Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN KELOMPOK DAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PADA PASIEN DENGAN CLOSED FRACTURE
COLLUM FEMURE DEXTRA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh:

Astriningrum Titipangesti K 2010206017


Nur Aini Rustiana Dewi 2010206020

PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
DEFINISI
ETIOLOGI
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal
1. Kekerasan langsung
dari suatu tulang yang menyebabkan jaringan lunak di
2. Kekerasan tidak langsung sekitarnya juga sering kali terganggu. KLASIFIKASI FRAKTUR
3. Kekerasan akibat tarikan otot
Brunner & Suddarth (2005) dalam Wijaya & Putri (2013)
Oswarl E, (2002) dalam Wijaya & Putri,
(2013)
1. Complete fracture 6. Oblik
(fraktur komplet)
7. Spiral
Menurut Andani, (2018) Penyebab fraktur 2. Closed fracture
yaitu tekanan berlebihan atau trauma (simple fraktur) 8. Komunitif
langsung pada tulang yang menyebabkan
kerusakan pada otot dan jaringan disekitar 3. Open fracture 9. Depresi
tulang sehingga dapat menyebabkan ter- FRAKTUR (compound frak- 10.Kompresi
jadinya perdarahan, edema dan hemato- tur/komplikata/
kompleks) 11.Patologik
ma.
4. Greenstick 12.Epifisial
5. Trasnversal 13.Impaksi

MANIFESTASI KLINIS
PEMERIKSAAN
1. Nyeri
PENUNJANG KOMPLIKASI PENATALAKSANAAN
2. Hilangnya fungsi
3. Deformitas
1. Pemeriksaan rontgen Price, A & L. Wilson (2006) dalam
Wijaya & Putri (2013)
Brunner & Suddarth (2002) dalam Wijaya & Putri (2013)

4. Pemendekan ekstremitas, 2. Scan tulang, tonogram, 1. Malunion


1. Reduksi fraktur
scan CT/MRI 2. Delayed
5. Krepitus 3. Nonunion 2. Imobilisasi
6. Pembengkakan lokal dan peru- 3. Arteriogram
bahan warna. 4. Hitung darah lengkap
5. Kreatinin
6. Profil koagulasi
PATOFISIOLOGIS FRAKTUR

Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur. Jika ambang fraktur suatu tulang hanya
sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya retak saja bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem, seperti
tabrakan mobil, maka tulang dapat pecah berkeping-keping. Saat terjadi fraktur, otot yang melekat pada ujung tu-
lang dapat terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur keluar posisi. Kelompok otot
yang besar dapat menciptakan spasme yang kuat bahkan mampu menggeser tulang besar, seperti femur. Walaupun
bagian proksimal dari tulang patah tetap pada tempatnya, namun bagian distal dapat bergeser karena faktor
penyebab patah maupun spasme pada otot-otot sekitar. Fragmen fraktur dapat bergeser ke samping, pada suatu
sudut (membentuk sudut), atau menimpa segmen tulang lain. Fragmen juga dapat berotasi atau berpindah.Selain
itu, periosteum dan pembuluh darah di korteks serta sumsum dari tulang yang patah juga terganggu sehingga
dapat menyebabkan sering terjadi cedera jaringan lunak. Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak atau
cedera pada tulang itu sendiri. Pada saluran sumsum (medula), hematoma terjadi diantara fragmen-fragmen tulang
dan dibawah periosteum. Jaringan tulang disekitar lokasi fraktur akan mati dan menciptakan respon peradangan
yang hebat sehingga akan terjadi vasodilatasi, edema, nyeri, kehilangan fungsi, eksudasi plasma dan leukosit. Re-
spon patofisiologis juga merupakan tahap penyembuhan tulang (Black & Hawks, 2014).
A. PENGKAJIAN KASUS

PENGKAJIAN PASIEN DEWASA

I. DATA DEMOGRAFI
a. Biodata
1) Nama (initial) : Ny. P
2) Usia/Tanggal lahir : 67 Th
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Alamat & No tlp : Yogyakarta
5) Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
6) Status Perkawinan : Menikah
7) Agama : Islam
8) Pekerjaan : IRT
9) Diagnosa Medik : Closed Fracture collum femure dextra

