TESIS
ASRI MARIANI
1206390125
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis dalam
Ilmu Konservasi Gigi
ASRI MARIANI
1206390125
i Universitas Indonesia
Kebocoran mikrotepi…, Asri Mariani, FKG UI, 2014
Kebocoran mikrotepi…, Asri Mariani, FKG UI, 2014
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang atas segala limpahan karunia dan kuasa-Nya yang
tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis
ini. Penulisan yang tertuang dalam tesis ini merupakan salah satu syarat dalam
menyelesaikan Pendidikan Spesialis Ilmu Konservasi Gigi Universitas Indonesia.
1. Pj. Rektor Universitas Indonesia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M. Met.
2. Dr. Yosi Kusuma Eriwati, drg., M.Si, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Indonesia, beserta jajarannya.
3. Dr. Corputty Johan E.M., drg., Sp. BM, selaku Wakil Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
4. Dr. Sri Lelyati, S. U., drg, Sp. Perio (K), selaku Manajer Pendidikan dan
Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
5. Dr. Endang Suprastiwi, drg., Sp. KG (K), selaku Ketua Departemen Ilmu
Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
6. Nilakesuma Djauharie, drg., MPH, Sp.KG (K), selaku Koordinator
Pendidikan Spesialis Departemen Ilmu Konservasi Gigi, Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, sekaligus dosen penguji yang
telah memberikan motivasi serta masukan yang sangat berharga.
7. Gatot Sutrisno, drg., Sp. KG (K), selaku pembimbing I yang sejak awal
pendidikan telah banyak meluangkan waktu,memberikan ide, arahan serta
semangat yang sangat berarti kepada penulis.
8. Munyati Usman, drg., Sp. KG (K), selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan dengan sangat teliti membimbing serta
memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan ini.
iv Universitas Indonesia
Kebocoran mikrotepi…, Asri Mariani, FKG UI, 2014
9. Dr. Ratna Meidyawati, drg., Sp.KG (K), selaku dosen penguji yang telah
memberikan bimbingan serta masukan yang sangat berharga dalam
penulisan ini.
10. Daru Indrawati, drg., Sp.KG (K), selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan yang sangat berharga dalam penulisan ini.
11. Seluruh staf pengajar Ilmu Konservasi Gigi yang telah memberikan ilmu
dan motivasi yang sangat berharga bagi penulis, kepada Prof. DR. Siti
Mardewi Soerono Akbar,drg.,Sp. KG(K), Prof. Dr. Narlan Sumawinata,
drg., Sp. KG (K), Bambang Nursasongko,drg., Sp.KG(K), Kamizar,drg.,
Sp. KG(K), DR. Anggraini Margono, drg., Sp. KG(K),Dini Asriani, drg.,
Sp. KG, Ike Dwi Maharti,drg., Sp. KG, Aditya Wisnu Putranto,drg.,Sp. KG.
12. Karyawan Departemen Ilmu Konservasi Gigi ( Mas Erwin, Pak Yani,
Sdri. Devi, Sdri, Yuli, Sdri Minah), karyawan perpustakaan FKG UI (Pak
Yanto, Pak Asep, dan Pak Nuh), atas semua bantuan dan semangat yang
diberikan kepada penulis.
Rasa terimakasih tidak lupa saya haturkan untuk suamiku tercinta Agung
Prio Hadi Santoso atas dukungannya yang tak terbatas selama menempuh
pendidikan dokter gigi spesialis ini serta untuk anak-anakku tersayang Anisah
Maharani Santoso dan Andhika Zhafran Santoso yang telah merelakan sebagian
waktu bersama ibundanya serta turut mendoakan penyelesaian studi penulis.
Kepada orang tua yang penulis hormati dan cintai, ayahanda (Alm. Kasnoe
Broto) , Ibunda, Bapak Naiman, Ibu Suparti atas semua doa yang tulus untuk
penulis juga bantuannya dalam membimbing serta mengawasi cucu-cucunya
selama penulis menjalankan studi. Tidak lupa penulis haturkan terimakasih atas
motivasi dan bantuan kepada saudara-saudaraku, Mba Rini dan keluarga, Mba
Arum dan keluarga, Mba Iin, Nila dan Iran.
