Askep Kasus KPD
Askep Kasus KPD
PENDAHULUAN
Pada sistem reproduksi terdapat masalah-masalah kesehatan yang dapat menjadi penyulit
dalam persalinan, antara lain adalah kelainan letak kehamilan, kehamilan ganda, hiperemesis
gravidarum dan termasuk ketuban pecah dini. Salah satu dari masalah reproduksi yang dapat
berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan adalah ketuban pecah dini (KPD). Yang sampai
saat ini masih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang mana kejadian tersebut mendekati
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, memperkirakan angka
kematian Ibu lebih dari 300-400/100.000 kelahiran hidup, yang disebabkan oleh perdarahan
28%, ketuban pecah dini 20%, eklampsia 12%, abortus 13%, partus lama 18%, dan penyebab
lainnya 2%. Angka kematian Ibu di Indonesia masih yang tertinggi di ASEAN, yaitu
kelahiran hidup, Filipina 200/100.000 kelahiran hidup, Malaysia 41/100.000 kelahiran hidup,
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan
dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan. Ketuban pecah dini merupakan
Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm
insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua
kehamilan. Hampir semua ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm
atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. 70% kasus
ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan, sekitar 85% morbiditas dan mortalitas
perinatal disebabkan oleh prematuritas, ketuban pecah dini berhubungan dengan penyebab
Penyebab ketuban pecah dini ini pada sebagian besar kasus tidak diketahui. Banyak
penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter menunjukkan infeksi sebagai penyebabnya.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi rendah yang berhubungan dengan
rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan oleh
chlamydia trachomatis dan nescheria gonorrhea. Selain itu infeksi yang terjadi secara langsung
pada selaput ketuban, fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal, servik yang
inkompetensia, serta trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisposisi atau
penyebab terjadinya ketuban pecah dini. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual dan
pemeriksaan dalam
Penelitian mengenai kematian ibu dan kematian bayi cukup tinggi terutama kematian
perinatal, yang disebabkan karena kematian akibat kurang bulan (prematur), dan kejadian infeksi
yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan partus buatan pada kasus Ketuban
kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam Rahim. Terjadinya kematian pada ibu dan
anak dengan adanya masalah tersebut maka peran perawat yaitu memberikan asuhan
keperawatan pada ibu hamil dan persalinan secara komprehensif sehingga ibu dan janin
dengan penyebab perdarahan 72 orang (62,07%), ketuban pecah dini 30 orang (10,23%),
eklampsia 19 orang (16,38%), infeksi 5 orang (4,31%) orang dan lain-lain 20 orang (17,24%).
Berdasarkan catatan medis medical record rumah sakit umum daerah jambi Raden Mattaher ,
pada 6 bulan terakhir, jumlah pasien yang dirawat di bangsal kebidanan sebanyak 356 orang dan
yang mengalami ketuban pecah dini sebanyak 21 orang dengan perincian dari bulan November
2011 sampai januari 2012, sebanyak 12 kasus dan bulan februari sampai juli 2012 sebanyak 9
kasus.
Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini biasa dijumpai pada kehamilan multipel, trauma,
hidroamnion, dan gemelli. Komplikasi yang paling sering terjadi pada ketuban pecah dini
sindrom distress pernapasan, kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat, korioamnionitis (radang
pada korion dan amnion). Oleh sebab itu persalinan dengan ketuban pecah dini memerlukan
pengawasan dan perhatian serta secara teratur dan diharapkan kerjasama antara keluarga ibu dan
penolong persalinan (bidan atau dokter). Dengan demikian akan menurunkan atau memperkecil
resiko kematian ibu dan bayinya. Dari uraian di atas penulisan merasa tertarik untuk mengambil
kasus ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN KETUBAN
pada klien Ny. S pada ketuban pecah dini di ruang VK RSUD. Raden Mattaher JAMBI.
