Anda di halaman 1dari 7

Nama : Elvira Dian Nirmala

NIM : 22020119120003

Kelas : A 19 3

Mata kuliah : Pendidikan Kesehatan

TEKNIK DAN STRATEGI DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN

Behavioral techniques. Menurut Bastable (2003), tujuan perilaku dalam


pembelajaran berguna untuk menunjukkan bahwa pendidik lebih berorientasi
pada tindakan daripada konten, serta memusatkan pendidikan pada peserta.
Tujuan pembelajaran merupakan hasil akhir yang ingin dicapai dalam proses
pendidikan kesehatan, sedangkan sasaran memiliki jangka pendek (hitungan
hari) serta harus dicapai setelah melaksanakan serangkaian proses
pembelajaran.
Tujuan perilaku menulis merupakan tujuan dapat membantuk
memberikan pernyataan yang jelas pada peseta tentang apa yang diharapkan,
serta membantu pendidik memahami tingkat pencapaian peserta. Menurut
Mager (dalam Bastable, 2003), terdapat 3 karakteristik dalam tujuan perilaku.
Pertama ialah kinerja. Kinerja merupakan kegiatan yang dapat dilihat melalui
aktivitas menulis, mengidentifikasi, mengingat. Kedua ialah kondisi. Kondisi
menjelaskan mengenai situasi serta kendala dari perilaku yang diamati. Ketiga
ialah kriteria. Kriteria sendiri meliputi tingkat kompetensi yang harus dicapai
oleh peserta.

Dalam tujuan perilaku menulis, terdapat beberapa kesalahan yang


seringkali ditemui (Bastable, 2003). Pertama, ialah bagaimana
menggambarkan apa yang harus dilakukan pendidik dibanding peserta.
Kedua, dalam menyertakan perilaku yang diharapkan dalam satu tujuan.
Ketiga, melupakan 3 komponen; kinerja, kondisi, serta kriteria. Keempat,
penggunaan istilah untuk kinerja subjektif. Kelima, menyertakan tujuan yang
tak sesuai dengan kemampuan peserta. Keenam, tujuan bersifat terlalu umum
sehingga hasil yang diharapkan tidaklah jelas. 

Tujuan pembelajaran haruslah memperhatikan taksonomi. Taksonomi


merupakan sesuatu yang digunakan untuk mengkategorikan sesuatu sesuai
dengan hubungannya satu sama lain. Menurut Bloom et al (dalam Bastable,
2003), taksonomi dibagi menjadi 3 yaitu domain kognitif, domain afektis,
serta domain psikomotor .

Pertama, domain kognitif. Domain kognitif biasa dikenal dengan domain


berpikir. Domain ini melibatkan informasi serta mengacu pada intelektual,
mental, serta proses berpikir. Perilaku kognitif dapat dibagi menjadi beberapa
level ; a) pengetahuan, b) pemahaman,c)penerapan, d) analisis, e) sintesis,
serta d) evaluasi.
Kedua, doman afektif. Domain afektif biasa dikenal dengan domain
perasaan. Domain ini melibatkan komitmen untuk perasaan yang
diintrepretasikan sebagai emosi, kepentingan, sikap, nilai-nilai, serta apresiasi.
Perilaku afektif dibagi menjadi beberapa level ; a) menerima, b) merespon, c)
menilai, d) mengorganisir, d) karakterisasi.
Ketiga, domain psikomotor. Domain ini biasa dikenal dengan domain
keterampilan, serta melibatkan motorik kasar dan motorik halus seperti
berjalan, menulis, serta melakukan prosedur tertentu. Perilaku psikomotor
meliputi ; a) meniru, b) memanipulasi, c) ketepatan, d) artikulasi, e)
naturalisasi.