10) No. Medical Record : 452XXXX


11) Tanggal Masuk RS : 31 Oktober 2020

b. Penanggung jawab
1) Nama (initial) : Tn.Q
2) Usia : 45 Th
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Pekerjaan : Pegawai swasta
5) Hubungan dengan Pasien : Anak
6) Alamat & No telp. : Yogyakarta

II. KELUHAN UTAMA


Saat dilakukan pengkajian keadaan umum pasien Nampak meringis
menahan sakit post operasi dan nyeri bagian operasi
III. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengalami fraktur tertutup pada collum femure dextra dan
sudah dilakukan operasi
O : Pasien nyeri pada collum femure dextra H+1 operasi
P : Nyeri hilang timbul di bagian Post Operasi collum femure dextra
Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk jarum
R : nyeri bagian kaki kanan
S : Skala 5
T : Telah diberikan obat farmakologi analgetik dan diajarkan teknik
relaksasi nafas dalam untuk menetralisir rasa nyeri
U : Sebelum dilakukan operasi pasien merasakan nyeri hebat pada paha
bagian kanan
V : Penyakit yang sedang di derita adalah ujian dari Allah SWT
b. Riwayat kesehatan lalu
Pasien sebelumnya tidak pernah di obname di RS dan tidak alergi
makanan
c. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak adariwayat keturunan

IV. RIWAYAT PSIKOSOSIAL


a. Kehidupan sosial Pasien baik, dapat sosialisasi dengan tetangga,
lingkungan sosial dan tidak ada masalah keluarga.
b. Hubungan dengan pasien lain baik
c. Tanggapan tentang sakitnya pasien hanya pasrah ingin segara sembuh
dan pulang, dan selalu bedoa agar diberi kesebuhan.

V. RIWAYAT SPIRITUAL
a. Pasien selama di RS sholat lima waktu dengan cara tayamum
b. Pasien selalu diberikan support dan motivasi dari keluarga dan suaminya
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum pasien
Composmentis, lemah
2. Tanda-tanda vital
- Suhu : 37°C
- Nadi : 80 x/menit
- Pernafasan : 18 x/menit
- Tekanan darah : 120/88 MmHg
- TB : 155cm
- BB : 55kg

3. Sistem Pernafasan
- Suara nafas teratur dan tidak terdapat sputum
4. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : pengembangan dada simtris, tida ada luka
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan lepas
Perkusi : Pekak
Auskultasi : tidak terdapat suara tambahan
5. Sistem pencernaan
Inspeksi : Bentuk permukaan datar, tidak ada luka
Auskultasi : Bising usus belum terdengar
Perkusi : Tympani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
6. Indra
a. Mata
Konjungtiva tidak anemis, simetris kanan dan kiri, sklera berwarna
putih, pupil isokor, kornea berwarna transparan
b. Hidung
Tidak terdapat polip, fungsi pembau baik
c. Telinga
Daun telinga tampak simetris, tidak terlihat serumen, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
7. Sistem saraf
Tidak Terkaji
8. Sistem muskuloskeletal
- Ekstremitas atas
a. Inspeksi : tamham simetris tidak ada nyeri tekan
b. Kekuatan otot
6 6
1 6
- Ekstremitas bawah
a. Inspeksi : pergerakan kaki bagian kanan lemah post operasi
b. Kekuatan otot
6 6
1 6
9. Sistem integumen
Kulit sawo matang, lembab, tidak ada ruam dan capillary refill <2 detik,
kuku bersih dan pendek
10. Sistem endokrin
Tidak ada kelenjar tiroid
11. Sistem perkemihan
Tidak ada edema, tidak ada nyeri
12. Sistem reproduksi
Normal tidak ada kelainan
13. Sistem immun
Tidak Terkaji

