masing-masing frakturnya.
FRAKTUR BUCKLE
Buckle Frakture adalah fraktur yang tidak lengkap pada metafisis jari-jari distal,
ulna atau keduanya di mana satu korteks terganggu, dan yang lainnya tetap utuh. Buckle
Fracture umumnya cedera yang sering diderita oleh anak-anak usia diatas 2 tahun, biasanya
setelah jatuh pada tangan yang terulur. Karena tulang yang sedang berkembang relatif lunak,
sedangkan trabekula mengalami penekanan, sehingga telihat adanya tonjolan. Ini paling
sering terlihat pada aspek dorsal jari-jari distal tetapi dapat muncul pada ulna distal atau ulna
distal dan jari-jari. Tonjolan dapat terlihat pada aspek ulnar dan radius tulang.
Buckle Fracture memiliki prognosis kosmetik dan fungsional yang sangat baik.
Anak-anak yang mengalami Buckle Fracture apabila bagian tubuh yang terluka masih
dirasakan kaku tidak disarankan untuk melakukan aktivitas berlebihan, sebagai gantinya
splint yang bisa dilepas harus digunakan. Ini telah terbukti setidaknya sama efektifnya dengan
penderita dalam hal memfasilitasi penyembuhan, tetapi dapat mengutamakan pemulihan
fungsional sebelumnya. Splint harus dipakai selama 3 minggu, tetapi bisa dilepas untuk
mandi, mandi dan untuk tidur.
Anak-anak harus menerima analgesia ringan secara teratur untuk beberapa hari
pertama setelah cedera. Mereka biasanya akan baik-baik saja untuk bersekolah setelah hari
pertama. Jika anak tetap dalam kesusahan yang signifikan terlepas dari splint yang
digunakan dan analgesia teratur, mereka harus kembali ke layanan kesehatan untuk diperiksa.
Setelah splint diangkat, anak-anak harus menghindari olahraga kontak atau aktivitas berenergi
tinggi (seperti bermain kasar dan terjatuh) selama 3 minggu untuk menghindari cedera lebih
lanjut.
REFERENSI:
Tipe 1 (Slipped/Separation)
Fraktur transversus pada zona hipertrofi atau kalsifikasi pada epiphysis. Fraktur ini
memanjang searah dengan lempeng epiphysis. Fraktur tipe ini menyebabkan terpisahnya
lempeng epiphysis dari metafisis. Fraktur tipe ini tidak menyebabkan cedera yang serius pada
lempeng epifisis dan tidak menganggu pertumbuhan. Fraktur tipe ini sering terjadi pada anak
dengan lempeng epifisis yang tebal seperti pada neonates dan infant. (Thompson and Netter,
2010; Solomon, Warwick and Nayagam, 2014; Cepela et al., 2016).
Tipe 2 (Above)
Menyerupai tipe 1 tapi ujung dari fraktur mengalami deviasi dari lempeng epifisis
dan mencapai metafisis. Pemisahan fragmen fraktur membentuk daerah triangular pada
metafisis. Fraktur ini paling sering terjadi, sekitar 74% dari seluruh fraktur lempeng epifisis
(fragmen Thurston-Holland). (Thompson and Netter, 2010; Solomon, Warwick and
Nayagam, 2014; Cepela et al., 2016)
Tipe 3 (Lower)
Fraktur pada lempeng epifisis kemudian berbelok menjauhi lempeng epifisis menuju
area hipertrofi pada epifisis sehingga menyebabkan fraktur intraarticular. Fraktur pada
lempeng epifisis kemudian berbelok menjauhi lempeng epifisis menuju area hipertrofi pada
epifisis sehingga menyebabkan fraktur intraarticular. Fraktur tipe 3 lebih jarang dibanding
fraktur tipe 2, namun memiliki risiko sequelae yang lebih tinggi yaitu posttraumatic arthritis
dan gangguan pertumbuhan. (Thompson and Netter, 2010; Solomon, Warwick and Nayagam,
2014; Cepela et al., 2016).
Tipe 4 (Through)
Sama seperti tipe 3, dimana fraktur menyebabkan gangguan pada lempeng
pertumbuhan tapi memanjang hingga mencapai epifisis dan metafisis dan permukaan sendi.
Fraktur ini dapat terjadi pergeseran dan gangguan pada lempeng epifisis sehingga
menyebabkan pertumbuhan asimetris tulang dan angulasi. (Thompson and Netter, 2010;
Solomon, Warwick and Nayagam, 2014; Cepela et al., 2016).
