Mta N Biodentin
Mta N Biodentin
TESIS
TESIS
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang, atas limpahan kasih, rahmat dan karuniaNYa dalam
penyelesaian penelitian dan penulisan tesis ini.
Penelitian yang tertuang dalam penulisan ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar spesialis dalam Ilmu Konservasi Gigi. Penulisan ini tidak
akan terwujud tanpa bantuan, arahan, koreksi, nasihat, dan dukungan dari
berbagai pihak. Maka izinkan saya pada kesempatan ini untuk menyampaikan
penghargaan dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Indonesia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M. Met.
2. Dr. Yosi KusumaEriwati, drg.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia, beserta jajarannya.
3. Dr. Sri Lelyati, S. U., drg., Sp. Perio (K), selaku Manajer Pendidikan dan
Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
4. Dr. EndangSuprastiwi,drg., Sp. K.G (K), selaku Ketua Departemen Ilmu
Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, sekaligus
dosen penguji II yang telah banyak member masukan yang sangat berharga.
5. Nilakesuma Djauhari,drg.,Sp.K.G. (K), selaku Koordinator Pendidikan
Spesialis Departemen Ilmu Konservasi Gigi, FakultasKedokteran Gigi
Universitas Indonesia.
6. Munyati Usman,drg., Sp. K.G (K), selaku pembimbing I yang telah dengan
sangat teliti membimbing serta memberikan arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan ini.
7. Dini Asriani, drg.,Sp. K.G, selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan masukan kepada penulis selama penulisan.
8. Prof. Dr. Narlan Sumawinata,drg.,Sp. K.G (K), selaku dosenpenguji I yang
telah sangat banyak membantu penulis dalam memberikan ide-ide yang amat
sangat berharga selama penelitian dan penulisan tesis ini.
9. Gatot Sutrisno, drg.,Sp. K.G (K), selaku dosen penguji III yang telah banyak
memberikan masukan yang sangat berharga.
iv Universitas Indonesia
Rasa hormat dan rindu ananda kepada Alm. H. Soedjono, dan Hj. Ratna
Dewi Siregar. Merupakan suatu kehormatan bagi ananda untuk dapat memenuhi
janji ananda, meski terlambat, semoga sesuai dengan yang papa harapkan.
Suami tercinta, Agung Bayu Saputra, ST., putrid kesayanganku Anindya
Raina Safitri, serta kapten kecilku Arkana Razan Arrasy. Terima kasih kutak
terhingga atas semua dukungan baik materiil dan moril yang tanpa batas, untuk
memberikan kesempatan penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.
Kepada ayah mertua yang terhormat, Bpk. Sugiyono dan Ibu mertua ibu
Kartini, atas doa dan dukungannya kepada penulis Saudara saudari tercinta, Kak
Ike, KakIrna, Ihma, Indah, Andry, Anggi, KakIqbal, Uta, Try, Rully. Keponakan
kesayangan Amelinda, Kayla, Kania, Zira dan sikecil Kai.Juga tidak lupa kepada
Bu Mila, yang telah membantu menjaga dan merawat anak saya selama saya
menjalani pendidikan.
Teman-teman seperjuangan, PPDGS angkatan 2012, Arie, KakAsri,
Bunga, Dita, Feli, Fifi, Kurniawan, Dika, Priska, Peggy, Tita, Shelvy,
danKakVika. Semoga pertemanan kita tak lekang oleh waktu, amiiin..Serta
teman-teman PPDGS angkatan 2011 dan 2013.
Akhirnya saya berharap agar penulisan tesis yang masih jauh dari
sempurna ini dapat bermanfaat bagii lmu kedokteran gigi umumnya dan ilmu
konservasi gigi khususnya.
Penulis
v Universitas Indonesia
On the setting stage, the bioactive materials will experience hydration mechanism
by releasing a number of their ions. The reaction on the surface of these materials
can release and alter dissolved ions concentration which will trigger an
intracellular and extracellular responses. This process will also conduct
remineralization. The released Ca2+ ions will increase alkalinizing activity,
antibacterial, suppressing osteoclast activity as well as stimulating fibroblast
formation. The aim of this study is to analyze Ca2+ ion release from MTA
Angelus®danBiodentine® as a bioactive material. As many as 46 samples are
prepare with the size of 2 mm in diameters and 2 mm in height. The samples
consist of 23 of MTA Angelus® samples, and 23 of Biodentine® samples. Both
materials were soaked in deionized water for an hour which will then be
measured. Both materials will then be transferred into fresh solution and will be
soaked for 48 hours before they would be measured for the second time. The
measurements will be conducted by using atom absorption sphectropometer. The
result will later be statistically tested using a Kruskal Wallis test. Mann Whitney
post hoc’s statistic test result showed a significant discrepancy among all groups,
whit the significant value of p≤0,05. . Biodentine® was proven to release more
Ca2+ ions compared to MTA Angelus® during the 1 and 48-hour measurments.
MTA Angelus® released Ca2+ ion faster than Biodentine® does.
ix Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
Gambar. 2.1 Bagan reaksi kimia pada permukaan material bioaktif ............... 7
® ......................................................................................................................
Gambar 2.2ProRoot MTA 15
®
Gambar 2.3 MTA-Angelus ............................................................................. 16
®
Gambar. 2.4 Biodentine ................................................................................ 17
Gambar 2.5 Ilustrasi proses hidrasiBiodentine® .............................................. 18
Gambar 2.6 (a) bubuk sebelum terhidrasi, (b) deposisi CSH, (c) Biodentine®
setelah setting. ......................................................................... 18
Gambar 2.7 Ikatan yang terjadi antara Biodentine® (A) dengan dentin (B) .... 19
Gambar 2.8 Micromechanical tag yang terjadi dari masuknya Kristal
Kalsium karbonat Biodentine® (A) kedalam tubuli dentin (B) 19
Gambar 2.9 Skema kerangka teori ................................................................... 23
Gambar 3.1.Skema kerangka konsep.Pelepasan ion Ca2+ pada sesaat
setelah seting dan 30 hari setelah seting ................................... 24
xi Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
2
Menurut Bogen dan Kuttler (2009) dan Parirokh dan Torabinejad (2010),
sejak digunakannya MTA pada obturasi saluran akar retrograd, semen kalsium
silikat telah menjadi bahan pilihan untuk perbaikan dari semua jenis defek pada
dentin yang memungkinkan terjadinya hubungan dari dalam saluran akar ke
jaringan periodonsium. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tay dkk
(2007), Reyes-Carmona dkk (2009) dan Torabinejad - Parirokh (2010), dengan
biokompabilitas dan kemampuannya untuk menginduksi terbentuknya kalsium
fosfat pada jaringan periodonsium, kalsium silikat memainkan peranan penting
dalam perbaikan jaringan tulang. Penelitian yang dilakukan oleh Monalisa (2008)
juga memperlihatkan kemampuan MTA dalam merangsang regenerasi dan
pembentukan jaringan keras. Kemampuan tersebut kemungkinan disebabkan oleh
pH yang tinggi yaitu 10.2 – 12.5 dan adanya pelepasan substansi yang dapat
mengaktifkan sementoblas memproduksi matriks dalam pembentukan
4
sementum. Jenis MTA yang dijual di pasaran saat ini didominasi oleh 2 merk
MTA yaitu ProRoot MTA® dan MTA-Angelus®.