VII. AKTIVITAS SEHARI-HARI


A. Nutrisi
A (Antopometri) : TB : 155cm, BB:55kg, IMT : 22,9 (Normal)
B (Biokimia) :-
C (Clinical) : Turgor kulit elastis, konjungtiva tidak anemis,
mukosa lembab
D (Diit) : Diit tinggi kalori, tinggi protein, tinggi
kalsium frekuensi 3x sehari, tiap makan habis satu porsi dan dibantu
oleh keluarganya
B. Cairan
Pasien minum +10 gelas/hari (air, susu, the)
C. Eliminasi (BAB & BAK)
Pasien Terpasang Kateter, urin sebanyak +250cc sekali, bau
amoniak
D. Istirahat Tidur
Pasien belum bias tidur dengan nyenyak dan selalu terbangun karena
merasa sakit bagian operasi
E. Olahraga
Tidak Terkaji
F. Rokok/alkohol dan obat-obatan
Tidak terkaji
G. Personal hygiene
Pasien mandi sehari sekali dengan di sibin dengan menggunakan
washlap dan air hangat oleh keluarganya
H. Aktivitas Mobilitas Fisik
Mobilisasi pasien terbatas di kasur
I. Rekreasi
Tidak Terkaji

VIII. TEST DIAGNOSTIK


1. Laboratorium
Tidak terkaji
2. Therapy saat ini

Jenis Terapi Dosis Rute Indikasi


Infus NaCl 500 Intra Penurunan fungsi ginjal akut mengakibatkan
ml/8 vena kegagalan ginjal menjaga homeostasis tubuh. Keadaan
jam (20 ini juga meningkatkan metabolit nitrogen yaitu ureum
tpm) dan kreatinin serta gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
Ketorolac 1amp IV Mengatasi nyeri
Ceftriaxone 1gr IV Untuk mencegah terjadinya infeksi atau pertumbuhan
bakteri atau membunuh bakteri dalam tubuh
B. ANALISA DATA

NO. Analisa Data Etiologi Problem


1. Ds : Agens Cedera Nyeri Akut (00132)
Merasa sakit dibagian operasi fisik Domain 12:
paha kanan Kenyamanan
Do : Kelas 1: Kenyamanan
Pasien nampak meringis Fisik
menahan sakit
O : Pasien nyeri pada collum
femure dextra H+1 operasi
P : Nyeri hilang timbul di
bagian Post Operasi collum
femure dextra
Q : Nyeri seperti di tusuk-
tusuk jarum
R : nyeri bagian kaki kanan
S : Skala 5
T : Telah diberikan obat
farmakologi analgetik dan
diajarkan teknik relaksasi
nafas dalam untuk menetralisir
rasa nyeri
U : Sebelum dilakukan operasi
pasien merasakan nyeri hebat
pada paha bagian kanan
V : Penyakit yang sedang di
derita adalah ujian dari Allah
SWT
TD: 120/88 mmhg
RR : 18 x/menit
N : 80 x/menit
2. Ds : - Kerukasan Hambatan mobilitas
Do: Integritas Struktur fisik (00085)
- Pasien terbaring di tempat Tulang Domain 4: Aktivitas
tidur dan pemenuhan ADL /Istirahat
dibantu oleh keluarganya Kelas 2:
TD: 120/88 mmhg Aktivitas/olahraga
RR : 18 x/menit

3. Ds : - Gejala terkait Hambatan rasa


Do : penyakit nyaman (00214)
Domain 12:
- Pasien belum bisa tidur
Kenyamanan
dengan nyenyak, selalu
terbangun Kelas 1: Kenyamanan
N : 80 x/menit fisik

Prioritas Diagnosa keperawatan


No. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Agens Cedera fisik
2. Hambatan mobilitas fisik b.d Kerukasan Integritas Struktur Tulang
3. Hambatan rasa nyaman b.d Gejala terkait penyakit
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan (NOC) Implementasi (NIC) Rasional