C. Tujuan penulisan
a. Dapat melakukan pengkajian pada klien dengan ketuban pecah dini di Ruang VK RSUD.Raden
Mattaher Jambi.
b. Dapat mengetahui dan merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan
c. Dapat menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien dengan ketuban pecah dini di ruang
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan ketuban pecah dini di ruang VK
e. Dapat mengevaluasi hasil asuhankeperawatan yang diberikan pada klien dengan ketuban pecah
TINJAUAN TEORITIS
Di dalam amnio yang diliputi oleh sebagian selaput janin yang terdiri dari lapisan selaput
ketuban (amnio) dan selaput pembungkus (chorion) terdapat air ketuban (loquor amnii). Volume
air ketuban pada hamil cukup bulan 1000-1500 ml: warna agak keruh, serta amempunyai bau
yang khas, agak amis dan manis. Cairan ini dengan berat jenis 1,007-1,008 terdiri atas 97-98%
air. Sisanya terdiri atas garam anorganik serta bahan organic dan bila di teliti benar, terdapat
rambut lanugo (rambut halus berasal dari bayi). Protein ini ditemukan rata-rata 2,6%
Warna air ketuban ini menjadi kehijau-hijauan karena tercampur meconium (kotoran pertama
yang dikeluarkan bayi dan mengeluarkan empedu). Berat jenis liquor ini berasal belum diketahui
mengenai hal ini,antara lain bahwa kebutuhan ini berasal dari lapisan amnio, terutama dari
bagian pada plasenta. Teori lain mengemukakan kemungkinan berasal dari plasenta.
Air ketuban (liquor amni) makin banyak menarik perhatian untuk pembuatan diagnosis
mengenai kelaina atau keadaan janin, misalnya jenis kelamin janin, golongan darah A, B, AB,
dan O, janin dalam rhesus isoimunisasi , apakah janin cukup bulan, adanya macam-macam
kelainan genetic dan lain-lain. Untuk membuat diagnosis umumnya dipakai sel-sel yang terdapat
di dalam air ketuban dengan melakuakan fungsi kedalam ruang ketuban Rahim melalui dinding
depan perut unutk memperoleh sampel cairan ketuban (amniocentesis). Dewasa ini lebih sering
dilaksanakan melalui perut (transabdominal). Umumnya pada kehamilan minggu ke-14 hingga
16 dengan ultra sonografi ditentukan sebelum letak plasenta, untuk menghindari plasenta
ditembus. Fungsi melaluui plasenta dapat menimbulkan perdarahan dan pencemaran liquir amnii
oleh darah, mengadakan analisis kimiawi dan sitotrauma pada janin. Plasenta pencampuran
darah antara lain antara janin dan ibu dengan kemungkinan sensitive (sensitization), dan
abortus,meskipun ini jarang diterjadi, maka dari hal itu, amnioncentesis hendaknya hanyaa
d. Meratakan tekanan didalam uterus pada saaat partus, sehingga serviks membuka.
e. Membersihkan jalan lahir jika ketuban pecah dengan cairan steril, dan akan mempengaruhi
f. Untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditlan/diminum yang kemudian dikeluarkan
melalui kencing.
Amnion manusia dapat berkembang dari delaminasi sitotrofobulus sekitar hari ke-7 atau ke-8
perkembangan ovum normal atau pada dasarnya berkembang menjadi sebuah kantong kecil yang
menutupi permukaan dorsal embrio. Ketika amnion membesar, perlahan-lahan kantong ini
meliputi embrio yang sedang berkembang, yang akan prolaps kedalam rongganya. Distensi
kantong amnion akhirnya mengakibatkan kontong tersebut menempel dengan bagian didalam
ketuban (interior korion) , dan amnion dekat akhir trimester pertama mengakibatkan kantong
tersebut menempel dengan bagian di dalam ketuban (entrior korion), dan dekat akhir trimestet
pertama mengakibatkan menghilangnya alat tubuh atau rongga karena penyakit (obliterasi),
amnion dan korion, walaupun sedikit menempel tidak pernah berhubungan erat dan biasanya
dapat dipisahkan dengan mudah, bahkan pada waktu attern. Amnion normal mempunyai tebal
Tidak ditemukannya pembuluh-pembuluh darah atau saraf dalam amnion pada berbagai
stadium perkembangan, dan meskipun diduga terdapat ruang-ruang di dalam lapisan fibrolastik
1. Definisi
Ketuban pecah dini atau spontaneous/early premature of the membrane (PROM) adalah
pecahnya ketuban sebelum inpartu atau sebelum terdapat tanda persalinan yaitu bila pembukaan
pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.Ketuban pecah dini adalah
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu
selaput ketuban secara spontan sebelum pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan multi para
2. Etiologi
Penyebab dari ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti. Penyebab ketuban pecah dini
c. Kelainan letak janin dalam Rahim : letak sungsang, letak lintang
d. Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP
f. Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban sehingga
h. Sebab skunder : misalnya pada ketuban pecah dini (PROM : premature of the membrane)
Pada kehamilan trimester III selaput ketuban amnion terdiri dari sel selapis, sedangkan
selaput korion lebih tebal dari 4-6 sel,lapisan basal diantaranya selaput amnion dengan korion.
