Anda di halaman 1dari 7

Penularan dan penyebaran infeksi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) bisa terjadi melalui dua cara.

Penularan Covid-19 terjadi bisa lewat cara langsung dan tidak langsung.

Dokter spesialis paru-paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan Erlina Burhan
mengungkapkan, penularan Covid-19 secara cara langsung melalui droplet atau percikan air liur.

"Artinya, orang yang terinfeksi virus ini ketika sedang batuk dan bersin dengan jarak lebih dari 1 meter
mengeluarkan droplet. Droplet ini mengandung virus Covid-19," kata Erlina, beberapa waktu lalu.

Penularan Covid-19 bisa melalui jalan tidak langsung, yaitu droplet orang positif corona ini jatuh ke
tanah atau menyentuh benda yang terkontaminasi sehingga tangan penyentuhnya tercemar.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), COVID-19 menular melalui orang yang telah terinfeksi
virus corona.

WHO menyebut virus corona dapat menyebar melalui tetesan atau percikan (droplet) kecil dari hidung
atau mulut ketika seseorang yang terinfeksi virus ini bersin atau batuk.

Tetesan itu kemudian mendarat di sebuah benda atau permukaan yang lalu disentuh dan orang sehat
tersebut menyentuh mata, hidung atau mulut mereka.

Virus corona juga bisa menyebar ketika tetesan kecil itu dihirup oleh seseorang ketika berdekatan
dengan yang terinfeksi corona.

"Hingga kini belum ada penelitian yang menyatakan virus corona COVID-19 bisa menular melalui udara,"
jelas WHO seperti dikutip dari situsnya.
Droplet yang disemburkan penderita Covid-19 berukuran besar, berdiameter 0,125 mikrometer,
sehingga tak cukup ringan untuk melayang lama dan jauh di udara. Paling jauh, lontarannya sekitar satu
atau dua meter.

Partikelnya akan melayang sebentar sebelum akhirnya jatuh ke permukaan benda di sekitar penderita.
Belum ada bukti bahwa penularan lewat udara bisa terjadi di lingkungan alami.

Penyebaran udara (airborne)?

Belum ada riset yang membuktikan penularan virus corona bisa melalui udara (airborne).

Namun, dalam prosedur medis di rumah sakit yang menghasilkan aerosol, penularan secara airborne
mungkin saja terjadi. Penjelasannya sederhana.

Kepala Unit Penyakit Emerging dan Zoonosis WHO Dr Maria Van Kerkhove menyebut, akibat prosedur
medis, partikel droplet virus corona dapat menjadi aerosol, yakni partikel halus yang dapat bertahan
lama di udara.
"Aerosol artinya partikel virusnya bisa bertahan di udara sedikit lebih lama," kata Kerkhove, seperti
dilansir CNBC.

Salah satu contoh prosedur medis yang menghasilkan aerosol ialah proses inkubasi. Saat pemasangan
alat bantu napas itu, pasien bisa saja mengeluarkan sekret pernapasan dan aerosol.

Gejala dan Cara Pencegahan Virus Corona

photo

WHO menambahkan gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, kelelahan, dan batuk kering.

Beberapa pasien mungkin mengalami sakit dan nyeri, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau
diare. Gejala-gejala ini bersifat ringan dan terjadi secara bertahap.

WHO dan para dokter termasuk Erlina meminta masyarakat menghindari interaksi sosial serta
menghindari kerumunan banyak orang.

Kalaupun terpaksa keluar rumah, dia meminta orang-orang menjaga jarak 1 meter dan lebih baik
memakai masker wajah ketika ada di keramaian.
"Karena kita tidak tahu orang yang sakit saat ada di keramaian atau pakai masker kalau tidak sehat.
Tetapi, lebih baik di rumah saja," katanya.

Menurut dia, cara paling efektif untuk terhindar dari virus ini adalah mengupayakan kebiasaan tidak
menyentuh wajah serta sering mencuci tangan, baik untuk orang sehat maupun sakit.

Cuci tangan ampuh mencegah penularan Covid-19 sebab virus akan mati ketika berhadapan dengan
sabun karena mengandung lemak dan hancur kalau bertemu dengan sabun.

Selain itu, setelah cuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian membersihkan permukaan
dalam tangan, sela-sela jari, pinggir jari, hingga ujung kuku minimal selama 20 detik.

Kapan waktu cuci tangan yang bagus?

Erlina mengatakan cuci tangan bisa membuat tidak terkontaminasi dengan virus.

Waktu mencuci tangan dengan sabun yang bagus adalah:

- Saat membuang ingus atau batuk pilek

- Sebelum dan setelah merawat orang sakit

- Sebelum, selama, setelah mengelola makan

- Setelah menyentuh sampah,


- Setelah dari toilet,

- Setelah menyentuh binatang,

- Setelah mengganti popok

- Setelah keluar rumah

- Setelah olahraga

WHO meminta masyarakat membiasakan jangan menyentuh wajah. Sebab, virus juga bisa ditularkan
melalui wajah.

Mengapa Virus Corona Bisa Menular Begitu Cepat?

Dr Darmawan Budi Setyanto SpA(K) menjelaskan penyakit corona adalah penyakit infeksi yang
menyerang sistem pernapasan dan bisa ditularkan dari satu orang ke orang lain.

"Penyakit infeksi di saluran napas ini memang berpotensi menular lebih cepat karena kita semua
bernapas dan kumannya akan disemburkan lewat percikan (droplet) saat kita bernapas, apalagi batuk
atau bersin," ujar dokter dari perwakilan Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Anak IDAI itu.

Percikan tersebut bisa mengontaminasi permukaan benda-benda sekitar mereka.

Andaikan orang lain memegang benda yang tercemar droplet penderita Covid-19 kemudian mengusap
wajahnya, kuman dapat masuk melalui mukosa, yakni jaringan permukaan dalam tubuh di mata, hidung,
dan mulut.
"Mukosa mudah ditembus dan kemudian virus akan masuk saluran napas," kata Darmawan.

Percikan dari penderita Covid-19 bisa terlontar sekitar satu sampai dua meter. Kalau orang yang
berdekatan terpercik langsung atau orang yang memegang bekas droplet-nya, orang itu akan tertular
juga oleh pasien Covid-19.

Darmawan menjelaskan, sistem pernapasan dimulai dari hidung, kemudian turun ke bawah ke trakea,
bercabang bronkus, kemudian bercabang-bercabang lagi di dalam jaringan paru-paru.

Bagian pertama dari sistem pernapasan merupakan salurannya dan bagian kedua ialah paru.

"Penyakit corona ini bisa menyerang seluruh sistem pernapasan, baik saluran maupun parunya," ungkap
Darmawan.

Andaikan virus menyerang saluran pernapasannya saja, menurut Darmawan, orang akan mengalami
selesma (commond cold). Penyakit ini sering keliru disebut flu.

"Kenapa keliru? Karena flu adalah nama virus," kata Darmawan.

Ketika virus mengusik saluran pernapasan saja, menurut Darmawan, orang akan merasakan gejala
ringan, mulai dari batuk, pilek, dan bisa disertai napas grok-grok.

Kalau organ yang diserang adalah saluran pernapasan dan paru, penderitanya akan mengalami
pneumonia atau radang paru.

"Ini yang berpotensi mematikan," ungkapnya.

Anda mungkin juga menyukai