Anda di halaman 1dari 80

UNIVERSITAS INDONESIA

PERBANDINGAN PENGLEPASAN ION KALSIUM

MTA ANGELUS®DAN BIODENTINE®

TESIS

IFFI APRILLIA SOEDJONO


1206309176

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


ILMU KONSERVASI GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
30 OKTOBER, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA

PERBANDINGAN PELEPASAN ION KALSIUM

MTA ANGELUS®DAN BIODENTINE®

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialisasi

IFFI APRILLIA SOEDJONO


1206309176

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


ILMU KONSERVASI GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
30 OKTOBER, 2014 
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
KATA PENGANTAR  

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang, atas limpahan kasih, rahmat dan karuniaNYa dalam
penyelesaian penelitian dan penulisan tesis ini.
Penelitian yang tertuang dalam penulisan ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar spesialis dalam Ilmu Konservasi Gigi. Penulisan ini tidak
akan terwujud tanpa bantuan, arahan, koreksi, nasihat, dan dukungan dari
berbagai pihak. Maka izinkan saya pada kesempatan ini untuk menyampaikan
penghargaan dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Indonesia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M. Met.
2. Dr. Yosi KusumaEriwati, drg.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia, beserta jajarannya.
3. Dr. Sri Lelyati, S. U., drg., Sp. Perio (K), selaku Manajer Pendidikan dan
Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
4. Dr. EndangSuprastiwi,drg., Sp. K.G (K), selaku Ketua Departemen Ilmu
Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, sekaligus
dosen penguji II yang telah banyak member masukan yang sangat berharga.
5. Nilakesuma Djauhari,drg.,Sp.K.G. (K), selaku Koordinator Pendidikan
Spesialis Departemen Ilmu Konservasi Gigi, FakultasKedokteran Gigi
Universitas Indonesia.
6. Munyati Usman,drg., Sp. K.G (K), selaku pembimbing I yang telah dengan
sangat teliti membimbing serta memberikan arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan ini.
7. Dini Asriani, drg.,Sp. K.G, selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan masukan kepada penulis selama penulisan.
8. Prof. Dr. Narlan Sumawinata,drg.,Sp. K.G (K), selaku dosenpenguji I yang
telah sangat banyak membantu penulis dalam memberikan ide-ide yang amat
sangat berharga selama penelitian dan penulisan tesis ini.
9. Gatot Sutrisno, drg.,Sp. K.G (K), selaku dosen penguji III yang telah banyak
memberikan masukan yang sangat berharga.

iv Universitas Indonesia
 

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


10. Seluruh staf pengajar Ilmu Konservasi Gigi yang telah bersedia memberikan
ilmu dan motivasi yang sangat berharga selama saya menjalani perkuliahan,
klinik, dan penulisan tesis ini
11. Karyawan Perpustakaan FKG UI, karyawana dministrasi danklinik spesialis
Departemen Ilmu Konservasi, serta dra. Handjaya Rusli, selaku asisten dosen
Laboratorium Kimia Analis, Institut Teknologi Bandung.

Rasa hormat dan rindu ananda kepada Alm. H. Soedjono, dan Hj. Ratna
Dewi Siregar. Merupakan suatu kehormatan bagi ananda untuk dapat memenuhi
janji ananda, meski terlambat, semoga sesuai dengan yang papa harapkan.
Suami tercinta, Agung Bayu Saputra, ST., putrid kesayanganku Anindya
Raina Safitri, serta kapten kecilku Arkana Razan Arrasy. Terima kasih kutak
terhingga atas semua dukungan baik materiil dan moril yang tanpa batas, untuk
memberikan kesempatan penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.
Kepada ayah mertua yang terhormat, Bpk. Sugiyono dan Ibu mertua ibu
Kartini, atas doa dan dukungannya kepada penulis Saudara saudari tercinta, Kak
Ike, KakIrna, Ihma, Indah, Andry, Anggi, KakIqbal, Uta, Try, Rully. Keponakan
kesayangan Amelinda, Kayla, Kania, Zira dan sikecil Kai.Juga tidak lupa kepada
Bu Mila, yang telah membantu menjaga dan merawat anak saya selama saya
menjalani pendidikan.
Teman-teman seperjuangan, PPDGS angkatan 2012, Arie, KakAsri,
Bunga, Dita, Feli, Fifi, Kurniawan, Dika, Priska, Peggy, Tita, Shelvy,
danKakVika. Semoga pertemanan kita tak lekang oleh waktu, amiiin..Serta
teman-teman PPDGS angkatan 2011 dan 2013.
Akhirnya saya berharap agar penulisan tesis yang masih jauh dari
sempurna ini dapat bermanfaat bagii lmu kedokteran gigi umumnya dan ilmu
konservasi gigi khususnya.

Jakarta, Oktober 2014

Penulis

v Universitas Indonesia
 

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
ABSTRAK

Nama :Iffi Aprillia


Program Studi :Spesialisasi Konservasi Gigi
Judul : Perbandingan Penglepasan Ion KalsiumMTA Angelus®
dan Biodentine®

Pada tahap pengerasannya, material bioaktif akan mengalami mekanisme hidrasi


dengan melepaskan beberapa ion yang dikandungnya. Reaksi pada permukaan
material ini dapat melepaskan dan merubah konsentrasi dari ion-ion terlarut yang
akan memicu terjadinya respon intra seluler dan ekstra seluler dan akan
mengkonduksi terjadinya pembentukan jaringankeras. Ion kalsium (Ca2+) yang
dilepas material bioaktif berperan dalam fungsinya sebagai peningkat pH,
bakterisid, menekan aktivitas osteoklas, serta merangsang pembentukan
fibroblas.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pelepasan ion
Ca2+dari material bioaktifMTA-Angelus®danBiodentine®. Sebanyak 46 sampel
dipersiapkan dengan ukuran Ø 2 mm dantinggi 2 mm, terdiri dari 23 sampel
kelompok MTA Angelus®, dan 23 sampel kelompok Biodentine® direndam dalam
air deionisasi selama 1 jam dan 48 jam. Larutan perendam kemudian diukur kadar
pelepasan ion Ca2+-nya menggunakan alat atom absorption sphectropometer,
kemudian hasilnya diuji statistic menggunakan uji Kruskal Wallis. Hasil uji
statistik post hoc Mann Whitney menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna
diantara semua kelompok dengan nilai signifikansip≤0,05. Biodentine® terbukt
imelepaskan ion Ca2+lebih banyak dibandingkan dengan MTA Angelus® pada
waktu pengukuran 1 jam dan 48 jam.MTA Angelus® melepaskan ion Ca2+lebih
cepat jika dibandingkan dengan Biodentine®.

Kata Kunci:MTA Angelus®, Biodentine®, pelepasan ion Ca2+, remineralisasi.


 

vii Universitas Indonesia


 

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


ABSTRACT

Name : Iffi Aprillia


Department : Conservative Dentistry
Title : The Comparison of Calcium ion release from MTA
Angelus® dan Biodentine®

On the setting stage, the bioactive materials will experience hydration mechanism
by releasing a number of their ions. The reaction on the surface of these materials
can release and alter dissolved ions concentration which will trigger an
intracellular and extracellular responses. This process will also conduct
remineralization. The released Ca2+ ions will increase alkalinizing activity,
antibacterial, suppressing osteoclast activity as well as stimulating fibroblast
formation. The aim of this study is to analyze Ca2+ ion release from MTA
Angelus®danBiodentine® as a bioactive material. As many as 46 samples are
prepare with the size of 2 mm in diameters and 2 mm in height. The samples
consist of 23 of MTA Angelus® samples, and 23 of Biodentine® samples. Both
materials were soaked in deionized water for an hour which will then be
measured. Both materials will then be transferred into fresh solution and will be
soaked for 48 hours before they would be measured for the second time. The
measurements will be conducted by using atom absorption sphectropometer. The
result will later be statistically tested using a Kruskal Wallis test. Mann Whitney
post hoc’s statistic test result showed a significant discrepancy among all groups,
whit the significant value of p≤0,05. . Biodentine® was proven to release more
Ca2+ ions compared to MTA Angelus® during the 1 and 48-hour measurments.
MTA Angelus® released Ca2+ ion faster than Biodentine® does.

Keywords: MTA Angelus®, Biodentine®, Ca2+ ion release, remineralization.

viii Universitas Indonesia


 

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN ORSINALITAS ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1


1.1 Latar belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusanmasalahpenelitian ......................................................... 3
1.3 TujuanPenelitian ......................................................................... 3
1.4 ManfaatPenelitian ...................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5


2.1. Material Bioaktif ......................................................................... 5
2.1.1 KalsiumHidroksida ............................................................ 7
2.1.2 Mineral Triokside Aggregate (MTA) ................................ 9
2.1.2.1 ProRoot MTA® ...................................................... 15
2.1.2.2 MTA Angelus® ....................................................... 16
2.1.3Biodentine® ......................................................................... 16
2.2 Pelepasan ion kalsiumdari material biokatif ............................... 21
2.3 KerangkaTeori ............................................................................ 25

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS .................................... 27


3.1 Kerangkakonsep.......................................................................... 27
3.2 Hipotesis ..................................................................................... 27

ix Universitas Indonesia
 

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


BAB 4 METODE PENELITIAN ................................................................. 28
4.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 28
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 28
4.3 Sampel Penelitian dan Bahan Uji ............................................... 28
4.4 Jumlah Sampel Penelitian ........................................................... 28
Variabel Penelitian ...................................................................... 28
Definisi Operasional ................................................................... 29
4.7 Bahan dan Alat ............................................................................. 31
4.8 Proses penelitian .......................................................................... 32
4.8.1 Persiapan specimen ............................................................ 32
4.8.2 Spesimen uji ....................................................................... 32
4.8.3 Pengukuran pelapasan ion kalsium………………………… 32
4.9 Manajemen data .......................................................................... 34
4.10 Analisis data .............................................................................. 34

BAB 5 HASIL PENELITIAN ...................................................................... 35


BAB 6 PEMBAHASAN ................................................................................. 38

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 43


7.1. Kesimpulan ............................................................................... 43
7.2. Saran ........................................................................................ 43

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 44


LAMPIRAN

x Universitas Indonesia
 

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


DAFTAR GAMBAR

Gambar. 2.1 Bagan reaksi kimia pada permukaan material bioaktif ............... 7
® ......................................................................................................................
Gambar 2.2ProRoot MTA 15
®
Gambar 2.3 MTA-Angelus ............................................................................. 16
®
Gambar. 2.4 Biodentine ................................................................................ 17
Gambar 2.5 Ilustrasi proses hidrasiBiodentine® .............................................. 18
Gambar 2.6 (a) bubuk sebelum terhidrasi, (b) deposisi CSH, (c) Biodentine®
setelah setting. ......................................................................... 18
Gambar 2.7 Ikatan yang terjadi antara Biodentine® (A) dengan dentin (B) .... 19
Gambar 2.8 Micromechanical tag yang terjadi dari masuknya Kristal
Kalsium karbonat Biodentine® (A) kedalam tubuli dentin (B) 19
Gambar 2.9 Skema kerangka teori ................................................................... 23
Gambar 3.1.Skema kerangka konsep.Pelepasan ion Ca2+ pada sesaat
setelah seting dan 30 hari setelah seting ................................... 24

xi Universitas Indonesia
 

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi bubuk dan cairan Biodentine® ....................................... 17


Table 4.1 Definisi operasional ......................................................................... 26
2+
Tabel 5.1 Selisih jumlah ion ca (ppm) yang dilepas kelompok MTA
Angeleus® dan Biodentine® berdasarkan waktu pengukuran 1 jam
dan 48 jam .................................................................................... 32
Tabel5.2 Nilai kemaknaan pelepasan ion Ca2+ diantara masing-
Masing kelompok .......................................................................... 33

xii Universitas Indonesia


 

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014



 

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Perubahan paradigma dari penggantian jaringan menjadi regenerasi
jaringan, menyebabkan penggunaan material kedokteran diarahkan untuk
perbaikan jaringan secara biologis. Dalam pendekatan ini, digunakan material
bioaktif untuk menstimulasi regenerasi jaringan melalui tahapan reaksi, yang
akan mengarah pada peningkatan proliferasi dan diferensiasi sel pembentukan
jaringan.1
Material bioaktif adalah suatu material yang dapat menimbulkan respons
biologis pada jaringan lain.Salah satu material bioaktif adalah bioactive glass,
yaitu suatu bentuk kaca yang dapat menginduksi pembentukan
tulang.Senyawanya terdiri dari silika (kaca) dan material lain, yang mengandung
ion kalsium. Material bioaktif ini tersedia dalam bentuk bubuk atau mould form.1
Pada tahap pengerasannya, material bioaktif akan mengalami mekanisme
hidrasi dengan melepaskan beberapa ion yang dikandungnya. Reaksi pada
permukaan material ini dapat melepaskan dan merubah konsentrasi dari ion-ion
terlarut yang akan memicu terjadinya respos intraseluler dan ekstraseluler dan
akan mengkonduksi terjadinya pembentukan jaringan keras. Ion kalsium (Ca2+)
yang dilepas material bioaktif berperan dalam fungsinya sebagai peningkat pH,
bakterisid, menekan aktivitas osteoklas, serta merangsang pembentukan
fibroblas.2 Ion Ca2+ juga dilaporkan dapat mengaktifkan Ca-dependent ATP-
asedan akan bereaksi dengan karbon di jaringan dan akan membentuk kalsium
karbonat yang akan mengawali terjadinya remineralisasi. Ion Ca2+ juga
dibutuhkan untuk migrasi sel dan proses diferensiasi.3Sifat dari material bioaktif
inilah yang digunakan dalam kasus-kasus endodontik yang membutuhkan
pembentukan jaringan keras, seperti pada kasus perawatan pulpa vital (kaping
pulpa, pulpotomi), apeksogenesis, apeksifikasi hingga penutupan perforasi.
Beberapa material yang merupakan material bioaktif antara lainmineral trioxide
agregate (MTA), dan Biodentine®.