Makin tua usia kehamilan semakin besar tekanan pada selaput ketuban, tekanan pada permukaan
janin besar daripada tekanan pada permukaan uterus. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat
kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi, bila pembukaan serviks,maka selaput ketuban sangat
lemah dan mudah pecah. Ketuban pecah dini belum diketahui penyebabnya yang jelas sampai
a. Adanya hiper mortilitas Rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala infeksi, tapi janin mungkin sudah terkena infeksi,
karena infeksi intra uteri lebih dulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu
dirasakan.
6. Prognosa
Prognosa yang timbul pada kasus ketuban pecah dini adalah sebagai berikut:
serta umur dari kehamilan. Pada kasus-kasus tertentu dimana induksi partus dengan syntocinon
Jadi pada ketuban pecah dini penyelesaian persalinan bisa partus spontan, ekstraksi vakum,
ekstrasi forsep. Embriotomi bila anak sudah meninggal, seksio sesarea bila ada indkasi.
Komplikasi yang paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru
lahir. Resiko infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah dini. Semua ibu hamil dengan
korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali
8. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim terhadap
ibu maupun janin yang cukup besar dan potensial. Oleh karena itu, tatalaksana ketuban pecah
dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan
Memberikan profilaksis dan membatasi pemeriksaan dalam merupakan tindakan yang perlu
diperhatikan. Disamping itu makin kecil umur hamil, makin besar peluang terjadi infeksi dalam
rahim yang dapat memicu terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg.
Sebagai gambaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai
berikut :
a. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga
b. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis, meningitis janin,
c. Dengan perkiraan janin yang sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam
waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
d. Pada umum kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup,
perlu di pertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan dengan kemungkinan janin tidak
dapat di selamatkan.
e. Pemeriksaan yang penting dilakukan USG untuk mengukur distansia biparietal dan perlu
melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan, pemeriksaan kematangan paru melalui
perbandingan L/S.
a. Pemeriksaan leukosit darah, bila > 15.10³ /mm³, kemungkinan ada infeksi
b. USG: membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta, serta
c. Nilai bunyi jantung, dengan stetoskope laenec atau dengan foetalphone.
Pada umumnya proses keperawatan pada kasus kebidanan sama seperti pada kasus umum
1. Pengkajian
a. Biodata
Meliputi: nama ibu, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat rumah, nama
b. Sirkulasi
Hipertensi, edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan (HKK) penyakit jantung
sebelumnya)
Kontraksi itermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama paling sedikit
Infeksi mungkin ada (misal : infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi vagina)
Ketidakadekuatan atau tidak adanya perawatan prenatal mungkin dibawah usia 18 atau lebih
dari 40 tahun penggunaan alcohol atau obat lain, penunjang pada dietilstibesterol (DES)
Leopold I :
2) Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam uterus
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
2) Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah masuk pintu atas
panggul
j. Pemeriksaan Diagnostik
a. Ultrasonografi : pengkajian gestasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2499 g)
b. Tes Lakmus (tes Nitrazin) : jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya
air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah dan infeksi vagina dapat mengahsilakan tes
f. Amniosenteusis : rasio lesitin terhadap sfingomeilin (L/S) mendeteksi fosfatidigliserol (PG)
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan ketuban pecah dini adalah :
a. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini
3. Perencanaan
a. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.
