Apoteker harus menjelaskan secara hati-hati dan lengkap untuk meningkatkan kepatuhan
pasien merupkan unsur-unsur penting dari rencana perawatan farmasi. Apoteker harus
memastikan bahwa tujuan mereka dapat dicapai, dapat diukur, dan konsisten dengan tanggung
jawab profesional apoteker.
Beberapa kali apoteker mengembangkan tujuan khusus pasien, mereka cenderung tidak jelas.
Untuk menghindari jebakan ini, apoteker harus memastikan bahwa tujuan mereka dapat dicapai,
dapat diukur, dan konsisten dengan tanggung jawab profesional mereka. Tujuan mereka dapat
dicapai, terukur, dan konsisten. Tujuan harus ditentukan secara jelas.
Perangkap terjadi pada apoteker ketika menetapkan tujuan terapi adalah mengacaukan tujuan
dengan metode pelaksanaannya: yaitu, salah mendefinisikan tujuan rencana perawatan.
Misalnya, apoteker mengevaluasi pasien mengetahui bahwa anggur merah adalah pemicu yang
untuk sakit migrennya. Tujuan terapi bukanlah untuk mendidik pasien dan meyakinkan dia untuk
berhenti minum anggur merah. Itulah rencananya. Tujuannya adalah agar pasien tidak lagi
mengeluh migraine. Meskipun perbedaan antara tujuan dan rencana mungkin tampak jelas
dalam retrospeksi, dalam praktek apoteker ini sangat membingungkan
Memprioritaskan Masalah
Setelah apoteker mengidentifikasi pasien hingga tujuan terjangkau, dapat terukur, tanggung
jawab secara professional dan tidak membingungkan dengan rencana perawatan. Kemudian
memprioritaskan tujuan berdasarkan kepentingan pelayanan pasien. Kriteria yang tercantum
harus dipertimbangkan, sebagai berikut :
Kunci pertanyaan dapat dipertimbangkan dengan masalah oleh apoteker dengan menggunakan
alat kefarmasian. Masing-masing tenaga kesehatan profesional harus bekerja dalam suatu
masalah yang setara, dengan tujuan yang umum atau memecahkan masalah terapi obat dan
masalah kesehatan lainnya.
Perencanaan Perawatan
Saat membuat rencana perawatan, apoteker harus mengintegrasikan semua aspek seperti :
riwayat pasien, patofisiologi, faktor sosial atau ekonomi yang berhubungan dengan kesehatan,
dan obat-obatan (termasuk farmakologi, terapi, kimiawi obat, dan bentuk sediaan).
Jika terapi obat harus dimodifikasi, apoteker harus menyelidiki terapi alternatif untuk
menyelaraskan keampuhan, keamanan dan biaya. Biaya terapi dapat mempengaruhi kepatuhan
pasien, seperti juga aspek psikososial penyakit atau preferensi pasien tertentu.
1. Mengingat semua hal saya ketahui tentang pasien, sistem perawatan, dan terapi obat apa yang
mungkin bisa saya lakukan
2. Dari semua pilihan ini, apa hal terbaik yang harus saya lakukan?
Saat apoteker menyusun rencana perawatan, perawatan yang buruk didapatkan karena
mereka tidak memikirkan semua hal yang harus mereka ketahui dan memeriksa alternative
perawatan. Untuk contoh, pada pasien dengan struktur esofagus yang memiliki kesulitan
menelan obat bentuk sediaan padat, rencana yang paling jelas akan beralih ke bentuk sediaan
cair. Tetapi karena bentuk sediaan cair lebih mahal daripada dosis tablet atau kapsul, rencana
perawatan ini "jelas" bukan yang terbaik pada pasien dengan penghasilan terbatas dan tanpa
asuransi resep. Rencana perawatan lain membuat pasien meremukkan tablet dan meminumnya
dengan jelly. Tidak masuk akal ketika berhadapan dengan obat pelepasan lambat yang tidak
boleh dihancurkan.
