Anda di halaman 1dari 77

LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
2016
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktural
tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang dapat
menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung,
misalnya benturan lengan bawah yang menyebabkan
fraktur tulang radius dan ulna atau trauma tidak
langsung, misalnya jatuh bertumpu pada pada tangan
sehingga menyebabkan tulang klavikula atau radius
distal patah. Selain akibat rudapaksa, fraktur juga
dapat disebabkan proses patologis misalnya tumor,
infeksi atau osteoporosis atau juga dapat disebabkan
stress, atau fatigue seperti pada atlit, penari, atau
tentara
Jaringan lunak di sekitar tulang biasanya juga
ikut terlibat. Perubahan jaringan lunak bervariasi
mulai dari oedema lokal dan reaksi inflammasi
hingga gangguan vaskular. Beberapa komplikasi
fraktur dapat muncul di sendi yang terkadang
pada saat trauma sendi tersebut tidak terluka
(injured).Fraktur dapat dibagi atas ada tidaknya
hubungan dengan dunia luar, yaitu fraktur terbuka
(ada hubungan dengan dunia luar) dan fraktur
tertutup (tidak ada hubungan dengan dunia luar).
Fraktur dapat bervariasi tampilannya, namun untuk
kepentingan praktis, fraktur dapat dibagi atas beberapa grup.
 Fraktur Komplit.
Pada fraktur jenis ini, tulang secara komplit patah menjadi 2
fragmen atau lebih. Fraktur komplit dapat dibagi lagi atas fraktur
transversa (patah tulang lintang), fraktur oblik (patah tulang
serong), fraktur spiral, fraktur kommunitif (terdapat lebih dari 2
fragmen tulang), fraktur impaksi (fragmen tulang terikat dengan
kuat/ketat sehingga garis patahan fraktur tak terlihat jelas).
 Fraktur Inkomplit
Pada fraktur jenis ini, tulang tak secara komplit terpisah dan
kontinuitas periosteum terjaga. Pada fraktur greenstick (dahan
hijau), tulang bengkok/menekuk . (bent) seperti kita
mematahkan dahan hijau yang biasanya terlihat pada anak.
Kemudian ada juga fraktur tipe kompresi.
Satu bentuk patah tulang yang khusus pada anak,
adalah patah tulang yang mengenai cakram pertumbuhan.
Klasifikasi fraktur cakram epifise ini dibagi atas 5 tipe
menurut Salter Harris yaitu :
 Tipe 1  epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis,
tetapi periosteumnya masih utuh
 Tipe 2  periosteum robek di satu sisi sehingga epifisis dan
cakram epifisis lepas sama sekali dari metafisi
 Tipe 3  patah tulang cakram epifisis melalui sendi
 Tipe 4  terdapat fragmen patahan tulang yang garis
patahannya tegak lurus cakram epifisis
 Tipe 5  terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis
yang menyebabkan kematian dari sebagian cakram
tersebut.
Fragmen tulang pada fraktur komplit biasanya
akan mengalami salah letak atau displacement.
Displacement ini dapat berupa :
 Translation (shift)
Fragmen tulang dapat bergeser bersisian (sideways),
ke belakang (backwards) atau ke depan (forwards)
dalam hubungannya dengan fragmen lainnya
ØAngulation (alignment).
 Rotation (twist)
Fragmen tulang dapat berputar (rotated)
terhadap fragmen lainnya
 Length
Fragmen tulang dapat saling menjauh dan
terpisah atau dapat saling overlap yang
menyebabkan pemendekan tulang.
II. Pemeriksaan dan Pembacaan FotoRontgen
Fraktur Tulang
Pemeriksaan radiologis sangat diperlukan untuk
mendiagnosis fraktur. Namun ada aturan-aturan
tertentu dalam pembuatan foto untuk mendiagnosis
fraktur, yang sering disebut sebagai Rule of Two.
Rule of Two meliputi :
 Two views
Buatlah 2 foto dengan 2 proyeksi yang tegak lurus satu
sama lain bila dicurigai fraktur atau dislokasi, kecuali
pada pelvis dimana foto oblik akan sangat berguna.
Bahkan kadang-kadang diperlukan lebih dari 2
proyeksi, seperti pada pergelangan tangan.
 Two Joints
Pastikan bahwa pada foto terlihat sendi di atas dan di bawah bagian
yang fraktur pada lengan atau kaki, kecuali bila secara klinis jelas
bahwa fraktur hanya terdapat pada bagian yang distal. Tetapi dalam hal
ini pun sendi yang paling dekat harus ikut terfoto.
 Two Limbs
Pada anak-anak, epifise immatur dapat membingungkan diagnosa
fraktur, sehingga dalam hal ini perlu dibuat foto anggota gerak yang
tidak sakit untuk digunakan sebagai perbandingan.
 Two Injuries
Terkadang kekuatan (trauma) keras dapat menyebabkan cedera lebih
di satu tempat. Contohnya pada fraktur calcaneus atau femur, penting
juga untuk memfoto tulang belakang dan pelvis.
 Two Occasions
Beberapa fraktur terkadang sulit terdiagnosa sesaat setelah trauma,
sehingga diperlukan pemeriksaan radiologis berikutnya 1-2 minggu
setelah cedera untuk menunjukkan lesi.
Cara Pembacaan Foto Rontgen FrakturTulang
 Persiapan
 Hidupkan illuminator (viewing box)
 Letakkan foto rontgen pada iluminator dengan sisi kanan foto
berada di sisi kiri pembaca
 Pastikan posisi foto tepat, atau sesuai dengan posisi anatomis.

