Anda di halaman 1dari 22

Pengaruh Polusi Udara terhadap Kadar Hemoglobin pada Tukang Becak di Wilayah

Perintis Kota Makassar Tahun 2017

Karya Tulis Ilmiah


Oleh :
SYIFA SALSABILA
11020150149

Pembimbing :
dr. Sri Julyani, M.Kes, Sp.PK
dr. Enny Arlini Wello

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan aktivitas ekonomi dan urbanisasi yang cukup tinggi diperkotaan berpotensi
besar dalam meningkatkan penggunaan konsumsi energi, seperti pada kebutuhan bahan bakar
guna pembangkit tenaga listrik, pengerjaan bahan-bahan industri, dan transportasi. Seiring
dengan terus meningkatnya populasi manusia dan bertambah banyaknya kebutuhan manusia,
mengakibatkan semakin tinggi pula potensi terjadinya masalah-masalah pencemaran lingkungan.
Semakin bertambahnya kebutuhan manusia diikuti dengan pembangunan-pembangunan sebagai
upaya untuk menyediakan sarana dan prasarana pendukung kesejahteraan manusia. Salah satu di
antaranya adalah pertambahan sarana transportasi kendaraan.
Pada dasarnya, secara alamiah, alam memiliki kemampuan untuk mendaur ulang
berbagai jenis limbah yang dihasilkan oleh makhluk hidup, namun bila konsentrasi limbah yang
dhasilkan sudah tidak sebanding lagi dengan laju proses daur ulang maka akan terjadi
pencemaran. Pencemaran lingkungan yang paling mempengaruhi keadaan iklim dunia adalah
pencemaran udara. Polusi udara perkotaan yang berdampak pada kesehatan manusia dan
lingkungan telah dikenal secara luas selama kurang lebih 50 tahun terakhir (Azmi et al., Gurjar et
al., 2008; Ozden et al., 2008).
Kota Makassar sebagai pusat pengembangan kawasan strategis di kawasan timur
Indonesia, cenderung mengalami pertumbuhan yang pesat di berbagai bidang termasuk sektor
transportasi sebagai penunjang aktivitas masyarakat yang sangat penting dirasakan saat ini.
Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan jumlah penduduk memberi dampak pertumbuhan sektor
transportasi yang meningkat sangat cepat.
Menurut Dinas Perhubungan Kota Makassar, setiap tahunnya jumlah angka kendaraan di
Makassar mengalami peningkatan sekitar 2-5%. Hingga Januari 2014 total jumlah kendaraan
bermotor roda dua dan roda empat berkisar antara 8 ribu hingga 10 ribu unit dimana dari segi
presentasi jumlah kendaraan pribadi mencapai 70% sedangkan kendaraan umum 30% (Dinas
Perhubungan, 2014) Tingginya jumlah kendaraan di suatu wilayah akan mengakibatkan
tingginya pencemaran udara di daerah terutama gas carbon monoksida (CO). Hasil penelitian
Hermanto (2006), rata-rata pengukuran CO dijalan Perintis Kemerdakaan pada siang dan sore
hari mencapai 6.860-8870 μg/Nm3. Hasil penelitian Ade Muhlisa, 2015 di 5 ruas jalan utama
Kota Makassar disemua titik menunjukkan kualitas udara CO Polutan carbon Monoksida (CO)
rata-rata dari titik 1 yaitu 50,06 μg/Nm3, titik 2 yaitu 35,29 μg/Nm3, titik 3 yaitu 64,72 μg/Nm3,
titik 4 yaitu 26,45 μg/Nm3, dan titik 5 yaitu 43,35 μg/Nm3. Hasil polutan CO bervariasi dan
berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) terdapat beberapa kategori yang tidak
sehat.
Dari studi-studi literature digambarkan bahwa secara global sector transportasi sebagai
tulang punggung aktivitas manusia mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi pencemaran
udara, 44% TSP (total suspended particulate), 89 % hidrokarbon, 100 % Pb, dan 73 % NOx-.
Pencemaran udara ini menimbulkan berbagai dampak negative bagi kehidupan di muka bumi.
Pada tingkat konsentrasi tertentu zat-zat pencemar udara dapat berakibat langsung terhadap
kesehatan manusia, baik secara mendadak atau akut, menahun atau kronis dan dengan gejala-
gejala yang samar. Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran udara dengan
sendirinya mempengaruhi daya kerja seseorang, yang berakibat turunnya nilai produktivitas serta
mengakibatkan kerugian ekonomis pada jangka panjang dan timbulnya permasalah social
ekonomi keluarga dan masyarakat.
Dampak buruk polusi udara bagi kehidupan manusia tidak dapat dibantah lagi, baik
polusi udara yang terjadi di alam bebas (polusi yang terjadi di dalam ataupun di luar ruangan),
polusi yang terjadi di luar ruangan yang terjadi karena bahan pencemar yang berasal dari
industry, transportasi, sementara polusi yang terjadi di dalam ruangan dapat berasal dari asap
rokok, dan gangguan sirkulasi udara. Pertambahan sarana transportasi juga dapat menurunkan
kualitas lingkungan, salah satunya terjadi karena adanya emisi gas buang dari kendaraan
berbahan bakar. Pencemaran atau polusi udara akibat buangan dikeluarkan dari knalpot
kendaraan bermotor sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Asap kendaraan bermotor
mengandung zat-zat kimia yang dapat mengganggu keseimbangan metabolism dalam tubuh
manusia, antara lain karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), dan timbel (Pb).
Polusi udara dapat mempengaruhi sistem sirkulasi pada manusia. Sel-sel darah merah
mengandung hemoglobin yang memiliki afinitas terhadap oksigen dan dengan oksigen itu
membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Hemoglobin dapat mengikat empat
molekul O2 per tetramer, satu per heme. Satu molekul O2 akan lebih mudah mengikat tetramer
hemoglobin jika molekul O2 lainnya sudah terikat. Fenomena ini yang disebut cooperative
binding, memungkinkan hemoglobin memaksimalkan baik jumlah O2 yang ditampung pada
PO2 paru maupun jumlah O2 yang dibebaskan di PO2 jaringan perifer. Interaksi kooperatif,
suatu sifat eksklusif protein multimerik, sangat penting bagi kehidupan aerob. Kekurangan
hemoglobin menyebabkan terjadinya anemia.
Namun, dengan tidak mengurangi faktor lain yang mendasari dan bertolak belakang dari
pemikiran yang telah diuraikan diatas, maka alasan untuk meneliti masalah ini adalah belum
diketahuinya hubungan antara polusi udara dengan kadar hemoglobin seseorang. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai pengaruh paparan polusi udara terhadap
kadar hemoglobin seseorang.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah :
1. Apakah factor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin seseorang ?
2. Apakah polusi udara dapat mempengaruhi kadar hemoglobin seseorang ?
3. Apakah kandungan zat kimia pada polutan yang bisa mempengaruhi kadar hemoglobin?