3) Observasi drainaseamnitik teradap warna jumlah dan baunya tiap 2 sampai 4 jam.
Intervensi:
Rasionalisasi :
b. Risiko tinggi trauma maternal berhubungan dengan kerusakan tindakan pada persalinan
Kriteria hasil :
Rencana tindakan :
Rasionalisasi :
c. Cemas berhubungan dengan bertambahnya pembukaan dan perasaan gagal dan kebutuhan yang
diakibatkan persalinan.
Rencana tindakan :
Rasionalisasi :
d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan intensitas kontraksi uterus
Kriteria Hasil :
1) nyeri berkurang
intervensi :
rasionalisasi :
1) untuk menetukan tingkat aktivitas dan bantuan yang akan dilakukan
kriteria hasil :
Rencana tindakan :
1) Ubah posisi untuk kenyamanan dan menurangi tekanan harus dilakukan sedkitya setiap dua jam
Rasionalisasi :
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini adalah :
5. Evaluasi
a. Infeksi tidak terjadi dan tanda-tanda vital sign dalam batas normal
Ruangan/kelas : VK
a. Biodata
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Suku/bangsa : Melayu/Indonesia
Agama : islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/bangsa : Melayu/Indonesia
Klien masuk dengan keluhan lemah, perut terasa sakit, keluar cairan pervaginam
berwarna putih keruh ± 1 hari. klien mengatakan usia kehamilan ± 9 bulan (36 – 37 minggu).
Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen, nyeri berkurang di saat istirahat, dan nyeri
meningkat apabila klien melakukan pergerakan atau aktivitas. Dan merupakan kehamilan primi
Klien mengatakan belum pernah mengalami kejadian seperti ini karena ini adalah
kehamilan pertama (primi gravida) selain itu klien tidak pernah mengalami penyakit kronis.
Menarche pada umum 14 tahun, siklus haid 28 hari, teratur lamanya 7 hari, keluar darah
haid, sebanyak 3-4 kali ganti pembalut sehari, keluhan waktu haid : nyeri dan mulas – mulas.
HPHT 16-03-2012
5) Riwayat kontasepsi
Tanda – tanda vital : tekanan darah : 120/90 mmHg, nadi 84x/I, pernapasan 20x/I, suhu 36 °C
1) Kulit
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik dan kekenyalan kulit baik.
2) Rambut
Rambut merta, rambut warna hitam, tidak mudah dicabut, tidak berketombe.
3) Leher
Bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
4) Mata
Mukosa mulut lembab, gigi utuh, caries tidak ada, keadaan mulut bersih.
6) Dada
Bentuk payudara simetris, konsitensi kenyal, ada pembesaran, putting susu menonjol, tidak ada
pelebaran vena sekitar payudara, colostrum ada, aerola berwarna kehitaman.colostrum keluar
Ekstremitas atas pada tangan kiri terpasang infus Dextrose + ½ amp piton gtt: 8 tetes/menit
9) Abdomen
a) Inspeksi
b) Palpasi
opold IV : Janin belum masuk pintu atas panggul (konvergen) atau hanya
c) Auskultasi
Dengan mwenggunakan dopler vetal terdengar denyut jantung janin ( 136 / menit teratur )
d) Genetalia
Pada vulva terdapat oedema, tidak terdapat varises serta tidak ditemukan tanda tanda infeksi tapi
Klien mnegatakan tidak biasa istirahat karena rasa mulas yang kadang – kadang hilang timbul,
dank arena air yang keluar, bokong basah, sehingga mengganggu rasa nyaman klien, lama tidur
Klien mnegatakan tidak ada keluhan dengan nafsu makan, klkien mengatakan tidak ada makanan
a) BAB
b) BAK
c) Seksual
Selama klien hamil tua sampai saat ini klien tidak pernah melakukan hubungan seksual.