 Penilaian Kondisi Foto


 Identitas pasien harus tertera jelas nama, umur dan jenis
kelamin
 Tanggal pembuatan foto harus dicantumkan
 Tanda kiri dan kanan harus dicantumkan
 Kekuatan sinar X (Kv, mA) perlu dicantumkan
 Pastikan foto fraktur memenuhi rule of two
 Pembacaan Foto Fraktur
 Identifikasi tulang yang sedang diamati, misalnya tulang
tibia, atau femur üTulang berada di sebelah kanan atau
kiri.
 Lihat apakah terlihat garis patahan (fracture line)
 Jika terlihat garis patahan (fracture line) tentukan pada
bagian mana dari tulang tersebut terdapat fracture line.
Jika fracture line terdapat di bone shaft (batang
tulang) tulang panjang biasanya dibagi atas 3 yaitu apakah
terdapat di 1/3 proximal, 1/3 medial, atau 1/3 distal.
 Keterangan Gambar 7
 Foto sebelah atas kiri : subcapital neck fracture
 Foto sebelah atas tengah : transcervical neck fracture
 Foto sebelah atas kanan : intertrochanteric fracture
 Foto sebelah bawah kiri : subtrochanteric fracture
 Foto sebelah bawah tengah : fracture of the greatertrochanter
 Foto sebelah bawah kanan : fracture of the lesser trochanter
 Tentukan tipe fraktur. Apakah fraktur komplit atau
inkomplit.. Jika fraktur inkomplit, apakah terjadi fraktur
greenstick, atau fraktur hair line.
 Jika fraktur komplit, perhatikan bentuk garis patah, apakah
berbentuk melintang, oblik, spiral, kompresi, atau avulsi.
 Lihatlah jumlah garis patah, apakah fraktur tergolong
fraktur kominutif (garis patah lebih dari satu, dan
berhubungan), fraktur segmental (garis patah lebih dari
satu, dan tidak berhubungan), atau fraktur multipel (garis
patah lebih dari satu, tetapi terdapat pada tulang yang
berlainan.
 Lihat apakah fragmen fraktur menyebabkan displacement
(kedudukan fragmen fraktur terhadap fragmen fraktur
lainnya), atau tidak (undisplacement). Tentukan
bagaimana tipe displacement yang terjadi. Apakah terjadi
translasi, angulasi, rotasi dan pemendekan (shortening)
tulang.
 Tentukan, apakah fraktur tergolong fraktur terbuka, atau
fraktur tertutup
 Perhatikan, apakah fraktur disertai komplikasi (paralisis
nervus, kerusakan jaringan lunak, atau dislokasi sendi).
 Jika terjadi fraktur pada cakram epifise, klasifikasikan
sesuai Salter-Harris.
 Lihat apakah fraktur menyebabkan dislokasi, baik dislokasi
sendi maupun tulang yang berdekatan dengan tulang yang
fraktur.
Gambar 10. Fraktur Komunitif Midklavikula dengan Angulasi
 Jaringan lunak normal akan terlihat berwarna putih suram
dengan corak homogen. Kerusakan jaringan lunak dapat
menyebabkan terjadinya perubahan warna, dan corak
normal jaringan lunak.
 Jika telah dilakukan penanganan fraktur, buatlah foto
kembali dan lihat fraktur telah menyatu atau tidak. Jika
telah menyatu, apakah disertai callus, atau tidak.
 Fraktur yang tidak menyatu (non-union) memberi
gambaran garis patahan yang tetap terlihat (padahal