Penelitian
Pada saat melakukan rencana perawatan apoteker perlu melakukan penelitian yaitu :
a. Penyakit pasien
b. Konsekuensi terhadap pasien dari program terapi obat tertentu
c. Terapi farmakologi dan terapi non farmakologi
d. Dosis, efek samping, dan interaksi terapi
Intervensi yang berfokus pada pasien di antaranya yaitu membantu pasien dalam masalah
kepatuhan, memberikan edukasi kepada pasien, memantau pasien, atau menerapkan terapi non-
obat seperti program pengendalian berat badan. . Intervensi yang berfokus pada pasien biasanya
tidak memerlukan izin dokter untuk melaksanakannya.
Intervensi yang berfokus pada obat memerlukan beberapa jenis perubahan dalam terapi
obat pasien. Perubahan potensial seperti menambahkan, menghentikan, atau mengubah obat,
mengubah dosis, interval sediaan, atau bentuk sediaan.
Rekomendasi obat yang diberikan kepada dokter harus jelas dan spesifik. membuat saran
yang tidak spesifik memungkinkan bahwa dokter bisa memilih terapi yang dapat menghasilkan
masalah terkait obat baru.
Secara historis, karena apoteker tidak mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah terapi
obat dengan cara yang konsisten, "tidak melakukan apa-apa" pada dasarnya adalah tindakan yang
tidak mereka sadari bahwa segala sesuatu harus dilakukan.
Langkah Terakhir
Salah satu langkah terakhir dalam mengembangkan rencana terapi adalah membuat strategi
untuk mewujudkan keberhasilan yang telah ditetapkan. Kemudian strategi tersebut harus
memberikan informasi yang obyektif dan subyektif. Pada akhirnya apoteker harus mengkaji
kembali rencana terapi terhadap pasien,, pengobatan yang benar dapat mencapai suatu
keberhasilan dari terapi obat tersebut.
Ketika memberikan Asuhan kefarmasian , penting untuk apoteker memastikan bahwa pasien
mematuhi rencana terapi tersebut. Dengan kata lain, apoteker harus memastikan bahwa pasien
memiliki persediaan obat yang cukup dan informasi yang diberikan dimengerti oleh si pasien
tersebut.. Jika pemeriksaan ini tidak dilakukan dan rencana terapi tidak dilaksanakan dengan
benar. Maka tujuan yang diinginkan untuk terapi tidak akan tercapai.
Melakukan rencana terapi yang berfokus ke pasien tidak terlalu rumit, terutama jika apoteker
telah membangun suatu hubungan terapeutik dengan pasien yang telah menyetujui untuk
mengikuti terapi tersebut. Dan apoteker hanya pelu melakukan :
Pastikan pemahaman
Selama melakukan asuhan kefarmasian pasien seharusnya dapat menjelaskan kepada apoteker
seberapa banyak mereka memahami apa obatnya, bagaimana cara memakainya, dan apa yang
diharapkan setelah pengobatan ini selesai, selama wawancara pasien, apoteker mengetahui
bahwa pasien memahami atau tidak memahami terapi pengobatan dia sendiri, kemudian
memperbaiki Kesalahan pengetahuan menjadi langkah dalam menerapkan rencana terapi..
Perubahan terhadap gaya hidup
Rencana Terapi pengobatan yang berhubungan dengan gaya hidup adalah masalah yang paling
umum. Karena hampir semua orang setuju dengan kebijaksanaan menurunkan berat badan,
berhenti merokok, makan dengan benar dan mendapatkan kualitas tidur yang baik dan
berolahraga. Namun, ini adalah salah satu intervensi yang paling sulit bagi apoteker untuk
diterapkan dan agar pasien patuh. Intervensi terfokus pada pasien yang melibatkan perubahan
gaya hidup memerlukan edukasi yang dalam terhadap pasien.