1.3. Pertanyaan Penelitian


Apakah ada hubungan antara paparan polusi udara terhadap penurunan kadar hemoglobin?

1.4. Tujuan Penelitian


a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh polusi udara terhadap kadar hemoglobin pada tukang becak
di wilayah Perintis Kota Makassar.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi kadar hemoglobin tukang becak di wilayah Perintis Kota
Makassar.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin.
3. Untuk mengetahui kandungan zat kimia pada polutan yang bisa mempengaruhi kadar
hemoglobin seseorang.
4. Untuk menilai hubungan antara polusi udara dengan kadar hemoglobin tukang becak di
wilayah Perintis Kota Makassar.

1.5. Manfaat Penelitian


1. Bagi Penulis
Memperluas wawasan, pengetahuan peneliti tentang kesehatan, dan pengembangan diri
melalui kesehatan, khususnya dalam bidang penelitian, serta untuk menjaga kesehatan
diri sendiri dari pengaruh polusi udara.
2. Bagi Institusi
Sebagai bahan evaluasi untuk Dinas Kesehatan setempat, serta informasi ilmiah dan
masukan bagi peneliti selanjutnya.
3. Bagi Lingkungan
Dapat memberikan kontribusi dalam hal perbaikan lingkungan khususnya dalam hal
polusi udara.
4. Bagi Masyarakat
Mengetahui dampak polusi udara yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin seseorang
yang dapat mengganggu kesehatan manusia.

