Disusun Oleh:
MANIFESTASI KLINIS
PEMERIKSAAN
1. Nyeri
PENUNJANG KOMPLIKASI PENATALAKSANAAN
2. Hilangnya fungsi
3. Deformitas
1. Pemeriksaan rontgen Price, A & L. Wilson (2006) dalam
Wijaya & Putri (2013)
Brunner & Suddarth (2002) dalam Wijaya & Putri (2013)
Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur. Jika ambang fraktur suatu tulang hanya
sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya retak saja bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem, seperti
tabrakan mobil, maka tulang dapat pecah berkeping-keping. Saat terjadi fraktur, otot yang melekat pada ujung tu-
lang dapat terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur keluar posisi. Kelompok otot
yang besar dapat menciptakan spasme yang kuat bahkan mampu menggeser tulang besar, seperti femur. Walaupun
bagian proksimal dari tulang patah tetap pada tempatnya, namun bagian distal dapat bergeser karena faktor
penyebab patah maupun spasme pada otot-otot sekitar. Fragmen fraktur dapat bergeser ke samping, pada suatu
sudut (membentuk sudut), atau menimpa segmen tulang lain. Fragmen juga dapat berotasi atau berpindah.Selain
itu, periosteum dan pembuluh darah di korteks serta sumsum dari tulang yang patah juga terganggu sehingga
dapat menyebabkan sering terjadi cedera jaringan lunak. Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak atau
cedera pada tulang itu sendiri. Pada saluran sumsum (medula), hematoma terjadi diantara fragmen-fragmen tulang
dan dibawah periosteum. Jaringan tulang disekitar lokasi fraktur akan mati dan menciptakan respon peradangan
yang hebat sehingga akan terjadi vasodilatasi, edema, nyeri, kehilangan fungsi, eksudasi plasma dan leukosit. Re-
spon patofisiologis juga merupakan tahap penyembuhan tulang (Black & Hawks, 2014).
A. PENGKAJIAN KASUS
I. DATA DEMOGRAFI
a. Biodata
1) Nama (initial) : Ny. P
2) Usia/Tanggal lahir : 67 Th
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Alamat & No tlp : Yogyakarta
5) Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
6) Status Perkawinan : Menikah
7) Agama : Islam
8) Pekerjaan : IRT
9) Diagnosa Medik : Closed Fracture collum femure dextra
b. Penanggung jawab
1) Nama (initial) : Tn.Q
2) Usia : 45 Th
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Pekerjaan : Pegawai swasta
5) Hubungan dengan Pasien : Anak
6) Alamat & No telp. : Yogyakarta
V. RIWAYAT SPIRITUAL
a. Pasien selama di RS sholat lima waktu dengan cara tayamum
b. Pasien selalu diberikan support dan motivasi dari keluarga dan suaminya
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum pasien
Composmentis, lemah
2. Tanda-tanda vital
- Suhu : 37°C
- Nadi : 80 x/menit
- Pernafasan : 18 x/menit
- Tekanan darah : 120/88 MmHg
- TB : 155cm
- BB : 55kg
3. Sistem Pernafasan
- Suara nafas teratur dan tidak terdapat sputum
4. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : pengembangan dada simtris, tida ada luka
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan lepas
Perkusi : Pekak
Auskultasi : tidak terdapat suara tambahan
5. Sistem pencernaan
Inspeksi : Bentuk permukaan datar, tidak ada luka
Auskultasi : Bising usus belum terdengar
Perkusi : Tympani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
6. Indra
a. Mata
Konjungtiva tidak anemis, simetris kanan dan kiri, sklera berwarna
putih, pupil isokor, kornea berwarna transparan
b. Hidung
Tidak terdapat polip, fungsi pembau baik
c. Telinga
Daun telinga tampak simetris, tidak terlihat serumen, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
7. Sistem saraf
Tidak Terkaji
8. Sistem muskuloskeletal
- Ekstremitas atas
a. Inspeksi : tamham simetris tidak ada nyeri tekan
b. Kekuatan otot
6 6
1 6
- Ekstremitas bawah
a. Inspeksi : pergerakan kaki bagian kanan lemah post operasi
b. Kekuatan otot
6 6
1 6
9. Sistem integumen
Kulit sawo matang, lembab, tidak ada ruam dan capillary refill <2 detik,
kuku bersih dan pendek
10. Sistem endokrin
Tidak ada kelenjar tiroid
11. Sistem perkemihan
Tidak ada edema, tidak ada nyeri
12. Sistem reproduksi
Normal tidak ada kelainan
13. Sistem immun
Tidak Terkaji
Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Perawatan Tirah Baring (0740) 1. Agar pasien dapat mematuhi
fisik b.d Kerukasan keperawatan selama 1 x 8 jam 1. Jelaskan alasan tirah baring. penagnan yang sudah diberikan.
