Anda di halaman 1dari 22

BLOK SPECIAL SENSE Makassar, 08 November 2017

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

TUGAS KELAINAN REFRAKSI

(MIOPIA, HIPERMETROPIA, ASTIGMAT)

Oleh :

Nama : Andi Fitriah Halking Nursyarkazi

Stambuk : 110 2015 0107

Fakultas Kedokteran

Universitas Muslim Indonesia

Makassar

2017
Kelainan Refraksi

Hipermetropia
Atau hiperopia, dimana pasien melihat yang jauh lebih jelas daripada melihat dekat.

Keadaan refraksi mata dimana sinar cahaya paralel yang datang terfokus dibelakang retina
dengan akomodasi sedang istirahat. Titik fokus posterior berada di belakang retina, yang
menyebabkan penerimaan gambar yang kabur.

Etiologi

Hipermetropia dapat ditinjau dari axial, curvatura, indeks bias, posisi dan ada tidaknya lensa.

1. Axial Hipermetropia

Merupakan yang paling umum. Pada kondisi ini media refraksi dalam keadaan normal, tapi
terjadi pemendekan sumbu bola mata. Setiap 1 mm pemendekan dari diameter antero-
posterior mata menghasilkan hipermetropia 3 D.

2. Curvatur Hipermetropia

Kondisi dimana kelengkungan kornea, lensa atau keduanya lebih datar daripada normal
sehingga terjadi penurunan kekuatan refraksi mata. Setiap 1 mm peningkatan dari radius
kelengkungan menghasilkan hipermetropia 6 D.

3. Indeks hipermetropia

Terjadi karena penurunan indeks bias lensa pada usia tua. Dapat juga terjadi pada penderita
diabetes yang sedang diobati.

4. Positional hipermetropia

Terjadi karena letak lensa lebih ke posterior.

5. Tidak adanya lensa

Baik karena kongenital maupun didapat (operasi pengangkatan lensa atau dislokasi
posterior) menyebabkan aphakia (suatu kondisi hipermetropia tinggi)

Tipe klinis

Ada 3 tipe klinis dari hipermetropia:

1. Simple/developmen hipermetrop. Terjadi karena hasil dari variasi biologis yang normal
dalam perkembangan bola mata. Ini termasuk hipermetropi aksial dan curvatural.
2. Patologik hipermetropia. Trejadi karena kongenital atau didapat pada kondisi dari bola
mata yang berada diluar dari perkembangan variasi biologis normal. Termasuk:

a. Indeks hipermetropia, disebabkan karena kortikal sklerosis

b. Positional hipermetropia, disebabkan karena sublokasi lensa posterior

c. Aphakia, bisa disebabkan karena bawaan atau tidak adanya lensa.

d. Hiperemetropia berturut-turut, disebabkan karena operasi miopia.

3. Fungsional hipermetropia. Terjadi kelumpuhan dari akomodasi mata seperti yang terlihat
pada pasien dengan kelumpuhan saaraf 3 dan oftalmoplegia internal.

Klasifikasi Hipermetropia terdiri dari:

a. Hipermetropia total

Kelainan refraksi yang dieteksi cycloplegia dengan atropin. Terdiri dari laten dan manifest
hipermetropia.

b, Hipermetropia laten

Jumlah hipermetropia sekitar 1 D yang biasanya diperbaiki oleh perlekatan dari otot ciliar
atau akomodasi. Derajat hipermetropia laten tinggi pada anak-anak dan secara bertahap
menurun seiring bertambahnya usia. Dapat dideteksi dengan atropin.

c. Hipermetropia manifest

Tidak dapat diperbaiki oleh perlekatan dari otot ciliar atau akomodasi. Terdiri dari 2
komponen:

- Hipermetropia fakultatif merupakan bagain yang dapat diperbaiki dengan usaha


akomodasi.

- Hipermetropia absolut tidak dapat diperbaiki dengan usaha akomodasi.

