Anda di halaman 1dari 5

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI PEKERJA

a. Konsumsi Makanan
Konsumsi pangan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi
secara langsung. Konsumsi pangan yang cukup akan membentuk status gizi yang baik
atau sebaliknya, konsumsi pangan yang tidak cukup akan menimbulkan status gizi yang
buruk pula. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi
baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang
digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan
otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.

b. Lean Body Mass


Lean Body Mass yaitu massa jaringan bebas jaringan adiposa (lean body mass)
terdiri atas otot, tulang, serta cairan ekstraseluler. Komposisi tubuh diukur untuk
mendapatkan persentase lemak, tulang, air, dan otot dalam tubuh. Pengukuran
komposisi tubuh juga ditujukan untuk mendeteksi kebutuhan tubuh terhadap asupan
makanan serta mendapatkan informasi yang relevan terhadap upaya pencegahan dan
penanganan penyakit (Brown et all 2005). Orang yang memiliki massa jaringan bebas
lemak yang berlebih diindikasikan memiliki otot, tulang dan cairan exstraseluler yang
berlebih pula. Alat untuk mengukur lean body mass yaitu salah satunya dengan mesin
BIA (Bioelectrical Impedence Analysis) yang dapat digunakan juga untuk mengukur
Indeks Massa Tubuh, Percent Body Fat, Waist Hip Ratio, Mass Body Fat, Lean Body
Mass, Total Body water, dan lain-lain (Maughan, 1993 dalam Sudibjo 2011).

c. Jenis kegiatan
Jenis kegiatan (ringan, sedang, berat) yang merupakan suatu beban kerja, dan
mempunyai kebutuhan gizi yang berbeda pula.
d. Faktor tenaga kerja
Faktor tenaga kerja yang meliputi ketidaktahuan, jenis kelamin, umur, hamil,
menyusui, kebiasaan makan yang kurang baik, tingkat kesehatan karena tingginya
penyakit parasit dan infeksi oleh bakteri pada alat pencernaan, kesejahteraan tinggi
tanpa perhatian gizi, mengakibatkan terjadinya salah gizi biasanya dalam bentuk over
nutrisi, disiplin, motivasi dan dedikasi.
e. Faktor ekonomi
Tidak disangka bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan
yang disajikan untuk keluarga sehari-hari. Walaupun demikian, hendaklah
dikesampingkan anggapan bahwa makanan yang memenuhi persyaratan hanya mungkin
disajikan di lingkungan yang berpenghasilan cukup saja, padahal sebenarnya keluarga
yang berpenghasilan yang terbataspun mampu menghidangkan makanan yang cukup
memenuhi syarat gizi bagi anggota keluarganya.

f. Faktor pengetahuan tentang gizi


Pengetahuan tentang kadar zat gizi dalam berbagai bahan makanan dapat
membantu keluarga dalam memilih makanan yang bergizi, murah dan memenuhi selera
seluruh keluarga. Kemajuan ilmu dan teknologi pangan berperan penting dalam
mendorong perubahan proses pengolahan makanan, selera, harga dan pola makan
masyarakat.

g. Faktor terhadap bahan makanan tertentu


Adanya orang yang berpikiran salah dengan menggangap bila makan sayuran
yang banyak mengandung mineral dan vitamin akan menurunkan harkat keluarga.
Bahkan ada pula yang tidak mau makan jenis makanan tertentu hanya karena
kepercayaan yang menjurus takhayul, misalnya apabila makan daging akan menjauhkan
rizki.

h. Faktor fadisme
Yaitu kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu. Hal ini akan
mengakibatkan kurang berfariasinya makanan dan tubuh akhirnya tidak memperoleh
semua zat gizi yang diperlukan.

i. Faktor pola makan


Kegemukan disebabkan oleh ketidakseimbangan kalori yang masuk dibanding
yang keluar. Pola makan berlebihan akan meningkatkan asupan dan menurunkan
keluaran kalori.
j. Faktor lingkungan kerja
Faktor lingkungan kerja yang penting adalah :
1) Tekanan panas
Di lingkungan kerja dengan jenis pekerjaan berat, diperlukan sekurang-kurangnya
2,8 liter air minum untuk seorang tenaga kerja, sedangkan kerja ringan dianjurkan
1,9 liter. Kadar garam tidak boleh terlalu tinggi untuk tenaga kerja yang sudah
beradopsi dengan lingkungan + 0,1%, sedangkan untuk tenaga kerja yang belum
beradopsi + 0,2%. Untuk tenaga kerja yang bekerja ditempat dingin, makanan dan
minuman hangat sangat membantu.