Teman-teman seperjuangan PPDGS angkatan 2012, Arie, Bunga, Dita,
Feli, Fifi, Iffi, Dika, Priska, Peggy, Tita, Shelvy, Kurniawan dan Mba Vika yang
telah bersama-sama melewati pahit manis perjuangan dalam studi ini. Semoga
pertemanan kita akan terus terjalin sepanjang masa, serta teman-teman PPDGS
angkatan 2011 dan 2013.
v Universitas Indonesia
Kebocoran mikrotepi…, Asri Mariani, FKG UI, 2014
Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu, semoga semua bantuannya mendapatkan balasan kebaikan
dari Allah SWT. Akhirnya saya berharap agar penulisan tesis yang masih jauh
dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi ilmu kedokteran gigi umumnya dan ilmu
konservasi gigi khususnya.
Penulis
vi Universitas Indonesia
Kebocoran mikrotepi…, Asri Mariani, FKG UI, 2014
Kebocoran mikrotepi…, Asri Mariani, FKG UI, 2014
ABSTRAK
ix Universitas Indonesia
Kebocoran mikrotepi…, Asri Mariani, FKG UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN ORISINALITAS.... ..................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................ . xiv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... ..... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... . 4
x Universitas Indonesia
Kebocoran mikrotepi…, Asri Mariani, FKG UI, 2014
4.4 Definisi Operasional..................................................................... .. 25
4.5 Sampel Penelitian......................................................................... .. 27
4.6 Alat dan Bahan Penelitian............................................................ .. 27
4.7 Cara kerja...................................................................................... . 28
4.8 Analisis Data................................................................................. . 30
4.9 Alur Penelitian................................................................................ 30
xi Universitas Indonesia
Kebocoran mikrotepi…, Asri Mariani, FKG UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
xv Universitas Indonesia
Kebocoran mikrotepi…, Asri Mariani, FKG UI, 2014
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
hibrid kemudian dilakukan finishing dan polishing dengan abrasif disc. Surface
sealant diaplikasi setelah finishing dan polishing. Dalam penelitian tersebut
penggunaan surface sealant memberikan dampak yang positif terhadap penutupan
kebocoran mikro dibandingkan kelompok yang tidak diberikan surface
sealant.Hal ini disebabkankarena material tersebut dapat berpenetrasi ke dalam
kerusakan mikro dan celah interfasial yang terjadi akibat prosedur finishing dan
polishing.13Namun belum terdapat literatur yang membandingkan efektifitas
aplikasi surface sealant dan bonding agent dalam mengatasi kebocoran mikro
yang disebabkan oleh prosedur finishing dan polishing.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambar 2.1A. Gambar skematik permukaan komposit makrofil setelah polishing menunjukkan
permukaan yang kasar, B. Perbedaan kekasaran permukaan yang disebabkan oleh hilangnya
partikel filer, C. Permukaan restorasi komposit yang mengandung partikel besar setelah 8 tahun.4
Gambar 2.2. Ilustrasi dari tiga jenis komposit selama masa transisi dari acquired polish ke
inherent polish.4
Universitas Indonesia
Gambar 2.3 Kiri: preoperatif dari lesi abfraksi. Kanan: postoperatif komposit dengan margin yang
terbuka (panah) yang diakibatkan oleh panas dan gesekan menggunakan finishing kering.4
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Aluminum Oksida
Aluminum oksida terdiri dari aluminum dan oksigen yang memiliki rumus
kimia Al2O3. Bersifat keras sehingga dapat digunakan sebagai material abrasif