Biodentine® adalah semen bioaktif baru yang memiliki sifat mekanis
menyerupai dentin dan dapat digunankan sebagai pengganti dentin pada mahkota
gigi maupun saluran akar.Material ini kandungan utamanya adalah bubuk
trikalsium dan dikalsium silikat dengan larutan kalsium klorida sebagai
pelarutnya.Biodentine® bersifat biokompabel, impermeabel dalam jangka waktu
lama, antibakteri, dapat menginduksi regenerasi jaringan keras, stabil, tidak larut,
tidak diserap tubuh, dan mudah dimanipulasi. Dengan segala sifat yang
dimilikinya, Biodentine® merupakan alternatif lain dari bahan yang telah ada
sebelumnya. Namun, data ilmiah mengenai bahan ini masih sangat sedikit,
sehingga masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai sifat dan efektifitas
dari Biodentine®5.
Mengenai mekanisme aksinya, MTA dan Biodentine®memiliki kesamaan
dengan kalsium hidroksida. Kedua bahan ini digunakan sebagai substitusi dari
penggunaan kalsium hidroksida karena biokompabilitasnya dan daya
penutupannya yang baik, juga beberapa penelitian dilaporkan bahwa hasil akhir
proses hidrasi kedua bahan ini adalah kalsium hidroksida. Saat proses
pengerasan, pelepasan ion yang paling dominan adalah ion Ca2+. Proses
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
3
pelepasan ion Ca2+ pada kedua bahan ini memungkinkan terjadinya deposit
kristalin pada permukaan kedua bahan tersebut, yang dapat menginisiasi
presipitasi hidroksiapatit (HA). HA merupakan material yang mengandung
ionCa2+, yang dapat menghasilkan biokompabilitas yang baik dan dapat
mengurangi toksisitas jaringan dan reaksi terhadap benda asing, menginduksi
osteoid dan menghasilkan efek osteogenisitas yang baik.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk menguji
kefektifanMTA-Angelus®dan Biodentine®dalam melepaskan ion Ca2+ yang dapat
menginduksi terbentuknya jaringan keras.
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
4
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
6
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
7
Sifat yang dimiliki oleh bahan bioaktif dalam bidang endodontik sering
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai agen kaping pulpa,
siler saluran akar, atau bahan untuk menutup perforasi. Beberapa bahan bioaktif
yang sering digunakan dalam bidang endodontik antara lain kalsium hidroksida,
Mineral Trioxide Aggregate, dan Biodentine®.
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
8
pelepasan ion kalsium dan hidroksil dan efeknya terhadap jaringan vital,
menginduksi pembentukan jaringan keras, dan bersifat antibakteri.9
Menurut Rehman dkk (1996), kalsium hidroksida akan terdisosiasi
menjadi ion kalsium dan hidroksil ketika berkontak dengan cairan. Estrela dan
Pesce (1996) menganalisis secara kimia liberasi dari ion kalsium dan hidroksil
dari pasta kalsium hidroksida dengan berbagai larutan asam serta kelarutannya
pada jaringan ikat anjing. Pada penelitiannya, dari berat molekul 74.08, persentasi
ion hidroksil sebesar 45,89% dan ion kalsium sebesar 54,11%. Kalsium
hidroksida dalam air memiliki sifat thixotropic, yaitu mencair ketika diagitasi.9
Kalsium hidroksida memiliki sifat basa sehingga dapat menstimulasi
penyembuhan secara biologis membentuk jaringan fibrous maupun jaringan
keras.Pelepasan ion Ca2+ dalam jumlah yang relatif banyak dapat meningkatkan
lingkungan alkali dan mendorong terjadinya sterilisasi dan kalsifikasi. Pada
penelitian menunjukkan setelah 30 hari terpapar karbon dioksida, enam preparat
kalsium hidroksida dapat mempertahankan pH tetap basa dan bertindak sebagai
antibakteri dalam saluran akar.3
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Eda dkk (1961), ketika digunakan
sebagai pelapik pulpa dan kasus apeksifikasi, kalsium hidroksida menginduksi
pembentukan barrier terkalsifikasi. Estrela &Holland (2009) mengatakan bahwa
pH yang tinggi dari kalsium hidroksida, menyebabkan terbentuknya lapisan
nekrosis superfisial pada pulpa dengan ketebalan mencapai sekitar 2 mm.
Dibawah lapisan ini terjadi respon inflamasi ringan dari pulpa, dengan zona steril
dari bakteri ketika bahan ini diletakkan, sehingga memicu terjadinya pembentukan
jaringan keras.3
Kelompok hidroksil dari komponen penyusun kalsium hidroksida
memegang peranan penting dalam menyediakan lingkungan yang basa, yang
dapat mendukung penyembuhan dan kalsifikasi aktif.pH yang basa tidak hanya
menetralisir asam laktat dari osteoklas, namun juga mencegah terlarutnya mineral
dari dentin. Selain itu juga pH basa dapat mengaktifasi alkalin fosfatase yang
berperan penting dalam pembentukan jaringan keras. Menurut Estrela dkk (1995)
pH yang dibutuhkan untuk mengaktifasi enzim ini bervariasi antara 8,6-10,3,
tergantung dari jenis dan konsentrasi substrat, temperatur dan sumber enzim.
