Anda di halaman 1dari 5

PENUGASAN BLOK TRAUMA DAN INJURY (2.

5)
FOTO RONTGEN

Disusun Oleh :
Mohamad Rizki Adi Prasetyo 18711032
Agung Bipayana 18711042

Tutor : dr. Eko Ardiyanto

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2020
A. FOTO RONTGEN YANG DIDAPAT

Tn AT 48 th

B. SYARAT/KRITERIA FOTO LAYAK BACA


Foto rontgen tersebut layak untuk dibaca dengan alasan sebagai berikut :
1) Identitas
Ada beberapa identitas yang dapat ditemukan, yaitu nama, umur, dan marker.
Sedangkan nomor register, tanggal pengambilan foto, dan diagnosis tidak
ditemukan.
2) Identitas sisi
Terdapat penanda R yang menunjukkan hasil foto rontgen tersebut
merupakan cruris dextra (kanan)
3) Kualitas sinar-X
Kondisi tulang secara keseluruhan cukup baiik, tidak terlalu opaque ataupun
lusens
4) Proyeksi
Proyeksi menggunakan AP dan lateral
5) Foto terpotong
Hanya terlihat satu sendi

C. INTERPRETASI HASIL PEMBACAAN FOTO RONTGEN


1) Foto Cruris Dextra, pre ORIF, hasil :
a. Trabekulasi tulang baik
b. Tampak fraktur tertutup, kompleta, oblique di os fibula kanan, 1/3 distal,
displaced dengan aposisi (+), alignment kurang, angulationem (+),
overlapping (+), callus (-)
c. Joint space tak menyempit / melebar
d. Tampak soft tissue swelling regio cruris media anterior
2) Kesan
a. fraktur tertutup, kompleta, oblique di os fibula kanan, 1/3 distal, displaced
dengan aposisi, alignment kurang, angulationem, dan overlapping, tidak
tampak callus
b. Tidak tampak dislokasi
c. Soft tissue swelling regio cruris media anterior

3. Faktor Risiko
a) Usia
Pada usia lebih dari 40 tahun menunjukkan bahwa angka kejadian fraktur
akan meningkat. Hal ini berkaitan dengan kejadian osteoporosis pada usia
lanjut. (Solomon et al., 2010)
b) Aktivitas fisik
Pada usia kurang dari 40 tahun, fraktur sering terjadi pada laki-laki. Hal ini
berkaitan dengan aktivitas (termasuk pekerjaan dan olahraga) yang
cenderung lebih berat pada laki-laki dibandingkan perempuan. (Solomon et
al., 2010)
c) Defisiensi vit D
` Vitamin D berperan dalam menjaga kadar kalsium dan fosfat dalam
darah. Keduanya sangat berpengaruh dalam menjaga kesehatan tulang.
Sehingga apabila terjadi defisiensi vitamin D, maka tulang akan lebih rentan
terhadap fraktur. (Solomon et al., 2010)

4. Pemeriksaan
a) Look/ Inspeksi
 Deformitas dan angulasi
 Pembengkakan pada regio cruris media anterior
 Memar
(Solomon et al., 2010)
b) Feel/ Palpasi
 Krepitasi (gemeretak)
 Tenderness (nyeri tekan)
 Penilaian neurovaskular pada bagian distal fraktur : capillary refill time,
warna kulit, sensasi
(Solomon et al., 2010)
c) Move
 Pemeriksaan range of motion untuk mengetahui adanya keterbatasan
gerak
(Solomon et al., 2010)

5. Imobilisasi
Fraktur yang terjadi pada tibia atau fibula pada dasarnya membutuhkan
penanganan secara Open reduction internal fixation (ORIF). Pada tindakan tersebut,
dokter akan mereduksi tulang ke posisi semula dan kemudian dilakukan fiksasi
dengan menggunakan plat dan sekrup khusus. Setelah dilakukan tindakan ORIF,
pasien diharapkan dapat meminimalisir pergerakan agar proses penyembuhan atau
disebut imobilisasi. Pada sebagian besar kasus fraktur fibula 1/3 distal dapat pula
menyebabkan fraktur ankle.
Tindakan ORIF pada kasus fraktur fibula yang disertai dengan fraktur ankle

Anda mungkin juga menyukai