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014

 

Menurut Bogen dan Kuttler (2009) dan Parirokh dan Torabinejad (2010),
sejak digunakannya MTA pada obturasi saluran akar retrograd, semen kalsium
silikat telah menjadi bahan pilihan untuk perbaikan dari semua jenis defek pada
dentin yang memungkinkan terjadinya hubungan dari dalam saluran akar ke
jaringan periodonsium. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tay dkk
(2007), Reyes-Carmona dkk (2009) dan Torabinejad - Parirokh (2010), dengan
biokompabilitas dan kemampuannya untuk menginduksi terbentuknya kalsium
fosfat pada jaringan periodonsium, kalsium silikat memainkan peranan penting
dalam perbaikan jaringan tulang. Penelitian yang dilakukan oleh Monalisa (2008)
juga memperlihatkan kemampuan MTA dalam merangsang regenerasi dan
pembentukan jaringan keras. Kemampuan tersebut kemungkinan disebabkan oleh
pH yang tinggi yaitu 10.2 – 12.5 dan adanya pelepasan substansi yang dapat
mengaktifkan sementoblas memproduksi matriks dalam pembentukan
4
sementum. Jenis MTA yang dijual di pasaran saat ini didominasi oleh 2 merk
MTA yaitu ProRoot MTA® dan MTA-Angelus®.
Biodentine® adalah semen bioaktif baru yang memiliki sifat mekanis
menyerupai dentin dan dapat digunankan sebagai pengganti dentin pada mahkota
gigi maupun saluran akar.Material ini kandungan utamanya adalah bubuk
trikalsium dan dikalsium silikat dengan larutan kalsium klorida sebagai
pelarutnya.Biodentine® bersifat biokompabel, impermeabel dalam jangka waktu
lama, antibakteri, dapat menginduksi regenerasi jaringan keras, stabil, tidak larut,
tidak diserap tubuh, dan mudah dimanipulasi. Dengan segala sifat yang
dimilikinya, Biodentine® merupakan alternatif lain dari bahan yang telah ada
sebelumnya. Namun, data ilmiah mengenai bahan ini masih sangat sedikit,
sehingga masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai sifat dan efektifitas
dari Biodentine®5.
Mengenai mekanisme aksinya, MTA dan Biodentine®memiliki kesamaan
dengan kalsium hidroksida. Kedua bahan ini digunakan sebagai substitusi dari
penggunaan kalsium hidroksida karena biokompabilitasnya dan daya
penutupannya yang baik, juga beberapa penelitian dilaporkan bahwa hasil akhir
proses hidrasi kedua bahan ini adalah kalsium hidroksida. Saat proses
pengerasan, pelepasan ion yang paling dominan adalah ion Ca2+. Proses

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014

 

pelepasan ion Ca2+ pada kedua bahan ini memungkinkan terjadinya deposit
kristalin pada permukaan kedua bahan tersebut, yang dapat menginisiasi
presipitasi hidroksiapatit (HA). HA merupakan material yang mengandung
ionCa2+, yang dapat menghasilkan biokompabilitas yang baik dan dapat
mengurangi toksisitas jaringan dan reaksi terhadap benda asing, menginduksi
osteoid dan menghasilkan efek osteogenisitas yang baik.
  Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk menguji
kefektifanMTA-Angelus®dan Biodentine®dalam melepaskan ion Ca2+ yang dapat
menginduksi terbentuknya jaringan keras.

1.2 Rumusan masalah penelitian

MTA-Angelus®dan Biodentine®merupakan material bioaktif yang memiliki


kesamaanmengenai mekanisme hidrasinya. Dalam proses hidrasinya, kedua bahan
tersebut melepaskan sejumlah ion. Namun belum diketahui apakah pelepasan ion
diantara MTA-Angelus® dan Biodentine®memiliki kesamaan terutama dalam
jumlah ion Ca2+ yang dapat menginduksi terbentuknya jaringan keras.
Pertanyaan penelitian:
1. Apakah pelepasan ion Ca2+ dari MTA-Angelus® dan Biodentine®
memiliki kesamaan dalam jumlah?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis:
1. Jumlah ion Ca2+ yang akan dilepas oleh MTA-Angelus®
2. Jumlah ion Ca2+ yang akan dilepas oleh Biodentine®
3. Kesamaan jumlah ion Ca2+ yang dilepas MTA-Angelus® dan
Biodentine®

1.4 Manfaat Penelitian


 Bagi ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih dalam
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran gigi.

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014

 

 Bagi dokter gigi


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan panduan kepada
dokter gigi untuk memilih suatu material.
 Bagi masyarakat umum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat umum.

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
 

 

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Material Bioaktif


Material yang digunakan dalam kedokteran gigi diklasifikasikan dalam
tiga kategori.Pertama material yang dapat diserap oleh tubuh, kemudian material
yang bersifat bioaktif. Yang terakhir adalah material yang bersifat inert.6
Material bioaktif didefinisikan sebagai material yang dapat menghasilkan
respon biologis spesifik pada permukaannya, dan menghasilkan ikatan antara
bahan tersebut dengan jaringan sekitarnya6.Pada biomineralisasi, material bioaktif
mengarah pada teraktifasinya pembentukan jaringan keras yang dirangsang oleh
material tersebut.Material bioaktif diklasifikasikan menjadi 2 kelas, yaitu kelas A,
yang merupakan material osteoproduktif. Wilson (1994) mendefinisikan
osteoproduktif sebagai suatu proses yang memungkinkan permukaan bioaktif
dikolonisasi oleh sel punca osteogenik bebas didaerah kontak. Material bioaktif
ini akan memicu terjadinya respon intra dan ekstraseluler pada permukaannya.
Material bioaktif kelas A dapat berikatan baik dengan jaringan keras maupun
jaringan lunak. Klasifikasi yang kedua adalah kelas B, yang merupakan material
yang bersifat osteokonduktif.Material ini menyediakan permukaan yang
biokompatibel untuk terjadinya migrasi jaringan keras dipermukaanya.
Bioaktifitas osteokonduktif hanya akan memicu terjadinya respon ekstraseluler
pada permukaannya7.
Hench memperkenalkan material bioaktif pertama dengan komposisi kaca
yang paling bioaktif dengan kandungan SiO2-CaO-Na2O-P2O5.Material ini
dikenal dengan sistim Bioglass. Bioglass disebut juga kaca bioaktif kelas A
karena dapat membentuk ikatan yang baik dengan jaringan lunak dan jaringan
keras. Material ini mengalami proses pelarutan pada permukaan dalam lingkungan
fisiologis guna membentuk lapisan Hydroxy Carbonate Apatite (HCA). Semakin
besar tingkat kelarutan dari material kaca bioaktif, maka semakin nyata pula
efeknya terhadap pertumbuhan jaringan.6
Ketika komponen silika bereaksi dengan larutan, terjadi perubahan baik
secara fisik dan kimia pada permukaan bioaktif.Akumulasi dari produk terlarut

5
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014

 

menyebabkan perubahan kimia dan pH dari larutan. Pembentukan HCA pada


bahan bioaktif, pelepasan dari ion Ca2+ dan silika terlarut pada jaringan sekitar
merupakan faktor kunci dari pertumbuhan jaringan dan merupakan scaffold
pembentukan jaringan6.
Terdapat 11 tahap dalam proses penyatuan ikatan antara material bioaktif
dan tulang. Tahap pertama hingga kelima merupakan reaksi kimia. Sedangkan
tahap keenam hingga kesebelas merupakan respon biologis6.
Pada tahap pertama terjadi pertukaran Na+ dan Ca2+ dengan H+ atau H3O
dari larutan. Persamaan reaksinya:
Si-O-Na+ + H+ + OH- Si-OH+ + Na+(aq) +OH-
pH dari larutan meningkat sebagai akibat dari ion H+ digantikan oleh kation6.
Pada tahap kedua, pertukaran kation meningkatkan konsentrasi hidroksil
dari larutan, yang menyebabkan gangguan pada ikatan kaca silika. Silika yang
terlarut dalam bentuk Si(OH)4 ke dalam larutan menyebabkan pecahnya ikatan Si-
O-Si dan membentuk silanol (Si-OH) pada reaksi6:
Si-O-Si + H2O  Si-OH + OH-Si
Pada tahap tiga terjadi kondensasi dan repolimerisasi dari lapisan yang
kaya akan SiO2 dipermukaan bahan, sehingga pada lapisan ini terjadi penurunan
sifat basa6.
Pada tahap ke empat, terjadi migrasi dari ion Ca2+ dan PO43- ke permukaan
melewati lapisan SiO2, membentuk lapisan CaO-P2O5 diatas permukaan lapisan
SiO2. Lapisan tersebut menjadi lapisan yang amorf akibat adanya kalsium dan
fosfat yang terlarut dalam cairan6.
Pada tahap ke lima, terjadi kristalisasi dari lapisan amorf CaO-P2O5 oleh
adanya OH- dan CO32- dari larutan membentuk lapisan campuran HCA. Hal ini
terjadi pada 1 jam pertama dari awal proses pembentukan ikatan material bioaktif
dan tulang. Tahap selanjutnya merupakan tahapan yang melibatkan respon
biologis dari jaringan.6
Adanya faktor pertumbuhan pada proses pembentukan lapisan HCA
mengaktifasi diferensiasi dari sel punca. Aksi dari makrofag untuk menghilangkan
debri memungkinkan terbentuknya kondisi untuk sel punca menempel ke
permukaan material bioaktif.Kemudian terjadi diferensiasi dari sel punca untuk

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014

 

membentuk osteoblas. Osteoblas kemudian mendepositkan matriksnya untuk


membentuk tulang6.

Gambar. 2.1 Bagan reaksi kimia pada permukaan material bioaktif.

Sifat yang dimiliki oleh bahan bioaktif dalam bidang endodontik sering
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai agen kaping pulpa,
siler saluran akar, atau bahan untuk menutup perforasi. Beberapa bahan bioaktif
yang sering digunakan dalam bidang endodontik antara lain kalsium hidroksida,
Mineral Trioxide Aggregate, dan Biodentine®.

2.1.1 Kalsium Hidroksida


Kalsium hidroksida merupakan bubuk putih tak berbau dengan berat
molekul 74,08, memiliki solubilitas yang rendah di dalam air (1,2 gr/l). Kalsium
hidroksida akan berdisosiasi menjadi ion kalsium dan hidroksil dalam bentuk
larutannya, sehingga memiliki sifat antibakteri. Solubilitas yang rendah membuat
kalsium hidroksida dapat digunakan dalam waktu yang lama sebagai bahan
medikamen.8 Menurut Farhad & Mohammadi (2005), bubuk kalsium hidroksida
murni memiliki pH yang tinggi (sekitar 12,5-12,8) dan tidak larut dalam alkohol.
Bahan ini diklasifikasikan sebagai basa kuat dengan aksi utamanya berupa

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014

 

pelepasan ion kalsium dan hidroksil dan efeknya terhadap jaringan vital,
menginduksi pembentukan jaringan keras, dan bersifat antibakteri.9
Menurut Rehman dkk (1996), kalsium hidroksida akan terdisosiasi
menjadi ion kalsium dan hidroksil ketika berkontak dengan cairan. Estrela dan
Pesce (1996) menganalisis secara kimia liberasi dari ion kalsium dan hidroksil
dari pasta kalsium hidroksida dengan berbagai larutan asam serta kelarutannya
pada jaringan ikat anjing. Pada penelitiannya, dari berat molekul 74.08, persentasi
ion hidroksil sebesar 45,89% dan ion kalsium sebesar 54,11%. Kalsium
hidroksida dalam air memiliki sifat thixotropic, yaitu mencair ketika diagitasi.9
Kalsium hidroksida memiliki sifat basa sehingga dapat menstimulasi
penyembuhan secara biologis membentuk jaringan fibrous maupun jaringan
keras.Pelepasan ion Ca2+ dalam jumlah yang relatif banyak dapat meningkatkan
lingkungan alkali dan mendorong terjadinya sterilisasi dan kalsifikasi. Pada
penelitian menunjukkan setelah 30 hari terpapar karbon dioksida, enam preparat
kalsium hidroksida dapat mempertahankan pH tetap basa dan bertindak sebagai
antibakteri dalam saluran akar.3
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Eda dkk (1961), ketika digunakan
sebagai pelapik pulpa dan kasus apeksifikasi, kalsium hidroksida menginduksi
pembentukan barrier terkalsifikasi. Estrela &Holland (2009) mengatakan bahwa
pH yang tinggi dari kalsium hidroksida, menyebabkan terbentuknya lapisan
nekrosis superfisial pada pulpa dengan ketebalan mencapai sekitar 2 mm.
Dibawah lapisan ini terjadi respon inflamasi ringan dari pulpa, dengan zona steril
dari bakteri ketika bahan ini diletakkan, sehingga memicu terjadinya pembentukan
jaringan keras.3
Kelompok hidroksil dari komponen penyusun kalsium hidroksida
memegang peranan penting dalam menyediakan lingkungan yang basa, yang
dapat mendukung penyembuhan dan kalsifikasi aktif.pH yang basa tidak hanya
menetralisir asam laktat dari osteoklas, namun juga mencegah terlarutnya mineral
dari dentin. Selain itu juga pH basa dapat mengaktifasi alkalin fosfatase yang
berperan penting dalam pembentukan jaringan keras. Menurut Estrela dkk (1995)
pH yang dibutuhkan untuk mengaktifasi enzim ini bervariasi antara 8,6-10,3,
tergantung dari jenis dan konsentrasi substrat, temperatur dan sumber enzim.

