5)
FOTO RONTGEN EKTREMITAS
“FRAKTUR OS FEMUR 1/3 MEDIAL (SHAFT)”
Oleh:
KELOMPOK TUTORIAL 4
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
FOTO RONTGEN EKTREMITAS
“FRAKTUR OS FEMUR 1/3 MEDIAL (SHAFT)”
Komplikasi dan cedera yang terkait dengan fraktur shaft femoralis pada
orang dewasa itulah yang kerap dikaitkan dengan hal mengancam jiwa, mungkin
termasuk diantaranya adalah dikarenakan adanya perdarahan, cedera organ
internal, infeksi luka, emboli lemak, dan sindrom gangguan pernapasan
dewasa[3,7].
Berkenaan dengan tipe fraktur shaft femoralis, banyak klasifikasi yang ada
dalam literatur pada subjek, berdasarkan lokasi fraktur dan geometri, kominusi,
ada tidaknya cedera pada jaringan lunak, dan ada tidaknya cedera terkait. Namun,
dalam praktiknya, tidak satu pun dari klasifikasi ini diterima secara luas.
Klasifikasi yang sering digunakan adalah klasifikasi dari OTA, Winquist et al,
dan Gustilo et al[6].
2. PREVALENSI KASUS
Fraktur pada 1/3 diafisis os femur adalah 79% dari kejadian fraktur pada
studi ini. Mayoritas, 155 insiden (77%), dari semua fraktur adalah transversus,
oblique, atau transversus-oblique. Mengenai tingkat kominusi, klasifikasi fraktur
Winquist et all Grade 0 (non-kominusi) adalah yang paling umum. Sedangkan
berdasarkan klasifikasi OTA, 48% adalah Tipe A, 39% adalah Tipe B, dan 13%
adalah tipe C fraktur. Menurut klasifikasi gustilo et al, studi tersebut juga
mendapatkan bahwa dari 25 insiden fraktur terbuka diafisis os femur, 14 insiden
adalah Tipe II, 6 insiden tipe III adalah Tipe IIIA[10].
3. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko insiden fraktur shaft femoralis, terutama pada bagian diafisis
karena trauma berenergi berat adalah yang terbesar pada pria muda. Pasien yang
kurang dari usia 40 tahun lebih mungkin untuk mengalami trauma berenergi
tinggi (misalnya, kecelakaan kendaraan bermotor), sementara mereka yang
berusia di atas usia 40 tahun lebih mungkin untuk mengalami trauma berenergi
[11]
rendah (misalnya, jatuh) . Sekitar 80% pasien berusia 35 tahun atau lebih
dengan fraktur femur karena trauma berenergi moderat memiliki riwayat
sebelumnya dari osteopenia umum atau kondisi yang mungkin menyebabkan
osteopenia lokal, sedangkan pada orang dewasa yang lebih tua, jatuh energi
rendah adalah penyebab paling umum, terhitung 65 persen dari fraktur[12].
Penggunaan obat bifosfonat untuk mengatasi osteoporosis untuk jangka panjang
juga dapat meningkatkan risiko fraktur pada os femur, termasuk fraktur shaft
femoralis, namun hal tersebut dapat dikurangi dengan penggunaan “holiday” atau
jeda dalam penggunaan obat bifosfonat[13]. Selain itu, kecelakaan industri dan
luka tembak menyebabkan sebagian besar fraktur os femur lainnya.
Pasien tidak boleh dipindahkan dari tempat kejadian sampai traksi tetap telah
digunakan. Tidak ada pakaian yang dihilangkan/ditekuk dari tempat fraktur,
kecuali ada indikasi lainnya. Jika diagnosis tidak dibuat dengan kepastian yang
cukup, sementara pakaian tetap pada pasien dan diperlakukan sebagai bagian dari
patah tulang serta ikut dalam perlakuan pembidaian. Penggunaan kantung pasir
untuk mengurangi imobilisasi disekitar tempat fraktur juga dapat digunakan[15].
Transportasi dengan menggunakan traksi tetap dan pembidaian ini dapat
mengurangi rasa nyeri akibat mobilitas daerah fraktur serta mencegah komplikasi
yang dapat terjadi pada kasus ini, seperti terjadinya paralisis sirkulasi perifer[15].
DAFTAR PUSTAKA
1. Moore KL, Agur AM. Clinically Oriented Anatomy, 6th ed, Williams & Wilkins, Baltimore.
2009.
2. Whittle AP. Fractures of the lower extremity. In: Campbell's Operative Orthopedics, 11th ed,
Canale ST, Beatty JH (Eds), Mosby, St. Louis 2008 : 3190.
3. Moriarity, A., Ellanti, P., & Hogan, N. A low-energy femoral shaft fracture from performing
a yoga posture. BMJ case reports; 2015.
4. Giannoudis, P. V., Papakostidis, C., & Roberts, C. A review of the management of open
fractures of the tibia and femur. Bone & Joint Journal. 2006; 88(3): 281-289.
5. Rodriguez-Merchan, E. C., Moraleda, L., & Gomez-Cardero, P. Injuries associated with
femoral shaft fractures with special emphasis on occult injuries. Archives of bone and joint
surgery. 2013; 1(2): 59.
6. Nork SM. Fractures of the shaft of the femur. In: Rockwood and Green's Fractures in Adults,
7th ed. Bucholz RW, Heckman JD, Court-Brown CM, et al (EDS). Lippincott, Williams &
Wilkins, Philadelphia. 2010 : 1656.
7. Keel M, Trentz O. Pathophysiology of polytrauma Injury. 2005; 36: 691.
8. Orthobullets. Femoral Shaft Fractures. https://www.orthobullets.com/trauma/1040/femoral-
shaft-fractures [Diakses tanggal 23 April 2018]
9. Neto, F. C. J., de Paula Canal, M., Alves, B. A. F., Ferreira, P. M., Ayres, J. C., & Alves, R.
Analysis of the characteristics of patients with open tibial fractures of Gustilo and Anderson
type III. Revista Brasileira de Ortopedia (English Edition). 2016; 51(2): 143-149.
10. Salminen, S. T., Pihlajamäki, H. K., Avikainen, V. J., & Böstman, O. M. Population based
epidemiologic and morphologic study of femoral shaft fractures. Clinical Orthopaedics and
Related Research. 2000; 372: 241-249.
11. Agrawal S, Krueger DC, Engelke JA, et al. Between-meal risedronate does not alter bone
turnover in nursing home residents. Journal of the American Geriatrics Society. 2006; 54:
790.
12. Kuehn BM. Zoledronic acid risks. JAMA. 2009; 302: 838.
13. Whitaker M, Guo J, Kehoe T, Benson G. Bisphosphonates for osteoporosis- where do we go
from here? The New England Journal of Medicine. 2012; 366: 2048.
14. Subcommittee, A. T. L. S., Tchorz, K. M., & International ATLS working group. Advanced
trauma life support (ATLS®): the ninth edition. The Journal Of Trauma And Acute Care
Surgery. 2013. 74(5); 1363.
15. Mulholland, J. H. First aid treatment of fracture of femur and hip. The American Journal of
Surgery. 1937; 36(1): 323-327.