1.6 Hipotesa
Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara polusi udara terhadap kadar hemoglobin
tukang becak di wilayah Perintis Kota Makassar.
H0 : tidak ada pengaruh signifikan antara polusi udara terhadap kadar hemoglobin tukang
becak di wilayah Perintis Kota Makassar. P>0,05 (tidak ada pengaruh)
H1 : ada pengaruh signifikan antara polusi udara terhadap kadar hemoglobin tukang becak di
wilayah Perintis Kota Makassar. (H0 ditolak)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Polusi Udara
2.1.1 Pengertian
Polusi adalah proses masuknya polutan ke dalam suatu lingkungan sehingga dapat
menurunkan kualitas lingkungan tersebut. Yang dikatakan sebagai polutan adalah suatu zat
atau bahan yang kadarnya melebihi ambang batas serta berada pada waktu dan tempat yang
tidak tepat, sehingga merupakan bahan pencemar lingkungan, misalnya: bahan kimia, debu,
panas dan suara. Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak property.
Definisi lain dari pencemaran udara adalah peristiwa pemasukan dan penambahan
senyawa, bahan, atau energy ke dalam lingkungan alam dan manusia sehingga
temperature dan karakteristik udara tidak sesuai lagi untuk tujuan pernapasan yang paling
baik. Atau dengan singkat dikatakan bahwa nilai lingkungan udara tersebut telah
menurun (Hutagalung, 2008).
2.1.2 Jenis-Jenis Pencemaran Udara
Ada beberapa jenis pencemaran udara, yaitu (Sunu, 2001):
1. Berdasarkan bentuk
a. Gas, adalah uap yang dihasilkan dari zat padat atau zat cair karena dipanaskan atau
menguap sendiri. Contohnya: CO2, CO, SOx, NOx.
b. Partikel, adalah suatu bentuk pencemaran udara yang berasal dari zarah-zarah kecil
yang terdispersi ke udara, baik berupa padatan, cairan, maupun padatan dan cairan
secara bersama-sama. Contohnya: debu, asap, kabut, dan lain-lain.
2. Berdasarkan tempat
a. Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) yang disebut juga udara tidak
bebas seperti di rumah, pabrik, bioskop, sekolah, rumah sakit, dan bangunan lainnya.
Biasanya zat pencemarnya adalah asap rokok, asap yang terjadi di dapur tradisional
ketika memasak, dan lain-lain.
b. Pencemaran udara luar ruang (outdoor air pollution) yang disebut juga udara bebas
seperti asap asap dari industri maupun kendaraan bermotor.
3. Berdasarkan gangguan atau efeknya terhadap kesehatan
a. Irritansia, adalah zat pencemar yang dapat menimbulkan iritasi jaringan tubuh, seperti
SO2, ozon, dan Nitrogen Oksida.
b. Aspeksia, adalah keadaan dimana darah kekurangan oksigen dan tidak mampu melepas
Karbon Dioksida. Gas penyebab tersebut seperti CO, H 2S, NH3, dan CH4.
c. Anestesia, adalah zat yang mempunyai efek membius dan biasanya merupakan
pencemaran udara dalam ruang. Contohnya; Formaldehide dan Alkohol.
d. Toksis, adalah zat pencemar yang menyebabkan keracunan. Zat penyebabnya seperti
Timbal, Cadmium, Fluor, dan Insektisida.
4. Berdasarkan susunan kimia
a. Anorganik, adalah zat pencemar yang tidak mengandung karbon seperti asbestos,
ammonia, asam sulfat, dan lain-lain.
b. Organik, adalah zat pencemar yang mengandung karbon seperti pestisida, herbisida,
beberapa jenis alkohol, dan lain-lain.
5. Berdasarkan asalnya
a. Primer, adalah suatu bahan kimia yang ditambahkan langsung ke udara yang
menyebabkan konsentrasinya meningkat dan membahayakan. Contohnya: CO 2, yang
meningkat diatas konsentrasi normal.
b. Skunder, adalah senyawa kimia berbahaya yang timbul dari hasil reaksi anatara zat
polutan primer dengan komponen alamiah. Contohnya: Peroxy Acetil Nitrat (PAN).

