Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 2

HUKUM PIDANA

Disusun Oleh :

NAMA : RESKY PERMANDA, HS

NIM : 051110844

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM S1


FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FHISIP)

UNIVERSITAS TERBUKA

2024
1. Dasar hukum adalah fondasi yang mendukung eksistensi dan pelaksanaan hukum
di suatu negara. Di Indonesia, terdapat dua asas utama yang menjadi landasan dari
pembentukan hukum nasional, yaitu Asas Nasional Aktif dan Asas Nasional Pasif.
Mari kita bahas keduanya secara lebih rinci:

 Asas Nasional Aktif:

Dasar Hukum: Asas Nasional Aktif didasarkan pada semangat aktifitas dan
partisipasi dalam pembentukan hukum. Hal ini tercermin dalam berbagai peraturan
perundang-undangan yang menekankan pentingnya peran serta masyarakat dalam
proses pembuatan hukum, seperti Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945).

Contoh:

Masyarakat diminta memberikan masukan dalam pembahasan rancangan undang-


undang melalui mekanisme konsultasi publik.

Proses pembentukan peraturan daerah (perda) yang melibatkan partisipasi aktif


masyarakat setempat.

 Asas Nasional Pasif:

Dasar Hukum: Asas Nasional Pasif menekankan pada kedudukan negara sebagai
pemberi hukum yang harus dipatuhi dan dijunjung tinggi oleh masyarakat. Dasar
hukumnya terdapat dalam berbagai peraturan perundang-undangan, terutama
dalam UUD 1945.

Contoh:

Kewajiban warga negara untuk patuh terhadap hukum yang berlaku.

Penerapan sanksi hukum terhadap pelanggaran hukum yang telah ditetapkan.

Dalam praktiknya, Indonesia mengadopsi kedua asas ini untuk menciptakan


kesinambungan antara partisipasi aktif masyarakat dalam pembentukan hukum
dan kewajiban untuk mematuhi hukum yang ada. Sementara Asas Nasional Aktif
memberikan kesempatan bagi partisipasi aktif masyarakat dalam proses
pembentukan hukum, Asas Nasional Pasif menegaskan pentingnya ketaatan
terhadap hukum yang berlaku. Keduanya merupakan komponen penting dalam
menjaga stabilitas hukum dan pembangunan masyarakat yang adil dan
berkeadilan.
2. Dalam kasus tersebut, Kagura dapat dituntut menurut hukum pidana di Indonesia
karena melakukan tindak pidana pembuatan dan penyebaran uang palsu. Berikut
adalah uraian alasan dan dasar hukumnya:

 Pembuatan dan Penyebaran Uang Palsu: Kagura telah melakukan tindak pidana
dengan membuat dan menyebarluaskan uang palsu. Tindakan ini melanggar
Pasal 244 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) yang menyatakan
bahwa setiap orang yang membuat, mencetak, mengedarkan, menyimpan, atau
menggunakan uang palsu dapat dikenai hukuman pidana.

 Penyalahgunaan Mata Uang: Tindakan Kagura juga melanggar Pasal 246


KUHP yang menyatakan bahwa setiap orang yang menyalahgunakan mata
uang yang sah di Indonesia dengan maksud untuk mengelabui orang lain,
diancam dengan pidana penjara paling lama 15 tahun.

 Penggunaan Uang Palsu: Badang juga terlibat dalam tindakan pidana karena
menggunakan uang palsu untuk melakukan transaksi di Indonesia. Hal ini
melanggar Pasal 244 KUHP.

 Penangkapan Badang: Penangkapan Badang dengan tuduhan menyebarkan


uang palsu sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Penegak hukum
berwenang untuk menangkap dan memproses individu yang terlibat dalam
penyebaran uang palsu.

Dengan demikian, Kagura dapat dituntut dan diadili sesuai dengan hukum pidana
di Indonesia karena perbuatannya yang melanggar ketentuan tentang uang palsu
dalam KUHP.

3. Dalam kasus Tersebut, Badang dapat dipidana atas penyalahgunaan uang palsu
meskipun ia sendiri merupakan korban dari aksi pemalsuan tersebut. Hal ini karena
dalam hukum pidana, ada konsep bahwa seseorang tidak dapat menggunakan atau
menyebarkan barang-barang yang diperoleh secara melanggar hukum, termasuk
uang palsu.

Alasan Badang dapat dipidana adalah sebagai berikut:

 Penggunaan Uang Palsu: Badang menggunakan uang palsu tersebut untuk


melakukan transaksi pembelian di Indonesia. Meskipun Badang mungkin
tidak mengetahui bahwa uang yang ia terima adalah palsu, penggunaannya
masih dianggap sebagai penyalahgunaan uang palsu menurut hukum.

 Pemidanaan dalam Hukum Pidana: Dalam hukum pidana, seseorang dapat


dipidana tidak hanya karena melakukan tindakan kriminal secara langsung,
tetapi juga karena terlibat dalam transaksi yang melibatkan barang-barang
yang diperoleh secara ilegal, termasuk uang palsu.

 Tidak ada Perlindungan bagi Pengguna Uang Palsu yang Tidak Tahu:
Meskipun Badang mungkin tidak tahu bahwa uang yang ia terima adalah
palsu, hukum biasanya tidak memberikan perlindungan bagi pengguna
yang tidak tahu, terutama jika transaksi tersebut melibatkan barang-barang
yang diperoleh secara ilegal.

Jadi, meskipun Badang menjadi korban dari pemalsuan uang yang dilakukan oleh
Kagura, ia masih dapat dipidana atas penggunaan uang palsu sesuai dengan hukum
pidana yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

 Modul Hukum Pidana / HKUM4203


 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 263 ayat (1).
 Moeljatno, Hukum Pidana Umum di Indonesia, cetakan ke-13, PT
RajaGrafindo Persada, 2017.

Anda mungkin juga menyukai