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
9
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
10
MTA tersusun atas kalsium oksida (CaO) dan silikon dioksida (SiO2) yang
secara bersama-sama menyusun 70-95% kandungan semen. Campuran dari
komponen-komponen ini menghasilkan trikalsium silikat (Ca3S), dikalsium silikat
(Ca2S), trikalsium alumina, dan tetrakalsium aluminoferit, alumunium oksida
(Al2O3), kalsium sulfat dihidrat, magnesium oksida (MgO), kalium sulfat,
(K2SO4), dan natrium sulfat (Na2SO4). Bismuth oksida (Bi2O3) ditambahkan
sebagai pemberi efek radiopak.4
MTA yang beredar saat ini berbeda dengan pendahulunya yang berwarna
abu-abu. Warna abu ini dikhawatirkan akan mengganggu estetis, terutama
penggunaan di gigi anterior. Saat ini MTA yang beredar telah berwarna putih
dengan ukuran partikel yang lebih kecil yaitu antara 1,5µm- 40µm. Berdasarkan
pengamatan Scanning Electron Microscop (SEM) MTA putih mengandung Al2O3
54,9% lebih sedikit, MgO 56,5% lebih sedikit dan FeO 90,8% lebih sedikit
dibandingkan dengan MTA abu-abu, hal inilah yang diperkirakan mempengaruhi
warna.9
MTA telah terbukti memiliki sifat-sifat unggul, diantaranya adalah sifat
biokompabilitasnya yang sangat baik. DeDeus dkk (2005) dan Min dkk (2007)
meneliti reaksi sel manusia terhadap MTA dan menyimpulkan bahwa bahan ini
tidak toksik. Demikian pula dengan reaksi jarinang yang terjadi pada observasi
selama 12 minggu in vitro dan in vivo pada hewan coba yang menunjukkan
pertumbuhan sel normal serta penyembuhan di area penanaman bahan coba tidak
terdapat infeksi.10
MTA juga menimbulkan reaksi inflamasi yang lebih ringan dibandingkan
kalsium hidroksida ketika kontak dengan jaringan ikat. Zona nekrotik dan zona
granulasi terbentuk dengan mekanisme yang hampir sama dengan kalsium
hidroksida, namun dengan derajat peradangan yang lebih ringan.10
Keunggulan MTA lainnya adalah bahan ini merupakan semen hidrolik,
artinya mengeras dengan adanya air. Suatu semen kedokteran gigi yang mengeras
dan mempertahankan sifat-sifatnya dalam keadaan lembab sangat menguntungkan
karena sulitnya mengontrol kelembaban didalam rongga mulut.10
MTA juga dapat beradaptasi dengan sangat baik pada dinding kavitas
sehingga kebocoran bakteri minimum. Selain itu MTA dapat menginduksi
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
11
jaringan keras secara lebih cepat dan lebih pasti dibandingkan kalium
hidroksida.Pada beberapa penelitian, MTA telah digunakan dalam prosedur
kaping pulpa pada hewan percobaan maupun manusia dan hasilnya menunjukkan
keberhasilan MTA mampu mempertahankan pH basa. Pada awal pengadukan
segera setelah dicampur dengan air pH 10,2 dan terus meningkat mencapai 12,5
setelah 3 hari, kemudian tetap stabil selama waktu yang lama.(12)
Fase pengerasan gel dari MTA menimbulkan struktur yang sangat keras
yang mencapai kekuatan kompresi maksimal setelah 21 hari (45 MPa), cukup
untuk menahan kondensasi amalgam. Karena sifat kelarutannya rendah maka
keberadaan MTA dapat diabaikan dan tidak dapat diabsorpsi.(4)
Keunggulan MTA menyebabkan penggunaannya sebagai bahan kaping
pulpa direk saat ini menjadi lebih popular, mengalahkan kalsium hidroksida.
Walaupun demikian MTA masih memiliki sejumlah kekurangan yaitu waktu
pengerasannya yang lama (45 – 165 menit), memiliki konsistensi yang
bergranulasi, dan karena masih merupakan produk import maka harganya relatif
mahal.4
Bahan ini memiliki sealing ability dan adaptasi tepi yang baik.Hal ini
dihubungkan dengan sifat MTA yang mengalami ekspansi selama reaksi setting,
sehingga mendukung adaptasi dengan dentin.Studi oleh Reyes-Carmona
melaporkan adanya lapisan interfasial yang terbentuk antara MTA dan dentin.
Lapisan ini terbentuk akibat biomineralisasi dan tag-like structure antara MTA-
dentin.(17) Sifat adhesif semen MTA dengan dentin telah dibandingkan dengan
berbagai macam semen saluran akar, dan hasilnya yang berbahan dasar zinc
oxide/eugenol paling rendah, sedangkan kemampuan penutupan (sealing ability)
semen MTA hampir sama dengan yang berbahan dasar resin epoksi.11, 12
Karakter bioaktif yang dimiliki semen ini dimanfaatkan oleh cairan yang
terdapat pada tubuli dentin untuk menginisiasi proses pengerasan dan
menghasilkan pembentukan endapan serupa hidroksiapatit. Kalsium silikat yang
terdapat pada bubuk terhidrasi, menghasilkan gel hidrat kalsium silikat dan
kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida akan bereaksi dengan ion fosfat dan
menghasilkan endapan serupa hidroksiapatit yang akan bereaksi dan berikatan
dengan dentin. Air akan terus bereaksi dengan kalsium silikat, menghasilkan
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
12
tambahan gel seperti kalsium silikat hidrat. Air pada proses ini merupakan faktor
penting dalam mengontrol tingkat hidrasi dan waktu pengerasan.12
Nilai pH MTA adalah 10,2 yang kemudian akan meningkat menjadi 12
setelah 3 jam, hal ini karena adanya pembentukan kalsium hidroksida pada proses
hidrasi. Waktu setting bahan ini cukup lama yaitu 4 jam tetapi hal ini
menguntungkan karena dengan waktu setting yang lama maka penyusutan yang
terjadi sangat kecil. Pada gambaran radiografis MTA terlihat radiopak berbeda
dari jaringan dentin dan gutaperca.4
Mekanisme aksi MTA mirip dengan efek kalsium hidroksida pada
jaringan pulpa berdasarkan penelitian Holland, terdapat jembatan dengan
morfologi batang dan sedikit lapisan jaringan pulpa nekrotik pada permukaan
superfisial di beberapa spesimen.Holland menyatakan mekanisme aksi MTA
dalam mendukung deposisi jaringan keras mirip dengan kalsium hidroksida.