2.1.3 Penyebab Pencemaran Udara


Menurut Sunu (2001), secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu:
a. Karena faktor internal (secara alamiah) yaitu:
1) Debu yang beterbangan akibat tiupan angin.
2) Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi beserta gas-gas vulkanik.
3) Proses pembusukan sampah organik.

b. Karena faktor eksternal (akibat ulah manusia) yaitu:


1) Hasil pembakaran bahan bakar fosil.
2) Debu/serbuk dari kegiatan industri.
3) Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.
Asal pencemar udara dapat diterangkan dengan 3 (tiga) proses yaitu atrisi ( attrition)
penguapan (vaporization) dan pembakaran (combustion), dari ketiga proses tersebut
pembakaran merupakan proses yang sangat dominan dalam kemampuannya menimbulkan
bahan polutan (Corman dan Masters dalam Mukono, 2008).

2.1.4 Kandungan Kimia Polusi Udara


1. Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida merupakan pencemaran udara yang paling besar dan umum
dijumpai. Sebagian besar CO terbentuk akibat proses pembakaran bahan-bahan yang
digunakan sebagai bahan bakar. Karbon monoksida pada udara ruang biasanya
berasal dari peralatan-peralatan yang digunakan dan mudah terbakar.
2. Karbon dioksida (CO2)
Konsentrasi karbon dioksida dalam atmosfer yang tidak tercemar sekitar 0,03%.
Tetapi 5% udara yang kita keluarkan adalah karbon dioksida, sehingga bila kita
berada dalam ruangan yang ventilasinya kurang baik, menyebabkan kenaikan CO2
dalam ruang.
3. NOx
Nitrogen oksida merupakan pencemar. Sekitar 10% pencemar udara setiap tahun
adalah nitrogen oksida. NO yang ada di udara belum lama diketahui, kemungkinan
sumbernya berasal dari pembakaran pada suhu tinggi. Mula-mula terbentuk NO
tetapi zat ini akan mengalami oksidasi lebih lanjut oleh oksigen atau ozon, dan
menghasilkan NO2. Nitrogen oksida yang terdapat dalam udara ambient dapat masuk
kedalam ruang yang akan mempengaruhi kualitas udara dalam ruang.
4. Sulfur dioksida (SO2)
Gas yang berbau tajam, tidak berwarna dan tidak bersifat korosi. Dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur terutama batubara. Batubara ini
biasanya digunakan sebagai bahan bakar pabrik dan pembangkit tenaga listrik.
5. Timbal (Pb)
Timbal (Pb) merupakan gas buang yang dapat membahayakan kesehatan bersifat
akut dan kronik, gangguan bersifat akut seperti mual, muntah, sakit perut dan
lainnya. Sedangkan gangguan bersifat kronik seperti depresi, sakit kepala, dan sulit
tidur. Sumber Pb dalam ruang biasanya berasal dari debu cat.
6. Volatile Organik Compound
Senyawa organic yang volatile menurut World Healt Organization (WHO) adalah
sebagai senyawa organic dengan titik uap didalam rentang 50-260° C. Senyawa-
senyawa ini berbau tajam yang dilepaskan dari perabot-perabot bahan rumah tangga.
Sumber-sumber dari senyawa organic itu anatara lain cat, pernis dan pelarut,
pembersih, kosmetik dan produk-produk lainnya.
7. Formadehide
Formadehide adalah gas yang tidak berwarna dengan bau yang menyengat. Banyak
sekali bahan yang ada dalam ruangan dapat mengemisikan gas formadehide
termasuk bahan yang diisolasi, flafon, kayu lapis, furniture kantor, lem karpet,
bermacam-macam plastic, serat sintetis dalam karpet, pestisida, cat dan kertas.
Tingkat emisi formadehide naik dengan kenaikan suhu.
8. Particulate
Polutan udara yang paling jelas terlihat dan paling berbahaya. Dihasilkan dari cerobong
pabrik berupa asap hitam tebal. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka partikel
meliputi berbagai macam bentuk yang dapat berupa keadaan-keadaan berikut ini
(Wardhana, 2004) :
a. Aerosol adalah istilah umum yang menyataka adanya partikel yang terhambur dan
melayang di udara
b. Fog atau kabut adalah aerosol yang berupa butiran – butiran air yang berada di
udara
c. Smoke atau asap adalah aerosol yang berupa campuran antara butir padatan dan
cairan yang terhambur melayang di udara
d. Dust atau debu adalah aerosol yang berupa butiran padat yang terhambur dan
melayang di udara karena adanya hembusan angin
e. Mist artinya mirip dengan kabut. Penyebabnya adalah butiran – butiran zat cair
yang terhambur dan melayang di udara
f. Fume artinya mirip dengn asap hanya saja penyebabnya adalah aerosol yang
berasal dari kondensasi uap panas (khususnya uap logam)
g. Plume adalah asap yang keluar dari cerobong asap suatu industri (pabrik)
h. Haze adalah setiap bentuk aerosol yang menganggu pandangan di udara
9. Chlorofluorocarbon (CFC)
Gas yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon yang ada di atmosfer bumi.
Dihasilkan dari berbagai alat rumah tangga seperti kulkas, AC, alat pemadam
kebakaran, pelarut, pestisida, alat penyemprot (aerosol) pada parfum dan hair spray.
10. Hidrokarbon (HC)
Uap bensin yang tidak terbakar. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang tidak
sempurna.