Integritas Struktur diharapkan pasien dapat 2. Ajarkan latihan di tempat tidur 2. Agar anggota tubuh pasien
Tulang menunjukkan dengan kriteria dengan tepat. yangtidak bermasalah tidak
hasil: 3. Aplikasikan aktivitas sehari-hari. mengalami kaku.
Toleransi terhadap Aktivitas 3. Agar pasien dapat beradaptasi untuk
(0005) melakukan aktivitas dengan kondisi
1. Toleransi berjalan (skala 1 ke kesehatan yang saat ini sedang
3) dialami.
2. Kekuatan tubuh bagian bawah
(skala 2 ke 4)
3. Kemudahan dalam melakukan
Aktivitas Hidup Harian
(Activities of Daily
Living/ADL) (skala 2 ke skala
3)
Hambatan rasa Setelah dilakukan tindakan Manajemen Lingkungan : 1. Agar pasien merasa nyaman
nyaman b.d Gejala keperawatan selama 1 x 8 jam Kenyamanan (6482) 2. Untuk mengurangi rasa nyeri yang
terkait penyakit diharapkan pasien dapat 1. Tentukan tujuan pasien dan dialami
menunjukkan dengan kriteria keluarga dalam mengelola 3. Agar pasien merasakan rileks
hasil: lingkungan dan kenyamanan yang
Status Kenyamanan (2008) optimal
1. Kesejahteraan fisik (skala 3 ke 2. Posisikan pasien untuk
4) memfasilitasi kenyamanan seperti
2. Kontrol terhadap gejala (skala 2 gunakan prinsip-prinsip
ke 4) keselarasan tubuh, sokong sendi
3. Perawatan sesuai dengan selama pergerakan, imobilisasi
kebutuhan (skala 2 ke 4) bagian tubuh yang nyeri
Nyeri : Efek yang Mengganggu 3. Ciptakan lingkungan yang tenang
(2101) dan mendukung
1. Ketidaknyamanan (skala 2 ke 4. Hindari mengekspos kulit atau
4) pada iritan
2. Gangguan pergerakan fisik Terapi relaksasi (6040)
(skala 2 ke 4) 1. Minta klien untuk rileks dan
merasakan sensai yang terjadi
2. Gunakan relaksasi sebagai strategi
tambahan dengan menggunakan
obat nyeri atau dengan terapi
3. Ciptakan lingkungan yang tenang
tanpa distraksi
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Disusun oleh:
A. Latar Belakang
Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit
sehingga tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar. Fraktur dapat disebabkan oleh
faktor internal seperti patologi tulang tetapi dapat disebabkan oleh faktor eksternal seperti
kecelakaan lalu lintas, peristiwa jatuh, maupun trauma akibat benda tajam atau tumpul
(Djamal, 2015 dalam Mangkey, 2019). Fraktur dapat dapat menyebabkan kerusagan
fragmen tulang dan mempengaruhi fungsi sistem muskuloskeletal yang dapat mengalami
hambatan mobilitas fisik karena keterbatasan pada ekstermitas bawah maupun atas dalam
bergerak mandiri dan terarah yang dapat berpengaruh pada toleransi aktivitas sehari-hari
dan dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita.
Pada fraktur ekstremitas bawah dapat mengalami kesulitan, jika berdiri lama,
berjalan maupun berjongkok (keterbatasan fisik) karena rasa nyeri akibat tergeseknya
saraf motorik dan sensorik. Pada pasien fraktur selalu merasakan tanda gejala nyeri
karena pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat. Oleh karena itu, laporan
kasus ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman tentang Fraktur Tertutup dengan
latihan Mobilisasi dan Ambulasi dini.
Insiden fraktur femur di Indonesia merupakan yang paling sering yaitu sebesar
39% diikuti fraktur humerus (15%), fraktur tibia dan fibula (11%), dimana penyebab
terbesar fraktur femur adalah kecelakaan lalu lintas yang biasanya disebabkan oleh
kecelakaan mobil, motor, atau kendaraan rekreasi (62,6%) dan jatuh (37,3%) dan
mayoritas adalah pria (63,8%). 4,5% puncak distribusi usia pada fraktur femur adalah
pada usiadewasa (15 -34 tahun) dan orang tua (diatas 70tahun) (Risnah et al, 2018).