dan komponen dalam alat pemotong. Aluminum oksida biasanya diproduksi
sebagai partikel yang berikatan dengan kertas, polymer disc atau strips serta
terkandung didalam rubber wheel dan point. Partikel aluminum oksida yang halus
dapat dicampurkan kedalam pasta polishing untuk menghasilkan permukaan yang
licin.1
Carbide compound
Universitas Indonesia
piece handpieces.Silicon carbide dapat juga dilapisi pada permukaan kertas atau
finishing disc.1
Intan abrasives
Silicon dioxide
Universitas Indonesia
p
penggunaan instrumen finishing
f dann polishing lain seperti carbide finishing bur,
r
rubber polisshing, abrasif disc serta pasta polishing(Gambarr 2.4)1, 7
Gambar 2.4 In
G nstrumen finishhing dan polishing. Sebelah atas kanan adaalah dua macam m bur abrasif
y
yang diapisi deengan aluminuum oksida. Sebbelah kanan baawah adalah duua macam bur abrasif yang
d
dilapisi intan. Gambar sebelaah kiri adalah dua
d macam passta polishing, yang
y berwarnaa putih adalah
p
pasta aluminum m oksida dan yang
y berwarnaa abu-abu adallah pasta intan. Instrumen yaang berada di
t
tengah adalah elastomer
e yangg dilapisi partikkel aluminum oksida
o atau parrtikel intan.1
B finishingg Karbid
Bur
F
Finishing dan polishingg discs dan sstrips
Universitas
s Indonesia
Stones
Universitas Indonesia
dapat melengkapi keterbatasan jangkauan dari coated abrasive discs seperti pada
daerah lingual gigi anterior serta permukaan oklusal gigi posterior. Tersedia
dalam berbagai bentuk, ukuran dan dimensi yaitu, disc, wheels, cups, dan
points(Gambar 2.6). Contoh dari instrumen ini adalah Enhance Composite
Finishing and Polishing system (Dentsply/Caulk), Astropol (Ivoclar Vivadent),
Identoflex (Kerr Corporation), Silicone Points C type (Shofu). 1Material abrasif
yang digunakan biasanya adalah aluminum oksida, intan, silicon dioxide,
zircononium oxide. Ukuran partikel yang terdistribusi sekitar 40 µm untuk
partikel aliminum oksida dan 6µm untuk silicon.
Gambar 2.6 Abrasif rubber dan elastomer untuk finishing dan polishing. Pada baris atas adalah
instrumen finishing yang kasar. Dua baris bawah adalah instrument yang digunakan untuk
polishing.1
Pasta polishing
Universitas Indonesia
lebih agresif, penambahan air memfasilitasi pasta untuk bekerja dalam skala
nano.1, 7
Gambar 2.7 .Abrasive impregnated brush. Tiga brush yang terletak di sebelah kiri mengandung
partikel intan sedangkan brush yang sisi paling kanan mengandung partikel silicon carbid.1
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dan diberi perlakuan dengan simulasi penyikatan gigi, yang dibagi ke dalam
beberapa kelompok yaitu tanpa gerakan penyikatan (0 bulan);450 gerakan
penyikatan (0,5 bulan); 900 gerakan penyikatan (1bulan); 1800 gerakan
penyikatan (2 bulan); 2700 gerakan penyikatan (3 bulan ); 5400 gerakan
penyikatan (6 bulan); 8100 gerakan penyikatan (9 bulan); 10.800 gerakan
penyikatan (12 bulan); dan 21.600 gerakan penyikatan (24 bulan). Hasil penelitian
memperlihatkan lapisan Biscover (surface sealant) terkikis setelah 10.800 atau
21.600 gerakan penyikatan, namun kekasaran permukaannya masih lebih rendah
dibandingkan permukaan alami email.29
Penelitian Youn (2007) melaporkan prosedur rebonding pada restorasi
komposit dengan menggunakansurface sealant karena material tersebut dapat
berpenetrasi ke dalam subsurfacekerusakan mikro dan celah interfasial yang
terjadi akibat prosedur finishing dan polishing.13Sampel penelitian terdiri dari 100
gigi premolar yang dibagi menjadi dua kelompok, kelompok satu diberikan
aplikasi surface sealant (Fortify, Bisco, USA)dankelompok yang lain tidak.