Rencana pengajaran merupakan salah satu bagian dari proses mendidik


perilaku peserta. Menurut Bastable (2003), terdapat 3 alasan mengapa rencana
pembelajaran perlu disusun. Pertama, untuk memastikan pendekatan logis
yang berfungsi sebagai peta uanh menjaga serta mengatur instruksi. Kedua,
untuk berkomunikasi secara tertulis dan dan keluar dari format yang
diajarkan. Ketiga, secara hukum mendokumentasikan keberhasilan
pelaksanaan proses pendidikan. Rencana pembelajaran yang baik haruslah
meliputi 8 bagian yaitu tujuan, pernyataan tentang tujuan menyeluruh, daftar
sasaran, garis besar konten, metode pembelajaran, waktu, suber daya
instruksional yang diperlukan, serta metode untuk mengevaluasi pembelajaran.

Kontrak pembelajaran merupakan bagian penting lain dalam mendidik


perilaku peserta. Menurut Bastable (2003), kontrak pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai kesepakatan sebagai hasil negosiasi dan biasanya
berbentuk dokumen untuk menentukan apa yang akan dipelajari peserta,
bagaimana pembelajaran dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu. Dlalam
kontrak pembelajaran dikenal beberapa komponen. Komponen pertama ialah
konten. Konten membantu pendidik dalam menetapkan tujuan perilaku yang
ingin dicapai. Kedua ialah harapan kerja. Harapan kerja ialah ialah kondisi
dimana proses pendidikan terfasilitasi, mulai dari strategi hingg sumber daya.
Ketiga, evaluasi. Evaluasi dapat berupa spesifikasi kriteria yang digunakan
untuk mengevaluasi tujuan. Keempat ialah time frame. Time frame ialah
waktu yang diperlukan oleh pendidik untuk menyelesaikan atau mencapai
serangkaian tujuan yang telah ditetapkan.
Instructional methods (metode pembelajaran). Menurut Notoadmodjo
(2010), metode dan teknik pendidikan kesehatan merupakan kombinasi antara
cara, metode, alat bantu ataupun media yang digunakan dalam pelaksanaan
promosi kesehatan. Menurut Notoatmojo (dalam Susilowati, 2016), metode
serta teknik pendidikan kesehatan dibagi 3 berdasarkan sasarannya, meliputi
metode individual, metode kelompok, serta metode massa.
Pertama, metode individual. Metode ini digunakan untuk membina
seseorang yang mulai tertarik pada perubahan perilaku. Metode ini didasarkan
pada pendekatan bahwa setiap orang memiliki masalah yang berbeda-beda,
agar penyuluh kesehatan mampu mengetahui metode apa yang tepat untuk
diterapkan (Sulistiowati, 2016). Menurut Notoatmojo (2010), metode individu
meliputi, bimbingan dan penyuluhan serta interview; a) Bimbingan dan
penyuluhan ,metode ini dilaksanakan dengan kontak antara klien dan secara
intensif dengan menggali masalah secara mendalam, kemudian klien akan
dengan sadar mengubah perilaku. b) interview merupakan metode yang
dilakukan untuk mengetahui tingkat kesadaran serta pemahaman klien, serta
informasi mengapa klien belum tertarik untuk menerima perubahan.
Kedua, metode kelompok. Metode yang diterapkan dalam kelompok
haruslah memperhatikan jumlah/kuantitas serta tingkat pendidikan dari peserta.
Menurut Notoatmojo (2010) ,berdasarkan jumlah anggotanya, metode
kelompok dibagi menjadi kelompok besar dan kecil.
Kelompok besar merupakan kelompok dengan jumlah peserta lebih dari
15 orang. Metode ini dilaksanakan dalam dua macam bentuk; a) ceramah,
merupakan metode yang baik untuk kalangan berpendidikan tinggi maupun
rendah, namun hal yang perlu diperhatikan, penerima informasi cenderung
pasif sehingga memungkinkan tercipta suasana membosankan. b) seminar,
merupakan penyajian informasi oleh pakar dengan topik pembahasan mengenai
hal penting atau hangat dimasyarakat serta sasarannya ialah pendidikan formal
menengah ke atas (Notoatmojo, 2010).
Sedangkan kelompok kecil merupakan kelompok dengan jumlah peserta
kurang dai 15 orang. Metode ini dilaksanakan dalam bentuk yang beragam