Awalnya menyebabkan nekrosis koagulasi jika berkontak dengan jaringan ikat
pulpa karena pH yang alkali, yaitu 10,2 selama manipulasi dan 12,5 setelah 3
jam.13
Bahan ini juga mempunyai efek antibakteri karena mempunyai pH yang
tinggi tetapi kemampuan antibakterinya lebih rendah bila dibandingkan dengan
kalsium hidroksida.Efek antibakteri hanya pada bakteri fakultatif dan tidak
berefek pada bakteri anaerob.14
Ada dua macam MTA yaitu MTA abu-abu dan MTA putih.Komposisi
MTA abu-abu memiliki kandungan aluminium oksida (122% lebih tinggi),
magnesium (130% lebih tinggi) dan besi (1000% lebih tinggi). Walaupun begitu
MTA abu-abu dan putih dari MTA ProRoot diindikasikan untuk penutupan
furkasi dan memiliki efektivitas yang sama. MTA abu-abu lebih menginduksi
pembentukan odontoblas, sedangkan MTA putih lebih menginduksi
pembentukan sementoblas dan keratinosit. Berdasarkan penelitian Holland tidak
terdapat perbedaan bermakna antara MTA abu-abu dan putih ketika ditanam pada
jaringan ikat subkutan tikus.MTA putih lebih unggul sekarang ini dibandingkan
MTA abu-abu karena MTA abu-abu dapat membuat bayangan di bawah jaringan
yang tipis. Nilai pH antara MTA putih dan abu-abu adalah sama setelah 168 jam,
serta sama pada komposisi keseluruhan, pemeriksaan sitologi, reaksi inflamasi,
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
13
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
14
Pada saat ini terbentuk pemisah diantara semen yang tidak terhidrasi
(anhidrasi) dan bentuk larutan menyebabkan peningkatan konsentrasi ion yang
larut pada fase likuid yang berkontak cepat dengan bahan yang tidak terhidrasi.
Inisial set terjadi ketika lapisan kalsium silikat hidrat terbentuk dan menyebabkan
kelanjutan dari proses hidrasi. Volume produk hidrasi 2 kali lebih banyak dari
semen yang tidak terhidrasi.Ketika hidrasi berlangsung, produk hidrasi mengisi
ruangan diantara butiran semen. Selama proses induksi (tahap dormant), butiran
semen terpisah dan produk hidrasi utama adalah Ca(OH)2 dan ettringite. Setelah 1
jam kemudian baru gel kalsium silikat hidrat baru mulai terbentuk.Pembentukan
serabut kalsium silikat hidrat yang meningkat menyebabkan campuran semen
menjadi mengeras dengan penurunan jumlah pori-pori pasta.Ettringite terdeposit
di atas permukaan trikalsium alumina kemudian menurunkan reaksi dari
trikalsium alumina.Pada saat ion sulfat habis, lapisan ettringite hancur dan
berubah menjadi monosulfat. Kemudian akan berlangsung tahap akhir akselerasi,
3-12 jam setelah pengadukan semen.10
Menurut Damaschke dkk (2005), mulai dari bubuk berkontak dengan air
sampai dengan 24 jam pertama trikalsium alumina mengalami hidrasi untuk
membentuk gel hidrat koloidal dari trikalsium alumina. Mekanisme pengerasan
MTA ditempuh dalam 3 tahapan17.
Tahap kedua terjadi diantara hari 1 sampai ke-7. Trikalsium silikat dan
trikalsium alumina bereaksi dengan air untuk membentuk Ca(OH)2, aluminium
hidroksida, dan bentuk amorphous kalsium silikat (ettringite) 17
3CaO. SiO2 + H2OCa(OH)2 + 2 CaO. SiO2
3 CaO. Al2O3 + 6H2O 3Ca (OH)2+ 2Al (OH)3
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
15
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa selama proses pengerasan dari
MTA, terjadi penurunan kuantitas dari SiO2, dan juga peningkatan dari Ca(OH)2.
Terjadinya peningkatan Ca(OH)2 dimulai pada hari ke-3 sampai dengan hari ke-
21.17
Pada MTA terhidrasi dengan adanya kandungan trikalsium alumina yang
rendah menyebabkan kandungan yang rendah dari ettringite dan monosulfat. Hal
ini berbeda pada Portland Cementterhidrasi. Adanya masa alumina pada PC
berfungsi sebagai flux untuk dapat menghasilkan molekul material kasar pada
proses pabrik. Defisiensi alumina pada MTA mengindikasikan bahwa MTA
dibuat di laboratorium.Adanya kandungan alumina pada PC reaktif dan
bertanggung jawab atas waktu pengerasan awal PC, namun jumlah alumina dari
MTA minimal.Kandungan alumina yang minimal pada MTA dapat terlihat
melalui gambaran electron micrograph.Dengan minimalnya kandungan alumina
menyebabkan lamanya waktu pengerasanMTA. Oleh karena itu mulai
dikembangkan bahan tambahan akselerasi yang dapatmemodifikasi waktu
pengerasan dari MTA.10
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
16
Gambar 2.2MTA-Angelus®
2.1.3. Biodentine®
Biodentine® (Gambar 2.3)adalah semen biologis aktif yang relatif baru
dengan kemampuan mekanis hampir sama dengan dentin dan dapat digunakan
sebagai pengganti dentin baik pada mahkota maupun akar gigi. Semen ini
mengandung trikalsium silikat, dikalsium silikat, yang dicampur dengan larutan
kalsium klorida.Biodentine® memiliki kemampuan biokompatibilitas yang baik,
impermeable dalam waktu lama, antibakteri, menginduksi regenerasi jaringan
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
17
keras, stabil, tidak mudah larut, dan mudah dimanipulasi, radiopak. Biodentine®
memiliki penambahan akselerator dan pelembut, sehingga waktu pengerasannya
lebih cepat dari MTA dan manipulasinya lebih mudah dilakukan. Kegunaan dari
Biodentine®antara lain sebagai agen kaping, penutupan perforasi, siler saluran
akar.5
Gambar.2.3Biodentine®
Bahan ini terdiri dari bubuk dan cairan, komponen utama pada bubuk
bahan ini adalah trikalsium silikat (3CaO.SiO2) dengan tambahan bubuk kalsium
karbonat (CaCO3) dan zirconium dioksida (ZrO2). Cairan penyampurnya adalah
larutan kalsium klorida (CaCl2) dengan tambahan agen pereduksi air. CaCO3 pada
bubuk berfungsi sebagai filler dan ZrO2 berfungsi sebagai radiopasitas dari
bahan.18
Bubuk dicampur dengan cairan dalam kapsul menggunakan triturator
selama 30 detik.Konsistensi Biodentine®menyerupai semen fosfat (pasta dempul).