seharusnya menghilang). Ujung tulang yang fraktur
menjadi lebih putih (sklerotik) dan sering terdapat tulang
baru yang tebal di sekitar fraktur.
Keterangan Gambar
 Gambar 12. Fraktur 1/3 medial femur kanan pada foto
AP (kiri) dan lateral (kanan) dengan defek jaringan
lunak.
 Gambar 13. Gambar 13 : Fraktur 1/3 medial batang
humerus yang sembuh sempurna.
Sistem skelet
Penyakit Paget
Merupakan kelainan arsitektur tulang yang sering
dijumpai, dengan etiologi yang tidak diketahui,
frekuensinya meningkat setelah usia pertengahan.
Penyakit ini pada awainya ditandai oleh resorpsi tulang
diikuti dengan proses perbaikan yang meningkatkan
deposisi tulang kemudian menghasilkan ekspansi tulang
dan bentuk yang abnormal.
Gejala
Mayoritas asimtomatik dan didiagnosis dari
penemuan secara kebetulan; nyeri tulang; fraktur;
deformitas tulang panjang dan tengkorak.
Gambaran radiologis
Setiap tulang dapat terkena.
 Tengkorak. Pada awainya terlihat daerah luas yang mengalami
kehilangan tulang yang berbatas jelas (osteoporosis
sirkumskripta); kemudian, terjadi sklerosis umum dengan
penebalan diploik yang menghasilkan penampakan khas
‘cotton woot. Mungkin terjadi peningkatan ukuran kepala.
 Tulang belakang. Paling sering melibatkan satu vertebra yang
mengalami sklerosis, perubahan pola trabekular dan
pembesaran badan vertebra.
 Pelvis. Sering terkena dan disertai pola trabekula yang
menjadi kasar, penebalan kortikal, dan pembesaran pubis dan
iskium.
 Tulang panjang. Pelebaran tulang disertai deformitas,
pelengkungan tibia, dan fraktur inkomplet karena perlunakan
tulang.
Komplikasi
 Fraktur patologis: cenderung tajam melintang.
 Pseudofraktur: fraktur inkomplet yang terdapat pada
permukaan yang konveks dari tulang yang melengkung.
 Degenerasi keganasan: pada perluasan penyakit Paget
terdapat peningkatan insidensi tumor tulang yang
ganas, terutama sarkoma osteogenik.
 Neurologis: terjepitnya saraf pada ekspansi tulang:
ketulian akibat keterlibatan N. VIII, gangguan pada
foramen keluar pada tulang belakang, da0n lain-lain.
 Kardiovaskular: peningkatan pintas darah pada tulang
yang terlibat dapat menyebabkan tingginya kegagalan
output, walaupun jarang.
Tumor tulang jinak
Tumor tulang jinak biasanya berbatas
tegas dan memiliki zona transisi antara
tulang yang normal dan abnormal. Tumor
ini menyebabkan tanda-tanda dan gejala
perluasan dan tekanan pada struktur-
struktur di dekatnya. Jika bersifat kistik,
mungkin disebabkan oleh fraktur patologis.
Tumor-tumor kartilago
Kondroma
Satu tumor kartilaginosa, merupakan tumor tulang jinak yang
paling sering, dan tampak sebagai lesi litik yang berbatas jelas
dengan bintik-bintik kecil kalsifikasi. Paling ranyak mengenai
tangan dan kaki, di mana terlihat sebagai perluasan dan penipisan
iorteks. Kondroma sering tunggal namun dapat multipel pada
penyakit Ollier.