Aplikasi surface sealant dilakukan setelah prosedur finishing dan polishing
dengan abrasif disc. Dalam penelitian tersebut kelompok dengan aplikasi surface
sealant menunjukkan kebocoran tepi yang lebih minimal dibandingkan kelompok
lainnya.13 Pada penelitian invitro penggunaan surface sealant juga dapat
mencegah penetrasi stain dan perubahan warna komposit sehingga menghasilkan
stabilitas warna yang lebih baik.26 Hal tersebut sejalan dengan penelitian Correa
(2011) yang melaporkan penggunaan surface sealant setelah pemolesan dengan
polishingdisc (Sof-Lex) atau polishing wheels (Astropol) terdapat perubahan
warna yang lebih sedikit dibandingkan sampel yang tidak dilapisi surface
sealant.23Aplikasi surface sealant memberikan beberapa keuntungan terhadap
restorasi resin komposit. Lapisan yang dibentuk surface sealant akan menutup
kerusakan mikro serta menciptakan bentuk yang lebih reguler dan uniform.23
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
8
Gambar 2.9 Klasifikasi sistem bonding
Pada sistem total etch , smear layer yang terdapat pada permukaan dentin
akan dihilangkan sehingga tubuli dentin terbuka dan sebagian kolagen akan
terekspos ke permukaan. Sedangkan pada self etch, smear layer merupakan
32
bagian dari sistem adhesif(Gambar 2.10). Pemeriksaan SEM (Scanning electron
magnifying) menunjukkan bahwa sistem total etch menunjukkan pola etsa yang
lebih baik dibandingkan sistem self etch.34, 35
Smear layer didefinisikan sebagai debris jaringan terkalsifikasi alami
pada permukaan email dan dentin yang dihasilkan pada saat preparasi
menggunakan bur atau instrumen pada struktur gigi. Lapisan ini terdiri dari
komponen dasar email, intertubular dan peritubular dentin yang bercampur
dengan air dan saliva. Lapisan tersebut dapat mempengaruhi ikatan adhesif antara
gigi dan material restorasi. Dengan ditemukan generasi terbaru dari sistem
bonding, berbagai penelitian telah dilakukan dan melaporkan berbagai perbedaan
mengenai smear layer. Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa smear layer ikut
menentukan kualitas ikatan sehingga lapisan tersebut perlu dipertahankan.
Sementara peneliti lain berpendapat bahwa hadirnya smear layer dapat
menghalangi ikatan antara dentin dan resin sehingga lapisan tersebut harus
dibersihkan dengan baik.36
Universitas Indonesia
Gambar 2.10 Perbedaan sistem total etch dan self etch. A. Aplikasi total etch pada permukaan
gigi yang dipreparasi. B. Pembuangan smear layer sehingga tubulus dentin terbuka. C. Penetrasi
material adhesif dan komposit pada permukaan gigi. D. Aplikasi self etch primer pada permukaan
gigi. E. Demineralisasi dentin dan infiltrasi smear layer oleh resin selama proses etsa. F. Smear
layer tidak terbuang, menghasilkan penutupan pada tubulus dentin.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Faktor bahan :
Ukuran dan jenis filer
Teknik
finishing dan polishing
Surface Bonding
sealant agent
Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
Rebonding:
Restorasi resin Surface sealant
komposit Bonding agent
Kebocoran mikro
Immediated tepi restorasi
Finishing dan polishing
3.2 Hipotesis
24 Universitas Indonesia
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
25 Universitas Indonesia
itas
2=
penetrasi
zat warna
lebih dari
1/3-2/3
dinding
kavitas
3=
penetrasi
zat warna
mencapai
2/3-dasar
kavitas.
Bebas
Rebonding Dilakukan pasca finishing
dan polishing, pada
permukaan restorasi dan
perbatasan restorasi-gigi,
dimulai dengan aplikasi
etsa asam,dibilas dan
dikeringkan kemudian
aplikasi bahan rebonding
dan dilakukan
penyinaran.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
60 gigi premolar rahang atas atau bawah yang sesuai kriteria inklusi
Larutan salin (NaCl 0,9% )
Resin komposit nanofil (Z350 XT, 3M ESPE)
Bahan Etsa 35% ( 3M ESPE Scotchbond)
Bonding agent (Adper Single Bond 2, 3M ESPE)
Surface sealant (PermaSeal,Ultradent,USA)
Zat pewarna (biru metilen 1%)
Cat kuku warna merah dan hijau (colorstay,Revlon)
B. Preparasi kavitas
Preparasi kavitas dilakukan pada permukaan bukal atau palatal masing-
masing gigi dengan menggunakan bur bundar dan bur fisure. Diameter
kavitas berukuran 3 mm, dengan kedalaman 2 mm. Probe periodontal
digunakan untuk memastikan kedalaman kavitas.