Keperawatan
Nyeri Akut b.d Agens Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (1400) 1. untuk mengetahui skala nyeri
Cedera fisik keperawatan selama 1 x 8 jam 1. kaji nyeri secara komprehensif 2. pemahaman pasien tentang nyeri akan
diharapkan pasien dapat mencapai meliputi lokasi, karakteristik, mengurangi ketegangan pasien dan
kriteria hasil: durasi, frekuensi, intensitas, memudahkan pasien untuk diajak
Kontrol nyeri (1605) tingkat keparahan dan faktor bekerjasama dalam melakukan tindakan
1. Menggunakan tindakan presipitasinya 3. untuk mengurangi nyeri
pencegahan (nafas dalam dan 2. berikan informasi tentang nyeri, 4. untuk mengurangi nyeri
nafas panjang) (Skala 2 ke penyebab, berapa lama dan 5. sebagai pengalihan persepsi nyeri
3) antisipasi ketidaknyamanan 6. Dengan istirahat dan tidur yang cukup
2. Menggunakan analgesic yang 3. ajarkan pasien manajemen nyeri dapat membuat pasien lebih rileks dan
direkomendasikan (Skala 3 non farmakologi menurunkan nyeri.
ke 5) 4. kolaborasi pemberian analgesik
3. Melaporkan nyeri yang 5. bantu pasien berfokus pada
terkontrol (Skala 3 ke 4) aktivitas, bukan nyeri
Tingkat nyeri (2102) 6. dukung istirahat atau tidur yang
1. Panjangnya episode nyeri adekuat untuk membantu
(Skala 2 ke 3) penurunan nyeri
2. Mengerang dan menangis
(Skala 3 ke 4)
Penyembuhan tulang (1104)
1. Nyeri (skala 2 ke 3)
2. Pecahan tulang (skala 2 ke 3)

Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Perawatan Tirah Baring (0740) 1. Agar pasien dapat mematuhi
fisik b.d Kerukasan keperawatan selama 1 x 8 jam 1. Jelaskan alasan tirah baring. penagnan yang sudah diberikan.
Integritas Struktur diharapkan pasien dapat 2. Ajarkan latihan di tempat tidur 2. Agar anggota tubuh pasien
Tulang menunjukkan dengan kriteria dengan tepat. yangtidak bermasalah tidak
hasil: 3. Aplikasikan aktivitas sehari-hari. mengalami kaku.
Toleransi terhadap Aktivitas 3. Agar pasien dapat beradaptasi untuk
(0005) melakukan aktivitas dengan kondisi
1. Toleransi berjalan (skala 1 ke kesehatan yang saat ini sedang
3) dialami.
2. Kekuatan tubuh bagian bawah
(skala 2 ke 4)
3. Kemudahan dalam melakukan
Aktivitas Hidup Harian
(Activities of Daily
Living/ADL) (skala 2 ke skala
3)

Hambatan rasa Setelah dilakukan tindakan Manajemen Lingkungan : 1. Agar pasien merasa nyaman
nyaman b.d Gejala keperawatan selama 1 x 8 jam Kenyamanan (6482) 2. Untuk mengurangi rasa nyeri yang
terkait penyakit diharapkan pasien dapat 1. Tentukan tujuan pasien dan dialami
menunjukkan dengan kriteria keluarga dalam mengelola 3. Agar pasien merasakan rileks
hasil: lingkungan dan kenyamanan yang
Status Kenyamanan (2008) optimal
1. Kesejahteraan fisik (skala 3 ke 2. Posisikan pasien untuk
4) memfasilitasi kenyamanan seperti
2. Kontrol terhadap gejala (skala 2 gunakan prinsip-prinsip
ke 4) keselarasan tubuh, sokong sendi
3. Perawatan sesuai dengan selama pergerakan, imobilisasi
kebutuhan (skala 2 ke 4) bagian tubuh yang nyeri
Nyeri : Efek yang Mengganggu 3. Ciptakan lingkungan yang tenang
(2101) dan mendukung
1. Ketidaknyamanan (skala 2 ke 4. Hindari mengekspos kulit atau
4) pada iritan
2. Gangguan pergerakan fisik Terapi relaksasi (6040)
(skala 2 ke 4) 1. Minta klien untuk rileks dan
merasakan sensai yang terjadi
2. Gunakan relaksasi sebagai strategi
tambahan dengan menggunakan
obat nyeri atau dengan terapi
3. Ciptakan lingkungan yang tenang
tanpa distraksi
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No. DIAGNOSA HARI/TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


