi :

1) Usia : < 30 tahun


2) Jenis kelamin
3) Pekerjaan
4) Hereditas
5
5) Diet
6) Stress
7) Lesi prekanker

(www.bci.org.aupublicguides_Mar06Fibroadenoma%20111005.pdf-
http://indonesiannursing).

3. TANDA DAN GEJALA

Pertumbuhan fibroadenoma mammae umumnya tidak menimbulkan rasa


sakit, hanya ukuran dan tempat pertumbuhannya yang menyebabkan nyeri pada
mammae. Pada saat disentuh kenyal seperti karet. Tanda dan gejala yang sering
muncul adalah :

a. Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada


penampang tampak jaringan ikat berwarna putih, kenyal

b. Ada bagian yang menonjol ke permukaan

c. Ada penekanan pada jaringan sekitar

d. Ada batas yang tegas

e. Bila diameter mencapai 10 – 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa ( Giant


Fibroadenoma )

f. Memiliki kapsul dan soliter

g. Benjolan dapat digerakkan

h. Pertumbuhannya lambat

i. Mudah diangkat dengan lokal surgery

j. Bila segera ditangani tidak menyebabkan kematian

(http://dindamb.wordpress.com/2009/11/07/fibroadenoma-mammae/).

6
4. PATOFISIOLOGI

Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan


pada masa reproduksi yang disebabkan oelh beberapa kemungkinan yaitu akibat
sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga
kelainan ini sering digolongkan dalam mamary displasia.
Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang
berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Pada gambaran
histologis menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi
kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang
berbeda. Pembagian fibroadenoma berdasarkan histologik yaitu :
1. Fibroadenoma Pericanaliculare

Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau
beberapa lapis.

2. Fibroadenoma intracanaliculare
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar
berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau
menghilang. Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran
sedikit dan pada saat menopause terjadi regresi.

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Mamografi memperlihatkan struktur internal payudara, dapat untuk
mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal
b. Galaktrografi mammogram dengan kontras dilakukan dengan menginjeksi
zat kontras kedalam aliran duktus

7
c. Ultrasound dapat membantu dalam membedakan antar massa padat atau kista
dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras, hasil komplemen
mamografi
d. Xeroradiografi menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor
e. Termografi mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas
karena peningkatan suplai darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi
f. Diafanografi mengidentifikasikan tumor atau masa dengan  membedakan
bahwa jaringan mentransmisikan dan menyebarkan sinar
g. CT. Scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara
khususnya massa yang lebih besar atau tumor kecil, payudara mengeras yang
sulit diperiksa dengan mamografi
h. Biopsi payudara (jarum atau eksisi) memberikan diagnosa definitive terhadap
massa dan berguna untuk klasifikasi histology penahapan dan seleksi terapi
yang tepat
i. Asal hormon reseptor menyatakan apakah sel tumor atau specimen biopsy
mengandung reseptor hormone (esterogen dan progesteron). Pada sel
maligna reseptor maligna, reseptor estrogen-plus merangsang pertumbuhan
dan pembagian sel
j. Foto dada pemeriksaan fungsi hati, hitung sel darah dan scan tulang
dilakukan untuk megkaji adanya metastase
k. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah: hemoglobin, angka
leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total
(albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT BT,
ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun
tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah.

6. PENCEGAHAN

1. Faktor-faktor resiko
2. Pemerikasaan payudara sendiri
3. Pemeriksaan klinik
4. Mammografi
5. Melaporkan tanda dan gejala pada sumber/ahli untuk mendapat perawatan.