C. Prosedur restorasi
Setelah kavitas selesai terbentuk, dilakukan etsa pada permukaan
kavitas menggunakan Scotchbond Etchant (3M ESPE) selama 15 detik,
bilas dengan air selama 10 detik. Kelebihan air dihilangkan dengan mini
sponge. Kemudian dilakukan aplikasi bonding Adper single bond 2
(3M ESPE) dengan putaran lembut menggunakan aplikator. Tiupkan
udara dengan tekanan ringan selama 5 detik untuk menguapkan solvent.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
D. Analisis data
Smirnov.
E. Alur penelitian
30 gigi dipreparasi bagian bukal dengan 30 gigi dipreparasi bagian bukal dengan
bur bundar dan fisure, bur bundar dan fisure,
diameter 3 mm, kedalaman 2 mm diameter 3 mm, kedalaman 2 mm
Prosedur etsa dan aplikasi dentin adhesif Prosedur etsa dan aplikasi dentin adhesif
Penumpatan resin komposit kemudian disinar Penumpatan resin komposit kemudian disinar
Thermocycling
Analisis data
Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL
Tabel 5.1 Nilai kemaknaan kebocoran mikro tepi restorasi pada kelompok surface sealant dan
bonding agent
Hasil dari penelitian ini terlihat pada tabel 5.1, skor 0 terbanyak pada
kelompok jenis rebonding menggunakan surface sealant (73,3%), skor 1
terdapat pada kelompok surface sealant (33,3%), skor 2 terdapat pada kelompok
bonding agent (33,3%) dan skor 3 terbanyak pada kelompok bonding agent
(96,7%). Kesimpulan dari hasil tabel tersebut, distribusi skor kebocoran mikro
pada tepi restorasi resin komposit setelah aplikasi bahan rebonding menunjukkan
terbanyak pada kelompok bonding agent dibandingkan pada kelompok surface
sealant.
Pada tabel 5.1 nilai kemaknaan menunjukkan nilai p < 0.001, maka dapat
disimpulkan bahwaterdapat perbedaan yang bermakna kebocoran mikro antara
aplikasi surface sealant dan bonding agent.Prosedur rebonding menggunakan
surface sealant lebih baik dalam menutup kebocoran mikro pada tepi restorasi
resin komposit pasca finishing dan polishingdibandingkan dengan prosedur
rebonding menggunakan bonding agent, dengan demikian hipotesis diterima.
31 Universitas Indonesia
BAB 6
PEMBAHASAN
32 Universitas Indonesia
dalam penelitian ini karena memiliki ukuran molekul yang sangat kecil yakni 0,5-
0,7 nm, lebih kecil dari bakteri (0,5-1µm) sehingga zat warna tersebut dapat
berpenetrasi lebih jauh dari zat warna yang lain.41
Pada penelitian ini sample diberi perlakuan thermocyclinguntuk
mensimulasikan keadaan restorasi di rongga mulut yang mengalami perubahan
termal yang terus-menerus. Thermocyclingmerupakan prosedur in vitro yang
dilakukan untuk mensimulasikan restorasi dan struktur gigi pada temperatur
ekstrim yang dapat diterima dalam rongga mulut. Pada penelitian ini
thermocyclingdilakukan sebanyak 250 putaran pada suhu 5-55 C ± 2 C dengan
waktu istirahat 15 detik dan dilakukan secara manual. Menurut Wahab et.al
(2003) hanya sejumlah kecil putaran thermocycling dapat menyebabkan
kebocoran mikro pada restorasi resin komposit.42Pada penelitian lain, setelah
prosedur thermocyclingnilai kebocoran mikro pada daerah tepi restorasi lebih
tinggi dibandingkan nilai kebocoran mikro yang dianalisis segera setelah
rebonding tanpathermocycling.36Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa prosedur thermocyclingefektif dalam mensimulasikan proses penuaan pada
restorasi.