2) Pengaruh kronis bahan kimia


Bahan kimia dapat menyebabkan keracunaan kronis dengan disertai penurunan
berat badan. Vitamin C dapat mengurangi pengaruh zat-zat racun logam berat,
larutan organik, fenol, sianida dan lain-lain. Susu tidak berfungsi sebagai zat
penetral zat racun, namun sebagai upaya meningkatkan daya kerja dan kesegaran
jasmani.

3) Parasit dan mikroorganisme


Tenaga kerja dapat terjangkit mikroorganisme atau parasit yang ada dilingkungan
tempat kerja, misalnya infeksi oleh bakteri yang kronis disaluran pencernaan akan
menyebabkan kekurangan gizi karena terganggunya penyerapan. Cacing tambang
pada pekerja tambang, perkebunan, petani akan menurunkan status gizi.

4) Faktor psikologis
Adanya ketegangan-ketegangan sebagai akibat ketidakserasian emosi, hubungan
manusia dalam pekerjaan yang kurang baik, rangsangan atau hambatan psikologis
dan sosial akan menurunkan berat badan, terjadinya penyakit dan produktivitas
menurun.

5) Kesejahteraan
Kesejahteraan tinggi tanpa perhatian gizi diimbangi dengan olahraga akan
menyebabkan kegemukan, hipertensi, hipokolesterol, penyakit jantung dan lain-
lain.
CARA MENENTUKAN KEBUTUHAN GIZI PEKERJA DI BERBAGAI
LINGKUNGAN KERJA

Pemenuhan kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah satu bentuk
penerapan syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya meningkatkan
derajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki
peran penting dalam peningkatan produktivitas kerja.  Hal ini perlu menjadi perhatian semua
pihak, terutama pengelola tempat kerja mengingat para pekerja umumnya menghabiskan
waktu sekitar 8 jam setiap harinya di tempat kerja. Kebutuhan gizi terutama energi
dipengaruhi oleh Usia, Ukuran tubuh, dan Jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi
yaitu jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari, keadaan fisiologis. Keadaan
khusus seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia, keadaan lingkungan kerja.  Faktor-
faktor tersebut di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya energi, komposisi zat
gizi dan menu untuk konsumsi pekerja.

Beberapa faktor risiko lingkungan kerja yang menunjukkan pengaruh terhadap gizi
kerja adalah:

1. Suhu: tempat kerja dengan suhu tinggi akan terjadi penguapan yang tinggi sehingga
pekerja mengeluarkan banyak keringat.  Karenanya perlu diperhatikan kebutuhan air dan
mineral sebagai pengganti cairan yang keluar dari tubuh. Untuk mencegah dehidrasi
disarankan untuk minum air, konsumsi sayur dan buah.
2. Pengaruh bahan kimia: Bahan-bahan kimia tertentu dapat menyebabkan keracunan
kronis, akibatnya: menurunnya nafsu makan, terganggunya metabolisme tubuh dan
gangguan fungsi alat pencernaan sehingga menurunkan berat badan. Oleh karena itu
dibutuhkan tambahan zat gizi. Hal ini juga terjadi pada para pekerja yang mengalami
gangguan psikologis.
3. Bahan radiasi mengganggu metabolisme sel sehingga diperlukan tambahan protein dan
antioksidan untuk regenerasi sel.
4. Parasit dan mikroorganisme: Pekerja di daerah pertanian dan pertambangan sering
terserang kecacingan yang dapat mengganggu fungsi alat pencernaan dan kehilangan zat-
zat gizi sehingga dibutuhkan tambahan zat gizi.
Tabel penyesuaian kalori menurut derajat kegiatan.

Lingkungan kerja dalam hal ini adalah beban tambahan pada proses bekerja
lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang manusiawi dan lestari akan menjadi pendorong
bagi kegairahan dan efisiensi kerja sedangkan lingkungan kerja yang melebihi toleransi
kemampuan manusia tidak saja merugikan produktivitas kerjanya tetapi juga menjadi
penyebab terjadinya  penyakit atau kecelakaan kerja.

 Suhu yang nyaman bagi pekerja sekitar 200C dan 270C dan dalam situasi humiditas
berkisar 35% sampai 60%. Apabila temperatur dan humiditas lebih tinggi, orang
akan merasa tidak nyaman. Situasi ini tidak menimbulkan kerugian selama tubuh
dapat beradaptasi dengan panas yang terjadi. Lingkungan yang sangat panas dapat
mengganggu mekanisme penyesuaian tubuh dan berlanjut kepada kondisi serius dan
bahkan fatal (CCOHS, 2001).
 Jika suhu pada ruangan meningkat 5,5oC di atas tingkatan nyaman akan
menyebabkan penurunan  produktivitas sebesar 30%. Suhu tubuh manusia tidak
hanya didapat dari metabolisme tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan.
Makin tinggi panas lingkungan, semakin  besar pula pengaruhnya terhadap suhu
tubuh.

Anda mungkin juga menyukai