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014

 

Alkalin fosfatase merupakan enzim hidrolitik yang bekerja dengan membebaskan


fosfatase anorganik dari ester fosfat. Hal ini dapat menguraikan ester fosfatase,
ion fosfat bebas yang kemudian akan bereaksi dengan kalsium dalam aliran darah
membentuk matiks organik kalsium fosfat. Matriks ini merupakan unit molekuler
dari hidroksiapatit yang sangat erat kaitannya dengan proses mineralisasi.3
Kalsium hidroksida yang berkontak langsung dengan jaringan ikat akan
menyebabkan terbentuknya zona nekrosis, yang akan mengganggu keseimbangan
fisikokimia dari substansi intraseluler, yang akan menyebabkan rupturnya
glikoprotein dan denaturasi protein. Menurut Holland (1971), pembentukan
jaringan termineralisasi setelah berkontaknya kalsium hidroksida dan jaringan ikat
dapat dilihat pada hari ke 7 sampai ke 10 setelah aplikasi. Holland juga
melaporkan adanya sebukan jaringan granulasi pada zona granulasi superfisial
diantara zona nekrosis dan zona granulasi yang lebih dalam. Struktur ini terdiri
dari garam kalsium dan komplek protein kalsium.Dibawah zona granulasi terdapat
zona proliferasi sel dan pulpa normal. Didekat zona granulasi ini terlihat jaringan
ireguler membentuk jembatan dentin dan menunjukkan hasil von-Kossa positif
jika diperiksa dengan sinar polarisasi dengan gambaran menyerupai lapisan
dengan kedalaman yang bervariasi.3

2.1.2 Mineral Triokside Aggregate (MTA)


Mineral trioxide aggregate (MTA) merupakan bahan kedokteran gigi yang
relatif baru yang dikembangkan di Universitas Loma Linda pada tahun 1990-an.
MTA pertama kali digunakan sebagai penutup perforasi akar. Sejak saat itu bahan
berupa semen silikat bioaktif ini sangat popular, sehingga pada tahun 1998 US
Food and Drugs Administration telah mengeluarkan ijin penggunaannya dalam
bidang kedokteran gigi. Hingga saat ini, penggunaan semen silikat bioaktif ini
berkembang pesat dan indikasinya meluas sehingga digunakan juga untuk kaping
direk, pulpotomi, apeksogenesis, penutupan perfoasi kamar pulpa maupun saluran
akar, penutupan apeks pada bedah endodontik, serta perbaikan resorpsi akar
eksterna. Bahan ini pertama kali diproduksi oleh Dentsply, Tulsa, AS dan
dipatenkan sebagai material berbahan dasar semen Portland tipe I standar ASTM
(American Standars for Testing Materials).9

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
10 
 

MTA tersusun atas kalsium oksida (CaO) dan silikon dioksida (SiO2) yang
secara bersama-sama menyusun 70-95% kandungan semen. Campuran dari
komponen-komponen ini menghasilkan trikalsium silikat (Ca3S), dikalsium silikat
(Ca2S), trikalsium alumina, dan tetrakalsium aluminoferit, alumunium oksida
(Al2O3), kalsium sulfat dihidrat, magnesium oksida (MgO), kalium sulfat,
(K2SO4), dan natrium sulfat (Na2SO4). Bismuth oksida (Bi2O3) ditambahkan
sebagai pemberi efek radiopak.4
MTA yang beredar saat ini berbeda dengan pendahulunya yang berwarna
abu-abu. Warna abu ini dikhawatirkan akan mengganggu estetis, terutama
penggunaan di gigi anterior. Saat ini MTA yang beredar telah berwarna putih
dengan ukuran partikel yang lebih kecil yaitu antara 1,5µm- 40µm. Berdasarkan
pengamatan Scanning Electron Microscop (SEM) MTA putih mengandung Al2O3
54,9% lebih sedikit, MgO 56,5% lebih sedikit dan FeO 90,8% lebih sedikit
dibandingkan dengan MTA abu-abu, hal inilah yang diperkirakan mempengaruhi
warna.9
MTA telah terbukti memiliki sifat-sifat unggul, diantaranya adalah sifat
biokompabilitasnya yang sangat baik. DeDeus dkk (2005) dan Min dkk (2007)
meneliti reaksi sel manusia terhadap MTA dan menyimpulkan bahwa bahan ini
tidak toksik. Demikian pula dengan reaksi jarinang yang terjadi pada observasi
selama 12 minggu in vitro dan in vivo pada hewan coba yang menunjukkan
pertumbuhan sel normal serta penyembuhan di area penanaman bahan coba tidak
terdapat infeksi.10
MTA juga menimbulkan reaksi inflamasi yang lebih ringan dibandingkan
kalsium hidroksida ketika kontak dengan jaringan ikat. Zona nekrotik dan zona
granulasi terbentuk dengan mekanisme yang hampir sama dengan kalsium
hidroksida, namun dengan derajat peradangan yang lebih ringan.10
Keunggulan MTA lainnya adalah bahan ini merupakan semen hidrolik,
artinya mengeras dengan adanya air. Suatu semen kedokteran gigi yang mengeras
dan mempertahankan sifat-sifatnya dalam keadaan lembab sangat menguntungkan
karena sulitnya mengontrol kelembaban didalam rongga mulut.10
MTA juga dapat beradaptasi dengan sangat baik pada dinding kavitas
sehingga kebocoran bakteri minimum. Selain itu MTA dapat menginduksi

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
11 
 

jaringan keras secara lebih cepat dan lebih pasti dibandingkan kalium
hidroksida.Pada beberapa penelitian, MTA telah digunakan dalam prosedur
kaping pulpa pada hewan percobaan maupun manusia dan hasilnya menunjukkan
keberhasilan MTA mampu mempertahankan pH basa. Pada awal pengadukan
segera setelah dicampur dengan air pH 10,2 dan terus meningkat mencapai 12,5
setelah 3 hari, kemudian tetap stabil selama waktu yang lama.(12)
Fase pengerasan gel dari MTA menimbulkan struktur yang sangat keras
yang mencapai kekuatan kompresi maksimal setelah 21 hari (45 MPa), cukup
untuk menahan kondensasi amalgam. Karena sifat kelarutannya rendah maka
keberadaan MTA dapat diabaikan dan tidak dapat diabsorpsi.(4)
Keunggulan MTA menyebabkan penggunaannya sebagai bahan kaping
pulpa direk saat ini menjadi lebih popular, mengalahkan kalsium hidroksida.
Walaupun demikian MTA masih memiliki sejumlah kekurangan yaitu waktu
pengerasannya yang lama (45 – 165 menit), memiliki konsistensi yang
bergranulasi, dan karena masih merupakan produk import maka harganya relatif
mahal.4
Bahan ini memiliki sealing ability dan adaptasi tepi yang baik.Hal ini
dihubungkan dengan sifat MTA yang mengalami ekspansi selama reaksi setting,
sehingga mendukung adaptasi dengan dentin.Studi oleh Reyes-Carmona
melaporkan adanya lapisan interfasial yang terbentuk antara MTA dan dentin.
Lapisan ini terbentuk akibat biomineralisasi dan tag-like structure antara MTA-
dentin.(17) Sifat adhesif semen MTA dengan dentin telah dibandingkan dengan
berbagai macam semen saluran akar, dan hasilnya yang berbahan dasar zinc
oxide/eugenol paling rendah, sedangkan kemampuan penutupan (sealing ability)
semen MTA hampir sama dengan yang berbahan dasar resin epoksi.11, 12
Karakter bioaktif yang dimiliki semen ini dimanfaatkan oleh cairan yang
terdapat pada tubuli dentin untuk menginisiasi proses pengerasan dan
menghasilkan pembentukan endapan serupa hidroksiapatit. Kalsium silikat yang
terdapat pada bubuk terhidrasi, menghasilkan gel hidrat kalsium silikat dan
kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida akan bereaksi dengan ion fosfat dan
menghasilkan endapan serupa hidroksiapatit yang akan bereaksi dan berikatan
dengan dentin. Air akan terus bereaksi dengan kalsium silikat, menghasilkan

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
12 
 

tambahan gel seperti kalsium silikat hidrat. Air pada proses ini merupakan faktor
penting dalam mengontrol tingkat hidrasi dan waktu pengerasan.12
Nilai pH MTA adalah 10,2 yang kemudian akan meningkat menjadi 12
setelah 3 jam, hal ini karena adanya pembentukan kalsium hidroksida pada proses
hidrasi. Waktu setting bahan ini cukup lama yaitu 4 jam tetapi hal ini
menguntungkan karena dengan waktu setting yang lama maka penyusutan yang
terjadi sangat kecil. Pada gambaran radiografis MTA terlihat radiopak berbeda
dari jaringan dentin dan gutaperca.4
Mekanisme aksi MTA mirip dengan efek kalsium hidroksida pada
jaringan pulpa berdasarkan penelitian Holland, terdapat jembatan dengan
morfologi batang dan sedikit lapisan jaringan pulpa nekrotik pada permukaan
superfisial di beberapa spesimen.Holland menyatakan mekanisme aksi MTA
dalam mendukung deposisi jaringan keras mirip dengan kalsium hidroksida.
Awalnya menyebabkan nekrosis koagulasi jika berkontak dengan jaringan ikat
pulpa karena pH yang alkali, yaitu 10,2 selama manipulasi dan 12,5 setelah 3
jam.13
Bahan ini juga mempunyai efek antibakteri karena mempunyai pH yang
tinggi tetapi kemampuan antibakterinya lebih rendah bila dibandingkan dengan
kalsium hidroksida.Efek antibakteri hanya pada bakteri fakultatif dan tidak
berefek pada bakteri anaerob.14
Ada dua macam MTA yaitu MTA abu-abu dan MTA putih.Komposisi
MTA abu-abu memiliki kandungan aluminium oksida (122% lebih tinggi),
magnesium (130% lebih tinggi) dan besi (1000% lebih tinggi). Walaupun begitu
MTA abu-abu dan putih dari MTA ProRoot diindikasikan untuk penutupan
furkasi dan memiliki efektivitas yang sama. MTA abu-abu lebih menginduksi
pembentukan odontoblas, sedangkan MTA putih lebih menginduksi
pembentukan sementoblas dan keratinosit. Berdasarkan penelitian Holland tidak
terdapat perbedaan bermakna antara MTA abu-abu dan putih ketika ditanam pada
jaringan ikat subkutan tikus.MTA putih lebih unggul sekarang ini dibandingkan
MTA abu-abu karena MTA abu-abu dapat membuat bayangan di bawah jaringan
yang tipis. Nilai pH antara MTA putih dan abu-abu adalah sama setelah 168 jam,
serta sama pada komposisi keseluruhan, pemeriksaan sitologi, reaksi inflamasi,

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
13 
 

pulpa dan periapeks, sealability, in vitro stimulasi fibroblas dan aktivitas


antimikroba.15
Saat proses pengerasan, pelepasan ion yang paling dominan adalah ion
Ca . Proses pelepasan ionCa2+ pada kedua bahan ini memungkinkan terjadinya
2+

deposit kristalin pada permukaan bahan tersebut, yang dapat menginisiasi


prepitasi hidroksiapatit (HA). HA merupakan material yang mengandung Ca2+,
yang dapat menghasilkan biokompabilitas yang baik dan dapat mengurangi
toksisitas jaringan dan reaksi terhadap benda asing, menginduksi osteoid dan
menghasilkan efek osteogenisitas yang baik. Kemampuan MTA untuk
melepaskan ion Ca2+ dan PO4 merupakan faktor penting bagi metabolisme tulang
dan penyembuhan jaringan keras.
Proses pengerasan MTA dikenal dengan proses hidrasi, merupakan proses
kritis yang dengan cepat segera terjadi setelah bubuk berkontak dengan air dan
menjadi perlahan prosesnya seiring dengan waktu. Ketika MTA bubuk bercampur
dengan air, akan terbentuk pori-pori pada bahan dan saluran-saluran mikro. Hal
ini yang menyebabkan adanya jalur bagi air untuk berdifusi ke dalam material dan
memperlambat proses hidrasi bahan.10, 16
Proses hidrasi dari MTA memiliki 4 tahapan. Tahap pertama yang terjadi
adalah masa induksi awal (preinduction period), tahap induksi (induction/dormant
phase), akselerasi, dan tahap akhir akselerasi.Masa induksi awal (beberapa menit
pertama) terjadi kelarutan cepat dari bentuk ion bahan.Hasil dari hidrolisis
trikalsium silikat merupakan tahap kalsium silikat hidrat yang terpresipitasi pada
permukaan semen.Sedikit sekali dikalsium silikat yang bereaksi pada awal reaksi
ini.Trikalsium alumina larut dan bereaksi dengan dikalsium dan ion sulfat yang
terdapat dalam fase liquid yang membentuk ettringite yang juga mengalami
presipitasi pada permukaan partikel semen. Masa induksi awal ini diikuti dengan
masa induksi (dormant) yaitu beberapa jam pertama. Hidrasi dari produk molekul
material kasar akan berlangsung sangat lambat. Pelapisan silikat hidratpada bubuk
semen yang tidak terhidrasi terhenti untuk mengalami hidrasi dan memimpin
masa induksi yaitu pada 1-2 jam pertama pada saat bentuk semen plastis dan
mudah dipakai (bertekstur seperti pasir basah).10

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
14 
 

Pada saat ini terbentuk pemisah diantara semen yang tidak terhidrasi
(anhidrasi) dan bentuk larutan menyebabkan peningkatan konsentrasi ion yang
larut pada fase likuid yang berkontak cepat dengan bahan yang tidak terhidrasi.
Inisial set terjadi ketika lapisan kalsium silikat hidrat terbentuk dan menyebabkan
kelanjutan dari proses hidrasi. Volume produk hidrasi 2 kali lebih banyak dari
semen yang tidak terhidrasi.Ketika hidrasi berlangsung, produk hidrasi mengisi
ruangan diantara butiran semen. Selama proses induksi (tahap dormant), butiran
semen terpisah dan produk hidrasi utama adalah Ca(OH)2 dan ettringite. Setelah 1
jam kemudian baru gel kalsium silikat hidrat baru mulai terbentuk.Pembentukan
serabut kalsium silikat hidrat yang meningkat menyebabkan campuran semen
menjadi mengeras dengan penurunan jumlah pori-pori pasta.Ettringite terdeposit
di atas permukaan trikalsium alumina kemudian menurunkan reaksi dari
trikalsium alumina.Pada saat ion sulfat habis, lapisan ettringite hancur dan
berubah menjadi monosulfat. Kemudian akan berlangsung tahap akhir akselerasi,
3-12 jam setelah pengadukan semen.10
Menurut Damaschke dkk (2005), mulai dari bubuk berkontak dengan air
sampai dengan 24 jam pertama trikalsium alumina mengalami hidrasi untuk
membentuk gel hidrat koloidal dari trikalsium alumina. Mekanisme pengerasan
MTA ditempuh dalam 3 tahapan17.