meliputi; a) diskusi kelompok, metode ini bertujuan untuk mengatasi masalah
di mana mendorong peserta untuk berpikir kritis, menyumbangkan pendapat
secara bebas, serta mengambil alternatif jawaban secara bersama untuk
memecahkan masalah.b) curah pendapat, metode ini merupakan modifikasi
dari diskusi kelompok di mana pemimpin memancing peserta pada suatu kasus
kemudian peserta diminta mengungkapkan pendapat tanpa boleh di komentari
oleh peserta lain dan ditulis pada papan ataupun flipcar. Barulah kemudian saat
semua telah berpendapat peserta diizinkan mengomentari satu sama lain. c)
bola salju, metode ini dilakukan dengan memberikan peserta sebuah masalah
kemudian kelompok dibagi dalam pasang-pasangan (2 orang 1 tim). Tiap
pasangan mendiskusikan masalah, kemudian setelah 5 menit tiap 2 pasangan
bergabung dan mendiskusikan masalah yang sama. Kegiatan itu dilakukan
terus menerus hingga terbentuk diskusi seluruh anggota kelompok. d) buzz
group, dilaksanakan dengan membagi Kelompok menjadi kelompok lebih
kecil, dan diberikan masalah yang sama atau berbeda tiap kelompok. Barulah
setelah itu hasil diskusi tiap kelompok di diskusikan bersama untuk dicari
kesimpulan. e) role play, metode ini dilakukan dengan menunjuk peserta untuk
memainkan peran tertentu yang berkaitan dengan permasalahan secara spontan.
f) permainan simulasi, metode ini merupakan gabungan dari role play dan
diskusi kelompok , pesan kesehatan disajikan dalam bentuk permainan
(Notoatmojo, 2010).
Ketiga, metode massa. Metode ini bertujuan untuk mengomunikasikan
pesan pada masyarakat yang sifatnya massa atau publik, sehingga tidak
membedakan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, serta tingkat
pendidikan.Beberapa contoh metode pendidikan massa meliputi; a) ceramah
umum, b) pidato melalui media elektronik, c) tulisan di majalah atau koran, d)
billboard (Notoatmojo, 2010).
Instructional materials (bahan ajar). Instructional materials merupakan
alat dan bantu, termasuk media cetak dan nonprint yang digunakan untuk
menambahkan atau membantu , bukan mengganti , ajaran yang sebenarnya
(Bastable, 2003). Tujuan dari bahan ajar ini ialah membantu perawat dalam
menyampaikan pesan secara kreatif dan jelas. Dalam menggunakan media
pembelajaran terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, prinsip umum. Menurut Bastable (2003), sebelum memilih dan
mengembangkan bahan ajar, perlu diperhatikan beberapa prinsip; a) pemateri
haruslah terbiasa dengan konten didalam media sebelum digunakan, b) media
cetak dan non print dapat memengaruhi perkembangan kognitif, afektif,
psikomotor, serta keterampilan, c) Media harus mampu melengkapi metode
pembelajaran dan sesuai dengan sumber keuangan, d) media harus mampu
melengkapi sensorik, tingkat perkembangan, serta tingkat pendidikan audiens,
e) pesan yang disampaikan harus akurat, valid, serta memiliki kontribusi yang
bermakna.
Kedua, pemilihan bahan pembelajaran. Menurut Frantz ( dalam Bastable,
2003), memilih media haruslah memerhatikan 3 variabel yaitu karakteristik
peserta, karakteristik media, serta karakterisitik tujuan yang ingin dicapai.
Ketiga, komponen utama dalam bahan pembelajaran. Menurut Frantz
(dalam Bastable, 2003) ,terdapat 3 komponen utama dalam media
pembelajaran meliputi a) sistem pengiriman/ delivery system. Sistem
pengiriman merupakan kombinasi dari bentuk fisik materi serta perangkat
keras yang digunakan. Bentuk fisik misalnya slide dalam power point
sedangkan perangkat kerasnya merupakan proyektor. b) konten, dalam
pemilihan konten perlu diperhatikan keakuratan penyajian informasi, ketepatan
media untuk konten, serta kemudahan peserta untuk memahami isi konten. c)
presentasi,merupakan variabel yang memengaruhi bagaimana pesan dapat