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
18
Bubuk
Trikalsium silikat (C3S) Material inti utama
Dikalsium silikat (C2S) Material inti kedua
Kalsium karbonat dan oksida Filer
Iron oksida Pewarna
Zirkonium oksida Radiopasitas
Cairan
Kalsium klorida Akselerator
Polimer hidrosolubel Agen pereduksi air
Sama seperti semen lainnya pada reaksi setting bahan ini mengalami
perubahan bentuk menjadi struktur gel dan terjadi perubahan ion. Dibandingkan
dengansemen kalsium lainnya bahan ini mempunyai waktu setting yang cepat
yaitu 12menit dan sifat mekanis yang baik.20
Reaksi setting bahan ini terlihat dari pengerasan semen.Trikalsium silikat
yang dihidrasi membentuk gel kalsium silika terhidrasi (C-S-H gel) dan kalsium
hidroksida.Gel kalsium silika berguna untuk hidrasi permanen dari trikalsium
silikat dengan mengisi ruang diantara butiran trikalsium silikat. Formula hidrasi
lengkap adalah sebagai berikut :18
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
19
a b c
Gambar 2.5 (a) bubuk sebelum terhidrasi, (b) deposisi CSH, (c) Biodentine® setelah setting.19
Gambar 2.5Micromechanical tag yang terjadi dari masuknya Kristal kalsium karbonat
Biodentine® (A) ke dalam tubuli dentin (B)18
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
20
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
21
intertubulus dan tag mineral pada Biodentine® sehingga menciptakan zona hybrid.
Burgess dkk menyatakan adanya zona hibrid mencegah kebocoran. 18
Kalsium dibutuhkan oleh tubuh untuk metabolism fungsi sel, jaringan dan
organ.Kalsium juga merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan untuk
membentuk jaringan lunak maupun jaringan keras.Fungsi kalsium pada tulang dan
gigi adalah mineralisasi.didalam tubuh 99% kalsium terdapat dalam tulang dan
gigi dalam bentuk terikat (sebagian besar dalam bentuk kompleks kalsium fosfat).
Tulang dapat bertindak sebagai sumber kalsium untuk mencukupi kebutuhan
kalsium harian yang dibutuhkan tubuh dengan kecepatan pertukaran antara tulang
dan cairan ekstraseluler 500 mmol per hari.Kalsium tersedia dalam 3 bentuk, yaitu
dalam bentuk ion bebas (50%), berikatan dengan protein (albumin dan globulin
40%), kompleks ion (kalsium fosfat, kalsium karbonat, kalsium oksalat
9%).Kalsium terionisasi sangat dibutuhkan dalam pensinyalan ekstra dan
intraseluler, transmisi impuls saraf, dan kontraksi otot. Konsentrasi kalsium dalam
serum dipertahankan secara fisiologis kurang lebih 4,4 – 5,4 mg/dl (1.10 –
1.35mM).22
Homeostasis dari ion Ca2+ dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu jumlah total
ion Ca2+ pada tubuh dan distribusi ion Ca2+ diantara tulang dan cairan
ekstraseluler.Jumlah total ion Ca2+ ditentukan oleh jumlah relatif ion Ca2+ yang
diabsorbsi dari saluran gastroimtestinal dan dieksresikan oleh ginjal. Ion Ca2+
diabsorpsi dari saluran gastrointestinal secara aktif, dengan mekanisme
transportasi melalui suatu carrier yang distimulasi oleh suatu metabolit vitamin
D, yang disebut kalsitrol.Jumlah ion Ca2+ yang diabsorpsi rata-rata sekitar 200
mg/hari. Namun dapat meningkat hingga 600 mg/ hari ketika kadarkalsitrol
meningkat. Pada orang dewasa, eksresi ion Ca2+ dari ginjal seimbang dengan
jumlah yang diabsorpsi di gastrointestinal (200 mg/hari) dan jumlah ini berubah
sejalan dengan resorpsi ion Ca2+ oleh saluran pencernaan. Pada orang dewasa
konsumsi ion Ca2+ dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari sekitar 1000 mg.
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
22
Jumlah ini diimbangi dengan jumlah ion Ca2+ yang dikeluarkan melalui feses
sekitar 800 mg, dan melalui urin sebesar 200 mg.
Faktor kedua yang mengkontrol homeostasis ion Ca2+ adalah distribusi ion
Ca2+ diantara tulang dan cairan ekstraseluler. Hormon paratiroid (PTH), kalsitrol,
dan calsitonin merupakan hormone penting yang meregulasi distribusi ion Ca2+
diantara tulang dan cairan ekstraseluler serta meregulasi ion Ca2+ dalam plasma.
PTH disekresikan oleh kelenjar paratiroiddan sekresinya distimulasi oleh kondisi
penurunan kadar kalsium dalam plasma (hipokalsemia). PTH dapat meningkatkan
kadar kalsium dalam plasma dengan menstimulasi resorpsi tulang, meningkatkan
resorpsi ion Ca2+ dari ginjal dan menstimulasi diproduksinya kalsitrol, yang dapat
meningkatkan absorpsi ion Ca2+ oleh saluran gastrointestinal dan menstimulasi
resorpsi tulang. Produksi kalsitrol distimulasi oleh kondisi hipokalsemia dan
hipofosfatemia. Efek dari hipokalsemia adalah meningkatkan kadar PTH yang
diakibatkan oleh menurunnya kadar ion Ca2+ dalam plasma. Kalsitrol
meningkatkan kadar ion Ca2+ dalam plasma dengan cara yang hampir sama
dengan PTH. Kalsitonin disekresikan oleh sel C parafolikular, dan sekresi ini
distimulasi oleh kondisi yang hiperkalsemia.Kalsitonin menurunkan kadar ion
Ca2+ dalam plasma dengan menstimulasi pembentukan tulang.
