Anda di halaman 1dari 5

3B.

Perlatan dan Bekal Kesehatan


Dalam sistem Kesehatan nasional terdapat salah satu subsistem yang
mengatur tentang sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan. Subsistem
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan adalah pengelolaan berbagai upaya
yang menjamin keamanan, khasiat/ manfaat, mutu sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan. Tujuan penyelenggaraan subsistem sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan makanan adalah tersedianya sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan makanan yang terjamin aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, dan
khusus untuk obat dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Unsur-unsur subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan terdiri
dari:
a. Komoditi
1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan adalah komoditi untuk
penyelenggaraan upaya kesehatan.
2) Makanan adalah komoditi yang mempengaruhi kesehatan masyarakat.
3) Sediaan farmasi harus tersedia dalam jenis, bentuk, dosis, jumlah, dan
khasiat yang tepat.
4) Alat kesehatan harus tersedia dalam jenis, bentuk, jumlah, dan
fungsinya.
5) makanan harus tersedia dalam jenis dan manfaat.
6) Pelayanan kefarmasian
Pelayanan kefarmasian ditujukan untuk dapat menjamin penggunaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan, secara rasional, aman, dan
bermutu di semua fasilitas pelayanan kesehatan dengan mengikuti
kebijakan yang ditetapkan.

Pengawasan komprehensif yang meliputi standarisasi, evaluasi produk sebelum


beredar, sertifikasi, pengawasan produk sebelum beredar, dan pengujian produk
dengan melaksanakan regulasi yang baik (good regulatory practices), ditujukan
untuk menjamin setiap sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang beredar
memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu produk
yang ditetapkan dengan didukung oleh laboratorium pengujian yang handal.

b. Prinsip
Prinsip-prinsip subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan terdiri dari:
1) Aman, berkhasiat, bermanfaat, dan bermutu
Pemerintah menjamin keamanan, khasiat, manfaat, dan mutu sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan makanan melalui pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian secara profesional, bertanggung jawab, independen, transparan,
dan berbasis bukti ilmiah. Pelaku usaha bertanggung jawab atas keamanan,
khasiat/manfaat, dan mutu produk sesuai dengan fungsi usahanya dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2) Tersedia, merata, dan terjangkau
Obat merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak tergantikan dalam
pelayanan kesehatan, sehingga obat tidak boleh diperlakukan sebagai
komoditas ekonomi semata.
3) Rasional
Setiap pelaku pelayanan kesehatan harus selalu bertindak berdasarkan
bukti ilmiah terbaik dan prinsip tepat biaya (costeffective) serta tepat manfaat
(cost-benefit) dalam pemanfaatan obat agar memberikan hasil yang optimal.
4) Transparan dan bertanggung jawab
Masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi yang benar, lengkap,
dan tidak menyesatkan tentang sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan
dari produsen, distributor, dan pelaku pelayanan kesehatan.
5) Kemandirian

Potensi sumber daya dalam negeri, utamanya bahan baku obat dan obat
tradisional harus dikelola secara profesional, sistematis, dan berkesinambungan
sehingga memiliki daya saing tinggi dan mengurangi ketergantungan dari
sumber daya luar negeri serta menjadi sumber ekonomi masyarakat dan devisa
Negara

Upaya pengawasan untuk menjamin persyaratan keamanan, khasiat/manfaat,


mutu produk sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan merupakan tugas bersama
yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, yaitu pemerintah, pemerintah
daerah, pelaku usaha, dan masyarakat secara terpadu dan bertanggung jawab
Dalam rangka menghindarkan dampak buruk dari penggunaan alat kesehatan,
maka upaya jaminan perlindungan keamanan diberikan kepada pengguna dan
operator alat kesehatan, masyarakat, serta lingkungannya.

3C. fasilitas dan konstruksi


Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, baik promotif, preventif
kuratif maupun rehabilitatif yang di lakukakan oleh pemerintah, pemerintah daerah
dan atau masyarakat. Fasilitas Pelayanan kesehatan didirikan untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilititatif. Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yaitu:
1) tempat praktik mandiri tenaga kesehatan
2) Pusat Kesehatan Masyarakat
3) Klinik
4) Rumah Sakit
5) Apotek
6) Unit tranfusi darah
7) Laboratorium kesehatan
8) Optical
9) Fasilitas pelayanan kedokteran untuk kepentingan hokum
10) Fasilitas pelayanan kesehatan tradisional
Pemerintah daerah menentukan jumah tempat praktik mandiri tenaga
kesehatan berdasarkan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan pada
suatu wilayah. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib menyediakan paling
sedikit 1 Puskesmas pada satu Kecamatan, 1 rumah sakit paling rendah rumah
sakit klasifikasi kelas D untuk setiap Kabupaten/Kota dan paling sedikit 1 Rumah
sakit minimal kelas B untuk setiap Provinsi.
Setiap bangunan Rumah Sakit, strukturnya harus direncanakan dan
dilaksanakan agar kuat, kokoh dan stabil dalam memikul beban/kombinasi beban
serta memehuni persyaratan keselamatan, persyaratan kelayanan selama umur
layanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan rumah
sakit, lokasi, keawetan, dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya. Dalam
perencanaan struktur bangunan rumah sakit harus direncanakan secara detail
sehingga pada kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan, apabila terjadi
keruntuhan, kondisi strukturnya masih dapat memungkinkan pengguna bangunan
rumah sakit untuk menyelamatkan diri. Untuk menentukan tingkat keandalan
bangunan, harus dilakukan pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala
sesuai dengan pedoman teknis atau standar yang berlaku.

3D. Komunikasi dan elektronika


Dalam fasilitas pelayanan kesehatan seringkali kita mendengar istilah rujukan.
Rujukan merupakan pemindahan tanggung jawab perawatan pasien dari pemberi
rujukan ke penerima rujukan yang berada di atasnya. Rujukan biasanya diberikan
kepada pasien yang membutuhkan pelayanan lebih kompleks yang didukung dengan
sarana dan prasarana di fasilitas kesehatan yang lebih memadai.
Kesuksesan proses rujukan sangat ditentukan oleh komunikasi antar provider
yang terlibat. Seiring perkembangan teknologi, maka sistem rujukan kini dapat
dikembangkan menjadi sistem rujukan berbasis elektronik. Walau didukung oleh
teknologi, namun sistem rujukan elektronik tetap harus memperhatikan aspek
komunikasi sehingga teknologi yang diterapkan dapat bersinergi dengan lingkungaan
sosial pelayanan. Ada banyak keuntunga yang bisa didapatkan dari aplikasi
komunikasi dan elektronika yang dikembangkan dalam fasilitas kesehatan misalnya
specialist/ penerima rujukan bisa berkomuniksi langsung dengan pemberi rujukan
apabila terdapat keraguan dalam diagnose kasus-kasus yang bersifat urgent.

Anda mungkin juga menyukai