3CaO.Al2O3 + 6H2O  3CaO.Al2O3 + 6H2O

Tahap kedua terjadi diantara hari 1 sampai ke-7. Trikalsium silikat dan
trikalsium alumina bereaksi dengan air untuk membentuk Ca(OH)2, aluminium
hidroksida, dan bentuk amorphous kalsium silikat (ettringite) 17
3CaO. SiO2 + H2OCa(OH)2 + 2 CaO. SiO2
3 CaO. Al2O3 + 6H2O 3Ca (OH)2+ 2Al (OH)3

Kemudian tahap ketiga dari pengerasan MTA merupakan reaksi yang


lambat dan terjadi diantara hari ke-7 dan ke-28, ketika kalsium silikat secara
progresif terhidrasi untuk membentuk gel hidrat silikat dan Ca(OH)2, tertabur di
dalam bentuk gel ini, menambah kekuatan semen yang sudah keras17:

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
15 
 

2CaO. SiO2 + xH2O2CaO .SiO2 . xH2O (Amorphous)

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa selama proses pengerasan dari
MTA, terjadi penurunan kuantitas dari SiO2, dan juga peningkatan dari Ca(OH)2.
Terjadinya peningkatan Ca(OH)2 dimulai pada hari ke-3 sampai dengan hari ke-
21.17
Pada MTA terhidrasi dengan adanya kandungan trikalsium alumina yang
rendah menyebabkan kandungan yang rendah dari ettringite dan monosulfat. Hal
ini berbeda pada Portland Cementterhidrasi. Adanya masa alumina pada PC
berfungsi sebagai flux untuk dapat menghasilkan molekul material kasar pada
proses pabrik. Defisiensi alumina pada MTA mengindikasikan bahwa MTA
dibuat di laboratorium.Adanya kandungan alumina pada PC reaktif dan
bertanggung jawab atas waktu pengerasan awal PC, namun jumlah alumina dari
MTA minimal.Kandungan alumina yang minimal pada MTA dapat terlihat
melalui gambaran electron micrograph.Dengan minimalnya kandungan alumina
menyebabkan lamanya waktu pengerasanMTA. Oleh karena itu mulai
dikembangkan bahan tambahan akselerasi yang dapatmemodifikasi waktu
pengerasan dari MTA.10

2.1.2.1 ProRoot MTA®


Mineral trioxide aggregate (MTA) (ProRoot MTA®, Dentsply Tulsa
Dental) ditemukan oleh Mohmoud Torabinejad pada tahun1993 di Loma Linda
University.Komposisi ProRoot MTA®(Gambar 2.1) adalah 70% semen Portland,
20% bismut oksida, 5% gipsum.ProRoot MTA®tersedia dalam jenis abu-abu dan
putih.(5) initial setting pada ProRoot MTA®sekitar 4 jam. Sementara final setting
dari ProRoot MTA®adalah 72 jam.

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
16 
 

Gambar 2.1ProRoot MTA®

2.1.2.2. MTA Angelus®


MTA-Angelus®(Gambar 2.2) (Angelus, Londrina, PR, Brazil terdiri dari
80% semen portlan, dan 20% bismuth oksida, tanpa penambahan kalsium sulfat /
gipsum untuk mempersingkat waktu pengerasan.Waktu pengerasan MTA-
Angelus®menurut petunjuk pabrik hingga final setting membutuhkan waktu
sekitar 15 menit.MTA-Angelus®juga tersedia dalam bubuk putih dan abu-abu.(5)

Gambar 2.2MTA-Angelus®

2.1.3. Biodentine®
Biodentine® (Gambar 2.3)adalah semen biologis aktif yang relatif baru
dengan kemampuan mekanis hampir sama dengan dentin dan dapat digunakan
sebagai pengganti dentin baik pada mahkota maupun akar gigi. Semen ini
mengandung trikalsium silikat, dikalsium silikat, yang dicampur dengan larutan
kalsium klorida.Biodentine® memiliki kemampuan biokompatibilitas yang baik,
impermeable dalam waktu lama, antibakteri, menginduksi regenerasi jaringan

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
17 
 

keras, stabil, tidak mudah larut, dan mudah dimanipulasi, radiopak. Biodentine®
memiliki penambahan akselerator dan pelembut, sehingga waktu pengerasannya
lebih cepat dari MTA dan manipulasinya lebih mudah dilakukan. Kegunaan dari
Biodentine®antara lain sebagai agen kaping, penutupan perforasi, siler saluran
akar.5

Gambar.2.3Biodentine®

Bahan ini terdiri dari bubuk dan cairan, komponen utama pada bubuk
bahan ini adalah trikalsium silikat (3CaO.SiO2) dengan tambahan bubuk kalsium
karbonat (CaCO3) dan zirconium dioksida (ZrO2). Cairan penyampurnya adalah
larutan kalsium klorida (CaCl2) dengan tambahan agen pereduksi air. CaCO3 pada
bubuk berfungsi sebagai filler dan ZrO2 berfungsi sebagai radiopasitas dari
bahan.18
Bubuk dicampur dengan cairan dalam kapsul menggunakan triturator
selama 30 detik.Konsistensi Biodentine®menyerupai semen fosfat (pasta dempul).

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
18 
 

Tabel 2.1 Komposisi bubuk dan cairan Biodentine®19

Bubuk
Trikalsium silikat (C3S) Material inti utama
Dikalsium silikat (C2S) Material inti kedua
Kalsium karbonat dan oksida Filer
Iron oksida Pewarna
Zirkonium oksida Radiopasitas
Cairan
Kalsium klorida Akselerator
Polimer hidrosolubel Agen pereduksi air

Sama seperti semen lainnya pada reaksi setting bahan ini mengalami
perubahan bentuk menjadi struktur gel dan terjadi perubahan ion. Dibandingkan
dengansemen kalsium lainnya bahan ini mempunyai waktu setting yang cepat
yaitu 12menit dan sifat mekanis yang baik.20
Reaksi setting bahan ini terlihat dari pengerasan semen.Trikalsium silikat
yang dihidrasi membentuk gel kalsium silika terhidrasi (C-S-H gel) dan kalsium
hidroksida.Gel kalsium silika berguna untuk hidrasi permanen dari trikalsium
silikat dengan mengisi ruang diantara butiran trikalsium silikat. Formula hidrasi
lengkap adalah sebagai berikut :18

2(3CaO.SiO2) + 6H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2


C3S CSH

Gambar2.4 Ilustrasi proses hidrasi Biodentine®19

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
19 
 

a b  c

Gambar 2.5 (a) bubuk sebelum terhidrasi, (b) deposisi CSH, (c) Biodentine® setelah setting.19

Ikatan Biodentine®dengan struktur dentin lebih baik, hal ini karena


terbentuk struktur yang menyerupai hidroksiapatit yang akan beradhesi dengan
dentin serta kristal kalsium karbonat yang terbentuk setelah proses setting
membentuk penjangkaran yang masuk kedalam tubuli dentin sehingga terbentuk
micromechanical tag yang membantu meningkatkan ikatan bahan ini ke stuktur
gigi.18

Gambar 2.4 Ikatan yang terjadi antara Biodentine®(A) dengan dentin(B)18

Gambar 2.5Micromechanical tag yang terjadi dari masuknya Kristal kalsium karbonat
Biodentine® (A) ke dalam tubuli dentin (B)18

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
20 
 

Indikasi penggunaan Biodentine®sama seperti MTA. Hal ini karenakedua


bahan memiliki bahan dasar yang sama yaitu trikalsium silikat. Bahan ini
dapatdigunakan antara lain untuk kasus apeksifikasi karena bahan ini
mempunyaikemampuan penutupan yang baik maka dapat berfungsi sebagai apical
plug, jugapada kasus perforasi karena bahan ini mempunyai kemampuan ikatan
yang baikdengan dentin. Pada kasus resorpsi akar bahan ini juga mampu
menutupkerusakan yang terjadi pada akar dan menghentikan proses kerusakan
lebih lanjut,selain itu bisa juga untuk pengisian ujung akar pada perawatan apeks
reseksikarena bahan ini menginduksi proses penyembuhan jaringan periodonsium
sertauntuk kasus pulp capping karena bahan ini mampu memberikan seal yang
baik pada pulpa terbuka. 18, 20
Kandungan trikalsium silikat pada Biodentine® menginduksi sintesis
dentin reparatif dengan memodulasi sel pulpa untuk mensekresi TGF-ß, BMP-2,
BMP-4, BMP-7 ( protein osteogenik-1), protein matriks dentin (DMP-1), matrix
extracellular phosphoglycoprotein (MEPE), bone sialoprotein (BSP), derivate
matriks email, sel punca dan menstimulasi mineralisasi pulpa gigi dengan
membentuk dentin tersier.Trikalsium silikat menginduksi diferensiasi odontoblas
dari sel pulpa progenitor.Matriks yang termineralisasi memiliki karakteristik
molekul dentin.5
Pada beberapa penelitian yang dilakukan di tikus disebutkan
bahwapembentukan dentin tersier oleh biodentine terhenti setelah tiga bulan
pengaplikasian, seiring dengan telah dibentuknya barrier dentin yang cukup tebal.
Penelitian lain menunjukkan bahwa dalam pengaplikasian Biodentine sebagai
agen pulp capping dan pada kasus pulpotomi menunjukkan bahwa Biodentine
dapat ditoleransi dengan baik meskipun berkontak langsung dengan pulpa.
Kualitas dari dentinal bridge yang dihasilkan dari semen bioaktif silikat juga
lebih baik dan lebih keras jika dibandingkan dengan dentinal bridge yang dibentuk
dari penggunaan kalsium hidroksida. 21
Ion fosfat menciptakan presipitasi yang menyerupai hidroksiapatit.
Presipitasi Biodentine® dapat menyatu dengan dentin saluran akar.Kandungan
karbonat meningkat pada interfasial dentin, yang terlihat adanya difusi

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
21 
 

intertubulus dan tag mineral pada Biodentine® sehingga menciptakan zona hybrid.
Burgess dkk menyatakan adanya zona hibrid mencegah kebocoran. 18

2.2 Pelepasan ion kalsium dari material biokatif.

Kalsium dibutuhkan oleh tubuh untuk metabolism fungsi sel, jaringan dan
organ.Kalsium juga merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan untuk
membentuk jaringan lunak maupun jaringan keras.Fungsi kalsium pada tulang dan
gigi adalah mineralisasi.didalam tubuh 99% kalsium terdapat dalam tulang dan
gigi dalam bentuk terikat (sebagian besar dalam bentuk kompleks kalsium fosfat).
Tulang dapat bertindak sebagai sumber kalsium untuk mencukupi kebutuhan
kalsium harian yang dibutuhkan tubuh dengan kecepatan pertukaran antara tulang
dan cairan ekstraseluler 500 mmol per hari.Kalsium tersedia dalam 3 bentuk, yaitu
dalam bentuk ion bebas (50%), berikatan dengan protein (albumin dan globulin
40%), kompleks ion (kalsium fosfat, kalsium karbonat, kalsium oksalat
9%).Kalsium terionisasi sangat dibutuhkan dalam pensinyalan ekstra dan
intraseluler, transmisi impuls saraf, dan kontraksi otot. Konsentrasi kalsium dalam
serum dipertahankan secara fisiologis kurang lebih 4,4 – 5,4 mg/dl (1.10 –
1.35mM).22

Homeostasis dari ion Ca2+ dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu jumlah total
ion Ca2+ pada tubuh dan distribusi ion Ca2+ diantara tulang dan cairan
ekstraseluler.Jumlah total ion Ca2+ ditentukan oleh jumlah relatif ion Ca2+ yang
diabsorbsi dari saluran gastroimtestinal dan dieksresikan oleh ginjal. Ion Ca2+
diabsorpsi dari saluran gastrointestinal secara aktif, dengan mekanisme
transportasi melalui suatu carrier yang distimulasi oleh suatu metabolit vitamin
D, yang disebut kalsitrol.Jumlah ion Ca2+ yang diabsorpsi rata-rata sekitar 200
mg/hari. Namun dapat meningkat hingga 600 mg/ hari ketika kadarkalsitrol
meningkat. Pada orang dewasa, eksresi ion Ca2+ dari ginjal seimbang dengan
jumlah yang diabsorpsi di gastrointestinal (200 mg/hari) dan jumlah ini berubah
sejalan dengan resorpsi ion Ca2+ oleh saluran pencernaan. Pada orang dewasa
konsumsi ion Ca2+ dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari sekitar 1000 mg.

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
22 
 

Jumlah ini diimbangi dengan jumlah ion Ca2+ yang dikeluarkan melalui feses
sekitar 800 mg, dan melalui urin sebesar 200 mg.