Mekanisme Pemantauan
Mekanisme pemantauan dilaksanakan untuk membantu pasien mengerti menggunakan obat atau
mengetahui perkembangan kondisi penyakit yang dideritanya. Apoteker dapat memberitahu dan
mempratekkan bersama pasien kinerja dari alat-alat laboratorium. Apoteker juga harus
mempertimbangkan status keuangan dari pasien untuk tidak menghambat mekanisme
pemantauan tersebut.
Pada pasien yang mengalami penyakit dan perawatan yang rumit, apoteker mungkin harus
mengedukasi pasien dengan langkah-langkah yang dapat dikerjakan secara bersamaan. Apoteker
juga harus memastikan alat yang digunakan saat perawatan di rumah aman.
Pemeriksaan terakhir
Pemeriksaan terakhir untuk memastikan seluruh kegiatan pasien sudah terkoordinasi, apoteker
harus memverifikasi;
Dengan pengecualian bahwa terdapat rencana perawatan dengan obat yang tidak diresepkan,
rencana perawatan yang berorientasi obat biasanya memerlukan kerjasama dengan dokter.
Akibatnya hal tersebut lebih kompleks untuk diterapkan. Langkah pertama adalah memastikan
bahwa pasien memahami dan telah menyetujui perubahan terapi obat yang telah diajukan oleh
apoteker. Kemudian apoteker dapat menghubungi dokter untuk mengajukan perubahan. Saran-
saran yang digunakan harus sespesifik mungkin. Apoteker harus menguraikan rekomendasi
mereka kepada dokter pada bidang narkoba, dosis, bentuk dosis, durasi terapi, parameter
pemantauan yang tepat, siapa yang akan melakukan pemantauan dan kapan.
Terdapat kemungkinan pasien menemui dokter untuk mendiskusikan rencana perawatan yang
digunakan. Hal tersebut mungkin dari masalah yang kurang mendesak atau jadwal bertemu
dokter yang datang segera. Apoteker harus menghormati preferensi pasien tersebut. Namun hal
tersebut berisiko bahwa informasi yang disampaikan pasien kepada dokter salah, tidak lengkap,
atau pada tempat penekanan yang salah. Apoteker harus membuat rencana perawatan di atas
kertas dan meminta pasien membawa salinan ke kantor dokter
Hubungan yang saling menghormati antara dokter dan apoteker sangat diperlukan. Namun hal
tersebut tidak ditemukan di beberapa hubungan apoteker dengan dokter. Masalah utamanya
adalah komunikasi yang mungkin salah tangkap dari kedua belah pihak. Oleh karenanya harus
diperlukan langkah-langkah yang lebih cerdas untuk mengubah dinamika hubungan antara
apoteker dan dokter, diantaranya dengan bertemu langsung menyampaikan maksud dari
perubahan praktik apoteker untuk memberikan perawatan yang lebih baik kepada pasien,
menjelaskan tupoksi apoteker untuk dapat mengefisienkan waktu perawatan, dan menunjukan
kepada dokter secara konsisten bahwa perubahan ini semata-mata untuk memberikan pelayanan
kepada pasien yang lebih baik. Untuk apoteker yang mungkin kurang aktif berhubungan dengan
dokter, dapat secara langsung mendiskusikan solusi yang tepat daripada hanya
menginformasikan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam langkah perawatan.
Mendiskusikan Rencana Melalui Telepon
Apoteker Dokter
Metode yang
baik melalui
Kelebihannya yaitu:
a. Itu memungkinkan apoteker untuk memikirkan rencana perawatan secara menyeluruh,
karena itu harus dituliskan. mereka dapat mempertimbangkan dengan tepat apa yang
ingin mereka katakan kepada dokter dan cara terbaik untuk mengatakannya.
b. Dokter dapat mengontemplasikan saran apoteker secara panjang lebar tanpa harus segera
bereaksi dalam menanggapi panggilan telepon.
c. Yang terakhir berfungsi sebagai bentuk dokumentasi yang dapat disimpan oleh apoteker
dan dokter dalam bagan pasien sebagai catatan aktivitas mereka