Terapi latihan adalah gerakan yang telah dirancang secara sistemik sesuai dengan
gerakan fisik manusia, postur tubuh, atau aktivitas tertentu yang bertujuan untuk
mencegah keterbatasan aktivitas fungsional, meningkatkan kemampuan fungsional,
mengurangi resiko cidera, mengoptimalisasi kesehatan, serta meningkatkan kualitas
hidup pasien (Kisner, 2012).
B. Relevensi Jurnal
Jurnal ini relevan karena pada kasus yang diberikan tentang masalah Closed Fracture Post
Operasi.
BAB II
ANALISIS JURNAL
A. Nama Peneliti
C. Tujuan penelitian
Pada pasien Fraktur tertutup post operasi upaya yang dilakukan untuk mengatasi
nyeri atau meredakan rasa nyeri melalui pendekatan farmakologi dan non farmakologi
dengan cara lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, kendalikan faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap nyeri. Penatalaksanaan nyeri dilakukan
membantu meredakan rasa nyeri dengan Latihan teknik relaksasi nafas dalam,
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dengan instruksikan keluarga untuk mengobservasi
kulit jika ada laserasi, kerusakan integritas kulit. Untuk latihan ambulasi dini dan mobilisasi
berfungsi untuk mengembalikan fungsi tubuh dan mengurangi nyeri karena dapat
meningkatkan sirkulasi darah yang akan memicu penurunan nyeri sehingga pasien dapat
melakukan dengan cara ubah posisi pasien setiap dua jam sekali, hambatan mobilisasi fisik
dengan damping dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu memenuhi kebutuhan sehari-
hari, resiko infeksi dengan inspeksi kondisi luka atau insisi bedah dan ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala infeksi, resiko syok (hipovolemik) dengan memonitor suhu dan
pernafasan.
E. Hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukan bahwa mobilisasi dini atau pergerakan yang dilakukan
sesegera mungkin akan berpengaruh pada proses penyembuhan dan lamanya hari riwayat
penyakit.
F. Implikasi Keperawatan
1. Bagi Pasien
Pasien dapat memaksimalkan terapi latihan mobilisasi fisik dan ambulasi dini Pasien
harus sabar dan telaten dalam melakukan prosedur latihan mobilisasi fisik dan
ambulasi dini meredakan nyeri dan membantu pemenuhan ADL.
2. Bagi Perawat
A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fraktur pada ekstremitas bawah dapat
menyebabkan perubahan pada pemenuhan aktivitas (ADL). Sehingga diperlukan edukasi
pasca operasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, latihan mobilisasi
fisik dan ambulasi dini meredakan nyeri dan membantu pemenuhan ADL.
B. Saran
1. Bagi perawat
Dapat menjadi salah satu sumber untuk pengembangan pengetahuan ilmu keperawatan
terkait terapi non-farmakologi.
2. Bagi instansi rumah sakit
Bagi pihak rumah sakit agar dapat dijadikan rekomendasi untuk diterapkan dalam terapi
penyembuhan pasien fraktur tertutup post operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Andri, J., Febriawati, H., Padila, J, H., & Susmita, R. (2020). NYERI PADA PASIEN POST OPFRAKTUR
EKSTREMITASBAWAH DENGAN PELAKSANAAN MOBILISASI DAN AMBULASI DINI.
Journal of Telenursing (JOTING), Volum 2, No 1.
Djamal. (2015). Asuhan Keperawatan Fraktur. Retrieved 25 Februari 19:30, 2019 from
https://www.academia.edu/11282223/Sken_2_Fraktur_Tertutup
Kisner, C. (2012). Manual Therapy.
Manengkey, O., Timah, S., & Kohdong, N. M. (2019). PERBANDINGAN PEMBERIAN KOMPRES
DINGIN DAN HANGAT TERHADAP NYERI PADA PASIEN FRAKTUR EKSTREMITAS
TERTUTUP DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS BHAYANGKARA TK III MANADO.
Journal Of Community and Emergency, Volume 7 Nomor 2 .
Platini, H., Chaidir, R., & Rahayu, U. (2020). Karakteristik Pasien Fraktur Ekstremitas bawah. Jurnal
Keperawatan 'Aisyiyah, Volume 7, No 1.
Risnah, R., Risnawati, R. H., Azhar, M. U., & Irwan , M. (2018). api Non Farmakologi dalam Penanganan
Diagnosis Nyeri Akut pada Fraktur: Systematic Review. Journal of Islamic Nursing, 4(2), 77-87.