8
7. PENATALAKSANAAN

Karena FAM adalah tumor jinak maka pengobatan yang dilakukan tidak
perlu dengan pengangkatan mammae. Yang perlu diperhatikan adalah bentuk dan
ukurannya saja. Pengangkatan mammae harus memperhatikan beberapa faktor
yaitu faktor fisik dan psikologi pasien. Apabila ukuran dan lokasi tumor tersebut
menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada pasien maka diperlukan
pengangkatan.
Penanganan fibroadenoma mammae adalah dengan enukleasi melalui
sayatan yang sangat mementingkan segi kosmetik. Sementara pengobatan
menghasilkan beberapa perbedaan dalam ukuran payudara, payudara yang tersisa
akan berkembang menjadi normal dalam beberapa bulan. Eksisi luas atau
mastektomi adalah kontraindikasi.Meskipun beberapa fibroadenoma yang besar
dapat muncul dengan gambaran histology yang agresif dan bahkan mungkin sulit
ubtuk dibedakan dengan tumor Phyllodes, dimana gambaran klinisnya benar-
benar jinak. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini akan kambuh atau bermetastasis.
Terapi untuk fibroadenoma tergantuk dari beberapa hal sebagai berikut:

1.Ukuran
2. Terdapat rasa nyeri atau tidak
3. Usia pasien
4. Hasil biopsy
Terapi dari fibroadenoma mammae dapat dilakukan dengan operasi
pengangkatan tumor tersebut, biasanya dilakukan general anaesthetic pada
operasi ini. Operasi ini tidak akan merubah bentuk dari payudara, tetapi hanya
akan meninggalkan luka atau jaringan parut yang nanti akan diganti oleh jaringan
normal secara perlahan.
(http://daengbantang.blogspot.com/2010/05/fibroadenoma-mammae-
radiology.html)
D. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

a.    Status kesehatan fisik secara umum

9
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status
kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap,
antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi
ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain itu
pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup
pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien
yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien
wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.

b. Status Nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat


badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen.

Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk


memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk
dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi
yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya
jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang
lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa
mengakibatkan kematian.

c. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan


output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam
rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan
diantaranya dalah kadar natrium serum (normal: 135 – 145 mmol/l), kadar
kalium serum (normal: 3,5-5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 – 1,50
mg/dl).

Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal.


Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi
metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat

10
dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti
oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda
menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang
mengancam jiwa.

d. Kebersihan lambung dan kolon

Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi


keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan
dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan
enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya
puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB).

Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk


menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan
menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan
terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan
operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka
pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso
gastric tube).

f. Personal Hygiene

Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena


tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan
infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat
diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih
seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal
hygiene secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene.

(http://putririzkadewi.blogspot.com/2011/09/fibroadenoma-mammae.html).

2. Diagnosa keperawatan
Sebelum tindakan pembedahan:
a. Kurang pengetahuan tentang implikisi pembedahan b.d kurang pemahaman
tentang operasi

11
b. Cemas b.d tindakan operatif atau pembedahan yang akan dilakukan

Intra Operasi:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d panumpukan sekresi atau hilangnya
batuk
b. ketidakefektifan pola nafas b.d efek analgesik pada ventilasi

Post Operasi:
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d efek luka pembedahan.

b. resiko kerusakan integritas kulit b.d gangguan mobilitas

c. resiko infeksi b.d tindakan pembedahan

(http://putririzkadewi.blogspot.com/2011/09/fibroadenoma-mammae.html)

3. Persiapan Tindakan pembedahan


a. Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat
penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi,
seperti: nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.

Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain:

1) Latihan nafas dalam


2) Latihan batuk efektif
3) latihan gerak sendi

b. Inform Consent
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung
tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab
terhdap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan
operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan
pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan
konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum menandatangani surat
pernyataan tersut akan mendapatkan informasi yang detail terkait dengan

12
segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan
dijalani. Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak
pasien/keluarganya berhak untuk menanyakan kembali sampai betul-betul
paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak meka
penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang
dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga.

c. Pencukuran daerah operasi

Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari


terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut
yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.
Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan
pencukuran sebelum oprasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan.

Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan


sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di
berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.

Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah
yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan
pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha.
Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan
pada pemasangan infus sebelum pembedahan.

d. Kebersihan lambung dan kolon

Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi


keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan
dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan
enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya
puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB).

Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk


menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan
menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan

13
terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan
operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka
pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso
gastric tube).

e. Pengosongan kandung kemih

Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan


pemasangan  kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi
juga diperluka untuk mengobservasi balance cairan.

f. Asepsis ruangan
Antisepsis dan asepsis adalah suatu usaha untuk agar dicapainya
keadaan yang memungkinkan terdapatnya kuman-kuman pathogen dapat
dikurangi atau ditiadakan, baik secara kimiawi, tindakan mekanis atau tindakan
fisik. Termasuk dalam cakupan tindakan antisepsis adalah selain alat-alat bedah,
seluruh sarana kamar operasi, semua implantat, alat-alat yang dipakai personel
operasi (sandal, celana, baju, masker, topi dan lain-lainnya) dan juga cara
membersihkan/melakukan desinfeksi dari kulit/tangan
g.   Asepsis personel
Teknik persiapan personel sebelum operasi meliputi 3 tahap, yaitu :
Scrubbing (cuci tangan steril), Gowning (teknik peggunaan gaun operasi), dan
Gloving (teknik pemakaian sarung tangan steril). Semua anggota tim operasi
harus memahami konsep tersebut diatas untuk dapat memberikan
penatalaksanaan operasi secara asepsis dan antisepsis sehingga menghilangkan
atau meminimalkan angka kuman. Hal ini diperlukan untuk meghindarkan
bahaya infeksi yang muncul akibat kontaminasi selama prosedur pembedahan
(infeksi nosokomial).
Disamping sebagai cara pencegahan terhadap infeksi nosokomial, teknik-
teknik tersebut juga digunakan untuk memberikan perlindungan bagi tenaga
kesehatan terhadap bahaya yang didapatkan akibat prosedur tindakan. Bahaya
yang dapat muncul diantranya penularan berbagai penyakit yang ditularkan
melalui cairan tubuh pasien (darah, cairan peritoneum, dll) seperti HIV/AIDS,
Hepatitis dll
h. Asepsis pasien

14
Pasien yang akan menjalani pembedahan harus diasepsiskan.
Maksudnya adalah dengan melakukan berbagai macam prosedur yang
digunakan untuk membuat medan operasi steril. Prosedur-prosedur itu antara
lain adalah kebersihan pasien, desinfeksi lapangan operasi dan tindakan
drapping (penutupan pasien dengan menggunakan peralatan alat tenun (duk)
steril dan hanya bagian yang akan di insisi saja yang dibiarkan terbuka dengan
memberikan zat desinfektan seperti povide iodine 10% dan alkohol 70%)

i.   Asepsis instrumen

Instrumen bedah yang digunakan untuk pembedahan pasien harus


benar-benar berada dalam keadaan steril. Tindakan yang dapat dilakukan
diantaranya adalah perawatan dan sterilisasi alat, mempertahankan kesterilan
alat pada saat pembedahan dengan menggunakan teknik tanpa singgung dan
menjaga agar tidak bersinggungan dengan benda-benda non steril.

4. Persiapan alat
Instrumen Bedah:
a. Clamp lurus kecil 2 buah
b. Clamp bengkok kecil 2 buah
c. Clamp bengkok sedang 2 buah
d. Allys  1 buah
e. Needle holder 2 buah
f. Towel clips 4 buah
g. Tangkai pisau No. 20 atau 22 sebanyak 1 buah
h. Gunting jaringan 1 buah
i. Gunting benang 1 buah  
j. Hak / Eyelide 2 buah
k. Nierbeken 1 buah
l. Kom betadine 1 buah
m. Desinfektan forcep 1 buah            

Alat Medis Habis Pakai:


a. Benag Cutgut
b. Benang ethilon 3/0

15
c. Benang catgut plain no. 2/0
d. Sufratulle
e. Elastic perban
f. Tranfusi set
g. Mess
h. Benang silk no. 3/0 atau 2/0 (k/p)
i. Kanul suction
j. Hipafix
k. Alkohol 70%
l. Bethadine 10%
(http://medianers.blogspot.com/2012/02/teknik-pembedahan-fibro-adenoma-mammae.html)