Faktor kedua yang mengkontrol homeostasis ion Ca2+ adalah distribusi ion
Ca2+ diantara tulang dan cairan ekstraseluler. Hormon paratiroid (PTH), kalsitrol,
dan calsitonin merupakan hormone penting yang meregulasi distribusi ion Ca2+
diantara tulang dan cairan ekstraseluler serta meregulasi ion Ca2+ dalam plasma.
PTH disekresikan oleh kelenjar paratiroiddan sekresinya distimulasi oleh kondisi
penurunan kadar kalsium dalam plasma (hipokalsemia). PTH dapat meningkatkan
kadar kalsium dalam plasma dengan menstimulasi resorpsi tulang, meningkatkan
resorpsi ion Ca2+ dari ginjal dan menstimulasi diproduksinya kalsitrol, yang dapat
meningkatkan absorpsi ion Ca2+ oleh saluran gastrointestinal dan menstimulasi
resorpsi tulang. Produksi kalsitrol distimulasi oleh kondisi hipokalsemia dan
hipofosfatemia. Efek dari hipokalsemia adalah meningkatkan kadar PTH yang
diakibatkan oleh menurunnya kadar ion Ca2+ dalam plasma. Kalsitrol
meningkatkan kadar ion Ca2+ dalam plasma dengan cara yang hampir sama
dengan PTH. Kalsitonin disekresikan oleh sel C parafolikular, dan sekresi ini
distimulasi oleh kondisi yang hiperkalsemia.Kalsitonin menurunkan kadar ion
Ca2+ dalam plasma dengan menstimulasi pembentukan tulang.

Selama beberapa tahun, banyak anggapan bahwa pembentukan dari


lapisan biologis HCA dengan reaksi permukaan secara aktif merupakan suatu
keharusan dari suatu aktifitas bioaktif.Pada saat ini diketahui bahwa selain
pembentukan lapisan permukaan HCA, pelepasan ion terlarut dari material
bioaktif, terutama konsentrasi dari ion kalsium juga memegang peranan penting
dalam regenerasi tulang. Mekanisme utama untuk meningkatkan pertumbuhan
dari tulang yang baru terletak pada kontrol pelepasan produk ion terlarut dari
material bioaktif, terutama konsentrasi kritis dari ion kalsium.23

Beberapa penelitian menunjukkan bahwaselain membentuk lapisan HCA


2+
ion Ca yang terus dilepaskan dari material bioaktif secara perlahan dan terus
menerus dapat meningkatkan osteogenesis dengan meregulasi proliferasi
osteoblast, diferensiasi dan ekspresi gen.

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
23 
 

Setiap sel mengalami siklus sel. Peristiwa yang paling mencolok dalam
siklus sel adalah ketika nucleus sel membelah diri. Proses ini disebut juga dengan
mitosis. Setelah itu sel akan membelah menjadi dua, disebut juga dengan
sitokinesis. Istilah siklus sel mengacu pada suatu waktu diantara dua mitosis.Pada
sel eukariotik, siklus sel terbagi menjadi 4 fase, yaitu G1 (gap-1), S (sintesis), G2
(gap-2), dan M (mitosis).24
Pembelahan sel terjadi pada fase M. fase ini merupakan fase terpendek,
yakni kurang dari 1 jam. Anak belahan sel kemudian dapat masuk dalam fase Go
(dorman) atau kembali memasuki siklus sel ketika diperlukan untuk proses
pertumbuhan atau perbaikan. Pada populasi sel normal, sebagian besar sel
terdapat pada fase Go.24
Interfase adalah periode antara akhir dari fase M dan permulaan mitosis
berikutnya.Pada fase G1, terjadi peningkatan kandungan dari protein dan
RNA.Pada fase S, CDNA disintesis, namun hanya sekali.DNA menjadi ganda,dan
nucleus menjadi tetraploid (4n).seluruh genom diploid bereplikasi menjadi genom
tetraploid. Pada fase G2, terjadi pembesaran sitoplasma.Perbaikan DNA dan
produksi protein sel terjadi pada fase G2. Pada mamalia suatu siklus sel terjadi
dalam waktu beberapa jam.24
Pada proses regenerasi tulang, sel osteoprogenitor harus dapat mengalami
mitosis dan menerima rangsang kimia yang tepat dari lingkungan sekitarnya yang
memerintahkan sel tersebut untuk masuk kedalam siklus sel. Material bioaktif
dapat memicu terjadinya proliferasi fibroblast dengan cara mempercepat siklus
pertumbuhan sel. Siklus sel tidak melalui fase G1 dan S, melainkan langsung
masuk ke fase G2. Dengan adanya konsentrasi kritis dari ion Ca, dalam waktu 49
jam osteoblast mampu berdiferensiasi menjadi fenotip osteoblast matang dan
mulai berproliferasi dan meregenerasi tulang baru. Osteoblast yang tidak
memasuki siklus sel dan tidak berdiferensiasi akan mengalami apoptosis yang
disebabkan oleh produk ion terlarut.23

Ion Ca2+ dapat memodulasi osteopontin dan bone morphogenetic protein-2


selama kalsifikasi pulpa. IonCa2+meningkatkan proliferasi sel pulpa manusia
dalam dosis tertentu, selain itu pelepasan ion Ca2+ mampu meningkatkan aktifitas
dari pirofosfatase untuk remineralisasi dentin dan pembentukan dentinal bridge25.

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
24 
 

Ion Ca2+dalam jaringan dilaporkan dapat mengaktifasi calcium-dependent


adenosine triphospatase dan akan bereaksi dengan gas karbon di jaringan
membentuk kristal kalsium karbonat yang akan mengawali mineralisasi.

Ketika ion Ca2+ terpapar karbon dioksida (CO2) atau ion karbonat (CO3-)
di jaringan akan membentuk kalsium karbonat (CaCO3) dan ion Ca2+ akan
bereaksi dengan lingkungan sekitarnya.Kalsium karbonat merupakan biomineral
yang sangat penting dalam aktifasi sel mineralisasi. Baik kalsium karbonat alami
(yang didepositkan oleh osteoblast selama proses remineralisasi) maupun yang
sintesis telah sering digunakan untuk regenerasi jaringan25.
Sarkar dkk (2005) menyatakan bahwa ion Ca2+ yang dominan dilepaskan
dari MTA, akan bereaksi dengan fosfat dalam cairan jaringan sintetik dan
membentuk hidroksi apatit. Lapisan dipertautan antara dentin dan MTA juga akan
menghasilkan reaksi yang hampir sama dengan percobaan yang dilakukannya. 26
Asrianti (2008) melakukan penelitian mengenai pelepasan ion Ca2+ dari
ProRoot MTA®yang diaplikasikan dengan SIK.Hasil dari penelitian menunjukkan
adanya pelepasan ion Ca2+ sebesar 45% dalam waktu 15 menit setelah initial
seting, dan 53% dalam waktu 30 menit setelah initial setting.27
Rodrigues dkk (2013) melakukan penelitian mengenai pelepasan ion dari
MTA, kalsium hidroksida, dan Biodentine®. Dari penelitian tersebut didapatkan
bahwa pada pH 5,5 MTA melepaskan ion kalsium lebih banyak jika dibandingkan
dengan Dycal® dan Biodentine®. Pada pH 7,0 Biodentine® melepaskan kalsium
lebih banyak.28
Menurut Natale dkk (2014), Dycal® melepaskan ion lebih sedikit
dibandingkan dengan MTA dan Biodentine®. Pelepasan ion kalsium relatif
konstan pada pH netral (=7), namun pada pH 5,5 pelepasan kalsium menurun
hingga 24% setelah hari ke 21. Pada pH 5,5, MTA melepaskan lebih banyak ion
kalsium dibandingkan dengan Dycal®. Biodentine® juga melepaskan ion jauh
lebih banyak dibandingkan dengan Dycal®pada pH 7,0 .29Menurut Gandolfi
(2013), Biodentine® menunjukkan pelepasan ion kalsium yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan ProRoot MTA®.30
Marco dkk (2003) melakukan penelitian menggunakan ProRoot MTA®
dan MTA Angelus®, untuk mengevaluasi pH dan pelepasan ion kalsium dari kedua

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
25 
 

bahan tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa MTA Angelus® memiliki pH yang


lebih tingi dan melepaskan ion kalsium lebih banyak dibandingkan dengan
ProRoot MTA®31

2.3 Kerangka Teori

Material bioaktif didefinisikan sebagai material yang dapat menghasilkan


respon biologis spesifik pada permukaannya, dan menghasilkan ikatan antara
bahan tersebut dengan jaringan sekitarnya6.Material bioaktif merupakan material
osteoproduktif yang memungkinkan permukaan bioaktif dikolonisasi oleh sel
punca osteogenik bebas didaerah kontak.

Pada tahap pengerasannya, material bioaktif akan melepaskan beberapa


ion yang dikandungnya pada tahap hidrasi. Ion kalsium (Ca2+) yang dilepas
material bioaktif berperan dalam fungsinya sebagai peningkat pH, bakterisid,
menekan aktivitas osteoklas, serta merangsang pembentukan fibroblas2. Ion Ca2+
juga dilaporkan dapat mengaktifkan Ca-dependent ATP-asedan akan bereaksi
dengan karbon di jaringan dan akan membentuk kalsium karbonat yang akan
mengawali terjadinya remineralisasi. Ion Ca2+ juga dibutuhkan untuk migrasi sel
dan proses diferensiasi3.Beberapa material yang merupakan material bioaktif
antara lainmineral trioxide agregate(MTA), dan Biodentine®. Kerangka teori
penulisan ini dilustrasikan pada Gambar 2.6

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
26 
 

 Material Kedokteran Gigi 

diresorpsi  bioaktif  inert 

Ca(OH)2  MTA Biodentine 

1. Pertukaran  ion  alkali 


Mekanisme hidrasi
dengan  ion  hidrogen  dari 
cairan tubuh 
2. Ikatan  terlarut  dan 
membentuk ikatan silanol 
Pelepasan Ca2+
3. Polimerisasi gel silika 
4. Kemoresorpsi  dari  Ca  + 
PO4 + CO3 
remineralisasi  5. Kristalisasi lapisan HCA 
6. Adsorpsi  biokimia  faktor 
pertumbuhan 
7. Aksi dari makrofag 
8. Perlekatan sel punca 
9. Diferensiasi sel punca 
10. Terbentuk matriks tulang 
11. Kristalisasi matriks tulang 
12. Proliferasi  dan 
pertumbuhan tulang 

Gambar 2.6 Skema kerangka teori

Keterangan: Diteliti

Tidak diteliti

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
27 
 

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka konsep

MTA‐Angelus® 
 Direndam dalam 
Pelepasan ion Ca2+
air deionisasi 

Biodentine® 

Gambar 3.1.Skema kerangka konsep. Pelepasan ion Ca2+ pada sesaat setelah seting dan
30 hari setelah seting

3.2 Hipotesis

Jumlah pelepasan ion Ca2+ dari MTA‐Angelus® lebih banyak daripada


Biodentine®

27 
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
28 
 

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Eksperimental laboratorik.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Laboratorium kimia analis, Institut Teknologi Bandung.

Waktu : 6 September 2014 – 17 September 2014

4.3 Sampel Penelitian dan Bahan Uji

Sampel penelitian dibuat dengan menggunakan mold teflon (diameter 2


mm, tinggi 2 mm) untuk MTA-Angelus® dan Biodentine®hingga final
setting.

4.4 Jumlah Sampel Penelitian

Jumlah sampel penelitian 46, didapat dari rumus Federer:

(t-1) (n-1) ≥ 15, dimana t = jumlah kelompok, n = jumlah sampel

t = 2, yaitu:

a. MTA
b. Biodentin

(2-1) (n-1) ≥ 15

n-1 ≥15, n ≥ 16.

Pada penelitian ini n=23

4.5 Variabel Penelitian


1. Variabel Bebas: MTA‐Angelus®, dan Biodentine®
2. Variabel Terikat : pelepasan ion Ca2+

Universitas Indonesia
28
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
29 
 

4.6 Definisi Operasional

Table 4.1 Definisi operasional

Variabel Deskripsi Variabel Cara Pengukuran Hasil Skala


Ukur
Bebas:
MTA Bahan kedokteran gigi Pengadukan bahan uji Nominal
mineral trioxide sesuai dengan
aggregate (MTA‐ instruksi pabrik hingga
Angelus®, Angelus, menjadi pasta.
Londrina, PR, Brazil Campuran pasta
terdiri dari 80% semen kemudian segera
portlan, dan 20% diletakkan dalam
bismuth oksida, tanpa cetakan teflon dengan
penambahan kalsium ketebalan bahan 2
sulfat untuk mm. spesimen
mempersingkat waktu kemudian dikeluarkan
pengerasan. Dalam dari cetakan setelah
aplikasinya bubuk dan mengalami final
cairan diaduk sesuai setting. ( ±15 menit).
dengan ketentuan
pabrik untuk
membentuk konsistensi
pasir basah
(bergranular).

Biodentine® Bahan kedokteran gigi Pengadukan bahan uji Nominal


Biodentine®(Septodont, sesuai dengan
Saint-Maur-des-Fosses, instruksi pabrik hingga
France). Semen ini menjadi pasta.
mengandung trikalsium Campuran pasta
silikat, dikalsium kemudian segera

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
30 
 

silikat, yang dicampur diletakkan dalam


dengan larutan kalsium cetakan teflon dengan
klorida.Dalam ketebalan bahan 2
aplikasinya bubuk dan mm. spesimen
cairan diaduk sesuai kemudian dikeluarkan
dengan ketentuan dari cetakan setelah
pabrik untuk mengalami final
membentuk konsistensi setting. ( ±12 menit).
pasta padat.
Terikat:
Ion kalsium Ion yang dilepas
(Ca2+) material bioaktif
berperan dalam
fungsinya sebagai
peningkat pH,
bakterisid, menekan
aktivitas osteoklas,
serta merangsang
pembentukan fibroblas.