2.1.5 Cara Masuknya Bahan Pencemar kedalam Tubuh Manusia


Ada tiga cara masuknya bahan pencemar udara ke dalam tubuh manusia, yaitu
melalui inhalasi, ingestasi, dan penetrasi kulit. Inhalasi adalah masuknya bahan pencemar
udara ke tubuh manusia melalui system pernapasan, seperti terlihat pada gambar 1. Bahan
pencemar ini dapat mengakibatkan gangguan pada paru-paru dan saluran pernapasan,
selain itu bahan pencemar ini kemudian masuk dalam peredaran darah dan menimbulkan
akibat pada alat tubuh lain.
Bahan pencemar udara yang berdiameter cukup besar tidak jarang masuk ke
saluran pencernaan (ingestasi) ketika makan atau minum, seperti juga halnya paru-paru,
maka bahan pencemar yang masuk ke dalam pencernaan dapat menimbulkan efek local
dan dapat pula menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Permukaan kulit
dapat juga menjdai pintu masuk bahan pencemar dari udara, sebagian besar pencemar
hanya menimbulkan akibat buruk pada bagian permukaan kulit seperti dermatitis dan
alergi saja, tetapi sebagian lain khususnya pencemar organic dapat melakukan penetrasi
kulit dan menimbulkan efek sistemik.
Akibat-akibat yang timbul pada tubuh manusia karena bahan pencemar udara
dipengaruhi oleh beberapa factor seperti jenis bahan pencemar, toksisitasnya, dan ukuran
partikelnya. Bahan oksidan seperti ozon dan PAN (Peroxyacetylnitrate) dapat mengiritasi
mukosa saluran pernapasan, yang berakibat pada peningkatan insiden penyakit saluran
pernapasan kronik yang spesifik (CNSRD = “Chronic non Spesific Respiratory
Disease”), seperti asma dan bronchitis. Beberapa bahan organic berupa partikel debu
dapat menyebabkan pneumoconiosis, bahan biologis seperti virus, bakteri, dan jamur
dapat menimbulkan infeksi dan reaksi alergi. Bahan pencemar lain seperti oksida
nitrogen (NOx) dan sulfur dioksida (SO2) juga dapat mengakibatkan CNSRD. Beberapa
bahan pencemar yang masuk dari paru-paru dapat masuk ke sirkulasi darah seperti halnya
gas CO yang bersifat neurotoksik (racun saraf) dan “benzene” yang merupakan bahan
karsinogen.
Secara umum ada tiga factor utama yang berpengaruh dalam proses inhalasi
bahan pencemar ke dalam paru-paru, yaitu komponen fisik, komponen kimiawi dan
faktor penjamu (Host). Aspek komponen fisik adalah keadaan dari bahan yang diinhalasi
itu sendiri, apakah berupa gas, debu, uap, dan lain-lain. Ukuran dan bentuk partikel juga
berpengaruh dalam proses penimbunan pencemaran di paru-paru, demikian juga dengan
kelarutan dan nilai higroskopisitasnya. Komponen-komponen kimia dari bahan yang
diinhalasi dapat dalam saluran pernapasan dapat bereaksi langsung dengan jaringan
sekitarnya. Keasaman atau tingkat alkalisitas yang tinggi dapat merusak silia dan system
enzim. Bahan-bahan fibrosis yang luas di paru-paru, sementara bahan pencemar lain
dapat bersifat sebagai antigen dan menimbulkan antibodi dalam tubuh.