Gejala klinik

Pada pasien hipermetropia, gejalanya tergantung dari usia dan derajat dari kelainan refraksi.
Terbagi atas:

1. Asimptomatik

2. Gejala astenopia. Full koreksi karena akomodasi yang terus menerus. Gejalanya
kelelahan pada mata, nyeri kepala pada frontal atau fronto-temporal, fotofobia. Gejala
muncul saat bekerja dengan jarak dekat dan meningkat saat malam.

3. Defek penglihatan dengan gejala astenopia. Bila jumlah hipermetropia sedemikian rupa
dan tidak diperbaiki oleh upaya akomodasi, pasien akan mengeluhkan defek penglihatan
yang lebih ke penglihatan yang dekat daripada penglihatan yang jauh dan dikaitkan dengan
gejala astenopia karena usaha akomodasi yang berkelanjutan.

4. Hanya defek penglihatan. Bila jumlah hipermetropia sangat tinggi, biasanya pasien tidak
mengakomodasi (terutama orang dewasa) dan ditandai dengan adanya defek penglihatan
pada jarak dekat dan jarak jauh.

Tanda-tandanya:
1. Ukuran dari bola mata lebih kecil secara keseluruhan.

2. Kornea lebih tipis dibanding normal

3. Segmen anterior dangkal

4. Pemeriksaan fundus menunjukkan optic disc yang mengecil dan banyak pembuluh darah.

5. A Scan Ultrasonography (biometri) menunjukkan pemendekan diameter anteroposterior


bola mata.

Komplikasi

Jika hipermetropia tidak dikoreksi dalam jangka waktu yang lama, komplikasi yang muncul
bisa:

1. Recurrent styes, blepharitis atau kalazion dapat timbul, kemungkinan infeksi yang terjadi
akibat menggosok-gosok mata, yang mana sering dilakukan untuk menghilangkan kelelahan.

2. Juling convergen akomodatif dapat timbul pada anak (biasanya pada usia 2-3 tahun)
akibat pemakaian akomodasi yang berlebihan.

3. Amblyopia dapat timbul dalam beberapa kasus. Biasanya anisometropia (pada


hipermetropia unilateral), strabismus atau ametropia (terlihat pada anak-anak dengan
bilateral hipermetropia yang tinggi yang tidak dikoreksi).

4. Predisposisi sebagai penyebab glaukoma sudut sempit primer. Mata hipermetropia yang
kecil dengan segmen anterior yang dangkal. Berhubungan dengan peninggian reguler
ukuran lensa sesuai meningkatnya usia , mata jadi lebih mudah diserang oleh glaukoma
sudut sempit. Keadaan ini harus diperhatikan dalam pemberian midriatikum pada penderita
hipermetropia usia tua.

Penatalaksanaan

a. Koreksi optikal. Dengan menggunakan lensa convex/cembung (plus), agar cahaya yang
masuk jatuh fokus tepat di retina.

Cara pemberian lensa convex:

- Kacamata harus nyaman, aman, simple dalam meperbaiki hipermetropia.

- Contact lens diindikasikan pada hipermetropia unilateral (anisometropia). Untuk


alasan kosmetik, contact lens harus dalam keadaan stabil dan harus diganti berkali-
kali.

b. Operasi

- Holmium laser thermoplasty untuk hipermetropia derajat rendah.

- Hiperopic PRK menggunakan excmer laser. Efek regresi dan penyembuhan epitel yang
lama adalah masalah utama yang dihadapi.
- Hiperopic LASIK efektif dalam mengoreksi hipermetropia sampai 4 D

- Conduktive keratoplasty (CK) adalah prosedur non ablatif dan non insisi dimana
menggunakan energi gelombang radio melalui ujung halus yang dimasukkan ke stroma
kornea perifer dalam pola cincin untuk menyusutkan kolagen kornea. Efektif untuk
memperbaiki hiperopia diatas 3 D.

Miopia

Atau rabun dekat adalah kelainan refraksi dimana cahaya yang masuk terfokus didepan
retina saat akomodasi beristirahat.