Pelepasan ion Pelepasan ion kalsium (n=23) sampel ppm numerik


kalsium dari kedua bahan 1 jam digunakan untuk
dan 49 jam setelah masing-masing bahan.
seting, dilihat Semua sampel
menggunakan atom ditempatkan dalam
absorption tabung plastik berisi
spectropometer, 10 ml air deionisasi
dan dihitung pelepasan
kalsium 1 jam dan 49
jam setelah seting.
Setiap kali telah
dilakukan pengukuran

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
31 
 

spesimen dipindahkan
dalam air deionisasi
yang baru. Pelepasan
ion dihitung
menggunakan atomic
absorption
spechtrophometer.

4.7 Bahan dan Alat

Bahan:

1. MTA putih (MTA Angeleus®, Angelus, Londrina, PR, Brazil)


2. Biodentine® (Septodont, Saint-Maur-des-Fosses, France).
3. Air deionisasi (Merk Amidis®)

Alat:

1. Cetakan teflon dengan diameter 2 mm, tinggi 2 mm.


2. Hand instrument plugger
3. Inkubator 370
4. Semen spatula
5. Instrument plastis
6. Amalgamator
7. Mixingslab
8. Tabung uji plastik
9. Atom Absorption Spectophometer (AAS)
10. Stopwatch

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
32 
 

4.8 Proses penelitian


4.8.1 Persiapan spesimen
Pengadukan bahan uji MTA Angeleus® dan Biodentine® sesuai
dengan instruksi pabrik hingga menjadi pasta. Campuran pasta
kemudian segera diletakkan dalam cetakan teflon dengan ketebalan
bahan 2 mm. spesimen kemudian dikeluarkan dari cetakan setelah
mengalami final setting. ( ±15 menit untuk MTA Angeleus®, dan
±12 menit untuk Biodentine®).

4.8.2 Spesimen uji


Disk MTA Angeleus®dan Biodentine® diletakan dalam tabung
berisi air deionisasi sebanyak 10 ml, disimpan dalam inkubator
dalam suhu 37o.

4.8.3 Pengukuran pelapasan ion kalsium

Dua puluh tiga sampel digunakan untuk masing-masing bahan.


Semua sampel ditempatkan dalam tabung plastik berisi 10 ml air
deionisasi dan dihitung pelepasan kalsium 1 jamdan 49 jamsetelah
setting. Pelepasan ion dihitung menggunakan atomic absorption
spechtrophometer. Alur penelitian diilustrasikan pada Gambar 4.1

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
33 
 

Biodentine®  MTA Angeleus® 

Bubuk : Likuid = 
sesuai anjuran pabrik 

Molding Teflon  (n= 23) 
untuk tiap bahan 

Final setting

Biodentine® direndam   MTA
air deionisasi (n=23)  Angeleus®direndam air 
selama 1 jam  deionisasi (n=23) selama

Diukur dengan Atomic   Diukur dengan Atomic 
absorption  Hasil 1 absorption 
sphectropometer  sphectropometer 

Biodentine®direndam MTA Angeleus® direndam


air deionisasi baru air deionisasi baru (n=23)
(n=23) selama 48 jam  selama 48 jam 

Diukur dengan Atomic  Diukur dengan Atomic 
absorption   Hasil 2  absorption 
sphectropometer  sphectropometer 

Analisis Data

Gambar 4.1 Skema alur penelitian

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
34 
 

4.9 Manajemen data


Pendataan dilakukan dengan pencatatan, antara lain pencatatan sesuai
kriteria selama pengamatan pelepasan ion kalsium menggunakan atomic
absorption spechtrophometer.

4.10 Analisis data


Secara keseluruhan data penelitian ini dievaluasi deskriptif analitik.
Pada data pengamatan mengenai pelepasan ion Ca2+, hasil data
penelitian numerik, non parametrik dianalisis menggunakan Kruskal
Wallis, dengan post hoc Mann Whitney.

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
35 
 

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Hasil pada penelitian ini akan meliputi hasil pemeriksaan menggunakan


atom absorption spectophometer, untuk menganalisis pelepasan ion Ca2+ dari
MTA Angeleus® dan Biodentine®. Pelepasan ion Ca2+ diukur dalam dua kali
pengukuran untuk masing masing bahan.Pengukuran pertama dilakukan 1 jam
pertama perendaman dalam air deionisasi setelah final setting, dan pengukuran
kedua dilakukan pada 49 jam perendaman dalam air deionisasi setelah final
setting. Pelepasan ion Ca2+terjadi pada semua kelompok yang terdiri dari
kelompokMTA Angeleus® 1 jam, MTA Angeleus®49 jam, Biodentine® 1 jam dan
Biodentine®49 jam.

Berdasarkan pengamatan semua sampel, penghitungan jumlah ion Ca2+


yang dilepas MTA Angeleus® dan Biodentine® pada spesimen berukuran diameter
2mm tinggi 2mm diperoleh rerata dari 4 kelompok yang tertera dalam Tabel 1.

Tabel 5.1. Selisih jumlah ion ca2+ (ppm) yang dilepas kelompok MTA Angeleus® dan Biodentine®
berdasarkan waktu pengukuran 1 jam dan 49 jam

1 jam 49 jam Selisih Persentasi


kecepatan
pelepasan ion
®
MTA Angeleus 2,24(± 0,62) 12,97(±0,37) 10,73 479%
®
Biodentine 5,38(±0,42) 15,67(±0,66) 10,29 191%
Selisih 3.14 2,7

Pada Tabel 5.1terlihat selisih jumlah ion Ca2+ yang dilepas pada kelompok
MTA Angeleus® 1 jam dan MTA Angeleus®49 jam sebesar 10,73ppm. Selisih
jumlah ion Ca2+ yang dilepas dari kelompok Biodentine® 1 jam dan 49 jam
sebesar 10,29 ppm. Selisih jumlah ion Ca2+ yang dilepas dari kelompok MTA
Angeleus® 1 jam dan Biodentine® 1 jam sebesar 3,14 ppm. Sedangkan jumlah ion

Universitas Indonesia
35
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
36 
 

Ca2+ yang dilepas dari kelompok MTA Angeleus®49 jam dan Biodentine®49 jam
sebesar 2,7 ppm. Dari tabel tersebut memperlihatkan pelepasan ion Ca2+
kelompok Biodentine®lebih banyak daripada kelompok MTA Angeleus® baik pada
waktu pengukuran 1 jam dan 49 jam.

Kecepatan pelepasan ion dari perendaman 1 jam pertama hingga 49 jam


pada kelompok MTA Angeleus® sebesar 479%, atau meningkat 4,7 kali lipat dari
kadar ion 1 jam pertama. Sedangkan kecepatan pelepasan ion dari perendaman 1
jam pertama hingga 49 jam pada kelompok Biodentine® sebesar 191%, atau
meningkat sekitar 1,9 kali lipat dari kadar ion 1 jam pertama. Hal ini
menunjukkan kecepatan pelepasan ion MTA Angeleus®lebih cepat jika
dibandingkan dengan Biodentine®.

Datayang diperoleh lebih dari dua kelompok dengan distribusi data yang
tidak normal, sehingga untuk menganalisinya digunakan Uji Kruskal-Wallis.
Hasil analisis uji Kruskal-Wallis menunjukkan adanya perbedaan secara nyata
nilai kadar ion Ca2+ diantara ke-4 kelompok dengan nilai p≤ 0.05.Dengan
demikian dapat diambil kesimpulan bahwa “terdapat perbedaan jumlah pelepasan
ion Ca2+ antara dua kelompok”.Untuk mengetahui kelompok mana yang
mempunyai perbedaan, maka dilakukan analisis Post Hoc menggunakan uji
Mann-Whitney diantara setiap kelompok uji.

Tabel 5.2.Nilai kemaknaan pelepasan ion Ca2+ diantara masing-masing kelompok

Perlakuan uji Nilai kemaknaan


MTA 1 jam terhadap MTA 49 jam 0.000b

MTA 1 jam terhadap Biodentine 1 jam 0.000b

Biodentine 1 jam terhadap Biodentine49 jam 0.000b

Biodentine49 jam terhadap MTA49 jam 0.000b

Kemaknaan p<0,05; n masing-masing kelompok = 23

Pada Tabel 5.2 memperlihatkan terdapat perbedaan yang bermakna


(p<0,05) jumlah pelepasan ion Ca2+yang dilepas dalam perbandingan antara MTA
Angeleus® 1 jam terhadap MTA Angeleus®49 jam, MTA Angeleus® 1 jam terhadap
Biodentine® 1 jam, MTA Angeleus®49 jam terhadap Biodentine®, dan Biodentine®
1 jam terhadap Biodentine®49 jam.

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
37 
 

Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa pelepasan ion Ca2+


pada MTA Angeleus®lebih banyak jika dibandingkan dengan Biodentine®,
ditolak.Biodentine® melepaskan ion Ca2+ lebih banyak dibandingkan dengan
MTA Angeleus® pada 1 jam perendaman setelah final settingdan 49 jam
perendaman setelah pengukuran pertama.

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
38 
 

BAB 6

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini penulis menggunakan spesimen berbahan MTA


Angeleus® dan Biodentine®. Kedua bahan tersebut merupakan material bioaktif
kelas A, yang merupakan material osteoproduktif. Menurut Wilson (1994),
osteoproduktif merupakan suatu proses yang memungkinkan permukaan bioaktif
dikolonisasi oleh sel punca osteogenik bebas didaerah kontak. Material bioaktif
ini akan memicu terjadinya respon intra dan ekstraseluler pada permukaannya.
Material bioaktif kelas A dapat berikatan baik dengan jaringan keras maupun
jaringan lunak.

Mengenai mekanisme aksinya, MTA Angeleus® dan Biodentine® memiliki


kesamaan dengan kalsium hidroksida. Kedua bahan ini digunakan sebagai
substitusi dari penggunaan kalsium hidroksida karena biokompabilitasnya dan
daya penutupannya yang baik. Beberapa penelitian dilaporkan bahwa hasil akhir
proses hidrasi kedua bahan ini adalah kalsium hidroksida. Saat proses
pengerasan, pelepasan ion yang paling dominan adalah ion Ca2+. Proses
pelepasan ion pada kedua bahan ini memungkinkan terjadinya deposit kristalin
pada permukaan kedua bahan tersebut, yang dapat menginisiasi presipitasi
hidroksiapatit (HA). HA merupakan material yang mengandung ionCa2+, yang
dapat menghasilkan biokompabilitas yang baik dan dapat mengurangi toksisitas
jaringan dan reaksi terhadap benda asing, menginduksi osteoid dan menghasilkan
efek osteogenisitas yang baik.

Persiapan spesimen yang dilakukan pada penelitian ini diadaptasi dan


dimodifikasi dari metode penelitian mengenai pelepasan ion pada penelitian-
penelitian terdahulu. Meskipun ukuran spesimen yang digunakan dalam penelitian
ini tidak sama persis dengan kondisi klinis, dimana diameter foramen apikal lebih
kecil dari 1mm, ataupun lebar ukuran perforasi yang dapat ditutup pada
umumnya kurang dari 2 mm, ukuran spesimen pada penelitian ini memberikan
beberapa keuntungan. Pertimbangan ukuran spesimen 2x2 mm tersebut

38 Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
39 
 

memudahkan peneliti dalam pembuatan spesimen, dan menghindarkan material


uji mengalami wash out ketika direndam dalam air deionisasi. Air deionisasi
dengan pH netral dipilih sebagai cairan perendam pada penelitian ini agar
pengukuran pelepasan ion hanya didapatkan dari material uji tanpa kontaminasi
ion dari cairan perendam
Perbedaan kondisi fisik antara MTA Angeleus® dan Biodentine® setelah
setting dipengaruhi oleh adanya kandungan alumina.Kandungan alumina yang
terdapat pada MTA Angeleus® menyebabkan produk menjadi lebih rapuh.Selain
itu, air juga sangat mempengaruhi kekerasan dari bahan.MTA Angeleus®
menggunakan air destilasi sebagai pelarutnya.Kandungan air yang berlebih dapat
menjadikan permukaan bahan lebih berporus dan mengurangi resistensi mekanis
secara mikroskopis.Namun dilain sisi, sedikitnya kandungan air menyebabkan
campuran bubuk dan cairan yang kurang homogen.Cairan pelarut yang digunakan
dalam Biodentine® menggunakan polimer hydrosolubelsebagai agen pereduksi air,
yang dapat mempertahankan keseimbangan antara kandungan air yang rendah
pada Biodentine® dan konsistensi adonan. Semakin tinggi porositas suatu bahan,
kekuatan mekanisnya akan semakin berkurang. Hal ini menyebabkan banyaknya
spesimen MTA Angeleus®yang cacat ketika dilepaskan dari cetakan, sehingga
dieklusikan dari penelitian ini.

MTA Angeleus®dan Biodentine®mengalami proses pelarutan pada


permukaan dalam lingkungan fisiologis guna membentuk lapisan Hydroxy
Carbonate Apatite (HCA). Semakin besar tingkat kelarutan dari material kaca
bioaktif, maka semakin nyata pula efeknya terhadap pertumbuhan jaringan.6Pada
1 jam pertama, lapisan HCA terbentuk sebagai akibat terjadinya kristalisasi dari
lapisan amorf CaO-P2O5 oleh adanya OH- dan CO32- dari larutan.6 Dengan
demikian pengukuran pelepasan ion dilakukan pertama kali pada 1 jam pertama
perendaman pada setiap spesimen.