Aplikasi resin komposit pada penelitian inidilakukan secara inkremental
menggunakan komposit jenis nanofiler. Alasan pemilihan bahan ini adalah, resin
komposit nano filer, merupakan salah satu material resin komposit terbaik saat ini,
karena memiliki kekuatan dan nilai estetis yang baik. Resin komposit ini memiliki
sifat-sifat yang lebih baik dari microhybrid. Resin komposit ini mengandung filer,
antara lainnanofiler (terdiri dari silika berukuran 20-75nm, nanopartikel) dan
nanocluster (terdiri dari zirkonia-silika, berukuran 2-20 nm) sehingga dapat
dipoles dengan baik, memiliki kekuatan yang baik sertalebih mudah
penanganannya.43
Sistem etsa asam yang digunakan pada penelitian ini adalah total etch.
Pada sistem total etch,smear layer yang dihasilkan pada saat preparasi gigi akan
dihilangkan sehingga tubuli dentin terbuka dan sebagian kolagen akan terpapar
kepermukaan. Lapisan smear layer yang merupakan kumpulan dari debris dentin
dan saliva dapat mempengaruhi ikatan adhesif antara struktur gigi dan material
restorasi sehingga harus dihilangkan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari
Universitas Indonesia
suatu penelitian bahwa hadirnya smear layer dapat menghalangi ikatan antara
dentin dan resin sehingga lapisan tersebut harus dibersihkan dengan baik.36
Pada penelitian ini digunakan one step polishing system, yaitu prosedur
finishing dan polishing dilakukan dengan menggunakan satuinstrumen. Instrumen
yang dipergunakan adalah PoGo. One step polishing system menggunakan
elastomer yang mengandung intan sebagai prepolishing dan polishing akhir,
yaitu intan impregnated polisher. Instrumen tersebut menunjukkan kemampuan
menghasilkan permukaan yang licin pada material restorasi direk dengan
menggunakan satu instrumen, dapat dibandingkan dengan multistep coated
abrasive disc system. Pemolesan dengan menggunakan PoGo berdasarkan pada
hasil penelitian menggunakan profilometer bahwa alat poles tersebut memberikan
hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan sistem polishing multistep, yakni
sistem polishing dengan Sof-Lex. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Korkmaz,dkk (2008) yang menyatakan bahwa one step
finishing system memberikan hasil yang lebih baik pada resin komposit yang
mengandung nanopartikel.24 Polishing dengan PoGo merupakan sistem
pemolesan yang praktis namun dapat menghasilkan permukaan yang halus dan
mengkilap.
Prosedur finishing dan polishing yang dilakukan pada penelitian ini adalah
immediated polishing. Hal tersebut dilakukan karena pada saat ini prosedur
immediated polishing yang paling sering dilakukan dalam praktek dokter
gigi.Resin komposit akan mengalami polimerisasi ketika material tersebut
terpapar oleh sinar dengan panjang gelombang 450-500 nm dan polimerisasi akan
sempurna dalam waktu 24 jam.Prosedur immediatedfinishing dan polishing dapat
menyebabkan terjadinya deformasi karena hanya sekitar 75% material resin
komposit yang mengalami pengerasan setelah 10 menit. Kerusakan resin
komposit tersebut dapat terlihat sebagai garis putih, menunjukkan terbentuknya
celah mikro pada pertemuan email dan resin yang tampak segera setelah finishing
dan polishing.
Pembentukan celah mikro pada pertemuan gigi dan restorasi dapat
menyebabkan hilangnya integritas tepi.Teknik rebonding direkomendasikan
karena dapat memperbaiki penutupan daerahtepi dengan cara mengaplikasikan
Universitas Indonesia
resin yang memiliki viskositas rendah. Resin tersebut akan berinfiltrasi ke dalam
celah interfasial sehingga memperbaiki penutupan pada daerah tepi. Resin
tersebut juga dapat mengisi kerusakan mikro pada permukaan restorasi dengan
demikian akan meningkatkan wear resistance restorasi dan mengurangi terjadinya
karies sekunder.44 Teknik rebonding dapat dilakukan dengan menggunakan
bonding agent atau spesifik surface sealant. Spesifik surface sealant merupakan
bahan yang ditujukan untuk mengatasi kerusakan pada tepi restorasi resin
komposit. Surface sealant mengandung unfilled resin (metakrilat) dan monomer
yang memiliki berat molekul rendah serta photoinisiator.