2.1.6 Dampak bagi Kesehatan


Pada tingkat konsentrasi tertentu zat-zat pencemar udara dapat berakibat langsung
terhadap kesehatan manusia, baik secara mendadak atau akut, menahun atau kronis/sub-
klinis dan dengan gejala-gejala yang samar. Dimulai dari iritasi saluran pernapasan,
iritasi mata, dan alergi kulit sampai pada timbulnya tumbuhan atau kanker paru.
Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran udara dengan sendirinya
mempengaruhi daya kerja seseorang, yang berakibat turunnya nilai produktivitas serta
mengakibatkan kerugian ekonomis pada jangka panjang dan timbulnya permasalahan
sosial ekonomi keluarga dan masyarakat.
Dampak buruk polusi udara bagi kesehatan manusia tidak dapat dibantah lagi,
baik polusi udara yang terjadi di alam bebas (Outdoor air pollution) ataupun yang terjadi
di dalam ruangan (Indoor air pollution), polusi yang terjadi di luar ruangan terjadi karena
bahan pencemar yang berasal dari industry, transportasi, sementara polusi yang terjadi di
dalam ruangan dapat berasal dari asap rokok, dan gangguan sirkulasi udara.
2.2 Kadar Hemoglobin
2.2.1 Pengertian
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memilki afinitas (daya
gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam
sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru paru ke
jaringan-jaringan.(Pearce, 2009). Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik
dalam butiran-butiran darah merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah
kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen”.
Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar
hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan
batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin.(Ronardy, 2002.,
Pearce, 2009).

2.2.2 Fungsi Hemoglobin


Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan
tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk
dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen : menerima,
menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80%
besi tubuh berada di dalam hemoglobin (Sunita, 2001).
Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain :
1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbon dioksida di dalam jaringan-jaringan
tubuh.
2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan
tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3. Membawa karbon dioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolism
ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan
darah atau tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin.
Penurunan kadar hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah yang disebut
anemia (Widayanti, 2008)
Untuk mengetahui apakah seseorang kekurangan darah atau tidak adapat
diketahui dengan pengukuran kadar Hb. Penurunan kadar Hb dari normal berarti
kekurangan darah. Kekurangan darah berarti anemia. Selain kekurangan Hb juga
disertai eritrosit yang berkurang serta nilai hematokrit dibawah normal. (Sodikin,
2005)
2.2.3 Batas Kadar Hemoglobin
WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan
jenis kelamin sebagai berikut :
Kelompok Umur Hemoglobin (gr/dl)
Anak-anak 6 bulan-59 bulan 11,0
5 tahun-11 tahun 11,5
12 tahun-14 tahun 12,0
Dewasa Wanita > 15 tahun 12,0
Wanita hamil 11,0
Laki-laki > 15 tahun 13,0
Sumber : WHO dalam Masrizal 2007