Selain pembentukan lapisan permukaan HCA, pelepasan ion terlarut dari


material bioaktif, terutama konsentrasi dari ion kalsium juga memegang peranan
penting dalam regenerasi tulang. Mekanisme utama untuk meningkatkan
pertumbuhan dari tulang yang baru terletak pada kontrol pelepasan produk ion

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
40 
 

terlarut dari material bioaktif, terutama konsentrasi kritis dari ion


kalsium.23Beberapa penelitian menunjukkan bahwa selain membentuk lapisan
HCA ion Ca2+ yang terus dilepaskan dari material bioaktif secara perlahan dan
terus menerus dapat meningkatkan osteogenesis dengan meregulasi proliferasi
osteoblast, diferensiasi dan ekspresi gen.
Pada proses regenerasi tulang, sel osteoprogenitor harus dapat mengalami
mitosis dan menerima rangsang kimia yang tepat dari lingkungan sekitarnya yang
memerintahkan sel tersebut untuk masuk kedalam siklus sel. Material bioaktif
dapat memicu terjadinya proliferasi fibroblast dengan cara mempercepat siklus
pertumbuhan sel. Siklus sel tidak melalui fase G1 dan S, melainkan langsung
masuk ke fase G2. Dengan adanya konsentrasi kritis dari ion Ca, dalam waktu 49
jam osteoblast mampu berdiferensiasi menjadi fenotip osteoblast matang dan
mulai berproliferasi dan meregenerasi tulang baru. Osteoblast yang tidak
memasuki siklus sel dan tidak berdiferensiasi akan mengalami apoptosis yang
disebabkan oleh produk ion terlarut.23Pengukuran pelepasan ion Ca2+ setelah 49
jam sesudah final setting pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau
tidaknya pelepasan ion ca yang cukup dan terus menerus untuk mendukung
osteoblas mampu berdiferensiasi menjadi fenotip osteoblast matang dan mulai
berproliferasi dan meregenerasi tulang baru.
Pada Tabel 5.1, memperlihatkan pelepasan ion Ca2+ pada kelompok
Biodentine® lebih besar pada waktu pengukuran 1 jam pertama dan 49 jam setelah
final setting jika dibandingkan dengan MTA Angeleus®.Pelepasan ion bergantung
pada beberapa faktor seperti struktur bangun dan partikel mineral yang menyusun
suatu bahan.Kedua faktor tersebut bertanggung jawab terhadap resorpsi air dan
kelarutannya membentuk porositas.Biodentine® membentuk partikel kalsium
fosfat dengan ukuran kurang dari 1 mikron membentuk lapisan yang lebih
kompak pada permukaan biodentine.MTA Angeleus® memiliki ukuran partikel
yang lebih besar dengan diameter 1-5 mikron. Hal ini merupakan salah satu
penyebab pelepasan ion Ca2+ pada Biodentine® lebih banyak jika dibandingkan
dengan MTA Angeleus®.25

Banyaknya jumlah pelepasan ion Ca2+ dari Biodentine® juga dihubungkan


dengan adanya kandungan kalsium karbonat sebagai filer.Kalsium karbonat baik

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
41 
 

dalam bentuk alami maupun sintetis merupakan biomaterial yang paling penting
dalam bahan biomaterial pada proses mineralisasi. Pada proses mineralisasi
kalsium karbonat didepositkan oleh osteoblast yang terpapar kalsium fosfat secara
alamiah.

Pada Tabel 5.1 dapat dilihat kecepatan kelompok MTA Angeleus® dalam
melepaskan ion Ca2+ lebih cepat jika dibandingkan pada kelompok Biodentine®.
Hal ini disebabkan oleh rendahnya kelarutan dari Biodentine® dibandingkan
dengan MTA Angeleus®.Rendahnya kelarutan dari Biodentine® disebabkan oleh
hydrosoluble polimer yang betindak sebagai agen perduksi air yang terkandung
dalam likuid Biodentine®.

Distribusi data dalam penelitian ini menunjukkan sebaran data yang tidak
normal pada kelompok MTA Angeleus®.Merunut tahapan pembuatan spesimen
yang telah disesuaikan dengan petunjuk pabrik, satu-satunya variasi yang
mungkin terjadi adalah pada saat pengadukan MTA Angeleus®.Kurang akuratnya
kuantitas bubuk ketika dikeluarkan dari kemasan (proses pengadukan Biodentine
tidak dilakukan diluar kemasan pabrik, sedangkan pada MTA Angelus proses
pengadukan setelah bahan dikeluarkan dari kemasan pabrik), dapat menyebabkan
variasi yang tidak terkontrol dari komposisi adonan. Selain itu tehnik pengadukan
manual memungkinkan pencampuran yang tidak sama identik pada setiap sampel.
Kemasan Biodentine® yang berbentuk kapsul, tehnik pengadukan menggunakan
amalgamator dengan waktu yang seragam (sesuai petunjuk pabrik adalah 30
detik), serta hasil adonan yang lebih homogen, dapat menjadi alasan data yang
didapat dari kelompok Biodentine® lebih seragam dan berdistribusi normal.  

Penggunaan kedua material bioaktif berbahan dasar silikat ini dalam


aplikasi klinis bisa digunakan dalam kasus pulp cappingdirek, pulp capping
indirek, apeksogenesis, apeksifikasi, penutupan perforasi serta kasus-kasus yang
membutuhkan pembentukan jaringan keras. Kandungan trikalsium silikat pada
kedua bahan tersebut menginduksi sintesis dentin reparatif dengan memodulasi sel
pulpa untuk mensekresi TGF-ß, BMP-2, BMP-4, BMP-7 ( protein osteogenik-1),
protein matriks dentin (DMP-1), matrix extracellular phosphoglycoprotein

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
42 
 

(MEPE), bone sialoprotein (BSP), derivate matriks email, sel punca dan
menstimulasi mineralisasi pulpa gigi dengan membentuk dentin tersier.

Pembentukan dentin tersier oleh kedua material bioaktif ini terhenti setelah
tiga bulan pengaplikasian, seiring dengan telah dibentuknya barrier dentin yang
cukup tebal.Dengan adanya barrier terkalsifikasi tersebut, lingkungan disekitar
bahan menjadi jenuh terhadap kondisi alkali, sehingga pertukaran ion
dipermukaan material bioaktif tersebut terhenti.Pengaplikasian semen bioaktif
silikat sebagai agen pulp capping dan pada kasus pulpotomi menunjukkan bahwa
bahan tersebut dapat ditoleransi dengan baik meskipun berkontak langsung
dengan pulpa. Kualitas dari dentinal bridge yang dihasilkan dari semen bioaktif
silikat juga lebih baik dan lebih keras jika dibandingkan dengan dentinal bridge
yang dibentuk dari penggunaan kalsium hidroksida.21

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
43 
 

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

 Biodentine® melepaskan jumlah ion Ca2+ lebih banyak daripada MTA


Angeleus®.

7.2. Saran

 Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai ion Ca2+ yang dilepas oleh
material bioaktif pada proses mineralisasi menjadi lapisan HCA pada
jaringan.
 Perlu dilakukan observasi lebih lanjut mengenai pelepasan ion Ca2+ pada
MTA Angeleus® dan Biodentine®untuk jangka waktu yang lebih lama dari
49 jam.
 Diperlukan kajian ulang mengenai MTA konvensional dalam proses
remineralisasi, mengingat final setting MTA konvensional memerlukan
waktu lebih dari 49 jam (waktu minimal yang diperlukan osteoblast masuk
kedalam siklus sel).

43

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
44 
 

DAFTAR PUSTAKA

1. Dorland, Newman WA. Medical Dictionary28 ed. Philadelpia: WB


Saunders Company; 1994.
2. Lengheden A, Jansson L. pH effects on experimental woundhealing of
human fibroblasts in vitr. Eur J Oral Sci 1995(103):148-55
3. Z M, H. DPM. Properties and applications of calcium hydroxide
inendodontics and dental traumatology. International Endodontic Journal
2011;44:697–730.
4. Parirokh M, Torabinejad M. Mineral trioxide aggregate: a comprehensive
literature review-part I: chemical, physical, and antibacterial properties. J
Endod 2010;36:16-27.

5. Dammaschke DT. Biodentine - an overview. Septodont Case Studies


Collection 2012;3:4-10.

6. Hench LL, Jones JR, Sepulveda P. Bioactive Materials for Tissue


EngineeringScaffoldsFUTURE STRATEGIES FOR TISSUE AND
ORGAN REPLACEMENT Imperial College Press. p. 3-19.
7. Wanpeng C, L. HL. Bioactive Materials Paper presented at: Ceramics
International, 1996; Great Britain.
8. Siqueira J, Lopes H. Mechanisms of Antimicrobial Activity of Calsium
Hydroxide: A Critical Review. Int. Endodont. J 1999;32:361-9.

9. Ahmed Abdel Rahman Hasiem B, MSc, PhD, Ehab E Hassanien B, MSc,


PhD. ProRoot MTA, MTA-Angelus, and IRM Used to Repair Large
Furcation Perforation : Sealability Study. JOE 2008;34(1):59-61.

10. Camilleri J. Hydration mechanism of mineral trioxide aggregate. Int


Endod J 2007;40:462-70.

11. Reyes-Carmona J, Felippe M, ;. WF. The Biomineralization Abilityof


Mineral Trioxide Aggregate and Portland Cement on Dentin Enhances The
Push Out Strength. J Endod 2011;36:286-91.
12. Srinivasan V, Waterhouse P, Whitworth J. Mineral Trioxide Aggregate
inPaediatric Dentistry. Int J Paediatr Dent 2009;19:34-47.
13. Holland R. Reaction of Rat Connective Tissue to Implanted Dentin
TubesFilled with a White Mineral Trioxide Aggregate. Braz Dent J
2002;13: 23-6.

44
Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
45 
 

14. Okiji T, Yoshiba K. Reparative Dentinogenesis Induced by Mineral


TrioxideAggregate: A Review from the Biological and Physicochemical
Points ofView. International Journal of Dentistry 2009:1-12.
15. Holland R. Reaction of Rat Connective Tissue to Implanted Dentin
TubesFilled with a White Mineral Trioxide Aggregate. Braz Dent J
2002;13(1):23-6.
16. Asgary S, Parirokh M, Eghbal M, Brink F. A Comparative Study of White
Mineral Trioxide Aggregate and White Portland Cements Using X-Ray
Microanalysis. Aust Endod J 2004;30:89-92.

17. Damamaschke T, gerth H, Zuchner H, Shafer E. Chemical and physical


surface and bulk material characterization of White Portland Cement as a
restorative material. Dent Mater 2005;21:731-8.

18. Plasse N, Tran X, Colon P. Physico-Chemical Properties.


SeptodontPublication and Communication 2010:16-31.
19. Septodont. Biodentine Active Biosilicate Technology. Scientific File?;?

20. L H. Uptake of Calcium and Silicon Release from Calcium Silicate Based
Endodontic Material Into Root Canal Dentine. International Endodontic
Journal of dental science 2011:1-7.

21. Patel U, Hughes J. Preserving pulp vitality. DENTAL HEALTH


2013;52(2).

22. Feng JQ, Qin C. Mineral metabolism and its impact on craniofacial bones
and teeth. In: McCauley LK, Somerman MJ, editors. Mineralized Tissues
in Oral and Craniofacial ScienceBiological Principles and Clinical
CorrelatesOxford, UK: John Wiley & Sons, Inc; 2012. p. 297-303.
23. Gerhardt LC, Boccaccinni AR. Bioactive Glass and Glass - Ceramic
Scaffolds for Bone Tissue Engineering. Materials 2010;3:3867-910.

24. Vasudevan D, S S, Vaidyanathan K. Control of Gene Expression In:


Saxena R, editor. Textbook of Biochemistry for Dental Students. 2nd ed.
New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher; 2011. p. 223-24.

25. Gandolfi MG, Siboni F, Polimeni A, Bossù M, Riccitiello F, Rengo S, et


al. In Vitro Screening of the Apatite-Forming Ability, Biointeractivity and
Physical Properties of a Tricalcium Silicate Material for Endodontics and
Restorative Dentistrydentistry journal 2013;1:41-60.
26. Sarkar NK, Caicedo R, Ritwik P, Moiseyeva R, Kawashima I.
Physicochemical Basis of the Biologic Properties of Mineral Trioxide
Aggregate. Journal of Endodontics 2005;31(2):97-100.

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
46 
 

27. Asrianti D. Pengaruh Aplikasi Semen Ionomer Kaca Terhadap Perubahan


Fisik Dan Kimia Mineral Trioxide Aggregate [Jakarta: Universitas
Indonesia; 2008.

28. Natale L, Rodrigues M, Xavier T, Simões A, Souza Dd, Braga R. Ion


release and mechanical properties of calcium silicate and calcium
hydroxide materials used for pulp capping. International Endodontic
Journal.

29. Natale L, Rodrigues M, Xavier T, Simões A, Souza Dd, Braga R. Ion


release and mechanical properties of calcium silicate and calcium
hydroxide materials used for pulp capping. Int Endod J 2014.

30. Gandolfi MG, Siboni F, Polimeni A, Bossù M, Riccitiello F, Rengo S, et


al. In Vitro Screening of the Apatite-Forming Ability, Biointeractivity and
Physical Properties of a Tricalcium Silicate Material for Endodontics and
Restorative Dentistry Dentistry Journal 2013:41-60.
31. Duarte MAH, Demarchi ACCdO, Yamashita JC, Kuga MC, Fraga SdC.
pH and calcium ion release of 2 root-end filling materials. Oral Surgery,
Oral Medicine, Oral Pathology, Oral Radiology, and Endodontology
2003;95(3):345-47.