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
23
Setiap sel mengalami siklus sel. Peristiwa yang paling mencolok dalam
siklus sel adalah ketika nucleus sel membelah diri. Proses ini disebut juga dengan
mitosis. Setelah itu sel akan membelah menjadi dua, disebut juga dengan
sitokinesis. Istilah siklus sel mengacu pada suatu waktu diantara dua mitosis.Pada
sel eukariotik, siklus sel terbagi menjadi 4 fase, yaitu G1 (gap-1), S (sintesis), G2
(gap-2), dan M (mitosis).24
Pembelahan sel terjadi pada fase M. fase ini merupakan fase terpendek,
yakni kurang dari 1 jam. Anak belahan sel kemudian dapat masuk dalam fase Go
(dorman) atau kembali memasuki siklus sel ketika diperlukan untuk proses
pertumbuhan atau perbaikan. Pada populasi sel normal, sebagian besar sel
terdapat pada fase Go.24
Interfase adalah periode antara akhir dari fase M dan permulaan mitosis
berikutnya.Pada fase G1, terjadi peningkatan kandungan dari protein dan
RNA.Pada fase S, CDNA disintesis, namun hanya sekali.DNA menjadi ganda,dan
nucleus menjadi tetraploid (4n).seluruh genom diploid bereplikasi menjadi genom
tetraploid. Pada fase G2, terjadi pembesaran sitoplasma.Perbaikan DNA dan
produksi protein sel terjadi pada fase G2. Pada mamalia suatu siklus sel terjadi
dalam waktu beberapa jam.24
Pada proses regenerasi tulang, sel osteoprogenitor harus dapat mengalami
mitosis dan menerima rangsang kimia yang tepat dari lingkungan sekitarnya yang
memerintahkan sel tersebut untuk masuk kedalam siklus sel. Material bioaktif
dapat memicu terjadinya proliferasi fibroblast dengan cara mempercepat siklus
pertumbuhan sel. Siklus sel tidak melalui fase G1 dan S, melainkan langsung
masuk ke fase G2. Dengan adanya konsentrasi kritis dari ion Ca, dalam waktu 49
jam osteoblast mampu berdiferensiasi menjadi fenotip osteoblast matang dan
mulai berproliferasi dan meregenerasi tulang baru. Osteoblast yang tidak
memasuki siklus sel dan tidak berdiferensiasi akan mengalami apoptosis yang
disebabkan oleh produk ion terlarut.23
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
24
Ketika ion Ca2+ terpapar karbon dioksida (CO2) atau ion karbonat (CO3-)
di jaringan akan membentuk kalsium karbonat (CaCO3) dan ion Ca2+ akan
bereaksi dengan lingkungan sekitarnya.Kalsium karbonat merupakan biomineral
yang sangat penting dalam aktifasi sel mineralisasi. Baik kalsium karbonat alami
(yang didepositkan oleh osteoblast selama proses remineralisasi) maupun yang
sintesis telah sering digunakan untuk regenerasi jaringan25.
Sarkar dkk (2005) menyatakan bahwa ion Ca2+ yang dominan dilepaskan
dari MTA, akan bereaksi dengan fosfat dalam cairan jaringan sintetik dan
membentuk hidroksi apatit. Lapisan dipertautan antara dentin dan MTA juga akan
menghasilkan reaksi yang hampir sama dengan percobaan yang dilakukannya. 26
Asrianti (2008) melakukan penelitian mengenai pelepasan ion Ca2+ dari
ProRoot MTA®yang diaplikasikan dengan SIK.Hasil dari penelitian menunjukkan
adanya pelepasan ion Ca2+ sebesar 45% dalam waktu 15 menit setelah initial
seting, dan 53% dalam waktu 30 menit setelah initial setting.27
Rodrigues dkk (2013) melakukan penelitian mengenai pelepasan ion dari
MTA, kalsium hidroksida, dan Biodentine®. Dari penelitian tersebut didapatkan
bahwa pada pH 5,5 MTA melepaskan ion kalsium lebih banyak jika dibandingkan
dengan Dycal® dan Biodentine®. Pada pH 7,0 Biodentine® melepaskan kalsium
lebih banyak.28
Menurut Natale dkk (2014), Dycal® melepaskan ion lebih sedikit
dibandingkan dengan MTA dan Biodentine®. Pelepasan ion kalsium relatif
konstan pada pH netral (=7), namun pada pH 5,5 pelepasan kalsium menurun
hingga 24% setelah hari ke 21. Pada pH 5,5, MTA melepaskan lebih banyak ion
kalsium dibandingkan dengan Dycal®. Biodentine® juga melepaskan ion jauh
lebih banyak dibandingkan dengan Dycal®pada pH 7,0 .29Menurut Gandolfi
(2013), Biodentine® menunjukkan pelepasan ion kalsium yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan ProRoot MTA®.30
Marco dkk (2003) melakukan penelitian menggunakan ProRoot MTA®
dan MTA Angelus®, untuk mengevaluasi pH dan pelepasan ion kalsium dari kedua
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
25
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
26
Material Kedokteran Gigi
Keterangan: Diteliti
Tidak diteliti
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
27
BAB 3
MTA‐Angelus®
Direndam dalam
Pelepasan ion Ca2+
air deionisasi
Biodentine®
Gambar 3.1.Skema kerangka konsep. Pelepasan ion Ca2+ pada sesaat setelah seting dan
30 hari setelah seting
3.2 Hipotesis
27
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
28
BAB 4
METODE PENELITIAN
Eksperimental laboratorik.
t = 2, yaitu:
a. MTA
b. Biodentin
(2-1) (n-1) ≥ 15
Universitas Indonesia
28
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
29
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
30
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
31
spesimen dipindahkan
dalam air deionisasi
yang baru. Pelepasan
ion dihitung
menggunakan atomic
absorption
spechtrophometer.
Bahan:
Alat:
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
32
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
33
Bubuk : Likuid =
sesuai anjuran pabrik
Molding Teflon (n= 23)
untuk tiap bahan
Final setting
Biodentine® direndam MTA
air deionisasi (n=23) Angeleus®direndam air
selama 1 jam deionisasi (n=23) selama
Diukur dengan Atomic Diukur dengan Atomic
absorption Hasil 1 absorption
sphectropometer sphectropometer
Diukur dengan Atomic Diukur dengan Atomic
absorption Hasil 2 absorption
sphectropometer sphectropometer
Analisis Data
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
34
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
35
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Tabel 5.1. Selisih jumlah ion ca2+ (ppm) yang dilepas kelompok MTA Angeleus® dan Biodentine®
berdasarkan waktu pengukuran 1 jam dan 49 jam
Pada Tabel 5.1terlihat selisih jumlah ion Ca2+ yang dilepas pada kelompok
MTA Angeleus® 1 jam dan MTA Angeleus®49 jam sebesar 10,73ppm. Selisih
jumlah ion Ca2+ yang dilepas dari kelompok Biodentine® 1 jam dan 49 jam
sebesar 10,29 ppm. Selisih jumlah ion Ca2+ yang dilepas dari kelompok MTA
Angeleus® 1 jam dan Biodentine® 1 jam sebesar 3,14 ppm. Sedangkan jumlah ion
Universitas Indonesia
35
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
36
Ca2+ yang dilepas dari kelompok MTA Angeleus®49 jam dan Biodentine®49 jam
sebesar 2,7 ppm. Dari tabel tersebut memperlihatkan pelepasan ion Ca2+
kelompok Biodentine®lebih banyak daripada kelompok MTA Angeleus® baik pada
waktu pengukuran 1 jam dan 49 jam.
