Anda di halaman 1dari 2

Singkatnya, Perjanjian Ekstradisi dapat membuat sebuah negara bisa mengadili seorang kriminal

yang kabur dan bersembunyi ke negara tetangga. Tentunya dengan adanya perjanjian ini, ruang
gerak seorang kriminal menjadi sangat terbatas karena tempatnya untuk kabur dan bersembunyi
menjadi semakin sempit.

Dengan kata lain, Perjanjian Ekstradisi memungkinkan sebuah negara meminta buronan asal
negaranya yang kabur ke negara lain agar dikembalikan ke negara asalnya.

Perjanjian Ekstradisi merupakan perjanjian antar negara yang berbeda dalam hal penyerahan
tersangka kasus kriminal. Perjanjian Ekstradisi merupakan sebuah proses formal dimana seorang
tersangka kriminal ditahan oleh pemerintahan sebuah negara dan diserahkan kepada negara
lainnya untuk disidangkan atau diproses sesuai hukum yang berlaku di negara tersebut.

Seorang kriminal bisa saja di sidang di negara lain lalu menjalani hukuman di negara asalnya
atau disidang dan diadili langsung di negara asalnya.

Perjanjian Ekstradisi dilakukan ketika kedua negara telah sepakat untuk mengadakan kerjasama.
Perjanjian esktradisi berbeda dengan deportasi yaitu dalam deportasi para tersangka kriminal
akan dikembalikan ke negara asal tanpa perlu ada perjanjian.

Perjanjian Ekstradisi dilakukan ketika ada tersangka kasus kriminal yang bersembunyi pada
negara lain dengan tujuan agar bisa terhindar dari hukum negara asalnya.

Indonesia pernah mencoba mengadakan Perjanjian Ekstradisi dengan beberapa negara, salah
satunya adalah Negara Malaysia dan Singapura.

Contoh Kasus Perjanjian Ekstradisi

Upaya melakukan Perjanjian Ekstradisi dengan Singapura sebenarnya sudah pernah dilakukan,
yaitu ketika tanggal 27 April 2007 silam di Istana Tampak Siring, Bali. Pada saat itu kedua belah
negara sepakat untuk menandatangani dua perjanjian penting, yaitu Perjanjian Ekstradisi dan
perjanjian kerja sama pertahanan.

Harapan dari diadakannya kedua perjanjian tersebut adalah agar membawa keuntungan bagi
kedua belah negara. Dari kesepakatan itu para koruptor yang melarikan diri dan bersembunyi ke
Singapura bisa ditangkap lalu asetnya dapat diambil oleh Indonesia.

Namun karena perjanjian itu tidak terealisasi maka para koruptor yang telah melarikan diri dan
bersembunyi di Singapura tidak tersentuh jeratan hukum sama sekali. Padahal waktu itu semua
kalangan baik Eksekutif, Legislatif dan bahkan LSM sudah menyetujui adanya Perjanjian
Ekstradisi itu.

Seperti yang kita ketahui bahwa Singapura merupakan surga bagi para koruptor. Kurang lebih
ada sekitar 18 nama koruptor asal Indonesia yang melarikan diri dan bersembunyi di Singapura.
Tentunya koruptor itu tidak sekedar bersembunyi di Singapura, melainkan juga menanam aset –
aset berharganya di negara dengan lambang Singa itu. Jika para koruptor itu dapat ditangkap,
maka dana hasil korupsi yang mencapai ratusan trilliun rupiah itu bisa kembali.

Alasan mengapa sampai saat ini Perjanjian Ekstradisi antara Indonesia dan Singapura belum
terealisasi adalah karena para koruptor merupakan sumber devisa yang sangat besar bagi
Singapura. Singapura getol melindungi para koruptor karena dengan adanya mereka, roda
ekonomi Singapura dapat terus berputar.

Menurut sebuah lembaga survei yang bernama Merril Lynch Capgemini, sepertiga orang terkaya
di Singapura merupakan orang Indonesia. Total dana orang Indonesia yang disimpan di
Singapura mencapai $87 miliar atau setara dengan Rp.783 Trilliun, angka yang sangat fantastik
mengingat angkan tersebut merupakan hak dari rakyat Indonesia.

Berdasarkan fakta – fakta diatas tadi, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya Perjanjian Ekstradisi
tidak terlalu diperlukan jika para penegak hukum di Indonesia dapat mencegah kaburnya para
koruptor ke Singapura.

Masalahnya tentu saja “Mengapa para koruptor dapat dengan mudahnya kabur ke Singapura?”.

Tentu masalah ini akan sangat kompleks untuk dibahas mengingat kecacatan sistem penegakan
hukum di negara ini yang sudah menjadi rahasia umum dimata masyarakat.

Bahkan Indonesia termasuk negara terkorup di dunia. Tentu ini menjelaskan mengapa mudahnya
mereka yang beruang dapat dengan mudahnya kabur.

Solusi dari masalah ini adalah dengan penanaman nilai agama dan moral sejak dini, sehingga
para penerus bangsa tidak akan ada yang menjadi koruptor

Anda mungkin juga menyukai