Data tabel kadar hemoglobin normal menurut Departemen Kesehatan Republik


Indonesia
Kelompok Umur Hb (gr/100ml)
Anak 1. 6 bulan-6 tahun 11
2. 6 tahun-14 tahun 12
Dewasa 1. Laki-laki 13
2. Wanita 12
3. Wanita hamil 11
Sumber : Depkes RI, 1999 (Zarianis, 2006)
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin
Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin yaitu :
1. Umur
Semakuin tua umur seseorang, maka semakin berkurang kadar Hb-nya
2. Jenis kelamin
Pada umumnya, pria memiliki kadar Hb yang lebih tinggi dibandingkan kadar Hb
pada wanita. Hal ini juga bersangkut paut terhadap kandungan hormon pada pria
maupun wanita. Kadar Hb wanita lebih rendah karena faktor aktifasinya yang lebih
sedikit dibanding aktivitas pada pria, selain wanita mengalami menstruasi.
3. Geografi (tinggi rendahnya daerah)
Tempat tinggal di dataran tinggi, mahkluk hidup disana tubuhnya cenderung lebih
aktif dalam memproduksi sel darah merah untuk meningkatkan suhu tubuh dan lebih
aktif mengikat kadar O2 yang lebih rendah dari pada di dataran rendah. Hb mahkluk
hidup yang tinggal di pesisiran cenderung mempunyai Hbyang lebih rendah, sebab
tubuh memproduksi sel darah merah dalam keadaan normal.
4. Nutrisi
Bila makanan yang dikonsumsi banyak mengandung Fe atau besi, maka sel darah
yang diproduksi akan meningkat sehingga hemoglobin yang terdapat dalam darah
meningkat, dan begitu juga sebaliknya.
5. Faktor kesehatan
Kesehatan sangat mempengaruhi kadar Hb dalam darah. Jika kesehatan terjaga dengan
baik, maka kadar Hb dalam keadaan normal.
6. Faktor Genetik
2.3 Kerangka Teori

Berdasarkan susunan kimia :


organic, anorganik

Berdasarkan tempat :
Berdasarkan asal : Faktor eksternal (akibat
indoor air pollution,
primer, sekunder ulah manusia)
outdoor air pollution

Penyebab
Polusi udara

Berdasarkan bentuk : Berdasarkan gangguan atau


gas dan partikel efeknya terhadap kesehatan : Faktor internal (secara
iritansia, aspeksia, anestsia, toksis alamiah)

Kandungan kimia Cara Masuk ke dalam tubuh

CO, CO2, NOx, SO2,


Pb, Volatile Organik Inhalasi Ingestasi Penetrasi kulit
Compund,
Formadehde,
Particulate, CFC, HC
Paru-paru

Sirkulasi
darah

Nutrisi
Jenis kelamin

Geografi
Kadar
Faktor Hemoglobin
kesehatan

Faktor genetik
Umur
2.4 Kerangka Konsep

Umur

Jenis
kelamin

Faktor
genetik Kadar Hemoglobin

Polusi Udara

Nutrisi
Kadar Hemoglobin
menurun

Geografi

Faktor
kesehatan
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adlaah penelitian analitik observasional. Penelitian ini dirancang
dengan pendekatan metode cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel-variabel yang
termasuk factor risiko dan variabel yang termasuk efek di observasi pada waktu yang sama.
Penelitian ini juga menggunakan metode pnegumpulan data dengan wawancara, yaitu
mendapatkan informasi dengan cara bertanya secara langsung kepada responden.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi
Penelitian dilakukan di sekitar wilayah Perintis Kota Makassar
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian terhitung dari November 2017-Oktober 2017

3.3 Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua tukang becak yang bekerja di wilayah Perintis Kota
Makassar pada November 2017 – Oktober 2017.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah pasien yang termasuk dalam criteria inklusi dan eksklusi dari
populasi yang telah diperoleh periode Oktober 2017.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


1. Kriteria Inklusi
 Tukang becak yang bekerja di wilayah Perintis Kota Makassar
 Tukang becak dengan kadar hemoglobin rendah, normal, dan berlebih.
 Tukang becak dengan usia di atas 17 tahun
 Tukang becak yang bersedia ikut sebagai subjek penelitian (informed consent)
2. Kriteria Eksklusi
 Tukang becak yang tidak bekerja di wilayah Perintis Kota Makassar
 Tukang becak yang tidak bersedia ikut sebgai subjek penelitian (informed consent)

3.5 Cara Pengambilan Sampel


Untuk sampel darah dari responden diambil dengan prosedur pemeriksaan metode
digital (hemoglobin testing system Quik-Check). Sedangkan untuk mengetahui pengaruh
paparan polusi udara dengan menggunakan kuisioner.
Cara pemeriksaan metode digital (hemoglobin testing system Quik-Check)
 Alat/sarana : Hb meter, lancing device, sterile lancets, control strip, capillary
transfer tube/dropper, carrying case, canister of test strips, code chip 41
 Prosedur kerja :
a) Siapkan alat Hb meter dan letakkan canister of test strip ke wadahnya
b) Siapkan lancing device dengan membuka penutup dan masukkan sterile lancets
kemudian tutup kembali
c) Siapkan apusan alkohol di bagian perifer ujung jari, tusukkan sterile lancets
dengan menggunakan lancing device
d) Isap darah menggunakan capillary transfer tube/dropper sampai garis batas
e) Kemudian tuangkan darah pada canister of test strip
f) Baca hasil yang ditampilkan dilayar Hb meter