Osteokondroma
Kemungkinan merupakan tumor jinak yang paling sering, yang
mengandung tulang dan kartilago, seringkali pada tangkai tulang
dengan ujung distal bulbosa yang luas.Tumor sering ditemukan
tumbuh menjauhi sendi, lokasi yang paling sering adalah aaerah
metafisis pada femur bagian bawah dan fibia bagian atas.
Osteokondroma multipel nerediter terjadi pada aklasia diafisis, di
mana terdapat risiko transformasi keganasan menjadi
kondrosarkoma.
Tumor-tumor pembentuk tulang
Osteoma
Suatu tumor jinak yang hanya mengandung jaringan oseus
padat, paling banyak ditemukan pada tengkorak dan sinus.
Tumor ini bulat, berbatas tegas, dan tampak sebagai massa
tulang padat yang tidak berbentuk tanpa kandungan
kartilago. Osteoma multipel berkaitan dengan poliposis
kolon pada sindrom Gardner.
Osteoma osteoid
Suatu daerah lusen sirkular yang kecil (nidus) di bawah
korteks yang dikelilingi tulang reaktif yang menebal dan
berkaitan dengan reaksi periosteal. Osteoma osteoid, suatu
tumor yang berdiameter <1 cm, biasanya merupakan lesi pada
orang dewasa muda dengan gejala nyeri lokal. Tumor ini
dapat diambil di bawah pemantauan radiologis.
Lesi-lesi jinak lainnya
Tumor sel raksasa
Suatu tumor yang jinak, dengan sekitar setengahnya
ditemukan pada sekitar sendi lutut. Ini merupakan
lesi litik pada regio epifisis, dengan penebalan
kortikal, perluasan, dan berpotensi menjadi
neoplasma ganas.
Osteoblastoma; kista tulang; fibroma nonosifikasi;
kista tulang aneurisma; fibroma kondromiksoid
Tumor tulang ganas
Tumor tulang ganas primer jarang ditemukan. Tumor
ini bersifat destruktif, sering berkaitan dengan reaksi
periosteum, dan memiliki zona transisi yang luas
antara tulang vang normal dan abnormal. Tumor
tulang ganas paling banyak merupakan metastasis dan
seringkali soliter.

Gambaran radiologis
Film polos dapat memperlihatkan daerah destruksi
tulang.
Tumor-tumor tulang ganas
Osteosarkoma
Merupakan tumor tulang ganas primer kedua tersering setelah
mieloma multipel, gambaran klasik antara lain:
 destruksi medula yang iregular;
 reaksi periosteum;
 destruksi kortikal;
 massa jaringan lunak;
 pembentukan tulang bahu.
Osteosarkoma timbul antara usia 10 dan 25 tahun. Kurang
lebih separuhnya tampak di sekitar sendi lutut, melibatkan metafisis
femur distal dan fibia proksimal. Tumor awainya dapat bersifat litik,
atau sklerotik dengan pembentukan tulang baru neoplastik, dan
reaksi periosteal. Tumor ini mengikis dari tempat asalnya di medula
melewati korteks, dengan menghasilkan massa jaringan lunak.
Metastasis sering menyebar ke paru dan dapat membentuk tulang.
Kondrosarkoma
Merupakan tumor ganas yang tumbuh lambat, berasal
dari sel-sel kartilago, yang dapat mengandung daerah
kalsifikasi di dalam tumor.
 Tipe sentral: biasanya berkembang dari tulang tubular,
bersifat litik dan berada pada regiometafisis.
 Tipe periferal: mungkin berasal dari periosteum atau
berkembang dari osteokondroma jinak yang terjadi
sebelumnya.
Tumor Ewing
Timbul pada usia antara 5 dan 15
tahun. Merupakan tumor yang
sangat ganas yang berasal dari
sumsum tulang dan berkaitan
dengan reaksi periosteal berlapis
(kulit bawang); penampakannya
dapat menyerupai osteomielitis.
Metastasis tulang
Metastasis tulang merupakan tumor tulang ganas yang paling sering.
Metastasis terutama menyebar ke tulang-tulang yang mengandung
sumsum, sehingga lebih sering ditemukan rada tulang-tulang aksial.
Secara umum, penyebaran ke bagian distal dari lutut dan siku cbih jarang
dibandingkan tulang proksimal. Setiap tumor primer dapat bermetastasis
ke tulang, namun metastasis yang paling sering adalah:
 Payudara: memiliki insidensi yang tinggi untuk deposit tulang, biasanya
bersifat litik namun dapat sklerotik atau campuran, merupakan penyebab
deposit sklerotik yang paling sering pada wanita.
 Prostat: hampir selalu sklerotik, deposit litik jarang ditemukan;
merupakan penyebab deposit sklerotik pada pria.
 Paru: deposit litik; deposit perifer di tangan dan kaki jarang, namun jika
ada cenderung berasal dari karsinoma bronkus.
 Ginjal, tiroid: litik dan dapat sangat vaskular dengan terjadinya perluasan
tulang.
 Kelenjar adrenal: secara dominan bersifat litik.
Gejala
Nyeri tulang; fraktur patologis; pembengkakan jaringan lunak;
ditemukan saat staging dan pemantauan tumor primer.

Gambaran radiologis
Metastasis tulang dapat litik atau sklerotik. Pada film polos:
 Deposit litik: gambaran utamanya berupa destruksi pada tulang
dengan batas yang tidak jelas dan dapat menyebabkan fraktur
patologis. Reaksi periosteal lebih jarang jika dibandingkan dengan
tumor ganas primer.
 Deposit sklerotik: terlihat sebagai peningkatan densitas yang tidak
berbatas tegas dengan diikuti hilangnya arsitektur tulang. Lesi
sekunder pada vertebra dapat berupa pedikel yang sklerotik. Dengan
adanya lesi multipel, diagnosis metastasis hampir dapat dipastikan.
Pemindaian isotop pada tulang lebih sensitif dibandingkan film polos
(daerah lokal dengan ambilan yang meningkat: hot spots).
Pada kasus di mana tumor primer tidak diketahui, biopsi yang
dipandu dengan pencitraan pada lesi tulang dapat menentukan lokasi
karsinoma primer.
Diagnosis banding
 Penyakit Paget (daerah sklerotik).
 Mieloma multipel (daerah litik).
 Tumor ganas primer.
 Infeksi atau osteomielitis.
Mieloma multipel
Mieloma multipel merupakan tumor ganas primer
pada sumsum tulang, di mana terjadi infiltrasi pada daerah
yang memproduksi sumsum tulang pada proliferasi sel-sel
plasma vang ganas. Tulang tengkorak, tulang belakang,
pelvis, iga, skapula, dan tulang aksial proksimal
merupakan yang terkena secara primer dan mengalami
destruksi sumsum dan erosi pada trabekula tulang; tulang
distal jarang terlibat. Penyakit dapat terjadi dalam bentuk
diseminata, atau sebagai massa yang membesar secara
lokal (plasmasitoma). Mieloma multipel merupakan tumor
ganas primer pada tulang yang paling banyak dan
cenderung terbatas pada sistem skeletal.
Gejala
Dominan pada pria, biasanya pada
kelompok usia di atas 40 tahun; penurunan
berat badan; malaise; nyeri tulang; nyeri
punggung; kolaps badan vertebra; fraktur
patologis; proteinuria Bence-Jones.
Gambaran radiologis
Saat timbul gejala sekitar 80-90% di antaranya telah
mengalami kelainan tulang. Film polos memperlihatkan:
 Osteoporosis umum dengan penonjolan pola trabekular
tulang, terutama pada tulang belakang, yang disebabkan oleh
keterlibatan sumsum pada jaringan mieloma. Hilangnya
densitas tulang belakang mungkin merupakan tanda
radiologis satu-satunya pada mieloma multipel. Fraktur
patologis sering dijumpai.
 Fraktur kompresi pada badan vertebra, tidak dapat dibedakan
dengan osteoporosis senilis.
 Lesi-lesi litik ‘punched oui yang menyebar dengan batas yang
jelas, lesi yang berada di dekat korteks menghasilkan internal
scalloping.
 Ekspansi tulang dengan perluasan melewati korteks,
menghasilkan massa jaringan lunak.
Komplikasi
 Fraktur patologis yang menyembuh dengan kalus yang
berjumlah banyak.
 Hiperkalsemia sekunder akibat destruksi tulang yang
luas.
 Gagal ginjal dapat disebabkan oleh kombinasi antara
penumpukan amiloid, hiperkalsemia, dan presipitasi
protein abnormal tubular.
 Peningkatan insidensi penyakit infeksi seperti
pneumonia.
 Hipeurisemia dan gout sekunder.
Osteoporosis
Osteoporosis merupakan keadaan di mana terdapat
penurunan massa tulang.

Gejala
 Asimtomatik.
 Nyeri tulang.
 Fraktur skeletal.
 Fraktur kompresi vertebra.
Pemeriksaan penunjang radiologis
 Film polos.
 Densitometri tulang dengan CT (QCT), atau absorpsiometri
sinar-X energi ganda (dual energy X-ray absorptiometry,
DEXA).

Gambaran radiologis
Deteksi osteoporosis pada fdm polos setidaknya
membutuhkan penurunan massa tulang sebesar 30%.
Osteoporosis menyebabkan hilangnya densitas tulang, suatu
penurunan ¡umlah trabekula dan lapisan-lapisan yang kasar.
Keadaan ini paling menonjol terlihat di tulang belakang.
Badan vertebra tampak lusen dengan garis-garis vertikal yang
tipis, sering disertai penampakan bikonkaf (vertebra ‘ikan
kod’), penjepitan dan kolaps vertebra; hal ini berlanjut dengan
kifosis. Fraktur pada tulang perifer, termasuk fraktur leher
femoralis, sering terjadi walaupun setelah trauma minor.
Penyebab osteoporosis lokal
 Penggunaan yang salah pada bagian tertentu (tumor,
fraktur).
 Keadaan inflamasi seperti artritis reumatoid dan
osteomielitis.
 Atrofi Sudeck (paralisis neural atau otot).
Berkembangnya rasa nyeri dan osteoporosis sering
terjadi setelah trauma ringan; keadaan ini mungkin
memiliki penyebab neurovaskular.
Penyebab osteoporosis umum
 Osteoporosis senilis.
 Pascamenopause.
 Terapi steroid.
 Imobilitas (tirah baring jangka panjang).
 Endokrin: penyakit Cushing, hipertiroidisme.
 Mieloma multipel.
 Defisiensi nutrisi: scurvy,malnutrisi, penyakit hati
kronis, sindrom malabsorpsi.
Artritis reumatoid
Artritis reumatoid didefinisikan sebagai
poliartritis kronis akibat adanya inflamasi,
kongesti, dan proliferasi sinovium, yang
menyebabkan erosi tulang dengan destruksi
pada kartilago.
Gambaran radiologis
Perubahan radiologis baru terlihat lama setelah terjadi gejala klinis. Artritis
reumatoid cenderung memiliki distribusi yang simetris, paling sering
mengenai tangan dan kaki. Setiap sendi sinovial dapat terlibat, tanda-
tanda yang paling signifikan dan sering dijumpai pada artritis reumatoid
adalah penyempitan yang seragam pada ruang sendi, erosi marginal, dan
osteoporosis periartikular.
Gambaran berikut dapat ditemukan:
 Pembengkakan sendi: akibat proliferasi membran sinovial dan efusi sendi.
 Erosi: pada awainya berlokasi pada daerah periartikular di sepanjang tepi
sendi, di mana tidak terdapat lapisan pelindung. Erosi biasanya menyebar
melewati permukaan artikular.
 Osteoporosis: pada awalnya berada di periartikular, namun kemudian
menjadi umum akibat tidak digunakan dan menjadi hiperemia.
 Penyempitan rongga sendi: pelebaran rongga sendi pada daerah di luar
penyakit, namun dapat terjadi penyempitan yang signifikan dari erosi dan
deformitas kartilago. Obliterasi dan destruksi komplet pada ruang sendi
sewaktu-waktu dapat menyebabkan ankilosis.
Daerah-daerah khusus yang terlibat
 Tangan: sendi metakarpofalang (MCP) dan interfalang proksimal (PIP)
adalah yang paling sering terkena, sedangkan sendi interfalang distal jarang
terlibat. Kelainan- kelainan yang meliputi pembengkakan jaringan lunak
dan subluksasi pada sendi- sendi MCP:
Deformitas ‘Boutonnière’: deformitas fleksi pada sendi interfalang
proksimal dan perluasan pada sendi interfalang distal;
Deformitas ‘swan necklleher angsa’: hiperekstensi pada sendi interfalang
proksimal dan fleksi pada sendi interfalang distal.
 Kaki: secara umum kelainan menyerupai kelainan pada tangan.
 Pergelangan tangan: erosi yang disertai penggabungan tulang karpal.
 Siku: lokasi yang umum untuk nodul reumatoid jaringan lunak.
 Bahu: erosi pada kaput humérus dan sendi akromioklavikula.
 Lutut: penyempitan rongga sendi yang seragam disertai osteoporosis. Kista
Baker merupakan komplikasinya, dengan ruptur yang menyebabkan tanda
dan gejala yang menyerupai tanda dan gejala pada trombosis vena dalam.
 Tulang belakang servikal: subluksasi, erosi, dan gabungan. Subluksasi
paling sering terjadi di sendi atlantoaksial.
Gout
Gout ditandai oleh meningkatnya kadar asam urat
plasma dengan serangan artritis terulang. Kelainan
ini disebabkan oleh kelainan metabolisme bawaan
dan secara dominan menyerang pria.

