Anda di halaman 1dari 6

REFERAT PENUGASAN 2 BLOK 2.

5
FOTO RONTGEN

Oleh :
Natya Lakshita Ardhananeswari Riyanto (20711067)
Gracia Widi Anjani (20711111)
Tutorial 1

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2022
Foto Rontgen

A. Perintah Rontgen
Foto rontgen femur posisi AP dan Mediolateral.
B. Syarat Foto Rontgen Layak Baca
1. Identitas
1) Nama : -
2) Umur : -
3) Jenis Kelamin : -
4) No. RM : -
5) Tanggal Periksa : -
6) Operator : -
7) Logo instansi : -
8) Jenis foto : Wrist joint AP/Lateral
9) Ukuran foto : -
2. Identitas sisi
Terdapat marker posisi L pada kanan bawah yang menunjukkan bahwa
hasil foto rontgen ini merupakan os.radio-ulnaris sinistra.
3. Kualitas / densitas sinar-X
Cukup (bisa membedakan bagian korteks dan medulanya, korteks lebih
menebal dan medulla lebih kopong).
4. Proyeksi
Mengambil foto dari 2 proyeksi yaitu anteroposterior (AP) dan
mediolateral.
5. Foto tidak terpotong
Terpotong (cubital joint tak tampak)
6. Sisi koleteral
Tidak terdapat foto pembanding dengan ekstremitas normal.
7. Waktu foto
Tidak ada

Foto rontgen tersebut tidak layak untuk diinterpretasikan dikarenakan


pada foto rontgen yang diambil dari proyeksi AP dan mediolateral
terpotong karena tidak menampilkan 2 sendi, dimana hanya wrist joint saja
yang tampak, sedangkan cubital joint tidak tampak. Seharusnya,
pengambilan foto rontgen terlihat melewati atau terdapat 2 sendi sehingga
layak untuk diinterpretasikan. Selain itu, juga tidak terdapat foto
pembanding dan identitas serta waktu diambilnya foto. Jadi, kedua foto
tersebut tidak layak untuk diinterpretasikan dikarenakan kesalahan
proyeksi pengambilan foto, terpotongnya gambar sendi pada foto tersebut,
tidak adanya foto pembanding, identitas dan waktu diambilnya foto..

C. Interpretasi Foto Rontgen


1. Struktur dan trabekula tulang : kuat dan tidak terdapat gambaran
osteoporosis
2. Jaringan lunak / soft tissue :
1) Irregularitas : Tidak tampak robekan jaringan lunak
2) Soft tissue swelling : Ada
3) Emfisema subkutis : Tidak ada
4) Kalsifikasi : Tidak ada
5) Corpal : Tidak ada

3. Sendi :Left wrist joint / radiocarpal sinistra


4. Fraktur :
1) Arah : Anterior
2) Subluksasi/ Dislokasi : Tidak ada
3) Lokasi : Os radio-ulnaris sinistra
4) Regio : 1/3 distal
5) Aposisi : Displace (+) berpindahnya yaitu
bertumpuk dari posisi awalnya
6) Alignment : Tidak segaris
7) Angulation : Angulasi (+)
8) Overlapping : Ada (+)
9) Baru/ lama : Baru, tidak ada gambaran callus
10) Un-/mal-non- union : Tidak diketahui
11) Fiksasi : Tidak ada
12) Komplikasi : Tidak diketahui

D. Teori

Definisi :
Lengan bawah terdiri atas dua tulang, radius dan ulna yang bersama
dengan membran interosseous serta sendi radioulnar memegang peranan penting
dalam menjalankan fungsi ekstremitas atas (Sharma et al., 2022). Trauma
intensitas tinggi dapat menyebabkan tulang radius, ulna atau keduanya mengalami
fraktur (Sharma et al., 2022). Fraktur yang terjadi pada kedua tulang ini dikenal
juga dengan istilah “both-bone forearm fractures” (Trionfo and Arkader, 2019).