Tipe 5 (Raised)
Fraktur longitudinal kompresi pada lempeng epiphysis melalui mekanisme abduksi,
adduksi atau axial load. Fraktur tipe ini sering sulit terlihat pada pemeriksaan X-ray sehingga
sulit di diagnosis, namun lempeng epiphysis tertekan dan hancur sehingga menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan angulasi. (Thompson and Netter, 2010; Solomon, Warwick and
Nayagam, 2014; Cepela et al., 2016).
Tipe 6
Cedera pada perichondrial ring (Zona perifer Ranvier) yang menyebabkan gangguan
pertumbuhan berat. Penyembuhan akan terjadi dengan pembentukan bone bridge pada
lempeng epiphysis sehingga menghambat pertumbuhan pada sisi yang fraktur sehingga
menyebabkan deformitas angular. (Havranek and Pesl, 2010; Thompson and Netter, 2010).
REFERENSI:
Fraktur greenstick
Fraktur greenstick akan terjadi jika terdapat energi yang cukup untuk menimbulkan
fraktur, namun energi tersebut tidak cukup tinggi untuk menyebabkan fraktur kompit. Hal
tersebut menyebabkan, terjadi kerusakan di daerah korteks pada sisi daerah tulang yang
melengkung (konveks). Pada derah korteks terutama sisi tulang yang mengalami kompresi
(sisi yang konkaf) tetap pada posisi atau tetap intak. Fraktur ini terjadi karena adanya tekanan
longitudinal yang mengalami angulasi, dan juga mengenai tulang (contohnya pada trauma
indirek setelah jatuh dengan siku yang hiperekstensi) atau akibat tekanan yang tegak lurus
dengan tulang (misalnya benturan langsung).Umumnya fraktur greenstickterjadi pada diafisis,
lokasi yang pertumbuhannya lebih lambat daripada metafisis, sehingga penyembuhannya juga
lebih lambat daripada fraktur yang terjadi di metafisis. Gambaran radiografi menunjukkan
adanya garis fraktur inkomplit pada satu sisi tulang yang melengkung dan bagian yang intak
pada sisi tulang yang konkaf. Pada fraktur ini, kadangkala reduksi komplit dapat dilakukan
melalui membuat fraktur pada sisi yang konkaf. 2
1. Periksa semua tulang, terutama vertebrata lumbalis dan pelvis. Carilah apakah
ada perubahan densitas tulang, baik peningkatan atau pengurangan densitas dan
carilah juga apakah ada vertebrata yang kolaps atau aligment yanga abnormal.
Periksa sendi sacroiliaca dan pastikan sendi tersebut bersih dan tidak terselubung
(menyatu).
2. Bila terdapat trauma baru , carilah apakah ada fraktur pada costa dan procesus
transverses vertebra lumbalis. Pastikan bahwa tidak ada fraktur pada pelvis
terutama pada sympisis pubis dan sekitar sendi pangul.
3. Lihar diafragma pada foto berdiri adakah udarabebasdi bawah diafragma. Jangan
keliru dengan udra yang ada di gasterdan colo . Bila ada foto thorax
konfirmasikan dulu
4. Carilah garis bentuk m.psoas, yaitu tidak selalu bisa dilihat pada satu atau kedua
sisi. Tetapi hal ini tidak penting. Bila terlihat garis psoas haruslah lurus,
penonjolan yang asimetris atau adanya tambahan garis lain bisa merupakan
adanya perdarahan, abses atau tumor retroperitoneal.
6. Carilah apakah ada klasifikasi abnormal terutama pada daerah kandung empedu,
pancreas dan sepanjang traktus urinarius.
7. Lihat pola gas usus, bila mengalami densitas lihat pada foto berdiri apakah fluid
level yang mendatar. Identifikasi gaster, usus halus dan colon. Pastikan terdapat
gas pada rectum
1. DILATASI USUS
Membedakan antara dilatasi usus besar dan usus halus dapat sulit dilakukan,
tergantung atas penampilan usus yang berdilatasi, posisi dan jumlah gedung usus
serta adanya feses padat.
Colon dapat dikenal oleh haustranya, biasanya terdapat dalam colon ascendant
dan tranversum, tetapi mungkin tidak ada di distal flexura splenica. Bila jejunum
berdilatasi dikenali valvula conniventes yang selalu lebih dekat satu sama lain
penampilan yang dikenal sebagai setumpuk uang logam. Bias ditemuikan masalah
dalam membedakan ileum bawah dari colon sigmoideum karena keduanya bias
mempunyai bentuk yang halus. Jari-jari curvature gelung kadang membantu untuk
membedakan lebih sempit lekungan lebih mungkin ia suatu gelung usus halus yang
berdilatasi.