Efektifitas bahanrebonding tergantung pada flow rate dan kedalaman
penetrasi bahan ke dalam struktur mikro di bawah permukaan sebelum
polimerisasi. Berdasarkan penelitian, besarnya celah yang terbentuk antara bahan
restorasi dan permukaan kavitas gigi yang di preparasi sekitar 10-20
mikro.Dengan demikian bakteri dapat berpenetrasi masuk dan menyebabkan
karies sekunder. Agar dapat mengisi ke dalam celah interfasial diperlukan resin
dengan viskositas rendah (200 cp atau kurang) yang berpenetrasi sebelum
polimerisasi. Untuk dapat membasahi dengan baik, surface tension dari bahan
rebondingsebaiknya lebih rendah daribatas surface tension restorasi atau struktur
gigi.44 Permukaan yang halus, bersih, kering, dan bebas dari saliva atau smear
layer memungkinkan bahan dapat membasahi dengan baik sehingga diperoleh
penutupan restorasi yang baik. Bonding agent dapat mengandung partikel
fileryang menurunkan daya alir bahan sehingga mengurangi kemampuan
membasahi bahan pada permukaan. 44
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1 dapat disimpulkanbahwa
kebocoran mikro pada tepi restorasi terbanyak pada kelompok bonding agent
(skor 3 sebanyak 96,7%). Nilai kemaknaan menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna antara jenis bahan rebonding dengan kebocoran
tepi.Prosedur rebonding menggunakan surface sealant lebih baik dalam menutup
kebocoran mikro pada tepi restorasi resin komposit pasca finishing dan polishing
dibandingkan dengan prosedur rebonding menggunakan bonding agent. Hasil
penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Lima,et al
(2011) yangmelakukan penelitian pada gigi sapi, melaporkan bahwa restorasi
Universitas Indonesia
BAB 7
Universitas Indonesia
7.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
37
Universitas Indonesia
38
Universitas Indonesia
13. Youn Y, Hyun H, KIm Y, Kim J. The effect of surface sealing on the
microleakage of class V compositr resin restoration. J Korean Acad Pediatr
Dent 2007;34(3):359-67.
14. Figueredoreis A, Giannini M, Roberto J. The effect of six polishing system
on the surface roughness of two packable resin based composites. American
journal of dentistry 2002;15(3):1-5.
15. Pierre L. Effect of finishing and polishing direction on the marginal
adaptation of resin based composite restorations Iowa: University of lowa;
2011.p 18-25 <http//ir.uiowa.edu/etd/2774>
16. Noorf R, Davis L. The surface finish of composite resin restoratives
materials. Br Dent J 1984;157(10):360-64.
17. Yap A, Ang H, Chong K. Influence of finishing time on marginal sealing
ability of new generation composite bonding system. J oral rehabil
1998;25(11):142-44.
18. Powers J, Sakaguchi R, . Resin composite restorative materials. Craig's
restorative dental materials. 12 ed. St. Louis: Elsevier Mosby; 2006. p. 192-
95.
19. Lopes G, Franke M, Maia H. Effect of finishing time and technique on
marginal sealing ability of two composite restorative materials. J Prosthet
Dent 2002;88(1):32-36.
20. Fabianelli A, Pollington S, Davidson CL. The relevance of microleakage
studies. International Dentistry SA 2008;9(3):64-74.
21. Eden E, Cogulu D, Attin T. The effect of finishing and polishing systems on
surface roughness, microhardness and microleakage of a nabohybrid
composite. Journal of International Dental and Medical Research
2012;5(3):155-60.
22. Mopper K. Contouring, finishing, and polishing anterior composites.
Continuing education esthetic 2011;March:62-66.
23. Correa M, Silva J, Cunha L, Balonho A, Pagani C. Superficial roughness of
composite resin submitted to different surface treatments-an in vitro study. .
RFO, Passo Fundo 2011;16((1)):64-68.
Universitas Indonesia
24. Korkmaz Y, Attar N, Ozel N, Aksoy G. The influences of one step polishing
system on the surface roughness and microhardness of nanocomposite.
Operative Dentistry 2008;33(1):44-50.
25. Ahmed HH, El-Bab EIMF, El-Hassan MHA. The effect of surface
penetrating sealants on leakage pattern of class V restorations with different
locations of cervical cavity margins.Cairo dental journal 2009;25(2):263:79.