dipelajari dan disampaikan .
Keempat, jenis bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dibagi menjadi 3
yaitu bahan ajar tertulis, media demonstrasi serta media audiovisual ( Bastable,
2003). a) bahan tertulis dapat berupa poster, leaflet, pamflet, buku, dan
sebagainya. Bahan tertulis dapat dibagi menjadi 2, yaitu bahan ajar yang
disiapkan secara komersial dan bahan ajar yang disusun secara mandiri.
Keuntungan pemilihan bahan ajar komersial ialah ketersediaannya yang siap
pakai sehingga kita tak perlu menyusun materi terlebih dahulu. Namun
kelemahan dari bahan ini ialah mahal, tingkat keakurasian dan kecukupan
konten yang kurang sesuai serta kesulitan dipahami oleh peserta. Sedangkan
keuntungan menyusun bahan ajar secara mandiri ialah dapat menyesuaikan
bahan ajar dengan kebijakan, prosedur, serta kebutuhan. Namun kelemahannya
ialah perlu memastikan bahan ditulis secara benar dan efektif sehingga
memakan banyak waktu. b) bahan demonstrasi . Bahan ini berupa media
nonprint, seperti model nyata, serta display, misalnya seperti sebagai poster,
diagram, ilustrasi, grafik, bul- papan letin, papan flanel, ,  papan kapur , foto,
dan gambar. Bentuk - bentuk media berguna untuk membawa peserta lebih
dekat pada kenyataan serta melibatkan dalam cara visual dan terkadang
partisipatif. Sehingga bahan ini sangatlah baik untuk pengembangan
keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotorik. c) bahan audiovisual.
Menurut Tornyay & Thompson (dalam Bastable, 2003), bahan audiovisual
berguna untuk mendukung proses pendidikan melalui merangsang indera
visual dan auditori peserta, mampu menambahkan berbagai pengalaman
belajar-mengajar, serta menanamkan kenangan visual. Bahan audiovisul ini
dibagi menjadi 5 ,yaitu sumber belajar yang diproyeksikan, sumber belajar
audio, sumber belajar video, sumber belajar telekomunikasi, serta sumber
belajar komputer. Sumber belajar yang diproyeksikan meliputi slide,
transparansi overheadm output komputer, serta video yang dapat diproyeksikan
ke layar. Sumber belajar audio, sumber belajar ini sudah ada sejak lama dan
biasanya digunakan pada orang orang dengan gangguan pengelihatan serta
motorik. Sumber belajar audio meliputi audiotape, radio, serta compact disk.
Sumber belajar video, sumber belajar ini memiliki bentuk berupa kaset video
(DVD) yang merupakan salah satu alat media non-cetak utama untuk
meningkatkan pendidikan peserta bersamaan menghibur dan mendidik. Sumber
belajar telekomunikasi merupakan sumber belajar dimana informasi dapat
ditransmisikan melalui energi listrik dari satu tempat ke tempat lain dan
bermakna bagi orang yang menerimanya. Bentuk media ini meliputi televisi,
telepon serta moda-moda yang terkait dari telekonferensi audio dan video dan
sirkuit tertutup, kabel, dan siaran satelit. Sumber belajar komputer, sumber
belajar ini dapat menyimpan informasi dalam jumlah besar serta dirancang agar
mampu menampilkan gambar, teks, serta grafik.

Dalam pendidikan kesehatan, pelaksanaan teknik dan stratergi sangatlah


penting. Oleh karena itu behavioral techniques, instructional methods,
instructional materials menjadi hal yang perlu diperhatikan agar pelaksanaan
pendidikan kesehatan dapat berjalan dengan baik, serta tujuan yang diharapkan
berupa peningkatan tingkat pemahanan serta perubahan perilaku peserta dapat
dicapai secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Bastable, S. B.(2003). Nurse as educator: principles of teaching and learning
for nursing practice (2nd ed.). Sudbury : Jone and Bartlett Publishers.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Keseatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Susilowati, D.(2016). Promosi kesehatan. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai