Anda di halaman 1dari 5

Tugas 2

Hukum Pidana

1. Sebutkan dasar hukum masing-masing dan berikan pula suatu kesimpulan Saudara
disertai dengan masing-masing contoh dari Asas Nasional Aktif dan Asas Nasional
Pasif!
Jawab
Asas Nasional Aktif, secara sederhana, asas nasional aktif adalah asas yang
menitikberatkan subjek hukum sebagai warga negara tanpa mempermasalahkan lokasi
keberadaannya. Jika diartikan, dengan asas personalitas atau nasional aktif, peraturan perundang-
undangan pidana berlaku bagi semua perbuatan pidana yang dilakukan warga negara di mana
pun warga tersebut berada, sekalipun di luar negeri. Adapun dasar hukum kehadiran asas
personalitas atau nasional aktif Pasal 8 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana yang berbunyi:
1. Ketentuan pidana dalam Undang-Undang berlaku bagi setiap warga negara Indonesia
yang melakukan tindak pidana di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Ketentuan pidana tersebut berlaku jika perbuatan tersebut juga merupakan tindak pidana
di negara tempat tindak pidana dilakukan.
3. Ketentuan tersebut tidak berlaku untuk tindak pidana yang diancam dengan pidana denda
paling banyak kategori III.
4. Penuntutan terhadap Tindak Pidana sebagaimana dimaksud dilakukan walaupun
tersangka menjadi warga negara Indonesia, setelah tindak pidana tersebut dilakukan
sepanjang perbuatan tersebut merupakan tindak pidana di negara tempat tindak pidana
dilakukan.
5. Warga negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud tidak dapat dijatuhi pidana mati jika
tindak pidana tersebut menurut hukum negara tempat tindak pidana tersebut dilakukan
tidak diancam dengan pidana mati.
Asas Perlindungan atau Asas Nasional Pasif, menurut asas hukum pidana yang satu ini,
berlakunya perundang-undangan pidana didasarkan pada kepentingan hukum suatu negara yang
dilanggar oleh seseorang di luar negeri dengan tidak dipersoalkan kewarganegaraannya, apakah
pelaku adalah warga negara atau orang asing. Jika disederhanakan, pada intinya asas
perlindungan menitikberatkan pada perlindungan unsur nasional terhadap siapapun dan di mana
pun. Adapun dasar hukum kehadiran asas Asas Perlindungan atau Asas Nasional Pasif Pasal 5
ndang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang
menerangkan bahwa ketentuan pidana dalam undang-undang berlaku bagi setiap orang di luar
wilayah NKRI yang melakukan tindak pidana terhadap kepentingan NKRI yang berhubungan
dengan:
1. keamanan negara atau proses kehidupan ketatanegaraan;
2. martabat Presiden, Wakil Presiden, dan/ atau Pejabat Indonesia di luar negeri;
3. mata uang, segel, cap negara, meterai, atau Surat berharga yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Indonesia, atau kartu kredit yang dikeluarkan oleh perbankan Indonesia;
4. perekonomian, perdagangan, dan perbankan Indonesia;
5. keselamatan atau keamanan pelayaran dan penerbangan;
6. keselamatan atau keamanan bangunan, peralatan, dan aset nasional atau negara
Indonesia;
7. keselamatan atau keamanan sistem komunikasi elektronik;

2. Contoh Kasus
Kagura adalah seorang wanita berkewarganegaraan Jepang yang bekerja sebagai seorang
desain grafis pada sebuah perusahaan di Filiphina. Karena keahliannya, Kagura mampu
membuat uang rupiah yang sangat mirip dengan aslinya. Kemudian Kagura mencetak uang palsu
tersebut sebanyak delapan puluh juta rupiah, kemudian ia tukarkan kepada warga negara
Indonesia yang ada di Filiphina. Salah satu korbannya adalah Badang yang pada suatu hari
menukarkan mata uang Filiphina dengan uang rupiah palsu hasil buatan Kagura tersebut sebelum
kembali ke Indonesia.
Ketika sampai di Indonesia, Badang pun membeli oleh-oleh di Bandara dengan uang
palsu tersebut. Setelah itu Badang pergi membeli sate dengan uang rupiah palsu yang
dimilikinya, ketika menerima uang, tangan pedagang sate yang basah melunturkan warna uang
tersebut. Badang ditangkap dengan tuduhan menyebarkan uang palsu.
*nama tokoh pada contoh kasus diatas adalah fiktif
Dalam kasus di atas, apakah Kagura dapat dituntut menurut hukum pidana di
Indonesia? Uraikan alasan dan sebutkan dasar-dasar hukumnya!
Jawab
Sebelumnya penting untuk kita pahami bahwasanya kejahatan terhadap mata uang, dalam
sejarah peradaban manusia dianggap sebagai kejahatan yang sangat merugikan kepentingan
negara. Oleh karena itu negara dilindungi dari hal-hal tersebut, sehingga dicantumkan dalam asas
perlindungan yang di dalam KUHPidana tercantum dalam Pasal 4 KUHPidana, yang berbunyi:
(1) Ketentuan pidana dalam peraturan perundang- undangan Indonesia diterapkan bagi setiap
orang yang melakukan di luar Indonesia sedangkan dalam ayat (2) Suatu kejahatan mengenai
mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh negara atau bank, ataupun mengenai meterai
yang dikeluarkan dan merek yang digunakan oleh Pemerintah Indonesia.
Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk melindungi kepentingan Negara Republik
Indonesia terhadap setiap orang di luar Indonesia yang melakukan kejahatan terhadap mata uang
RI. Dalam teori hukum pidana, ketentuan di atas disebut sebagai asas perlindungan. Asas
perlindungan mengandung arti bahwa “setiap negara dianggap mempunyai wewenang untuk
memutuskan tindakan mana yang membahayakan keamanannya atau keuangannya” yang dalam
hal ini Kagura yang karena keahliannya, Kagura mampu membuat uang rupiah yang sangat mirip
dengan aslinya. Kemudian Kagura mencetak uang palsu tersebut sebanyak delapan puluh juta
rupiah, kemudian ia tukarkan kepada warga negara Indonesia yang ada di Filiphina. Sehingga
berdersakan penjelasan dan dasar hukumya tindakan Kagura diatas dapat dituntut menurut
hukum pidana di Indonesia

3. Dalam kasus No 2 di atas, Jika dilihat dari teori dan asas hukum pidana, apakah
Badang dapat dipidana? Uraikanlah alasannya!
Jawab
Apabila di cermati kejahatan pemalsuan mata uang yang berkaitan dengan Badang diatas
diatas adalah kejahatan pemalsuan mata uang sebagaimana diatur dalam Pasal 245 KUHP. Pasal
245 KUHP berbunyi “Barangsiapa dengan sengaja mengedarkan mata uang atau uang kertas
yang dikeluarkan oleh negara atau bank sebagai mata uang atau uang kertas asli dan tidak
dipalsu, padahal ditiru atau dipalsu olehnya sendiri, atau waktu diterima diketahuinya bahwa
tidak asli atau dipalsu, ataupun barangsiapa menyimpan atau memasukkan ke Indonesia mata
uang dan uang kertas yang demikian, dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh
mengedarkan sebagai uang asli dan tidak dipalsu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
(lima belas) tahun”. Pada kasus Badang diatas saya tidak menemukan adanya unsur kesengajaan
Lebih lanjut perbuatan mengedarkan atau menyuruh mengedarkan uang palsu telah
terwujud. Perihal mengedarkan atau menyuruh mengedarkan adalah berupa apa yang dituju oleh
maksud pelaku, berupa unsur subjektif. Selesainya kejahatan ditentukan oleh perbuatan meniru
atau memalsu, bukan pada telah terjadinya perbuatan mengedarkan atau menyuruh mengedarkan.
Uang palsu yang telah diedarkan tidak termasuk kejahatan Pasal 244 KUHP tetapi masuk dalam
kejahatan Pasal 245 KUHP. Dalam rumusan Pasal 245 tersebut di atas, ada 4 (empat) bentuk
kejahatan mengedarkan uang palsu, yaitu:
1. Melarang orang yang dengan sengaja mengedarkan mata uang atau uang kertas negara atau
uang kertas bank palsu sebagai mata uang atau uang kertas asli dan tidak dipalsu, uang palsu
mana ditiru atau dipalsu olehnya sendiri.
2. Melarang orang yang waktu menerima mata uang atau uang kertas Negara atau uang kertas
bank diketahuinya sebagai palsu, dengan sengaja mengedarkannya sebagai mata uang atau
uang kertas asli dan tidak dipalsu.
3. Melarang orang yang dengan sengaja menyimpan atau memasukkan ke Indonesia mata uang
atau uang kertas negara atau uang kertas bank palsu, yang mana uang palsu itu ditiru atau
dipalsu oleh dirinya sendiri dengan maksud untuk mengedakan atau menyuruh mengedarkan
sebagai uang asli dan tidak dipalsu.
4. Melarang orang yang dengan sengaja menyimpan atau memasukkan ke Indonesia mata uang
atau uang kertas negara atau uang kertas bank yang pada waktu diterimanya diketahuinya
sebagai uang palsu, dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan
seperti uang asli dan tidak dipalsu.
Sehingga berdsarkan ketentaun teori dan asas hukum pidana diatas dan dikaitkan
dengan Badang menurt saya Badang tidak dapat dapat dipidana karean Badang tidak tahu bahwa
uang rupiah yang ditukarkannya di Filipia adalah uang rupiah palsu, Badang dalam hal ini adalah
korban dari kejahatan Kagura
Dasar Hukum
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek, Staatsblad 1847 No. 23).
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Wetboek van Strafrecht, Staatsblad 1915 No 73

Referensi:
Modul HKUM4203, Eddy O.S. Hiariej, Definisi Hukum Pidana, Pembagian Hukum Pidana &
Definisi, Objek, dan Tujuan Ilmu Hukum Pidana, Univeristas Terbuka
Untuk Tempat Parkir Berdasarkan UU No 38 Tahun 2004 Jo UU no 22 Tahun 2009
Jurnal, Andi Jafits Luster Romadhon, 2020, Upaya Represif dan Preventif dalam Penegakan

Anda mungkin juga menyukai