Universitas Indonesia
Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
LAMPIRAN 1.AlatdanBahan

LAMPIRAN 2.ProsedurPenelitian

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


LAMPIRAN 3.HasilAnalisisStatistik

Explore

Notes
Output Created 22-OCT-2014 09:08:44
Comments
C:\Users\asus
Data
pc\Documents\data tesisca.sav
Active Dataset DataSet1
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 92
User-defined missing values for
Definition of Missing dependent variables are treated
as missing.
Missing Value Handling Statistics are based on cases
with no missing values for any
Cases Used
dependent variable or factor
used.
EXAMINE VARIABLES=nilai BY
bahan
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF
NPPLOT
Syntax /COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Processor Time 00:00:11.86
Resources
Elapsed Time 00:00:08.54

[DataSet1] C:\Users\asus pc\Documents\data tesisca.sav

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


bahan

Case Processing Summary

bahan Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
MTA 1 23 100.0% 0 0.0% 23 100.0%

MTA 48 23 100.0% 0 0.0% 23 100.0%


nilai
biodentin 1 23 100.0% 0 0.0% 23 100.0%
biodentin 48 23 100.0% 0 0.0% 23 100.0%

Descriptives
bahan Statistic Std. Error
Mean 2.2443 .62066

95% Confidence Interval for Lower Bound .9572


Mean Upper Bound 3.5315
5% Trimmed Mean 1.9572
Median 1.0500
Variance 8.860

MTA 1 Std. Deviation 2.97660


Minimum .00
Maximum 9.73
Range 9.73

Interquartile Range 3.39


Skewness 1.529 .481
nilai
Kurtosis 1.472 .935
Mean 12.9700 .37691

95% Confidence Interval for Lower Bound 12.1883


Mean Upper Bound 13.7517
5% Trimmed Mean 13.0068
Median 13.3700

MTA 48 Variance 3.267


Std. Deviation 1.80761
Minimum 9.21
Maximum 16.08

Range 6.87
Interquartile Range 2.85

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


Skewness -.454 .481

Kurtosis -.435 .935


Mean 5.3883 .42332

95% Confidence Interval for Lower Bound 4.5104


Mean Upper Bound 6.2662

5% Trimmed Mean 5.3682


Median 5.3500
Variance 4.122
biodentin 1 Std. Deviation 2.03016

Minimum 1.63
Maximum 9.52
Range 7.89
Interquartile Range 2.34

Skewness -.004 .481


Kurtosis .093 .935
Mean 15.6743 .66346

95% Confidence Interval for Lower Bound 14.2984


Mean Upper Bound 17.0503
5% Trimmed Mean 15.6866
Median 15.7500
Variance 10.124

biodentin 48 Std. Deviation 3.18186


Minimum 8.81
Maximum 22.33
Range 13.52

Interquartile Range 5.17


Skewness -.020 .481
Kurtosis -.094 .935

Tests of Normality
bahan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.

MTA 1 .255 23 .000 .762 23 .000


*
MTA 48 .140 23 .200 .966 23 .602
nilai
*
biodentin 1 .091 23 .200 .969 23 .672
*
biodentin 48 .106 23 .200 .986 23 .978

*. This is a lower bound of the true significance.

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


a. Lilliefors Significance Correction

nilai

Stem-and-Leaf Plots

nilai Stem-and-Leaf Plot for


bahan= MTA 1

Frequency Stem & Leaf

11.00 0 . 00000001347
3.00 1 . 011
3.00 2 . 668
1.00 3 . 4
2.00 4 . 24
.00 5 .
.00 6 .
1.00 7 . 5
2.00 Extremes (>=9.2)

Stem width: 1.00


Each leaf: 1 case(s)

nilai Stem-and-Leaf Plot for


bahan= MTA 48

Frequency Stem & Leaf

2.00 9 . 28
2.00 10 . 49
2.00 11 . 02
4.00 12 . 3468
6.00 13 . 334679
4.00 14 . 0046
2.00 15 . 13
1.00 16 . 0

Stem width: 1.00


Each leaf: 1 case(s)

nilai Stem-and-Leaf Plot for


bahan= biodentin 1

Frequency Stem & Leaf

2.00 0 . 11
2.00 0 . 23
11.00 0 . 44444555555
6.00 0 . 666677
2.00 0 . 99

Stem width: 10.00


Each leaf: 1 case(s)
nilai Stem-and-Leaf Plot for

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


bahan= biodentin 48

Frequency Stem & Leaf

1.00 0 . 8
7.00 1 . 1223333
14.00 1 . 55555667788999
1.00 2 . 2

Stem width: 10.00


Each leaf: 1 case(s)

Normal Q-Q Plots

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
Detrended Normal Q-Q Plots

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014
NPAR TESTS
/K-W=nilai BY bahan(1 4)
/MISSING ANALYSIS.

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


NPar Tests

Notes
Output Created 22-OCT-2014 09:18:36
Comments
C:\Users\asus
Data
pc\Documents\data tesisca.sav
Active Dataset DataSet1
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 92
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling Statistics for each test are based
Cases Used on all cases with valid data for
the variable(s) used in that test.
NPAR TESTS
Syntax /K-W=nilai BY bahan(1 4)
/MISSING ANALYSIS.
Processor Time 00:00:00.02
Resources Elapsed Time 00:00:00.03
a
Number of Cases Allowed 112347

a. Based on availability of workspace memory.

[DataSet1] C:\Users\asus pc\Documents\data tesisca.sav

Kruskal-Wallis Test

Ranks
bahan N Mean Rank
MTA 1 23 16.00
MTA 48 23 63.57

nilai biodentin 1 23 31.26


biodentin 48 23 75.17
Total 92

a,b
Test Statistics

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


nilai

Chi-Square 73.428
df 3
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: bahan

NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(1 2)
/MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(99) SAMPLES(23).

NPar Tests

Notes

Output Created 22-OCT-2014 09:24:26


Comments
C:\Users\asus
Data
pc\Documents\data tesisca.sav
Active Dataset DataSet1
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 92
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling Statistics for each test are based
Cases Used on all cases with valid data for
the variable(s) used in that test.
NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(1 2)
Syntax /MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(99)
SAMPLES(23).
Processor Time 00:00:00.05
Elapsed Time 00:00:00.53
Resources
Number of Cases Alloweda 112347
Time for Exact Statistics 0:00:00.00

a. Based on availability of workspace memory.

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


[DataSet1] C:\Users\asus pc\Documents\data tesisca.sav

NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(1 2)
/MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(95) SAMPLES(23).

NPar Tests

Notes
Output Created 22-OCT-2014 09:25:48
Comments
C:\Users\asus
Data
pc\Documents\data tesisca.sav
Active Dataset DataSet1
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 92
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling Statistics for each test are based
Cases Used on all cases with valid data for
the variable(s) used in that test.
NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(1 2)
Syntax /MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(95)
SAMPLES(23).
Processor Time 00:00:00.03
Elapsed Time 00:00:00.66
Resources
a
Number of Cases Allowed 112347
Time for Exact Statistics 0:00:00.64

a. Based on availability of workspace memory.

[DataSet1] C:\Users\asus pc\Documents\data tesisca.sav

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


Mann-Whitney Test

Ranks
bahan N Mean Rank Sum of Ranks
MTA 1 23 12.04 277.00

nilai MTA 48 23 34.96 804.00


Total 46

a
Test Statistics
nilai
Mann-Whitney U 1.000
Wilcoxon W 277.000
Z -5.793
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
b
Sig. .000
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Lower Bound .000
95% Confidence Interval
Upper Bound .122
b
Sig. .000
Monte Carlo Sig. (1-tailed) Lower Bound .000
95% Confidence Interval
Upper Bound .122
a. Grouping Variable: bahan
b. Based on 23 sampled tables with starting seed 299883525.

NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(1 3)
/MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(95) SAMPLES(23).

NPar Tests

Notes
Output Created 22-OCT-2014 09:28:25
Comments
C:\Users\asus
Data
pc\Documents\data tesisca.sav
Active Dataset DataSet1
Input
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


N of Rows in Working Data File 92
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling Statistics for each test are based
Cases Used on all cases with valid data for
the variable(s) used in that test.
NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(1 3)
Syntax /MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(95)
SAMPLES(23).
Processor Time 00:00:00.03
Elapsed Time 00:00:00.02
Resources
Number of Cases Alloweda 112347
Time for Exact Statistics 0:00:00.00

a. Based on availability of workspace memory.

[DataSet1] C:\Users\asus pc\Documents\data tesisca.sav

Mann-Whitney Test

Ranks

bahan N Mean Rank Sum of Ranks


MTA 1 23 15.87 365.00
nilai biodentin 1 23 31.13 716.00
Total 46

a
Test Statistics
nilai
Mann-Whitney U 89.000
Wilcoxon W 365.000
Z -3.858
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Sig. .000b
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Lower Bound .000
95% Confidence Interval
Upper Bound .122
Sig. .000b
Monte Carlo Sig. (1-tailed) Lower Bound .000
95% Confidence Interval
Upper Bound .122
a. Grouping Variable: bahan

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


b. Based on 23 sampled tables with starting seed 926214481.

NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(1 4)
/MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(95) SAMPLES(23).
NPar Tests

Notes

Output Created 22-OCT-2014 09:28:58


Comments
C:\Users\asus
Data
pc\Documents\data tesisca.sav
Active Dataset DataSet1
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 92
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling Statistics for each test are based
Cases Used on all cases with valid data for
the variable(s) used in that test.
NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(1 4)
Syntax /MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(95)
SAMPLES(23).
Processor Time 00:00:00.03
Elapsed Time 00:00:00.03
Resources
a
Number of Cases Allowed 112347

Time for Exact Statistics 0:00:00.00


a. Based on availability of workspace memory.

[DataSet1] C:\Users\asus pc\Documents\data tesisca.sav

Mann-Whitney Test

Ranks
bahan N Mean Rank Sum of Ranks
nilai MTA 1 23 12.09 278.00

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


biodentin 48 23 34.91 803.00

Total 46

Test Statisticsa

nilai
Mann-Whitney U 2.000
Wilcoxon W 278.000
Z -5.771
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
b
Sig. .000
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Lower Bound .000
95% Confidence Interval
Upper Bound .122
Sig. .000b

Monte Carlo Sig. (1-tailed) Lower Bound .000


95% Confidence Interval
Upper Bound .122
a. Grouping Variable: bahan
b. Based on 23 sampled tables with starting seed 1314643744.

NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(2 3)
/MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(95) SAMPLES(23).

NPar Tests

Notes
Output Created 22-OCT-2014 09:29:39
Comments
C:\Users\asus
Data
pc\Documents\data tesisca.sav
Active Dataset DataSet1
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 92
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling Statistics for each test are based
Cases Used on all cases with valid data for
the variable(s) used in that test.

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(2 3)
Syntax /MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(95)
SAMPLES(23).
Processor Time 00:00:00.02

Elapsed Time 00:00:00.02


Resources a
Number of Cases Allowed 112347
Time for Exact Statistics 0:00:00.00
a. Based on availability of workspace memory.

[DataSet1] C:\Users\asus pc\Documents\data tesisca.sav

Mann-Whitney Test

Ranks
bahan N Mean Rank Sum of Ranks

MTA 48 23 34.96 804.00


nilai biodentin 1 23 12.04 277.00
Total 46

a
Test Statistics
nilai
Mann-Whitney U 1.000
Wilcoxon W 277.000
Z -5.789
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Sig. .000b
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Lower Bound .000
95% Confidence Interval
Upper Bound .122
b
Sig. .000
Monte Carlo Sig. (1-tailed) Lower Bound .000
95% Confidence Interval
Upper Bound .122

a. Grouping Variable: bahan


b. Based on 23 sampled tables with starting seed 624387341.

NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(2 4)
/MISSING ANALYSIS

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


/METHOD= MC CIN(95) SAMPLES(23).

NPar Tests

Notes
Output Created 22-OCT-2014 09:30:14
Comments
C:\Users\asus
Data
pc\Documents\data tesisca.sav
Active Dataset DataSet1
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 92
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling Statistics for each test are based
Cases Used on all cases with valid data for
the variable(s) used in that test.
NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(2 4)
Syntax /MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(95)
SAMPLES(23).
Processor Time 00:00:00.03

Elapsed Time 00:00:00.03


Resources a
Number of Cases Allowed 112347
Time for Exact Statistics 0:00:00.00
a. Based on availability of workspace memory.

[DataSet1] C:\Users\asus pc\Documents\data tesisca.sav

Mann-Whitney Test

Ranks
bahan N Mean Rank Sum of Ranks

MTA 48 23 17.65 406.00


nilai biodentin 48 23 29.35 675.00
Total 46

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


a
Test Statistics
nilai
Mann-Whitney U 130.000
Wilcoxon W 406.000
Z -2.955
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
Sig. .000b
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Lower Bound .000
95% Confidence Interval
Upper Bound .122
b
Sig. .000
Monte Carlo Sig. (1-tailed) Lower Bound .000
95% Confidence Interval
Upper Bound .122

a. Grouping Variable: bahan


b. Based on 23 sampled tables with starting seed 334431365.

NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(3 4)
/MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(95) SAMPLES(23).

NPar Tests

Notes
Output Created 22-OCT-2014 09:30:38
Comments
C:\Users\asus
Data
pc\Documents\data tesisca.sav
Active Dataset DataSet1
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 92
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling Statistics for each test are based
Cases Used on all cases with valid data for
the variable(s) used in that test.

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014


NPAR TESTS
/M-W= nilai BY bahan(3 4)
Syntax /MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(95)
SAMPLES(23).
Processor Time 00:00:00.03

Elapsed Time 00:00:00.03


Resources a
Number of Cases Allowed 112347
Time for Exact Statistics 0:00:00.00
a. Based on availability of workspace memory.

[DataSet1] C:\Users\asus pc\Documents\data tesisca.sav

Mann-Whitney Test

Ranks
bahan N Mean Rank Sum of Ranks

biodentin 1 23 12.09 278.00


nilai biodentin 48 23 34.91 803.00
Total 46

a
Test Statistics
nilai
Mann-Whitney U 2.000
Wilcoxon W 278.000
Z -5.767
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Sig. .000b
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Lower Bound .000
95% Confidence Interval
Upper Bound .122
b
Sig. .000
Monte Carlo Sig. (1-tailed) Lower Bound .000
95% Confidence Interval
Upper Bound .122
a. Grouping Variable: bahan
b. Based on 23 sampled tables with starting seed 1502173562.

Perbandingan penglepasan …, Iffi Aprillia, FK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai