Anda di halaman 1dari 41

MEKANIKA TANAH 1

TKS-21212

PERTEMUAN KE - 9

REMBESAN PADA TANAH


SUB TOPIK : HUKUM DARCY & KONTINUITAS ALIRAN

Disusun oleh:
Tim KBK Geoteknik
Prodi Teknik Sipil FT UNS
Lab. Mekanika Tanah FT UNS, Jl Ir Sutami 36 a Surakarta
Daur Hidrologi
Tertutup
SIKLUS HIDROLOGI AIR TANAH
Menurut Mason (1975), bentuk presipitasi (hub dg hujan)
antara lain:
1. Gerimis
Ialah tetes cair air yang tipis dengan diameter < 0,5 mm, intensitas
< I mm/jarn.

2. Hujan
Tetes cair air dengan diameter > 0,5 mm. Curah hujan umumnya
disebut dalam 3 intensitas yaitu :
Ringan : intensitas sampai 2,5 mrn/jarn;
Sedang : intensitas 2,8-7,6 mn/jam;
Berat : intensitas lebih dari 7,6 mm/jam;

3. Hujan yang bercampur es dan salju


merupakan butir bola-bola es bundar tembus cahaya, yang
berasal dari pembekuan tetes air hujan yang jatuh rnelalui suatu
lapis udara, dengan suhu di bawah titik beku, di dekat pennukaan
bumi.
3. Salju
Campuran kristal-kristal es yang sebagian
besar dalam bentuk konpleks, berbentuk
heksagonal bercabang, dan sering
bergumpal dalam kumpulan salju, yang
diameternya dapat mencapai beberapa
inci.

4.Hujan Es
Merupakan hujan dalam bentuk batu-batu
es, yang dihasilkan dalam awan-awan
konvektif (culumo nimbus).
Media Pengisian Air Tanah
• Air hujan yang jatuh ke tanah akan
terserap oleh tanah, yang kemudian
akan mengisi sistem akuifer menjadi
air tanah.
• Dalam proses pengisian air tanah
memerlukan media yang tebagi
menjadi dua media, yaitu media pori
yang merupakan media primer dan
media sekunder yang sering disebut
dengan media rekahan.
Media Pori (Porous Medio)
• Media pori merupakan media pengisian air tanah,
di mana air meresap melalui ruang antar butir
tanah.
• Besar kecilnya pengisian air tanah melalui media
pori dipengaruhi oleh karakteristik tanah/batuan
yang meliputi porosity, ukuran butir dan
keterhantaran hidraulik.
• Karakteristik tanah/batuan tersebut akan
mempengaruhi besar kecilnya tambatan jenis
(specific retention) yakni kapasitas lapang yang
dinyatakan sebagai presentase volume dan
• serahan jenis (specific yield) yakni bandingan
volume airtanah yang dapat diperoleh dari suatu
tanah/batuan akibat gaya berat terhadap volume
tanah/batuan itu sendiri.
REMBESAN PADA TANAH
1. Air tanah

a. Air tanah (groundwater) adalah:


air yang berada di bawah muka tanah (Gambar 1.1)
b. Lapisan mengandung air ( akuifer) adalah:
lapisan tembus air di dalam tanah dimana air tanah dapat
mengalir (Gambar 1.2)
c. Jenis aquifer: (Gambar 1.3)
1. Aquifer tertekan (Confined Aquifer)
2. Aquifer bebas (Unconfined Aquifer)
3. Aquifer menggantung (Perched Aquifer)
4. Air artesis didapatkan dari : akuifer yang berada dalam
tekanan hidrostatik. (Gambar 1.4)
8
REMBESAN PADA TANAH

Gambar 1.1a Air tanah dalam siklus hidrologi

11
REMBESAN PADA TANAH

Gambar 1.1b Zona air dalam tanah


12
REMBESAN PADA TANAH

Gambar 1.2 Sketsa aquifer

13
Confined Aquifer
Akuifer tertekan
Unconfined Aquifer
Akuifer bebas
Perched Aquifer
Aquifer menggantung
REMBESAN PADA TANAH

Gambar 1.4. Air Artesis

17
REMBESAN PADA TANAH

B. GRADIEN HIDROLIK & HUKUM BERNOULLI

1. GRADIEN HIDROLIK (i)

i = h/ΔL

h = selisih total head antara 2 titik yg ditinjau


ΔL = panjang “drainage path”, panjang aliran
rembesan (lihat Gambar 1.5)

18
REMBESAN PADA TANAH

2. HUKUM BERNOULLI :

ht = Total head
p V2 p
ht = + +z = Pressure head
 w 2g w
V2
= Velocity head
2g
z = Elevation head
*Karena kecepatan aliran air dalam tanah sangat kecil, maka velocity head diabaikan

3. HUKUM BERNOULLI UNTUK ALIRAN AIR DALAM TANAH

p
ht = +z = hp+ hz h p = tinggi tekanan
w h z = tinggi elevasi

19
REMBESAN PADA TANAH

Gambar 1.5. Aliran air dalam sampel tanah

CATATAN :
Aliran rembesan air dalam tanah hanya akan terjadi bila:
– Ada selisih Total Head / beda tinggi muka air (ht) antara 2 titik yang ditinjau
(lihat Gambar 1.6)
– Bila Tinggi Head antara 2 titik sama (tidak ada selisih Total Head), maka tidak
terjadi aliran rembesan antara dua titik tersebut (lihat Gambar 1.7). 20
Kasus h ≠ 0 , ada aliran rembesan

gradient (i = h/L)
h
hpA

hpB

hzA
L
hzB L

Gambar 1.6
Contoh rembesan aliran yang terjadi akibat adanya selisih Total Head (Δh ≠ 0)

21
Kasus h = 0 , tidak ada aliran rembesan

hpA
hpB
Total
Head
(ht)
hzA
L
hzB
Datum = reference line

Gambar 1.7 Contoh keadaan dimana tidak terjadi rembesan


aliran karena tidak ada selisih Total Head (Δh = 0).

22
Selisih Total Head (Δh) / kehilangan energi antara titik A p hurup kecil,
dan titik B (Gambar 1.6) tekanan air

PA
ht = ht ( A) − ht ( B ) → ht ( A) = + ZA
w

PB
ht ( B ) = + ZB
ATAU :
w

h t = i x L

i = Gradien hidrolis
L = Panjang aliran

23
REMBESAN PADA TANAH

B. HUKUM DARCY

1. Kecepatan air ( V ) mengalir dalam tanah jenuh :

V=kxi k = koefisien rembesan


i = gradien hidrolis

2. Volume air mengalir per-satuan waktu / debit (q)

q=VxA A = Luas penampang aliran

3. Volume air mengalir dalam waktu tertentu (t)

Q=qxt → Q=VxAxt → Q=kxixAxt

24
Hukum Darcy (1965)
Luas penampang

Mirip Diagram
Fase Tanah
Koefisien Rembesan
Nilai Koefisien Rembesan (k)
Persamaan Kontinuitas
Persamaan kontinuitas oleh Laplace :
asumsi : inflow = outflow, (Gambar 5.15), atau :
jumlah air yang mengalir masuk kedalam suatu elemen
= jumlah air yang mengalir keluar elemen.

Vx Vz
Persamaan kontinuitas : + = 0 …………(1)
x z
h
Persamaan Darcy : Vx = k xix = k x ………… (2)
x
h
Vz = k z iz = k z Gambar 5.15 (a)
z Turap / sheet pile yang
dipancang kedalam lapisan
 2h  2h ………….(3) yang permeable
Substitusi (2) ke (1) kx 2 + kz 2 = 0
x z
Gambar 5.15 (b)
Aliran air pada elemen tanah A
Penjelasan tambahan
Hukum Darcy
Permeabilitas
• Definisi: sifat bahan berpori yang memungkinkan
aliran rembesan dari cairan yang berupa air atau
minyak mengalir lewat rongga pori.
• Permeable: mudah meloloskan air
• Impermeable: kedap air
Penjelasan

• Tekanan air di titik tertentu di bawah tanah :

p
p =  w .h → h =
w
• Tekanan hidrostatis bergantung pada kedalaman suatu titik di bawah
permukaan tanah → mengikuti hukum Bernoulli
Total head mnrt Bernoulli:
p v2
h= + +z
 w 2g

• Dengan:
h = tinggi energi total (tota head,m)
p/w=tinggi energi tekanan (pressure head,m)
P = tekanan air (t/m2, kN/m2)
v2/2g=tingg energi kecepatan (velocity head,m)
v = kecepatan air (m/det)
w = berat volume air (t/m3, kN/m3)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
Z =tinggi energi elevasi (m)
Lanjutan
• Kecepatan air dalam tanah << → velocity head diabaikan
• Persamaan menjadi:
p
h= +z
w
• Tinggi energi hilang di dua titik (A dan B) dalam tanah menjadi:

 pA   pB 
h =  + z A  −  + z B 
 w   w 
Lanjutan
 pA   pB 
h =  + z A  −  + z B 
 w   w 
 
hA hB
h
i=
L
Hukum Darcy (1956)
•Debit rembesan
• Hub.ant kecepatan dan gradien menjadi:
hidrolik:
q= kiA
v = ki • dengan A = luas penampang

• dengan :
• v = kec.air (cm/det)
• i = gradien hidrolik
• k = koefisien permeabilitas
(cm/det)
DAFTAR PUSTAKA

Hardiyatmo. 2006. Mekanika Tanah 1. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Das, Braja M., Endah, Noor, Mochtar, Indrasurya B. 1985.


Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1.
Jakarta: Erlangga
Sekian dan terimakasih
Semangat, berjuang dan berdoa demi meraih cita citamu

Tim KBK Geoteknik


Prodi Teknik Sipil UNS

Anda mungkin juga menyukai