Klien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan, klien sering bertanya tentang penyakitnya
Klien mengatakan orang yang sangat berarti bagi dirinya adalah suaminya dan orang
a) Laboratorium
Tanggal 6-11-2012
b) Therapi/pengobatan
Tanggal 6-11-2012
Tanggal 6-11-2012
Amoxcan 1 cc (IV)
Trosyd : salep
o
1 Ds : klien mengatakan usia Kontraksi uterus Resiko
sakit
cm
2 Ds : klien mengatakan nyeri pada Ketuban pecah Gangguan
timbul
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini ditandai dengan
keluarnya cairan pervagina ± 18 jam, keadaan umum lemah, klien hamil ± 9 bulan, pada
pemeriksaan dalam ketuban sudah tidak ada, pembukaan 3-4 cm dengan cara tusse.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan klien
menyatakan nyeri pada bagian perut, ekpresi wajah meringis, klien menahan sakit, keadaan
umum lemah.
c. Inroleransi aktivitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik di tandai dengan klien
mengatakan tidak dapat turun dari tempat tidur, klien mengatakan tidak dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari, aktivitas kebutuhan sehari-hari di bantu orang lain, klien tidak dapat
melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain, klien merasakan nyeri yang hilang timbul, air
masih keluar.
3. Perencanaan
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini ditandai dengan
keluarnya cairan pervagina ± 18 jam, keadaan umum lemah, klien hamil ± 9 bulan, pada
Kriteria hasil :
Intervensi :
2) Dengarkan denyut jantung jann dengan dopler setiap 1-4 jam
Rasionalisasi :
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan klien
menyatakan nyeri pada bagian perut dengan skala nyeri 7, ekspresi wajah meringis, klien tampak
Intervensi ;
Rasionalisasi ;
1) Untuk menentukan tingkat aktivitas dan bantuan yang akan dilakukan
4. implementasi (terlampir)
5. evaluasi (terlampir)
2. Pembahasan
Pada bab ini penulis membandingkan antara teori dengan kasus langsung pada klien Ny. B serta
menemukan kesenjangan pada klien yang penulis lakukan selama 3 hari dibandingkan dengan
Pada pengkajian secara teoritis ditemukan data, resiko tinggi, infeksi, nyeri, intoleransi
akifitas. Sedangkan pengkajian pada Ny. B juga terdapat pengkajian secara teoritis, hanya saja
tidak semua data pada pengkajian yang didapatkan pada Ny. B perbedaan tersebut penulis dapat
memberikan analisa bahwa terdapat resiko tinggi trauma maternal, resiko tinggi trauma fetal,
tidak ditemukan pada klien karena klien pada waktu hamil dengan keadaan ketuban pecah dini
janin belum lahir. Pada waktu melakukan pengkajian klien belum mengalami persalinan.
Secara teoritis diagnose yang mungkin timbul pada klien ketuban pecah dini adalah:
a. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecahn dini
Sedangkan diagnose keperawatan yang muncul pada Ny. B adalah sebagai berikut :
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini
ini berisiko terjadinya infeksi, untuk mencegah terjadinya infeksi perlu penanganan yang baik
dari perawat. Hal ini yang mendasari untuk ditegakan diagnose ini. Berdasarkan analisa tersebut
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus. termasuk
kedalamkebutuhan rasa nyaman dan aman. Berdasarkan analisa tersebut maka masalah ini
c. Intoleren aktifitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik. Karena tubuh yang lemah,
segala aktifitas pemenuhan kebutuhan diri akan tergantung pada orang lain, hal ini yang
mendasari ditegakan diagnose ini karena peran perawat dan keluarga sangat dominan untuk
Dari diagnose yang ditemukan pada Ny. B terdapat 3 diagnose keperawatan yang sesuai
dengan teoritis, sedangkan 4 diagnosa keperawatan secara teoritis tidak munculpada klien, alas
a. Pada diagnose keperawatan resiko tinggi trauma maternal dan fetal tidak muncul karena tidak
b. Pada diagnose keperawatan ganggguan pola tidur tidak muncl karena klien sudah bisa tidur
Sedangkan diagnose keperawatan yang muncul pada klien tetapi tidak terdapat secara teoritis
yakni diagnose intoleran aktifitas. Diagnose ini ditegakan karena ada data senjang yang
3. Perencanaan
b. Derjat masalah yang timbul berdasarkan SUN (Segera, Urgen, dan Non Urgen)
e. Kemungkinan masalah dapat diatasai dengan memperhatikan sarana dan prasarana yang ada
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah realisasi dari rencana tindakan. Tidak semua rencana dapat
sendiri.