1. Nyeri Akut b.d Agens sabtu, 31 08.00 1. Mengkaji nyeri secara komprehensif S: pasien mengatakan nyeri masih
Cedera fisik Oktober meliputi lokasi, karakteristik, durasi, suka tiba-tiba muncul.
2020 frekuensi, intensitas, tingkat keparahan O: - Telah dilakukan pemberikan Obat
dan faktor presipitasinya IV ketorolac 1 ampul
2. Memberikan informasi tentang nyeri, - Terpasang infus RL 20 tpm pada
penyebab, berapa lama dan antisipasi tangan kiri
ketidaknyamanan - Pasien tampak menahan nyeri
3. Mengajarkan pasien manajemen nyeri non Kamis, Jumat, 23 Oktober 2020 jam
farmakologi 08.00-12.00 WIB
4. Mengkolaborasi pemberian analgesik A: Nyeri Akut b.d Agens Cedera Fisik
5. Membantu pasien berfokus pada aktivitas, belum teratasi
bukan nyeri P: Lanjutkan Intervensi
6. Mendukung istirahat atau tidur yang Intruksikan pasien dan keluarga
adekuat untuk membantu penurunan mengenai pentingnya tindakan teknik
nyeri relaksasi untuk meredakan nyeri pada
hari Sabtu, 31 Oktober 2020 pukul
11:00 WIB
Astriningrum Titipangesti K
2. Hambatan mobilitas sabtu, 31 12.00 1. Memberikan informasi mengenai manfaat S: paisen mengatakan merasa lebih
fisik b.d Kerukasan Oktober tirah baring pada kondisi yang sedang baik setelah dilakukan latihan ringan.
Integritas Struktur 2020 pasien alami. O: - Pukul 08:00 WIB telah dilakukan
Tulang 2. Mengajarkan pasien latihan ringan sesuai latihan ringan berupa ROM
dengan kondisi pasien. pasif pada pasien.
3. Membantu pasien dalam memenuhi - Memberikan informasi terkait
aktivitas sehari-hari paisen. manfaat tirah baring.
A: Hambatan mobilitas fisik b.d
Kerukasan Integritas Struktur Tulang
belum teratasi.
P: lanjutkan intervensi membantu
pasien dan keluarga dalam oemenuhan
aktivitas sehari-hari pasien pada pukul
11:00 WIB.
Nur Aini Rustiana Dewi
3. Hambatan rasa nyaman sabtu, 31 14.00 1. Menentukan tujuan pasien dan keluarga S: paisen mengatakan merasa sedikit
b.d Gejala terkait Oktober dalam mengelola lingkungan dan lebih nyaman.
penyakit 2020 kenyamanan yang optimal O: - Pukul 14.00 WIB telah dilakukan
2. Memposisikan pasien untuk memposisikan pasien agar
memfasilitasi kenyamanan seperti lebih nyaman dan rileks
gunakan prinsip-prinsip keselarasan - Memberikan informasi terkait
tubuh, sokong sendi selama pergerakan, manfaat relaksasi.
imobilisasi bagian tubuh yang nyeri A: Hambatan rasa nyaman belum
3. Menciptakan lingkungan yang tenang teratasi.
dan mendukung P: lanjutkan intervensi membantu
4. Meminta klien untuk rileks dan pasien dan keluarga dalam mengelola
merasakan sensai yang terjadi agar pasien nyaman pasien pada pukul
5. Mengunakan relaksasi sebagai strategi 14.00 WIB.
tambahan dengan menggunakan obat
nyeri atau dengan terapi
Astriningrum dan Nuraini
DAFTAR PUSTAKA

Andani, W. (2018). Penerapan Mobilisasi Dini Pada Asuhan Keperawatan Pasien


Post Operasi Fraktur Femur Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Aktivitas Di Rsud Sleman (Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan).
Retrieved from http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1360/
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah (8th ed.). Jakarta:
Salemba Medika.
Butcher, H. k, Bilechek, G. M., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2018).
NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION (NIC) (tujuh). Indonesia:
ELSEVIER.
Herdman, H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klarifikasi 2018-2020 (11th ed.). Jakarta: Buku Kedokteran ECG.
Moorhead, S., Swanson, E., Jhonson, M., & Maas, M. L. (2018). NURSING
OUTCOMES CLASSIFICATION (N0C) (keenam). Indonesia: ELSEVIER.
Wijaya, A. S., & Putri, yessi M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep (Pertama). Yogyakarta: Nuha Medika.
ANALISIS JURNAL
STASE KEPERAWATAN DEWASA (KMB)