Gejala
 Sendi yang membengkak dan nyeri, biasanya pada
sendi metatarsofalang (MTP) pertama.
 Hiperurisemia asimtomatik.
Gambaran radiologis
Perubahan radiologis hanya terjadi setelah bertahun-tahun
timbulnya gejala. Terdapat predileksi pada sendi MTP
pertama, walaupun pergelangan kaki, lutut, siku, dan sendi
lainnya juga dapat terlibat. Film polos dapat memperlihatkan:
 Efusi dan pembengkakan sendi.
 Erosi: hal ini cenderung menimbulkan penampakan ‘punched
out’, yang berada terpisah dari permukaan artikular. Densitas
tulang tidak mengalami perubahan.
 Tofi: mengandung natrium urat dan terdeposit pada tulang,
jaringan lunak, dan sekitar sendi. Kalsifikasi pada tofi juga
dapat ditemukan, dan tofi intraoseus dapat membesar hingga
menyebabkan destruksi sendi.

Komplikasi
Batu ginjal: nonopak pada film polos; gagal ginjal.
Spondilitis ankilosa
Spondilitis ankilosa, suatu penyakit inflamasi
progresif, biasanya mengenai pria dewasa muda,
sering disertai riwayat penyakit dalam keluarga; 95%
pasien membawa antigen leukosit manusia (antigen
HLA-B27).

Gejala
 Serangan nyeri dan kaku punggung.
 Anoreksia dan penurunan berat badan.
Gambaran radiologis
Pada film polos gambaran berikut dapat terlihat:
 Sendi sakroiliaka. Perubahan yang paling awai dimulai di sendi
sakroiliaka dengan pengaburan dan batas yang tidak tegas pada tepi
sendi. Kemudian, terjadi erosi dan sklerosis tulang yang
menyebabkan kecenderungan terjadinya penyatuan sendi sakroiliaka
komplet. Kedua sendi biasanya terkena: adanya sakroilitis unilateral
harus dicurigai sebagai infeksi bakteri, biasanya tuberkulosis.
Sakroilitis biasanya terbukti pada pemindaian tulang sebelum
ditemukan perubahan radiografik lainnya.
 Perubahan spinal. Seluruh tulang belakang dapat terlibat namun
berbagai proses biasanya timbul pada regio lumbal dan berlanjut ke
atas dan melibatkan tulang belakang torakal dan servikal. Gambaran
yang paling sering terlihat adalah: squarring pada badan vertebra
akibat pembentukan tulang baru pada badan vertebra anterior, dan
terisinya kecekungan di bagian anterior yang normal oleh kalsifikasi
ligamen longitudinal; kalsifikasi ligamen spinalis lateral dan anterior
untuk menghasilkan gambaran ‘bamboo spine yang klasik
 Keterlibatan sendi perifer. Suatu artropati erosif dapat menyertai
spondilitis ankilosa, panggul merupakan sendi yang paling sering
terkena.
Komplikasi/akibat
 Fibrosis paru lobus atas.
 Inkompetensi aorta: akibat aortitis aorta asenden.
 Penyakit usus inflamasi: kolitis yang menyerupai
penyakit Crohn atau kolitis ulseratif.
 Subluksasi atlantoaksial.
 Fraktur: rigiditas spinal menyebabkan meningkatnya
risiko trauma.
 Gagal napas: disebabkan oleh pergerakan dada yang
restriktif dan ankilosis sendi kostovertebral.
 Iritis.
Rickets
Defisiensi vitamin D pada anak-anak dapat
menyebabkan penyakit rickets. Defisiensi
dapat bersifat nutrisional, akibat
malabsorpsi, penyakit ginjal kronis, atau
terapi antikonvulsan jangka panjang.