Biasanya usus halus terletak di pusat abdomen dangan “bingkai” usus besar,
tetapi colon sigmoid dan tranvesum sering sangat berlebihan dan bias juga terletak di
pusat abdomen, terutama berdilatasi.
Dilatasi usus terjadi dalam obstruksi mekanis , ileus paralitik, iskemia akut, dan
penyakit peradangan usus.
2. Obstruksi usus besar: dilatasi proksimal colon, bias disertai usus halus
jika valve ileo caecalis tak kompeten.
3. Ileus paralitikus generalisata usus besar dan usus halus akan berdilatasi.
Sering dilatasi meluas menuruni colonsigmoid dan gas mungkin
terdapat dalam rectum.
4. Peritonitis local : dilatasi gelung dekat proses peradangan yang bias
terlihat, missal pada appendicitis dan pankratitis.
4. KALSIFIKASI ABDOMEN
Yang terpenting adalah :
a) Menentukan lokasi kalsifikasi
b) Pola tau bentuk kalsifikasi akan membantu diagnoisis ke hanya satu
atau dua pilihan
Lobus kiri :
Lobus kanan:
Splenomegali
Referensi :
1. Palmer P.E. S, dkk. Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum. Cetakan
IV. Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta, 1990.
2. Armstrong Peter / Wastie Martin L. Pembuatan Gambar Diagnostik. Edisi ke-
2. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Osifikasi (atau osteogenesis) adalah suatu proses pembentukan tulang baru oleh sel
yang disebut dengan osteoblas. Sel ini dan matriks tulang adalah dua elemen yang paling
penting yang terlibat dalam pembentukan tulang. Semua tulang berasal dari mesenkim, tetapi
dibentuk melalui dua cara yang berbeda. Tulang berkembang melalui dua cara, baik dengan
mengganti mesenkim atau dengan mengganti tulang rawan. Sususan histologis tulang selalu
bersifat sama, baik tulang itu berasal dari selaput atau dari tulang rawan (Tortora dan
Derrickson, 2011).
A.Osifikasi Membranosa
Osifikasi membranosa adalah osifikasi yang lebih sederhana diantara dua cara pembentukan
tulang. Tulang pipih pada tulang tengkorak, sebagian tulang wajah, mandibula, dan bagian
medial dari klavikula dibentuk dengan cara ini. Juga bagian lembut yang membantu
tengkorak bayi dapat melewati jalan lahirnya yang kemudian mengeras dengan cara osifikasi
membranosa (Tortora dan Derrickson, 2011).
B. Osifikasi Endokondral
Pada anak-anak dan remaja, lempeng epiphysis dari tulang rawan hialin memisahkan
ruang sumsum epiphysis. dengan diaphysis. Pada sinar-X, lempeng ini tampak sebagai garis
transparan pada ujung tulang panjang. Lempeng epifisis adalah zona dimana tulang
memanjang melalui proses osifikasi endokondral. Pembentukan tulang ini adalah bentuk
tulang rawan yang terjadi pada masa fetal dari mesenkim lalu diganti dengan tulang pada
sebagian besar jenis tulang. Pusat pembentukan tulang yang ditemukan pada corpus disebut
diafisis, sedangkan pusat pada ujung-ujung tulang disebut epifisis. Lempeng rawan pada
masing-masing ujung, yang terletak di antara epifisis dan diafisis pada tulang yang sedang
tumbuh disebut lempeng epifisis. Metafisis merupakan bagian diafisis yang berbatasan
dengan lempeng epifisis (Snell, 2012). Penutupan dari ujung-ujung tulang atau dikenal
dengan epifise line rerata sampai usia 21 tahun, hal tersebut karena pusat kalsifikasi pada
epifise line akan berakhir seiring dengan pertambahan usia, dan pada setiap tulang.
Gambar 2. Osifikasi Endokondral (Tortora dan Derrickson, 2011)
Massa tulang bertambah sampai mencapai puncak pada usia 30-35 tahun setelah itu
akan menurun karena disebabkan berkurangnya aktivitas osteoblas sedangkan aktivitas
osteoklas tetap normal. Secara teratur tulang mengalami turn over yang dilaksanakan melalui
2 proses yaitu modeling dan remodeling. Pada keadaan normal jumlah tulang yang dibentuk
remodeling sebanding dengan tulang yang dirusak. Ini disebut positively coupled jadi masa
tulang yang hilang nol. Apabila tulang yang dirusak lebih banyak terjadi kehilangan masa
tulang ini disebut negatively coupled yang terjadi pada usia lanjut.
Daftar Pustaka :