“Nyeri pada Pasien Post OP Fraktur Ekstremitas Bawah dengan pelaksanaan


Mobilisasi dan Ambulasi dini”

Disusun oleh:

1. Astriningrum Titipangesti K (2010206017)


2. Nuraini Rustiana Dewi (2010206020)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit
sehingga tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar. Fraktur dapat disebabkan oleh
faktor internal seperti patologi tulang tetapi dapat disebabkan oleh faktor eksternal seperti
kecelakaan lalu lintas, peristiwa jatuh, maupun trauma akibat benda tajam atau tumpul
(Djamal, 2015 dalam Mangkey, 2019). Fraktur dapat dapat menyebabkan kerusagan
fragmen tulang dan mempengaruhi fungsi sistem muskuloskeletal yang dapat mengalami
hambatan mobilitas fisik karena keterbatasan pada ekstermitas bawah maupun atas dalam
bergerak mandiri dan terarah yang dapat berpengaruh pada toleransi aktivitas sehari-hari
dan dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita.
Pada fraktur ekstremitas bawah dapat mengalami kesulitan, jika berdiri lama,
berjalan maupun berjongkok (keterbatasan fisik) karena rasa nyeri akibat tergeseknya
saraf motorik dan sensorik. Pada pasien fraktur selalu merasakan tanda gejala nyeri
karena pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat. Oleh karena itu, laporan
kasus ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman tentang Fraktur Tertutup dengan
latihan Mobilisasi dan Ambulasi dini.
Insiden fraktur femur di Indonesia merupakan yang paling sering yaitu sebesar
39% diikuti fraktur humerus (15%), fraktur tibia dan fibula (11%), dimana penyebab
terbesar fraktur femur adalah kecelakaan lalu lintas yang biasanya disebabkan oleh
kecelakaan mobil, motor, atau kendaraan rekreasi (62,6%) dan jatuh (37,3%) dan
mayoritas adalah pria (63,8%). 4,5% puncak distribusi usia pada fraktur femur adalah
pada usiadewasa (15 -34 tahun) dan orang tua (diatas 70tahun) (Risnah et al, 2018).
Terapi latihan adalah gerakan yang telah dirancang secara sistemik sesuai dengan
gerakan fisik manusia, postur tubuh, atau aktivitas tertentu yang bertujuan untuk
mencegah keterbatasan aktivitas fungsional, meningkatkan kemampuan fungsional,
mengurangi resiko cidera, mengoptimalisasi kesehatan, serta meningkatkan kualitas
hidup pasien (Kisner, 2012).
B. Relevensi Jurnal
Jurnal ini relevan karena pada kasus yang diberikan tentang masalah Closed Fracture Post
Operasi.
BAB II
ANALISIS JURNAL

A. Nama Peneliti

Juli Andri, Henni Febriawati, Padila, Harsismanto J, Rahayu Susmita

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian : Ruang Seruni RSUD dr. M. Yunus Bengkulu

Waktu penelitian : tidak di sebutkan dengan jelas

C. Tujuan penelitian

Untuk memberikan pemahaman tentang Fraktur Tertutup Post Operasi dengan


pelaksanaan mobilisasi dini dan ambulasi dini pada pasien post op fraktur eksremitas
bawah.
D. Metode penelitian

Pada pasien Fraktur tertutup post operasi upaya yang dilakukan untuk mengatasi
nyeri atau meredakan rasa nyeri melalui pendekatan farmakologi dan non farmakologi
dengan cara lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, kendalikan faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap nyeri. Penatalaksanaan nyeri dilakukan
membantu meredakan rasa nyeri dengan Latihan teknik relaksasi nafas dalam,
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dengan instruksikan keluarga untuk mengobservasi
kulit jika ada laserasi, kerusakan integritas kulit. Untuk latihan ambulasi dini dan mobilisasi
berfungsi untuk mengembalikan fungsi tubuh dan mengurangi nyeri karena dapat
meningkatkan sirkulasi darah yang akan memicu penurunan nyeri sehingga pasien dapat
melakukan dengan cara ubah posisi pasien setiap dua jam sekali, hambatan mobilisasi fisik
dengan damping dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu memenuhi kebutuhan sehari-
hari, resiko infeksi dengan inspeksi kondisi luka atau insisi bedah dan ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala infeksi, resiko syok (hipovolemik) dengan memonitor suhu dan
pernafasan.