Etiologi

1. Miopia aksial diakibatkan oleh kenaikan panjang antero posterior bola mata.

2. Miopia curvatural terjadi karena kelengkungan yang meningkat pada kornea, lensa atau
keduanya.

3. Positional miopia disebabkan karena penempatan lensa lebih ke anterior.

4. Indeka miopia terjadi karena peningkatan indeks bias lensa yang terkait dengan nuclear
sklerosis.

5. Miopia karena akomodasi berlebihan terjadi pada pasien dengan kejang akomodasi

Tipe klinik

1. Kongenital miopia

Ada sejak lahir biasanya didiagnosis pada usia 2-3 tahun. Sebagian besar kelainannya
unilateral dan bermanifestasi sebagai anisometropia. Bisa terjadi bilateral, namun jarang.
Biasanya kelainannya 8-10 yang sebagian besar tetap konstan. Anak dapat berkembang jadi
strabismus convergen agar lebih baik melijhat dengan jelas pada titik yang jauh Miopia
kongenital terkadang diaitkan dengan anomali kongenital seperti katarak, mikrofthalmus,
aniridia, megalokornea dan pemisahan retina bawaan. .

2. Simple miopia

Merupakan jenis yang paling umum. Hal ini dianggap sebagai kesalahan fisiologis yang tidak
terkait dengan penyakit mata. Prevalensinya meningkat dari 2% pada usia 5 tahun menjadi
14% pada usia 15 tahun. Karena kenaikan paling tajam terjadi di sekolah antara usia 8-12
tahun jadi biasa disebut miopia sekolah.

Etiologi

Beberapa faktor yang terkait:

- Tipe aksial. Karena variasi fisiologis pada bola mata atau terkait dengan pertumbuhan
neurologis dewasa sebelum waktunya.
- Tipe curvatural. Dialami karena perkembangan bola mata.

- Peran diet di masa kanak-kanak juga telah dilaporkan namun belum ada hasil yang pasti.

- Peran genetik banyak terjadi pada anak dengan kedua orang tua miopia (20%)
dibandingkan anak dengan satu orang tua miopia (10%) dan anak tanpa orangtua miopia
(5%).

- Teori kerja dekat yang berlebihan di masa kecil juga dikemukakan, namun tidak terlalu
penting. Sebenarnya tidak ada kebenaran tentang miopia diperparah dengan kerja dekat,
menonton tv dan tidak menggunakan kacamata.

Gejala klinik

a. Tidak jelas saat melihat jauh adalah gejala utama.

b. Gejala astenopia dapat terjadi pada miopia derajat rendah.

c. Menutup mata separuh/menyipitkan mata mungkin dikeluhkan dari orangtua anak. Anak
melakukannya untuk mencapai penglihatan yang jelas.

Tanda-tandanya

- Bola mata menonjol. Pada mata miopia biasanya menonjol dan besar

- Segmen anterior agak dalam.

- Pupil agak besar dan lambat bereaksi.

- Fundus normal

- Besaran kelainan refraksi. Simple miopia biasanya terjadi pada usia 5-10 tahun dan terus
meningkat sampai sekitar 18-20 tahun dengan laju sekitar -0.5 - 0.30 setiap tahun.

Diagnosis ditegakkan dengan melakukan retinoscopy.

3. Miopia patologik

Kelainan progresif yang cepat dimulai pada masa kanak pada usia 5-10 tahun dan terjadi
miopia tinggi selama masa dewasa awal yang biasanya dikaitkan dengan perubahan
degeneratif pada mata.

Etiologi

1. Genetik

2. Proses pertumbuhan

Gejala klinik

a. Defek penglihatan. Biasanya penglihatan berkurang

b. Muscae volitantes. Misalnya tampakan hitam pada penglihatan. Ini terjadi karena cairan
viterous mengalami degenerasi.
c. Buta malam. Dapat dikeluhkan pada miopia yang tinggi yang ditandai dengan perubahan
degeneratif.