Prevalensi Kasus :
Fraktur jenis ini menyumbang sekitar 10-25% kasus fraktur yang umum
dan banyak dijumpai pada anak-anak dan remaja (Caruso et al., 2021). Akan
tetapi, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa fraktur ini juga dapat ditemukan
pada orang dewasa (Caruso et al., 2021). Biasanya cedera pada fraktur ini lebih
sering terjadi pada bagian distal dari radius dan ulna (Caruso et al., 2021).

Faktor Risiko :
Tidak jauh berbeda dari fraktur lainnya, beberapa faktor dapat
meningkatkan risiko terjadinya fraktur jenis ini. Faktor tersebut antara lain adalah
aktivitas fisik harian yang berpotensi tinggi terhadap cedera, kelebihan berat
badan atau obesitas, asupan nutrisi yang buruk dan usia (Trionfo and Arkader,
2019).

Pemeriksaan :
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan fisik fraktur
terdiri dari pemeriksaan look, feel dan move (Blom, A., Warwick, D., Whitehouse,
2018).
1. Look : Perhatikan dengan seksama lokasi terjadinya fraktur. Lihat
apakah terdapat luka terbuka di lokasi terjadinya fraktur.
2. Feel : Rasakan keadaan di sekitar lokasi fraktur dengan melakukan
penekanan secara lembut untuk merasakan apakah ada pembengkakan
dan krepitasi
3. Move : Lakukan pergerakan pada pergelangan tangan dan jari-jari. Hal
ini dilakukan untuk memastikan apakah fraktur yang terjadi juga
menyebabkan kerusakan pada saraf.

Tindakan Imobilisasi :
Ketika menangani fraktur, hal yang paling penting untuk dilakukan adalah
imobilisasi yakni mencegah pergerakan pada lokasi cedera (Thompson, 2010).
Terdapat beberapa prinsip dalam melakukan imobilisasi diantaranya, menjaga
kestabilan tulang dan mensejajarkan patahan tulang pada lokasi asalnya (Blom,
A., Warwick, D., Whitehouse, 2018). Sehingga, biasanya akan dilakukan tindakan
reduksi menggunakan gips dan arm sling (Hadizie and Munajat, 2017). Terutama
jika fraktur terjadi pada anak-anak dan remaja yang masih dalam masa
pertumbuhan (Hadizie and Munajat, 2017). Jika fraktur terjadi pada orang dewasa,
tindakan operasi seperti penanaman plate mungkin dibutuhkan sebagai tindakan
imobilisasi.

Referensi
Blom, A., Warwick, D., Whitehouse, M.R. (2018) Apley & Solomon’s System
of Orthopaedics and Trauma. 10th edn. Boca Raton: Taylor & Francis Group.
Caruso, G. et al. (2021) ‘Management of pediatric forearm fractures: what is
the best therapeutic choice? A narrative review of the literature’, Musculoskeletal
Surgery, 105(3), pp. 225–234. doi:10.1007/s12306-020-00684-6.
Hadizie, D. and Munajat, I. (2017) ‘Both-bone forearm fractures in children
with minimum four years of growth remaining: Can cast achieve a good outcome
at skeletal maturity?’, Malaysian Orthopaedic Journal, 11(3), pp. 1–9.
doi:10.5704/MOJ.1711.009.
Sharma, A.R. et al. (2022) ‘An unusual case of both bones forearm shaft
fracture with ipsilateral distal radio-ulnar joint disruption’, Journal of Emergency
Practice and Trauma, 8(1), pp. 66–68. doi:10.34172/jept.2021.12.
Thompson, J.. (2010) Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy. 2nd edn.
Philadelphia: Saunders, Elsevier Inc.
Trionfo, A. and Arkader, A. (2019) ‘Both Bone Forearm Fractures’,
Operative Techniques in Orthopaedics, 29(1), pp. 49–54.
doi:10.1053/j.oto.2018.12.009.

Anda mungkin juga menyukai