Datayang diperoleh lebih dari dua kelompok dengan distribusi data yang
tidak normal, sehingga untuk menganalisinya digunakan Uji Kruskal-Wallis.
Hasil analisis uji Kruskal-Wallis menunjukkan adanya perbedaan secara nyata
nilai kadar ion Ca2+ diantara ke-4 kelompok dengan nilai p≤ 0.05.Dengan
demikian dapat diambil kesimpulan bahwa “terdapat perbedaan jumlah pelepasan
ion Ca2+ antara dua kelompok”.Untuk mengetahui kelompok mana yang
mempunyai perbedaan, maka dilakukan analisis Post Hoc menggunakan uji
Mann-Whitney diantara setiap kelompok uji.
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
37
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
38
BAB 6
PEMBAHASAN
38 Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
39
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
40
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
41
dalam bentuk alami maupun sintetis merupakan biomaterial yang paling penting
dalam bahan biomaterial pada proses mineralisasi. Pada proses mineralisasi
kalsium karbonat didepositkan oleh osteoblast yang terpapar kalsium fosfat secara
alamiah.
Pada Tabel 5.1 dapat dilihat kecepatan kelompok MTA Angeleus® dalam
melepaskan ion Ca2+ lebih cepat jika dibandingkan pada kelompok Biodentine®.
Hal ini disebabkan oleh rendahnya kelarutan dari Biodentine® dibandingkan
dengan MTA Angeleus®.Rendahnya kelarutan dari Biodentine® disebabkan oleh
hydrosoluble polimer yang betindak sebagai agen perduksi air yang terkandung
dalam likuid Biodentine®.
Distribusi data dalam penelitian ini menunjukkan sebaran data yang tidak
normal pada kelompok MTA Angeleus®.Merunut tahapan pembuatan spesimen
yang telah disesuaikan dengan petunjuk pabrik, satu-satunya variasi yang
mungkin terjadi adalah pada saat pengadukan MTA Angeleus®.Kurang akuratnya
kuantitas bubuk ketika dikeluarkan dari kemasan (proses pengadukan Biodentine
tidak dilakukan diluar kemasan pabrik, sedangkan pada MTA Angelus proses
pengadukan setelah bahan dikeluarkan dari kemasan pabrik), dapat menyebabkan
variasi yang tidak terkontrol dari komposisi adonan. Selain itu tehnik pengadukan
manual memungkinkan pencampuran yang tidak sama identik pada setiap sampel.
Kemasan Biodentine® yang berbentuk kapsul, tehnik pengadukan menggunakan
amalgamator dengan waktu yang seragam (sesuai petunjuk pabrik adalah 30
detik), serta hasil adonan yang lebih homogen, dapat menjadi alasan data yang
didapat dari kelompok Biodentine® lebih seragam dan berdistribusi normal.
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
42
(MEPE), bone sialoprotein (BSP), derivate matriks email, sel punca dan
menstimulasi mineralisasi pulpa gigi dengan membentuk dentin tersier.
Pembentukan dentin tersier oleh kedua material bioaktif ini terhenti setelah
tiga bulan pengaplikasian, seiring dengan telah dibentuknya barrier dentin yang
cukup tebal.Dengan adanya barrier terkalsifikasi tersebut, lingkungan disekitar
bahan menjadi jenuh terhadap kondisi alkali, sehingga pertukaran ion
dipermukaan material bioaktif tersebut terhenti.Pengaplikasian semen bioaktif
silikat sebagai agen pulp capping dan pada kasus pulpotomi menunjukkan bahwa
bahan tersebut dapat ditoleransi dengan baik meskipun berkontak langsung
dengan pulpa. Kualitas dari dentinal bridge yang dihasilkan dari semen bioaktif
silikat juga lebih baik dan lebih keras jika dibandingkan dengan dentinal bridge
yang dibentuk dari penggunaan kalsium hidroksida.21
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
43
BAB 7
7.1. Kesimpulan
7.2. Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai ion Ca2+ yang dilepas oleh
material bioaktif pada proses mineralisasi menjadi lapisan HCA pada
jaringan.
Perlu dilakukan observasi lebih lanjut mengenai pelepasan ion Ca2+ pada
MTA Angeleus® dan Biodentine®untuk jangka waktu yang lebih lama dari
49 jam.
Diperlukan kajian ulang mengenai MTA konvensional dalam proses
remineralisasi, mengingat final setting MTA konvensional memerlukan
waktu lebih dari 49 jam (waktu minimal yang diperlukan osteoblast masuk
kedalam siklus sel).
43
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
44
DAFTAR PUSTAKA
44
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
45
20. L H. Uptake of Calcium and Silicon Release from Calcium Silicate Based
Endodontic Material Into Root Canal Dentine. International Endodontic
Journal of dental science 2011:1-7.
22. Feng JQ, Qin C. Mineral metabolism and its impact on craniofacial bones
and teeth. In: McCauley LK, Somerman MJ, editors. Mineralized Tissues
in Oral and Craniofacial ScienceBiological Principles and Clinical
CorrelatesOxford, UK: John Wiley & Sons, Inc; 2012. p. 297-303.
23. Gerhardt LC, Boccaccinni AR. Bioactive Glass and Glass - Ceramic
Scaffolds for Bone Tissue Engineering. Materials 2010;3:3867-910.
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
46
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
LAMPIRAN 1.AlatdanBahan
LAMPIRAN 2.ProsedurPenelitian
Explore
Notes
Output Created 22-OCT-2014 09:08:44
Comments
C:\Users\asus
Data
pc\Documents\data tesisca.sav
Active Dataset DataSet1
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 92
User-defined missing values for
Definition of Missing dependent variables are treated
as missing.
Missing Value Handling Statistics are based on cases
with no missing values for any
Cases Used
dependent variable or factor
used.