3.6 Rumus Pengambilan Sampel


Untuk menetapkan jumlah sampel dapat menggunakan rumus dengan metode Purposive

sampling :

Z 2 ∝/2× p ( 1− p ) N
n=
d 2 ( N−1 ) + Z 2 ∝/2× p(1− p)

dimana :

n : Besar sampel

Z2α/2 : Nilai Z pada derajat kepercayaan 1 – α/2 (1,96)

p : Proporsi hal yang diteliti (0,55)

d : Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)


N : Jumlah populasi (55)

Dengan menggunakan rumus diatas, maka perhitungan sampel adalah :

1,962 × 0,55 (1−0,55 ) 55


n=
0,12 ( 55−1 )+1,96 2 × 0,55(1−0,55)

52,272
n=
1,490

n=35,081=35

3.7 Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara :

1. Setelah mendapat izin pihak responden (tukang becak) di wilayah Perintis Kota
Makassar, maka peneleiti mengadakan pendekatan kepada calon responden. Peneliti
menjelaskan tujuan, manfaat, peran serta responden dalam penelitian. Peneliti menjamin
kerahasiaan responden dan hak responden untuuk menolak menjadi responden. Bila
responden menyetujui maka peneliti memimnta responden menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden.
2. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, dilanjutkan wawancara peneliti
ke responden menggunakan kuisioner yang sudah disiapkan sebelumnya, dimana
pengisian kuisioner dilakukan oleh peneliti dan pengambilan responden secara selang-
seling.

3.8 Analisis Data


Analisis data akan dilakukan dengan menggunakan system aplikasi SPSS versi 20.0.
Metode statistic yang akan digunakan adalah distribusi frekuensi dan hasilnya akan disajikan
dalam bentuk table disertai penjelasan.

3.9 Definisi Operasional


1. Polusi Udara
Polusi udara adalah proses masuknya polutan yang dapat berasal dari kegiatan yang
bersifat alami (natural) dan aktivitas manusia (kegiatan antropogenik) ke dalam lapisan
udara yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan) dan
membahayakan bagi kesehatan masyarakat.
2. Pengaruh polusi udara

Dampak yang ditimbulkan dari polusi udara yang dapat mempengaruhi kualitas
lingkungan dan kesehatan manusia.

3. Hemoglobin

Hemoglobin terdiri dari materi yang mengandung besi yang disebut heme dan protein
globulin.

4. Kadar hemoglobin

Ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran darah merah. Jumlah hemoglobin


dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya
disebut “100 persen”.

5. Becak

Becak adalah kendaraan beroda tiga yang dijalankan oleh seseorang (tukang becak) untuk
mengangkut barang-barang atau orang.

6. Tukang becak

Tukang becak adalah orang yang mencari nafkah dengan becak.

3.10 Kriteria Objektif


-Hb normal untuk laki-laki > 15 tahun : 13,0 gr/dl
-Kekurangan hemoglobin (anemia) untuk laki-laki > 15 tahun : < 13,0 gr/dl
3.11 Alur Penelitian
Pengaruh Polusi Udara terhadap Kadar Hemoglobin pada Tukang
Becak di Wilayah Perintis Kota Makassar Tahun 2017

Melakukan koordinasi dengan lokasi penelitian berupa izin


penelitian, waktu penelitian dan administrasi

Memilih populasi penelitian, menentukan jumlah sampel


berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi.

Memperoleh data pasien berupa umur, jenis kelamin, pekerjaan,


kadar hemoglobinnya, serta lama dan pengaruh paparan polusi udara
terhadap diri responden

Melakukan tabulasi terhadap data yang diperoleh dengan


menggunakan SPSS 20.0

Melakukan analisa data dan membandingkan dengan teori dan


penelitian terkait

3.12

Anda mungkin juga menyukai