E. Hasil penelitian

Hasil penelitian menunjukan bahwa mobilisasi dini atau pergerakan yang dilakukan
sesegera mungkin akan berpengaruh pada proses penyembuhan dan lamanya hari riwayat
penyakit.
F. Implikasi Keperawatan

1. Bagi Pasien
Pasien dapat memaksimalkan terapi latihan mobilisasi fisik dan ambulasi dini Pasien
harus sabar dan telaten dalam melakukan prosedur latihan mobilisasi fisik dan
ambulasi dini meredakan nyeri dan membantu pemenuhan ADL.
2. Bagi Perawat

 Perawat dapat memberikan saran untuk terapi non-farmakologi kepada pasien


dengan kasus Fraktur Tertutup Post Operasi
 Perawat harus bisa menjelaskan tentang penyakit dan penatalaksanaan
Fraktur Tertutup Post Operasi kepada pasien, sehingga dapat membantu
pengetahuannya
 Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat membantu tenaga kesehatan dalam
memilih metode pemulihan pasien Fraktur Tertutup Post Operasi dengan
efektif dan efisien.
3. Bagi Rumah Sakit

Direkomendasikan untuk memaksimalkan terapi penyembuhan latihan Fraktur


Tertutup Post Operasi secara efektif. Hasil penelitian dapat memberikan suatu
masukan bagi Rumah Sakit dan evaluasi dalam pelaksanaan program yang telah
dilaksanakan sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap pasien
terutama pasien post opfraktur ekstremitas bawah.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fraktur pada ekstremitas bawah dapat
menyebabkan perubahan pada pemenuhan aktivitas (ADL). Sehingga diperlukan edukasi
pasca operasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, latihan mobilisasi
fisik dan ambulasi dini meredakan nyeri dan membantu pemenuhan ADL.
B. Saran
1. Bagi perawat
Dapat menjadi salah satu sumber untuk pengembangan pengetahuan ilmu keperawatan
terkait terapi non-farmakologi.
2. Bagi instansi rumah sakit
Bagi pihak rumah sakit agar dapat dijadikan rekomendasi untuk diterapkan dalam terapi
penyembuhan pasien fraktur tertutup post operasi.
DAFTAR PUSTAKA

Andri, J., Febriawati, H., Padila, J, H., & Susmita, R. (2020). NYERI PADA PASIEN POST OPFRAKTUR
EKSTREMITASBAWAH DENGAN PELAKSANAAN MOBILISASI DAN AMBULASI DINI.
Journal of Telenursing (JOTING), Volum 2, No 1.
Djamal. (2015). Asuhan Keperawatan Fraktur. Retrieved 25 Februari 19:30, 2019 from
https://www.academia.edu/11282223/Sken_2_Fraktur_Tertutup
Kisner, C. (2012). Manual Therapy.
Manengkey, O., Timah, S., & Kohdong, N. M. (2019). PERBANDINGAN PEMBERIAN KOMPRES
DINGIN DAN HANGAT TERHADAP NYERI PADA PASIEN FRAKTUR EKSTREMITAS
TERTUTUP DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS BHAYANGKARA TK III MANADO.
Journal Of Community and Emergency, Volume 7 Nomor 2 .
Platini, H., Chaidir, R., & Rahayu, U. (2020). Karakteristik Pasien Fraktur Ekstremitas bawah. Jurnal
Keperawatan 'Aisyiyah, Volume 7, No 1.
Risnah, R., Risnawati, R. H., Azhar, M. U., & Irwan , M. (2018). api Non Farmakologi dalam Penanganan
Diagnosis Nyeri Akut pada Fraktur: Systematic Review. Journal of Islamic Nursing, 4(2), 77-87.

Anda mungkin juga menyukai