Tanda-tandanya

- Bola mata menonjol. Tampak memanjang, tampak seperti


exopthalmus, terutama pada kasus unilateral. Perpanjangan bola mata
terutama mempengaruhi daerah posterior

- Kornea membesar

- Segmen anterior dalam

- Pupil membesar dan lambat terhadap reaksi cahaya

- Pemeriksaan fundus:

> Optic disc membesar dan pucat pada tepi, ada sabit peripapillary yang
mengelilingi dimana koroid dan retina terganggu dari optic disc.

> Perubahan degeneratif pada retina dan koroid umum pada miopia progresif.
Ditandai dengan bercak atrofi putih di makula dengan sedikit penumpukan pigmen
disekitarnya. Foster-Fuchs spot muncul di makula

> Stafiloma posterior karena ekstasia skleera.

> Perubahan degeneratif pada badan vitreous, termasuk cairannya, kekeruhan dan
detachment posterior vitreous (PVD) yang muncul sebagai refleks Weiss.

- Lapang pandang terlihat kontraksi dan ring scotoma dapat terlihat.

- ERG abnormal karena atrofi koroiretinal.

Komplikasi

1. Retinal detachment

2. Komplikasi katarak

3. Vitreous hemoragik

4. Koroid hemoragik

5. Strabismus convergen

Penatalaksanaan

1. Koreksi optik dengan menggunakan lensa concave (cekung), agar bayangan jatuh tepat
diretina.
Penggunaan lensa cekung bisa dengan kacamata dan contact lens. Kelebihan dan
kekurangan sama dengan yang dijelaskan pada hipermetropia. Contact lens diutamakan
pada kasus miopia tinggi untuk menghindari distorsi perifer dan pengecoran yang dihasilkan
oleh lensa kacamata cekung yang kuat.

2. Operasi

3. Tindakan umum seperti diet seimbang yang kaya akan vitamin dan protein.

4. Low vision aids (LVA) diindikasikan pada pasien miopia progresif dengan perubahan
degeneratif lanjut, dimana penglihatan tidak dapat diperoleh dengan menggunakan kacamta
dan contact lens.

5. Profilaksis (konseling genetik). Sebagai miopia patologis memiliki basis genetik yang kuat,
transfer herediter penyakit dapat dikurangi dengan memberikan saran kepada pasangan
dengan miopia progresif.

Astigmat

Suatu kelainan refraksi dimana pembiasan bervariasi. Akibatnya, sinar cahaya yang masuk
dmata tidak dapat menyatu ke titik fokus tapi membentuk garis fokus. Secara umum, ada 2
jenis astigmat: regular dan irregular.

1. Regular astigmat

Terjadi ketika kekuatan bias berubah dari meridian satu ke yang lain.

Etiologi

a. Silindris kornea adalah hasil kelainan kelengkungan kornea. Merupakan penyebab paling
umum.

b. Silindris lenticular, jarang terjadi. Bisa karena:

- Curvatural karena kelainan kelengkungan lensa seperti pada lenticonus.

- Posisi penempatan lensa miring atau terjadi sublukasi

- Indeks biasnya di lensa pada meridian yang berbeda.

c. Silindris retina akibat penempatan yang salah dari makula.

Klasifikasi

Berdasarkan axis dan sudut antara 2 meridian utama, astigmat/silindris dibagi menjadi
beberapa tipe:

1. With-the-rule astigmat. Dalam tipe ini dua meridian utama ditempatkan pada sudut kanan
ke yang lain tetapi meridian vertikal lebih melengkung daripada horizontal dan dikoreksi
dengan silinder cekung 180 ° ± 20 ° atau lensa cembung pada 90 ° ± 20 °. Disebut with the
rule, karena kondisi astigmat yang serupa ada secara normal (garis meridian vertikal
biasanya menghasilkan 0,44 D lebih cembung daripada garis meridian horizontal oleh
tekanan kelompak mata)

2. Against-the-rule astigmat. Mengacu pada kondisi dimana meridian horizontal lebih


melengkung daripada garis meridian vertikal. Dapat dikoreksi dengan lensa silindris cembung
pada 180 ° ± 20 ° atau lensa silinder cekung pada sumbu 90 ° ± 20 °.