26. Blank J. Finishing and polishing today's composites: Achieving outstanding
results. A peer review publication 2008:1-9.
27. Mousavinasab SM, Khosravi K, Tayebghasemi N, . Microleakage assessment
of class V composite restorations rebonded with three different methods.
Dent Res J 2008; 5(1): 21-26.
28. Lopes MB, Saquy PC, Moura SK, Wang L. Effect of different surface
penetrating sealant on the surface roughness of a nanofiller composite resin.
Braz Dent J 2012;23( 6):1-4.
29. Oh EJ, Park SS, Jang MJ, Jeon YM, Kim JG. Experimental brush wear
pattern and cariostatic effect of Biscover. Korean J Orthod 2008;38 (3):214-
19.
30. Anusavice K. Bonding. Philips'science of dental materials.10 ed: WB
Saunders; 1996. chapter 13 p. 301-13.
31. Garg N, Garg. A. Text book of operative dentistry. 2 ed. New Delhi: Jaypee
brother; 2013. p. 276-90.
32. Galo J, Borgess J, Ripps A, Walker R, Winkler M, Mercante D, et al. Two
clinical evaluation of posterior resin composite using a fourth and fitfh
generation bonding agent. Operative Dentistry 2005;30(3):290-96.
33. Ferracane J. Direct esthetic anterior restorative. In: Ferracane J, editor. Dental
material in dentistry principles and application. 2 ed. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins; 2001. p. 110-16.
34. Neto JC, Miranda M, Dias K. Comparative SEM evaluation of penetration of
adhesive system in human dentin with a non rinse conditioner and self
etching primer. BrazDent Journal 2004;15:19-25.
35. Bowen R, Nemoto K, Rapson J. Adhesive bonding of various materials to
hard tissue: force developing in composite materials during hardening
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran 1
Foto alat dan bahan penelitian
A B
C D
E
F G
Keterangan gambar:
A.Alat dan bahan penelitian (bur bundar, bur fissure, plastic instrument, alat tambal light
cured, microbrush, bahan etsa asam, dentin adhesif, surface sealant, PoGo). B. Gigi
premolar sebagai sampel penelitian. C. Proses pembersihan kalkulus. D. Sampel pasca
aplikasi rebonding dengan surface sealant. E. Sampel pasca aplikasi rebonding dengan
bonding agent. F-G. Siklus thermocycling F. Perendaman pada suhu 5⁰C, G. Perendaman
pada suhu 55ºC
Universitas Indonesia
Lanjutan
H I
J K
L
M N
Keterangan gambar:
H-I.Kelompok surface sealant setelah aplikasi varnis kuku. J-K. Kelompok bonding agent setelah
aplikasi varnis kuku. L. Perendaman sampel dalam larutan biru metilen 1%. M. Penyimpanan
sampel dalam inkubator. N.Alat inkubator.
Universitas Indonesia
Lanjutan
Foto alat dan bahan penelitian
P Q
Keterangan Gambar
O. Sampel dibelah dalam arah bukolingual. P-Q. Pengamatan sampel menggunakan mikroskop
stereo
Universitas Indonesia
Lampiran 2
Data rekapitulasi skor hasil pengamatan
No.sampel 0 1 2 3
1 V
2 V
3 V
4 V
5 V
6 V
7 V
8 V
9 V
10 V
11 V
12 V
13 V
14 V
15 V
16 V
17 V
18 V
19 V
20 V
21 V
22 V
23 V
24 V
25 V
26 V
27 V
28 V
29 V
30 V
Universitas Indonesia
Lanjutan
No. 0 1 2 3
sampel
1 V
2 V
3 V
4 V
5 V
6 V
7 V
8 V
9 V
10 V
11 V
12 V
13 V
14 V
15 V
16 V
17 V
18 V
19 V
20 V
21 V
22 V
23 V
24 V
25 V
26 V
27 V
28 V
29 V
30 V
Universitas Indonesia
Lampiran 3
Perwakilan gambar skor kebocoran
A B
C D
Keterangan gambar
E F
Keterangan Gambar
Universitas Indonesia
Lampiran 4
Hasil uji statistik
Crossabulation
Universitas Indonesia
Lanjutan
Universitas Indonesia