Gejala
Gagal tumbuh; nyeri tulang; deformitas
tulang.
Gambaran radiologis
Perubahan patologis utama adalah kurangnya kalsifikasi
pada jaringan osteoid pada epifisis yang sedang
berkembang. Seluruh tulang dapat terkena, terutama pada
daerah vang berkembang dengan cepat: pergelangan
tangan, lutut, dan humerus proksimal. Sering dijumpai
fraktur green stick.
Gambaran berikut dapat terlihat pada film polos.
 Pelebaran lempeng pertumbuhan dan epifisis, dengan
penampakan epifisis yang lambat.
 Batas metafisis yang berjumbai dan tidak jelas
menyebabkan penampakan cup.
 Reaksi periosteal, terutama selama tahap penyembuhan.
 Tulang yang menekuk dan melengkung.
 Pembesaran bulbosa pada ujung anterior iga menyebabkan
‘rickety rosary.
Osteomalasia
Defisiensi vitamin D pada tulang yang matur dapat menyebabkan
osteomalasia, suatu penyakit rickets pada orang dewasa.

Gejala
Nyeri tulang; kelemahan otot; peningkatan serum alkalin fosfatase;
fraktur patologis.

Gambaran radiologis
 Penurunan densitas tulang secara umum.
 Looser’s zone (pseudofraktur) merupakan pita translusen yang
sempit, pada tepi kortikal, dan merupakan tanda diagnostik untuk
osteomalasia. Kelainan ini paling sering terlihat pada iga, skapula,
ramus pubis, dan aspek medial femur proksimal.
 Vertebra bikonkaf (vertebra ‘ikan kod’).
 Perlunakan tulang yang menimbulkan pelvis triradiata.
Osteomielitis
Osteomielitis merupakan infeksi pada tulang, dengan
sebagian besar kasus disebabkan oleh Staphylococcus aureus;
penyebab lainnya antara lain infeksi tuberkulosis dan Salmo-
nellapada penyakit sel sabit. Proses peradangan dapat bersifat
akut atau kronis, yang kronis akan menyebabkan nekrosis
tulang dan pembentukan pus, di mana kadang- kadang
terdapat cairan yang melewati kulit untuk membentuk
hubungan sinus dengan tulang. Tulang yang nekrotik dapat
terpisah dengan jaringan yang masih hidup untuk membentuk
sequestrum sinus. Sumber infeksi dapat berasal dari:
 hematogen: biasanya pada anak;
 implantasi langsung akibat trauma, misalnya fraktur atau
setelah pembedahan;
 perluasan dari jaringan lunak di dekatnya, misalnya ulkus kaki
pada diabetes.
Gejala
 Nyeri.
 Pireksia.

Gambaran radiologis
 Foto polos: dapat normal hingga 10 hari dengan tanda paling
awal berupa pembengkakan jaringan lunak. Tulang yang
terinfeksi pada awainya kehilangan detailnya dan menjadi tidak
berbatas jelas dengan reaksi periosteal dan bahkan destruksi
tulang.
Osteomielitis kronis
Organisme yang menyebabkan infeksi menetap di dalam tulang
yang telah mati, dan secara periodik dapat terjadi eksaserbasi.
Tulang tampak menebal dan sklerotik dengan daerah destruktif
radiolusen di bagian tengah, yang seringkali disertai sinus
drainase yang kronis. Dapat terbentuk abses dengan tepi
sklerotik, kadang-kadang mengandung sequestrum (abses
Brodie).
Komplikasi
 Abses jaringan lunak.
 Fistula.
 Penyatuan epífisis prematur.
 Deformitas.
 Artritis piogenik yang menyebabkan ankilosis tulang
(misalnya penyatuan panggul).

Anda mungkin juga menyukai