3. Oblique astigmat adalah tipe dari astigmat regular dimana kedua meridian utama tidak
horizontal dan vertikal meskipun berada pada sudut siku satu sama lain (misalnya, 45 ° dan
135 °). Silindris miring sering ditemukan simetris (misalnya, lensa silinder yang dibutuhkan
pada 30 ° di kedua mata) atau pelengkap (mis., Lensa silinder yang dibutuhkan pada 30 °
dalam satu mata dan pada 150 ° di mata lainnya).

4. Bioblique astigmst. Pada kondisi ini biasanya kedua meridian uatama tidak berada pada
sudut searah satu sama lain misalnya yang satu 30 ° dan yang lainnya 100 °.

Tipe refraktif astigmat regular

Berdasarkan pada posisi dua garis fokus dalam kaitannya dengan retina, dikelompokkan jadi
3 jenis:

1. Simple astigmat, dimana sinar difokuskan pada retina dalam satu meridian dan yang
meridian lainnya didepan atau dibelakang retina.

2. Compound astigmat, dimana sinar cahaya dikedua meridia terfokus baik didepan atau
dibelakang retina dan dinamakan compound miopia atau compound hipermetropia

3. Mixed astigmat, pada kondisi dimana sinar cahaya salam satu meridian difokuskan
didepan dan meridian lain dibelakang retina. Jadi dalam satu mata meridian adalah
hipermetrop dan mata meridian yang lain miopia. Pasien tersebut memiliki gejala yang relatif
kurang sebagai “lingkaran difusi paling rendah” yang terbentuk di retina.

Gejala klinik

- Defek penglihatan

- Penglihatan kabur/buram

- Tergantung pada jenis dan tingkat astigmat; objek mungkin tampak proposional memanjang

- Gejala astenopia, yang ditandai dengan nyeri mata, nyeri kepala, mata cepat lelah, dan
kadang mual serta kantuk.

Tanda-tandanya

a. Kekuatan yang berbeda pada dua meridia yang didaptkan saat retinoscopy atau
autorefractometry.

b. Optic disk bentuk lonjong atau miring yang terlihat pada ophtalmoskopi pada pasien
dengan derajat tinggi astigmat

c. Memiringkan kepala biasanya adalah upaya pasien untuk memfokuskan agar lebih dekat
ke meridian horizontal atau vertikal.

d. Menyipitkan mata. Seperti pada miopia, dilakukan untuk mendapatkan efek pinhole atau
stenopaic slite.

Penatalaksanaan

1. Koreksi optik. Dengan menggunakan lensa silindris, ditemukan setelah pembiasan yang
akurat. Bisa dengan kacamata koreksi penuh daya silindris, dan contact lens yang kaku,
sementara contact lens yang lembut hanya bisa mengkoreksi sedikit astigmat.

2. Operasi untuk koreksi astigmat cukup efektif.

2. Irregular astigmat

Adanya perubahan kekuatan refraktif yang tidak beraturan pada meridia yang berbeda. Ada
beberapa meridian yang tidak menganalisa geometri.

Etiologi

1. Curvatural irregular astigmat ditemukan pada pasien dengan bekas atau scar pada kornea
atau pada keratoconus.

2. Indeks irregular astigmat karena variabel indeks bias yang berbeda pada lensa saat
maturasi katarak.
Gejala klinik

- Defek penglihatan

- Distorsi objek

- Polyopia

Pemeriksaan yang digunakan bisa dengan

1. Placido’s disc test

2. Photokerotoscopy

3. Topografi kornea

Penatalaksanaan

1. Koreksi optik. Dengan contact lens, menggantikan permukaan anterior kornea untuk
pembiasan.

2. Phototherapeutic keatectomy (PTK) yang dilakukan dengan laser excimer dapat


membantu pasien dengan bekas luka kornea superficial pada astigmat irregular

3. Operasi diindikasi pada corneal scarring (bila penglihatan tidak meningkat dengan contact
lens)

Khurana A. Comprehensive Ophthalmology 4th Ed.: New AgeInternational; 2007.

Anda mungkin juga menyukai