Adapun pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah sebagai berikut :
a. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini. Pelaksanaannya adalah
melakukan cuci tangan sebellum dan sesudah melakukan tindakan, periksa dalam dengan
memakai hand scone yang steril, mengganti perban dibawah bokong setiap dua jam sekali,
memantau vital sign, tindakan tersebut sesuai dengan konsep teoritis yang ada dan
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus. Pelaksanaan tindakannya
adalah menganjurkan dan bantu klien untuk melakukan teknik relaksasi, mengobservasi vital
sign, memberikan analgetik jika dibutuhkan sesuai rasa yang dirasakan, tindakan ini susuai
dengan konsep dasar teoritis yang ada. Dalam melaksanakan penulis menemui hambatan, karena
c. Intoleransi aktifitas berhubungn dengan keterbatasan mobilitas fisik. Pelaksanaannya adalah
sehari-hari, memotifasi keluarga untuk selalu membantu dalam pemenuhan kebutuhan klien.
5. Evaluasi
Langkah terakhir dari proses keperawatan adalah mengadakan evaluasi atau tindakan
yang telah dilakukan berikut ini hasil evaluasi untuk masing-masing diagnose:
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini
Evaluasi :
Evaluasi :
Evaluasi :
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari asuhan keperawatan pada Ny. S ketuban pecah dini merupakan pecahnya
selaput ketuban secara spontan sebelum pembukaan 5 cm atau sebelum persalinan. Sedangkan
penyebab dari ketuban pecah dini belum diketahui. Adapun tanda dan gejala dari ketuban pecah
dini adalah perut ibu kelihatan membesar, ibu merasa nyeri diperut, persalinan lebih lama dari
Dari asuhan keperawatan yang diberikan pada klien Ny. S maka penulis dapat mengambil
kesimpulan :
1. Pengkajian
Pengkajian pada Ny. S ditemukan data resiko tinggi terhadap infeksi, gangguan rasa nyaman
nyeri, intoleran aktivitas, dan pemeriksaan penunjang hanya pemeriksaan darah (HB dan
golongan darah).
Dari hasil pengkajian pada Ny. S dapat dirumuskan 7 diagnosa keperawatan, dimana 3 diagnosa
sesuai dengan teoritis yaitu resiko tinggi terhadap infeksi, gangguan rasa nyaman nyeri,
intoleransi aktivitas, sedangkan 4 diagnosa tidak sesuai dengan teoritis karena adanya data yang
menunjang yaitu resiko tinggi trauma maternal, resiko trauma fetal, gangguan pola tidur, dan
ansietas
3. Perencanaan
Pada tahap perencanaan telah disusun masalah menurut prioritas sesuai dengan data kondisi klien
dengan berpedoman kepada kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dan tingkat
kepentingan.
4. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan tindakan pada klien Ny. S sesuai dengan rencana yang telah disusun dan
5. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari, ada beberapa masalah teratasi sesuai
dengan tujuan, criteria hasil seperti masalah nyeri, gangguan psikologi cemas.
B. Saran
dibutuhkan skill dalam tiap tindakan yang akan dilakukan naming intelegensi tiap tindakan
a. Memperdalam materi pada setiap mahasiswa dalam pemahaman materi ketuban pecah dini.
Lampiran II
CATATAN PERKEMBANGAN
Ruangan : VK
KEPERAWATAN
1 6 November 2012 Resiko tinggi S:-
P:
Terlalu sering
Jam
I:
dengan
P:
obat
I:
nyeri
CATATAN PERKEMBANGAN
Ruangan : VK
KEPERAWATAN
1 7 November 2012 Gangguan rasa S : klien mengatakan nyeri pada bagian
P:
obat
I:
nyeri
A. intoleransi aktifitas
P:
mobilitas
kebutuhan sehari-hari
kebutuhan klien.
I:
mobilitas
kebutuhan sehari-hari
kebutuhan klien.