5. Ruang
 Pastikan ruangan dalam keadaan terang, suhu 20-24 derajat celcius
 Pastikan AC berfungsi baik

6. Persiapan Pasien
1. Pasien dilakukan Anestesi umum Jam 09.00 WIB
2. Pasien ditidurkan dengan posisi supinase
3. Memasang alat grounding pada tungkai kanan
4. Pasien di pasang monitor TD : 120/80 mmHg, Nadi : 81x/mnt, SPO2:97%.
5. Instrumentator dan operasi mencuci tangan secara steril lalu mengenakan jas operasi dan
sarung tangan

7. Prosedur Operasi
1. Desinfeksi daerah operasi dengan alkohol 70% dilanjutkan dengan betadin 10% pada daerah
mammae kiri dan sekitarnya
2. Drapping daerah operasi dengan pasang duk steril sedang menutup area operasi dilanjudkan
duk lubang besar
3. Memasang electro tip couter
4. Mendekatkan semua instrumen dan semua bahan lain yang dibutuhkan selama operasi
5. Memasang mess pada scapel
6. Menempatkan instrument sesuai urutan kebutuhan saat operasi
7. Menyerahkan pincet chirurgie dan scaple mess pada operator

16
8. Operator melakukan irisan stewart, panjang irisan 5cm pada daerah samping kiri areola
mammae kiri
9. Irisan diperdalam lapis demi lapis mulai dari kulit, subcutis, dan sampai kelihatan tumornya
10. Menghentikan perdarahan dengan di klem lalu di couter
11. Membuka luka dengan hak kulit
12. Excisi tumor dengan hati-hati
13. Memisahkan tumor dengan jaringan sekitarnya dengan gunting jaringan
14. Bila tumor sudah tampak lalu di pegang dengan Allis klem
15. Excisi pemisahan tumor sampai tumor terangkat
16. Bila tumor teragkat lalu di masukkan dalam plastik berisi larutan formalin 10% untuk
dilakukan pemeriksaan PA
17. Periksa kembali adanya perdarahan dengan kassa steril
18. Hentikan perdarahan dengan klem pean dan dicauter
19. Luka dioleskan betadin lalu dikeringkan lagi
20. Luka segera ditutup kembali dengan jahitan lapis demi lapis
21. Lapisan phasia di jahit dengan benang catgut chromic 3/0
22. Lapisan subcutis di jahit dengan benang catgut plain 2/0
23. Sehabis dijahit (disimpul) benang di potong, selanjudnya berulang sampai jahitan selesai
24. Jahitan bagian luar dilakukan subcuticular dengan catgut crom 3/0 cutting dan bagian kulit
menggunakan monocin 3/0
25. Luka sudah tertutup dan dibersihkan dengan cairan NaCL 0.9% lalu di keringkan lagi
26. Luka ditutup dengan steril strip dan kassa steril
27. Duk dibuka satu persatu
28. Luka di balut dengan hypafix 10x14 cm
29. TD : 120/80mmHg,Nadi 82x/mnt, SaO2:0.9%
30. Operasi selesai jam 09.50 WIB, mesin anesthesi di matikan
31. Pasien di pindahkan dari meja operasi ke brangcar dengan hati-hati
32. Pasien dikirim ke ruang recovery bersama dengan statusnya jam 09.55 WIB
33. Pengelolaan alat non steril dibersihkan, dirapikan dan dikembalikan pada tempatnya
34. Pengelolaan BMHP sesuai kebutuhan pasien dan dilaporkan kembali pada petugas farmasi
35. Alat instrument yang tekah digunakan didekontaminasi dengan cairan saflon dan di
kembalikan ke CSSD

17
DAFTAR PUSTAKA

Engram. Barbara, (1999), Rencana keperawatan Medical bedah. Volume 2,

Jakarta EGC

Http//www.mediasehat.com

Mansjoer, Arif dkk, (20000), kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2, jakarta

: Media Aesculapius.

NANDA, (2006), Nursing diagnoses : Definition and classificastion, NANDA,

phila Delfia

Sjamsu Hidajat,(2004), Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2,Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzzane C et al, (2001), Medical Surgical Nursing, Edition 9,

philadelfia : Lapipincott

Wilkinson, Judith M, (2006), Buku Saku Diagnosis keperawtan dengan

Intervensi NIC dan kriteria Hasil NOC, edisi 7, Jakarta : EGC

18

Anda mungkin juga menyukai