EXAMINE VARIABLES=nilai BY
bahan
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF
NPPLOT
Syntax /COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Processor Time 00:00:11.86
Resources
Elapsed Time 00:00:08.54
bahan Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
MTA 1 23 100.0% 0 0.0% 23 100.0%
Descriptives
bahan Statistic Std. Error
Mean 2.2443 .62066
Range 6.87
Interquartile Range 2.85
Minimum 1.63
Maximum 9.52
Range 7.89
Interquartile Range 2.34
Tests of Normality
bahan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
nilai
Stem-and-Leaf Plots
11.00 0 . 00000001347
3.00 1 . 011
3.00 2 . 668
1.00 3 . 4
2.00 4 . 24
.00 5 .
.00 6 .
1.00 7 . 5
2.00 Extremes (>=9.2)
2.00 9 . 28
2.00 10 . 49
2.00 11 . 02
4.00 12 . 3468
6.00 13 . 334679
4.00 14 . 0046
2.00 15 . 13
1.00 16 . 0
2.00 0 . 11
2.00 0 . 23
11.00 0 . 44444555555
6.00 0 . 666677
2.00 0 . 99
1.00 0 . 8
7.00 1 . 1223333
14.00 1 . 55555667788999
1.00 2 . 2
Notes
Output Created 22-OCT-2014 09:18:36
Comments
C:\Users\asus
Data
pc\Documents\data tesisca.sav
Active Dataset DataSet1
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 92
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling Statistics for each test are based
Cases Used on all cases with valid data for
the variable(s) used in that test.
NPAR TESTS
Syntax /K-W=nilai BY bahan(1 4)
/MISSING ANALYSIS.
Processor Time 00:00:00.02
Resources Elapsed Time 00:00:00.03
a
Number of Cases Allowed 112347
Kruskal-Wallis Test
Ranks
bahan N Mean Rank
MTA 1 23 16.00
MTA 48 23 63.57
a,b
Test Statistics
Chi-Square 73.428
df 3
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: bahan
NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(1 2)
/MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(99) SAMPLES(23).
NPar Tests
Notes
NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(1 2)
/MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(95) SAMPLES(23).
NPar Tests
Notes
Output Created 22-OCT-2014 09:25:48
Comments
C:\Users\asus
Data
pc\Documents\data tesisca.sav
Active Dataset DataSet1
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 92
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling Statistics for each test are based
Cases Used on all cases with valid data for
the variable(s) used in that test.
NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(1 2)
Syntax /MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(95)
SAMPLES(23).
Processor Time 00:00:00.03
Elapsed Time 00:00:00.66
Resources
a
Number of Cases Allowed 112347
Time for Exact Statistics 0:00:00.64
Ranks
bahan N Mean Rank Sum of Ranks
MTA 1 23 12.04 277.00
a
Test Statistics
nilai
Mann-Whitney U 1.000
Wilcoxon W 277.000
Z -5.793
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
b
Sig. .000
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Lower Bound .000
95% Confidence Interval
Upper Bound .122
b
Sig. .000
Monte Carlo Sig. (1-tailed) Lower Bound .000
95% Confidence Interval
Upper Bound .122
a. Grouping Variable: bahan
b. Based on 23 sampled tables with starting seed 299883525.
NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(1 3)
/MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(95) SAMPLES(23).
NPar Tests
Notes
Output Created 22-OCT-2014 09:28:25
Comments
C:\Users\asus
Data
pc\Documents\data tesisca.sav
Active Dataset DataSet1
Input
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
Mann-Whitney Test
Ranks
a
Test Statistics
nilai
Mann-Whitney U 89.000
Wilcoxon W 365.000
Z -3.858
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Sig. .000b
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Lower Bound .000
95% Confidence Interval
Upper Bound .122
Sig. .000b
Monte Carlo Sig. (1-tailed) Lower Bound .000
95% Confidence Interval
Upper Bound .122
a. Grouping Variable: bahan
NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(1 4)
/MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(95) SAMPLES(23).
NPar Tests
Notes
Mann-Whitney Test
Ranks
bahan N Mean Rank Sum of Ranks
nilai MTA 1 23 12.09 278.00
Total 46
Test Statisticsa
nilai
Mann-Whitney U 2.000
Wilcoxon W 278.000
Z -5.771
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
b
Sig. .000
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Lower Bound .000
95% Confidence Interval
Upper Bound .122
Sig. .000b
NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(2 3)
/MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(95) SAMPLES(23).
NPar Tests
Notes
Output Created 22-OCT-2014 09:29:39
Comments
C:\Users\asus
Data
pc\Documents\data tesisca.sav
Active Dataset DataSet1
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 92
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling Statistics for each test are based
Cases Used on all cases with valid data for
the variable(s) used in that test.
Mann-Whitney Test
Ranks
bahan N Mean Rank Sum of Ranks
a
Test Statistics
nilai
Mann-Whitney U 1.000
Wilcoxon W 277.000
Z -5.789
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Sig. .000b
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Lower Bound .000
95% Confidence Interval
Upper Bound .122
b
Sig. .000
Monte Carlo Sig. (1-tailed) Lower Bound .000
95% Confidence Interval
Upper Bound .122
NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(2 4)
/MISSING ANALYSIS
NPar Tests
Notes
Output Created 22-OCT-2014 09:30:14
Comments
C:\Users\asus
Data
pc\Documents\data tesisca.sav
Active Dataset DataSet1
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 92
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling Statistics for each test are based
Cases Used on all cases with valid data for
the variable(s) used in that test.
NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(2 4)
Syntax /MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(95)
SAMPLES(23).
Processor Time 00:00:00.03
Mann-Whitney Test
Ranks
bahan N Mean Rank Sum of Ranks
NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(3 4)
/MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(95) SAMPLES(23).
NPar Tests
Notes
Output Created 22-OCT-2014 09:30:38
Comments
C:\Users\asus
Data
pc\Documents\data tesisca.sav
Active Dataset DataSet1
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 92
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling Statistics for each test are based
Cases Used on all cases with valid data for
the variable(s) used in that test.
Mann-Whitney Test
Ranks
bahan N Mean Rank Sum of Ranks
a
Test Statistics
nilai
Mann-Whitney U 2.000
Wilcoxon W 278.000
Z -5.767
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Sig. .000b
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Lower Bound .000
95% Confidence Interval
Upper Bound .122
b
Sig. .000
Monte Carlo Sig. (1-tailed) Lower Bound .000
95% Confidence Interval
Upper Bound .122
a. Grouping Variable: bahan
b. Based on 23 sampled tables with starting seed 1502173562.